Share this post on:

Perasaan di Tengah Salju

CH 65.png

 

Penerjemah : DarkSoul

Diseret sepanjang jalan menuju Makam, Subaru dihempaskan di depan pintu masuk.

 

Tidak tahu Salju atau es, Subaru meludahkan sesuatu yang kelihatan seperti serbet yang memenuhi mulutnya. Kulit Subaru yang terekspos terasa sakit dan mati rasa, karenanya dia menolehkan kepalanya ke belakang.

 

“Itu…perlakuan yang cukup kasar” keluh Subaru.

 

“Kepalaku tidak begitu pintar untuk berlaku baik. Bersyukurlah aku kasarnya hanya padamu. Atau kau ingin aku kasar-kasar pada gadismu juga?”

 

Menghembuskan uap putih sekaligus menatap Subaru di tanah, Garfiel menunjuk Rem, yang masih dalam pelukannya. Seorang sandera, Subaru tidak yakin kalau yang dimaksud Garfiel adalah itu, tapi masih merupakan ancaman sempurna untuk memaksa Subaru.

 

“Jangan kau…berbuat yang aneh-aneh pada Rem”

 

“Selama kau nurut padaku, tak akan kulakukan”

 

Subaru menggumam pelan sambil membangunkan dirinya dari tanah yang tertutup salju. Berdiri di sampingnya, adalah replika Lewes yang membantu Garfiel menyeret Subaru ke pintu masuk Makam, ia sedang memelototi Subaru. Seperti biasanya, dia mengenakan jubah lusuh, yang tampak sedikit menghangatkannya.

 

“Bisakah kita berikan gadis-gadis itu pakaian lebih? Dia kelihatan kedinginan, aku tidak tahan melihatnya”

 

“Kau tahu mereka itu apa kan? Dari awal saja mereka tidak merasa kedinginan. Kalau kau ingin mengulur waktu kita tidak perlu lagi bekerja sama” kesal Garfiel.

 

“Duh, jangan bilang begitu. Aku juga tahu mengulur-ulur waktu tidak akan membantu situasi ini”

 

Penglihatan Subaru dibutakan oleh badai salju yang tertiup angin, dia mengikuti saran Garfiel dan berbalik ke Makam.

 

Di tengah dunia putih, Subaru dengan samar dapat melihat sebuah reruntuhan batu. Bahkan dalam ekstrimnya iklim, Makam Echidona berdiri dengan tegak, menunggu penantang berikutnya.

 

Dan Emilia ada di dalamnya.

 

“Berapa lama Emilia ada di dalam sana?

 

“Dia masuk malam lusa kemarin, sudah dua hari sekarang, aku tidak peduli berapa lama selama dia tidak mati”

 

“Dari penjelasanmu, aku memahami kejadiannya, jadi kau tidak mencoba untuk masuk dan mengeluarkannya sendiri?”

“Aku tidak bisa masuk ke Makam. Sudah menjadi bagian kontraknya”

 

Jawaban menarik itu menjelaskan keseluruhan posisi Garfiel.

 

Subaru tidak yakin sampai sejauh mana penduduk Sanctuary mengetahui hal ini, tapi Garfiel pasti pernah masuk ke dalam Makam. Dia menemui Echidona, dan diberikan kekuatan sebagai “Pengikut Keserakahan”, sekaligus memegang Wewenang Kekuasaan mengendalikan replika Lewes. Tapi kenapa dia merahasiakannya dan menunda pembebasan Sanctuary, itu di luar akal sehat Subaru.

 

“Saat aku masuk ke dalam dan menanyainya langsung…kurasa aku akan menemukan jawabannya”

 

“Hentikan ocehanmu. Kubilang, pergi saja ke dalam. Bawa keluar setengah penyihir itu dan suruh dia berhenti membuat semua salju ini. Kalau tidak, aku akan terpaksa melakukan sesuatu yang tidak kuinginkan”

 

Garfiel dengan pelan mengangkat Rem di tangannya dan tersenyum mengancam. Senyum itu sama sekali tidak cocok padanya, tapi Subaru tahu Garfiel adalah orang yang menepati ancamannya. Meskipun niat sebenarnya tidak jelas, selama hal itu demi melindungi Sanctuary, dia akan dengan mudah mengubah targetnya pada seorang gadis yang terlihat sama dengan doinya.

 

“Jangan lakukan apa pun pada Rem. —Itu syaratnya” pinta Subaru.

 

“……..Pergi sana”

 

Ditiup angin beku, Subaru mengucapkan kata-kata tersebut dengan nada sedingin mungkin, dan mulai berjalan menuju Makam. Di belakang, Garfiel menyaksikan kepergiannya.

 

Niat yang sebenarnya masih tidak diketahui, tapi Subaru teringat bahwa ada sesuatu yang lupa dia beritahukan padanya.

