Share this post on:

Pemandangan Salju Merah Tua

CH 66.png

Penerjemah : DarkSoul

Melihat Subaru keluar dari makam sendirian, Garfiel memancarkan aura mengancam yang membuat kulit Subaru merinding.

Dingin di luar Makam jauh lebih menusuk.

Berkebalikan dengan kehangatan Makam, dingin ekstrim Sanctuary membekukan tenaga Subaru dan menghilangkan kehangatan tubuh seseorang dalam beberapa detik.

Badai salju tiada akhir, dan putih salju yang membutakan. Hembusan nafasnya membeku saat ditiup dari mulutnya, tubuhnya yang menggigil hampir tidak dapat ditahan.

Mendekap bahunya sendiri, Subaru ngeri pada Garfiel yang melotot. Dan menggertakkan taringnya, tatapan Garfiel beralih ke lorong kosong dibelakang Subaru.

“Sepertinya tidak ada orang dibelakangmu” Garfiel geram.

“Ya, dia tidak keluar. Emilia ada di dalam, sedang tidur”

“Hah? Tidur??”

“Dia kelelahan. Dua hari berturut-turut, dia terus-terusan mencoba Ujiannya, lagi dan lagi. Itu membuat lelah fisik maupun batinnya. Dan sampai sekarang dia belum makan. Dia hanya…memaksakan dirinya”

Berulang kali, memaksa dirinya mengikuti Ujian, dan hasilnya hanyalah kegagalan, Subaru dapat merasakan keletihan dan kekecewaannya.

Tentunya, sama dengan rasa tidak berdaya yang Subaru sering rasakan.

“———–”

Jauh di dalam Makam, sebagai hukumannya atas gagal menyelesaikan Ujian, Emilia tidur nyenyak.

Ingatan kehangatan tubuh Emilia serta pelukan eratnya selagi dia membisikkan cinta palsunya pada telinga Subaru, membuatnya terangsang dan menyesal sudah meninggalkan Emilia begitu saja.

Subaru ingat Emilia yang sedang mabuk cinta, suaranya sangat lembut, mengucapkan semua hal yang ingin Subaru dengar, seluruh emosi Subaru membuatnya terjebak di dalamnya.

Bagian dari dirinya menghasutnya untuk mengikuti emosi yang membara kala itu, apakah itu termasuk modus terselundup Subaru? Tak ada yang tahu.

Setelah menolak godaan Emilia yang bahkan Dewa pun akan menerimanya, Subaru keluar dari Makam.

Meninggalkan Emilia yang tertidur, Subaru tidak ingin memberitahunya apa yang terjadi di luar. Dan dia juga tidak ingin membawanya kehadapan maksud jahat Garfiel.

Tapi, berkebalikan dengan tekad lemah Subaru, amarah Garfiel tidak padam sedikit pun.

Dia menendang salju di bawah kakinya dan menggertakkan taring putihnya.

“Kau tidak membawa setengah Penyihir itu keluar. Badainya tidak berhenti-berhenti. Kau tidak membawa oleh-oleh apapun dan pulang dengan tangan hampa, hanya membawa wajah jelekmu itu. Apa yang kau lakukan sih?”

“—Emilia, dia bilang…dia mencintaiku”

“Hah………..?”

Kejutan Subaru mungkin tidak bagus dikatakan disini. Untuk sementara, tampang Garfiel menunjukkan seolah tidak percaya pada pernyataan Subaru. Tapi wajahnya seketika menggelap saat menyadari bahwa dirinya telah dipermainkan.

“Tampaknya bukan hanya setengah Penyihir yang tidak mengetahui situasi sekarang ya!? Perhatikan baik-baik dimana kau berada, dan kau masih ingin membohongiku? Ha?!

Tekanan dari kemarahan Garfiel mulai menguapkan salju di kulitnya. Dan pemandangan tubuh Garfiel yang membesar bukanlah ilusi optik, melainkan permulan perubahan wujudnya dari manusia menjadi harimau raksasa.

Subaru tidak bergetar menyaksikannya. Dengan ekspresi yang sama ketika dia menuturkan perkataan sebelumnya, Subaru terus menatapnya dengan tatapan kosong.

Matanya tidak berkedip di depan Garfiel yang marah.

“Emilia bilang bahwa dia mencintaiku dan yang dia butuhkan hanyalah aku”

“—Dasar kau…”

“Dengan wajah manisnya, suara lembutnya, tingkahnya yang lucu, dia sangat dekat sampai-sampai hembusan nafasnya dapat kurasakan, itu melunakkanku…itulah yang dia katakan padaku”

“Terus apa!? Sudah jelas saat kau datang ke sini dia sangat nempel padamu. Jika kau ingin ucapan selamat atas hubungan kalian, merobek kalian berdua adalah hadiahnya”

Raungan hewannya bercampur dengan cercaan selagi dia berubah menjadi harimau, amarahnya semakin menjadi-jadi. Siap memukul Subaru kapan saja, tak tahan lagi, dia menghantam Subaru dengan tinjunya.