 

Subaru lupa memberitahu Garfiel tentang kematian kakaknya, kematian Frederica.

 

Satu-satunya penjelasan yang dipikirkannya adalah amarah dingin yang membara di kepalanya.

 

Sekarang ini, apa Subaru masih waras? Jika dia waras, terus bagaimana? Dia membiarkan Petra mati, dia meragukan ketidakbersalahan Frederica, dan dia kembali ke Sanctuary untuk menemukan alasan ini. Hubungannya dengan Garfiel sedang dalam keadaan yang terburuk, dan Subaru tidak tahu apakah para penduduk Sanctuary yang lain masih aman.

 

Masih bisa bertahan pada keadaan mengerikan ini, bagaimana bisa Subaru masih waras?

 

Dia tidak boleh berhenti berpikir. Dia tidak boleh berputus asa. Harus melihat ke depan, menatap ke atas, raih masa depan yang layak di raih, dan ambil semua beban yang harus dia tanggung.

 

Kalau tidak begitu, apa yang akan Subaru—

 

“———–”

 

Suara langkahnya yang goyah menginjak lantai kering Makam.

 

Tidak seperti di luar, di dalam, Subaru tidak merasakan ekstrimnya suhu dingin. Seakan-akan udara dingin dilarang memasuki tempat ini, tapi itu hanya ilusi saja, kenyataannya, dingin dari udara tersebut hanya berkurang.

 

Saat Subaru menginjakkan kakinya ke dalam Makam, mekanisme untuk menyambut mereka yang terkualifikasi aktif, dan obor bercahaya redup di lorong gelap itu berapi-api.

 

Obor kelam yang terbaris di dinding itu membawa Subaru semakin dalam, dan karena seluruh darah yang ada di tubuhnya membeku, Subaru menggerakkan anggota tubuhnya untuk menjelajah ke dalam Makam.

 

Di ujung yang rasanya seperti lorong panjang, sangat panjang, Subaru sampai di sebuah ruangan.

 

Ruangan dimana Uji Coba pertama berlangsung, dimana mereka menghadapi masa lalu mereka.

 

Akhirnya sampai juga,

 

“——-Subaru?” panggil seseorang.

 

Bagaikan cincin perak yang bergema, Subaru disambut oleh suara lembut yang dinanti-nantikannya.

 

Sebuah suara memanggil namanya dalam kegelapan, Subaru melihat seseorang di depannya.

 

Saat mata Subaru menyesuaikan gelap reruntuhan, rambut perak panjang dan mata ungu, menguasai penglihatannya. dia hanya bisa memanggil namanya.

“Emilia” panggil Subaru.

“Yaa, Subaru…ini aku”

 

Mengucapkan empat kata pendek dan mendengarkan sautannya, Subaru merasa tubuhnya mau pingsan. Mungkin reaksinya terlalu berlebihan, tapi itu karena kerinduan Subaru yang meluap-luap.

 

Lelah, jenuh, dan rasa kehilangan Subaru. Semua itu menyiksanya, tapi Subaru menahan lututnya yang lemas karena menahan perasaan yang tidak boleh dia tunjukkan pada Emilia.

 

Tubuhnya terhuyung-huyung ke depan, hendak jatuh, tapi ada dua tangan yang menangkapnya.

 

Sentuhannya lembut dan hangat. Subaru mendongak, dan melihat wajah indah nan cantik yang menatapnya balik. Untuk beberapa saat, Subaru menahan nafasnya, dan lupa dimana dia berada.

 

Sekarang, Subaru tertegun di pelukan lembut Emilia.

 

“Ah, ma-maaf…tiba-tiba aku merasa lemas…”

 

“Tidak apa-apa kok. Aku percaya kau tidak melakukannya dengan sengaja. Walau sengaja pun, aku tetap akan menangkapmu” kata Emilia.

 

Memotong perkataan Subaru, Emilia menutup dalihnya.

 

Bukannya menegur, Emilia dengan santai menghiburnya. Karenanya, Subaru menghembuskan nafas lega—-tapi pada saat yang sama dia merasa ada sesuatu yang aneh pada Emilia.

 

Sosok Emilia terlihat sama seperti biasanya.

 

Lembut, tenang, sedikit penyendiri, penuh kasih sayang, dan ekspresi manis yang entah bagaimana disertai dengan aura kekanak-kanakan—-semuanya tidak berubah.

 

Persis Emilia yang Subaru kenal saat menghabiskan hari-hari damainya di mansion Roswaal.

 

Bukan Emilia yang dibebankan dengan tugas melewati rintangan Ujian.

 

“E-Emilia…saat aku tidak hadir di Sanctuary, err…”

 

—-Apa ada sesuatu yang mengubah pikiranmu?

 

Subaru dengan hati-hati memilih kalimatnya, berniat mengajukan pertanyaan itu.

 

Tapi sebelum perkatannya terucap dari bibirnya, dengan lirih Emilia bergumam.

 

“—Kesepian” gumam Emilia.

 

“…….Ya?”

 

Tidak mendengar lirihan Emilia, Subaru mengerutkan alisnya dan meminta dia mengulanginya.

 

Subaru dapat melihat wajah cantik berambut peraknya hanya dengan mengalihkan wajahnya. Menatap mata Emilia dari jarak dekat sampai-sampai nafasnya terasa, kali ini, Subaru tak akan melewatkan satu kata pun.

 

Tatapan mereka saling bersilangan, Emilia melanjutkannya.

 

“Aku sangat kesepian Subaru. ——Ketika kau meninggalkanku” lirih Emilia.

“Ah……tidak, tidak seperti itu kok. Aku tak akan pernah meninggalkanmu…..”

 

“——–”

 

“Bukankah sudah kutinggalkan surat untukmu, menjelaskan bahwa ada sesuatu yang harus aku lakukan. Jadi untuk sementara aku tidak bisa menemanimu. Maaf sudah meninggalkanmu, membuatmu merasa kesepian, bahkan aku pun gagal melakukan sesuatu yang mesti dilakukan, terus…..”

 

“Pff…haha” tawa Emilia.

 

Canggung ditatap oleh Emilia, Subaru dengan panik mencoba untuk menjelaskannya sendiri. Belum selesai, seakan-akan tidak bisa meneruskannya lagi, Emilia tertawa terbahak-bahak.

 

Melihatnya begitu, Subaru terdiam meragukan matanya.

 

Mereka berdua sedang mengobrol, dan dalam kondisi yang tidak tepat, kenapa Emilia tertawa?

Apa yang lucu? Mau bagaimana pun, Emilia bukanlah gadis seperti itu.

 

“Meskipun kau tidak susah-susah menjelaskannya, aku tak akan marah padamu. Aduh Subaru, wajahmu sudah menghijau tahu…pft-hahaha”

 

“E-Emilia…?” panggil Subaru.

“Tidak apa-apa Subaru. Kau meninggalkan surat yang kau tulis dengan sepenuh hati. Aku hanya sangat kesepian dan rasanya ingin menangis saja, tapi…aku membaca surat itu lagi dan lagi” tutur Emilia.

 

Mengucapkan kata-kata manis itu dengan bibirnya, senyum Emilia semakin lebar.

 

Melihat senyuman indah dan mempesona itu, bisikan manisnya menaklukkan hati Subaru. Maksud dari perkataannya adalah Seberapa besar Emilia menghargai surat Subaru, dan menjadi sesuatu yang mendukungnya, Subaru merasa hatinya terbakar panas dan ingin meledak.

 

Tapi, yang membuat kesadaran Subaru tidak terhanyut oleh rasa senangnya adalah firasat buruk di dadanya.

 

Ada sesuatu yang salah. Sesuatu yang aneh. Firasat yang dia rasakan dari dulu belum meninggalkannya.

Ada apa ya? Ada yang janggal. Meskipun Emilia saat ini sangat imut.

 

Meskipun Emilia menjawabnya dengan sangat anggun.

“Emilia…bagaimana Ujiannya?” tanya Subaru.

 

“Ujiannya…”

 

“Ya, Ujiannya. Kau datang ke sini karena alasan itu kan? Maafkan aku kau harus menanggung semuanya sendirian. Aku ingin minta maaf, tapi juga mau tahu apa yang terjadi. Meskipun kau gagal, aku tidak peduli, tapi beritahu aku keadaanmu saat ini…….” tutur Subaru.

 

“Gagal. Gagal. Aku gagal tahu, baru Ujian pertama dan aku tidak bisa melewati masa laluku. Aku mengecewakanmu dan membuatmu khawatir, maafkan aku”

 

“A….”

 

Subaru menyesali pertanyaannya.

 

Bagi Emilia, pertanyaan Subaru terdengar seperti kekecewaan. Jika begitu, maka Subaru menelan ludahnya sendiri, tepat setelah dia menghibur Emilia dengan Aku tidak peduli.

 

Perkataannya membuat Subaru merasa sangat menyesal, dan tiba-tiba, ada sentuhan lembut nan halus di kepalanya.

 

Emilia menyelipkan jari-jemarinya ke rambut hitam pendek Subaru, mengusap lembut kepalanya dengan telapak tangan.

 

Tidak memahami maksud dari usapannya, Subaru berkedip linglung. Emilia tersenyum saat melihat ekspresi terkejutnya, dan pipinya memerah.

 

“Subaru, kau selalu ingin menyentuh rambutku kan? Jadi, aku juga ingin menyentuh rambutmu. Hehe, Subaru gampang digodain ih…”

 

“E…milia…?”