Dan itulah akhirnya—

“……..Bagaimana mungkin” Subaru bingung.

“Ha…? Aku tidak mendengarmu, ulangi perkataanmu….”

“Bagaimana mungkin Emilia billang bahwa dia mencintaiku!!??”

“——-Hk”

Subaru mengangkat kepalanya dan berteriak. Bahkan Garfiel pun terdiam saat dihadapkan dengan semua hal ini. Melihat Garfiel tersentak mundur, ekspresinya terlihat kesakitan, Subaru merasa hatinya ingin meledak.

Percakapan mereka di Makam, kehangatan sentuhan mereka, dan cinta mereka—Subaru membuang semuanya. Menyakitkankah? Tentu saja menyakitkan. Tapi, dalam ingatan tak terlupakan itu, tidak tersirat satu pun makna sejati. Hebat ya, Subaru tertipu oleh ucapan palsu Emilia. Tapi, Natsuki Subaru tidak bisa jadi lebih bodoh lagi.

“Tidak mungkin dia mengatakannya. Tidak mungkin Emilia bilang bahwa dia mencintaiku…tertarik padaku, menawarkan semuanya padaku, dan tidak membutuhkan siapa pun selain diriku…itu mustahil”

“Kau ngomong apa sih?” tanya Garfiel”

“Tidak mungkin dia sampai segitunya bergantung padaku, dan menyatakan bahwa perasaannya adalah segalanya. Tak mungkin. —Jika Puck ada disini, mustahil dia begitu terpikat denganku…”

Subaru tidak bisa mengungkapkan betapa berharapnya dia dijadikan nomor satu dalam hati Emilia.

Tapi Subaru tidak yakin dia pantas menerima tempat nomor satu di hati Emilia, dia juga tidak memikirkannya sama sekali.

Orang yang paling diandalkan Emilia, yang ‘kan dia peluk erat-erat sampai akhir dunia ini, adalah Puck.

Sekarang karena Puck tidak muncul-muncul, Emilia beralih ke Subaru sebagai tempat berlabuh keduanya, tidak lebih dari itu.

Pernyataan cintanya, kehangatan jari-jemarinya, dan nafasnya yang kembang-kempis, Subaru tidak percaya bahwa semua itu adalah kebohongan.

Subaru tidak ingin mempercayainya—tapi dia tahu itu semua tidak benar.

Mengangkat kepalanya, Subaru menatap Garfiel.

Kemarahan Garfiel nampaknya sudah mendingin, tapi kali ini, Subarulah yang marah.

“Siapa yang mendesaknya sampai dia harus mengandalkan pria tidak berguna sepertiku? Siapa yang menyuruh Emilia untuk terus melanjutkan Ujiannya…tidak peduli berapa kali hatinya hancur, lagi dan lagi! Siapa dia!?” geram Subaru.

“Itu semua penting kan! Itu tuh keputusan yang kau buat sendiri! Dan orang-orang di Sanctuary…mereka semua menyalahkanku, HAH!!”

Garfiel menghancurkan tuduhan Subaru.

Tapi, mendengarkan ancaman Garfiel, Subaru hanya menggelengkan kepalanya.

Siapa yang membuat Emilia sampai seperti itu? Dia sudah mengetahui jawabannya tanpa ditanya sekalipun.

“Tidak ada yang salah dari pertanyaan ini……..itu adalah salahku”

“—HUH!?”

“Ini salahku. Salahku sampai membuat keadaan Emilia jadi seperti itu. Salahku, itu salahmu, semuanya salahmu”

“……….Hentikan omong kosongmu itu. Jika Emilia-sama tidak bisa menanggung bebannya, bukankah berarti hanya itu saja yang bisa dia lakukan!? Jika hatinya yang lemah mengincar tujuan setinggi itu, maka dia hanya membodohi dirinya sendiri!” teriak Garfiel.

“Ya. Kau benar. Emilia terlalu lembut, jadi dia hanya bisa menerima tekanan dari depan langsung. Dia tak pernah mengutarakan bebannya pada orang lain, sampai dia hancur sendiri. —Meskipun itu adalah hal yang harus dilakukannya”

Menerima kemarahan Garfiel, Subaru merasa hatinya mendingin sama seperti pemandangan salju disekitarnya.

Meskipun itu adalah hal yang harus kulakukan, pikir ulang Subaru.

“Ya. Itu adalah hal yang harus kulakukan. Karenanya aku disini…walaupun aku sendirilah yang mengatakan hal ini, yang kulakukan adalah…”

“Apa yang disetujui mereka dari dirimu, woi…..Tidak, lupakan saja. Lupakan sajalah. Tidak ada akhirnya ngobrol denganmu. Kehausan Mordoba tak akan pernah dapat dipuaskan. Kalau kau sendiri tidak bisa membawanya kembali, maka….”