 

“Kalau kau benar-benar mengabaikanku, dan pergi seperti itu, aku akan mengikuti Ujiannya, lagi, lagi dan lagi, pikiran itu terus terngiang-ngiang di kepalaku. Aku sangat-sangat takut. Aku senang saat melihatmu kembali ke sini”

 

Meskipun Emilia baru saja memberitahu Subaru bahwa dia gagal menghadapi Ujian, saat ini, satu-satunya hal yang tergambar di dalam mata Emilia adalah Subaru. Mata gelisahnya, tetap menatap Subaru.

 

Subaru merindukan hari dimana Emilia menatapnya seperti ini. Menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca, penuh emosi.

 

Semua yang Subaru lakukan sampai sekarang terbayar sudah oleh tatapan Emilia.

Karenanya—

“Subaru, maukah kau terus bersama denganku? Selalu menemaniku? Karena, selama kau ada di sisiku, aku tak membutuhkan orang lain lagi—”

 

Subaru tidak pernah membayangkan Emilia akan mengucapkan kata penuh kasih sayang pada Subaru, itu menakutinya.

 

※ ※ ※ ※ ※ ※ ※ ※ ※ ※ ※ ※ ※

 

Menggenggam tangan Subaru, Emilia membisikkan kata penuh cinta.

 

“Awalnya, saat kumendengar Subaru telah pergi, aku merasa sangat sakit hati. Aku sangat takut. Aku penasaran apakah karena aku tidak bisa melakukan semuanya dengan benar…karena itulah Subaru lelah denganku. Memikirkannya membuatku takut, tubuhku terus gemetaran” kata Emilia.

 

“———“

 

“Tapi, aku menemukan suratmu, dan aku tahu itu tulisanmu, ketakutanku seketika hilang. Subaru sangat luar biasa. Kendati beberapa saat yang lalu aku merasa takut, kau langsung menyingkirkan rasa itu dariku…ya, seperti inilah caramu membantuku, Subaru”

 

“———“

 

“Isi suratmu membuatku sangat-sangat bahagia. Kau menulis banyak kata agar aku tidak khawatir. Dan aku membacanya dengan sangat-sangat lama. Kau membuatkannya untukku, dan kau selalu memikirkanku, aku sangat bersyukur”

 

“———“

 

“Dalam suratnya, kau bilang betul-betul mencintaiku. Saat kau mengungkapkannya di karavan naga, aku sangattttt senang sampai-sampai ingin menangis. Sepertinya aku mendapatkan sesuatu yang besar dan berharga…aku baru menyadarinya sekarang”

 

“———“

 

“Ketika aku mendapati Subaru kembali ke Sacntuary, aku tidak bisa menahannya lagi. Hati kecilku memanggil-mnaggil nama Subaru. Aku ingin menghampirimu, menyentuhmu, pokoknya tidak bisa kutahan lagi…”

 

“———“

 

Subaru. Maaf untuk semuanya. Aku sudah banyak berbuat salah padamu. Walaupun mengetahui perasaanmu padaku, aku tidak memberikannya kepastian. Itu benar-benar jahat, aku baru saja menyadarinya”

 

“———“

 

“Pasti sakit, menahan semua perasaan di dalam dirimu. Aku sangat egois sedangkan kau berusaha keras untuk membantuku. Aku tidak bisa memahamimu sekali pun sering memikirkannya”

 

“———“

 

“Tapi sekarang berbeda. Aku selalu memikirkan Subaru. Kaulah satu-satunya orang yang kupikirkan. Sama seperti kau yang…er, bilang bahwa kau mencintaiku, selalu memikirkanku…sekarang, mungkin aku…merasakan perasaan yang sama sepertimu”

 

“———“

 

“Maafkan aku. Yang kemarin-kemarin itu tidak adil. Biarpun kau ketakutan dan tidak mengetahui apa yang kupikirkan, kau masih mengungkapkannya padaku”

 

“———“

 

“Jadi, aku juga akan mengungkapkannya. —–Aku ingin memberitahumu bahwa…”

 

“———“

 

 

“Kau tahu, Subaru…aku…mencintaimu. Aku betul-betul mencintaimu. Aku selalu memikirkanmu, aku selalu memikirkanmu, dan aku selalu berada di sisimu.

 

“———“

 

“Subaru, jika kau merasakan hal yang sama denganku…aku akan benar-benar senang tahu”

 

“———“

 

“Ehehe. Mn, mn…kucinta kau. Subaru…aku sangat, sangat, sangat mencintaimu”

 

Catatan Kaki:

  1. Karavan, kenapa gua sebut karavan? Karena dipake para pedagang atau rakyat jelata, kalau dipake bangsawan namanya kereta.

Share this post on:
Subscribe
Notify of
guest
1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Regin Leiv

???