“Kau sendiri yang akan masuk ke Makam dan membawa kembali Emilia…? Memangnya bisa?” Subaru bertanya.

“…….Apa sih yang kau katakan”

Garfiel menggertak sedikit. Kendati niatnya untuk menakuti Subaru, maksud sebenarnya adalah memastikan dugaan tanpa dasar Subaru.

“Garfiel, aku sudah tahu kau adalah Apostle Keserakahan. Aku tahu itulah satu-satunya cara agar kau bisa diberikan Wewenang Kekuasaan atas para Lewes” ucap Subaru.

“———-“

“Jadi itu sudah pasti, menjadi Apostle Keserakahan, kau sudah pernah masuk ke Makam………Atau, lebih tepatnya lagi, kau pernah mengikuti Ujian”

“—-Kau…”

Kau menantang Ujiannya bukan. Walau aku tidak tahu kenapa kau sangat bersikeras ingin merahasiakannya. Apakah karena penduduk Sanctuary dilarang memasuki Makam? Kalau tidak…maka Leweslah yang memasuki Makam untuk menyelamatkanmu?”

“———Argh”

Perasaan Garfiel campur aduk.

Lagi pula, keluarga adalah titik lemah Garfiel. Melihat ekspresinya melunak, Subaru terus menyatakan perkiraannya.

“Frederica memberitahuku tentang bagaimana kau masuk ke dalam Makam. Dan dengar-dengar Lewes juga masuk ke sana untuk menyelamatkanmu”

“Dasar mulut ember….! Pergi meninggalkan Sanctuary ternyata belum cukup juga, dia jadi kaki tangan orang luar…cih”

“Apa, memangnya buruk jika seseorang mengetahui hal ini? Kalau dipikir-pikir siapa yang membuat kontrak dengan para penduduk ini? Apakah Penyihir Echidona yang membuat Sanctuary ini? Jika begitu, anggap saja selama ini para penduduk Sanctuary menjalani kontrak dengan orang mati?

“Beraninya kau—!”

“—Lebih dari ini” Garfiel menghentakkan tanah, menyatu dengan udara selagi dia menerjang Subaru.

Menghujamkan cakarnya yang dapat menembus baja pada wajah Subaru—

“—Yang membuat saljunya adalah Rooswal”

“————“

Mendengarkan Subaru menuturkan inti dari permasalahannya, cakar Garfiel berhenti satu inci dari wajahnya.

Melihat ekspresi tertegun Garfiel, Subaru mengangguk.

“Bukan Emilia. Tanpa Puck disini, Emilia tidak bisa melakukan ini sendirian. Meskipun ada kemungkinan 1 : 1.000.000 bahwa Emilialah pelakunya, tidak mungkin gadis itu bisa menyembunyikannya dariku”

“Itu…hanya pemikiranmu saja…”

“Kau benar, tapi aku hanya bisa meyakininya. Gadis itu, biarpun dia betul-betul mengabaikan dirinya sendiri, dia bukanlah gadis yang akan membuang tanggung jawabnya dan melukai orang disekitarnya…yang kuyakini hanyalah itu”

Mungkin saja sebuah tebakan dari proses eliminasi teori.

Tapi tentunya itu bukanlah tuduhan yang tak beralasan.

“Orang yang mengikatmu di Sanctuary…tidak lain adalah Roswaal, benar?”

“Kau dengar itu dari Frederica?” tanya Garfiel.

“Tentu saja tidak…aku sendiri yang memilah-milah informasi dan bukti yang kudapatkan, kecurigaan serta firasat burukku pada orang yang membuat tuduhan palsu itu—Tapi sepertinya aku benar”

“——-”

Saat Garfiel terdiam, Subaru menghembuskan nafas transparan.

—Hembusan itu adalah rasa lelahnya karena mencari orang yang Subaru curigai merupakan pelaku sebenarnya, dan dia benar-benar pelakunya. Namun, meskipun dia tahu bahwa Roswaallah yang berkonspirasi di belakang layar, Subaru masih tidak tahu kenapa dia mengatur kontrak yang menjebak penduduk Sanctuary disini, dan mengapa dia menyiksa mereka dengan salju. Tidak peduli berapa banyak pemikiran Subaru, dia tidak bisa menemukan jawaban yang memuaskannya.

Kalau begitu,

“Rasanya kita hanya harus meminta keterangan si wajah sombong itu”

Mendengarkan perkataan penuh kepastian Subaru, Garfiel melemaskan tangannya.

Dan Subaru merasa emosi di wajah Garfiel sama dengan emosi di wajahnya.

※ ※ ※ ※ ※ ※ ※ ※ ※ ※ ※ ※ ※

“Aduh~aduh, kalian berdua benar-benar kelihatan~marah”

Terbaring di kasur kediamannya, Rooswal menyambut Subaru dan Garfiel dengan ucapannya barusan, tersenyum riang dengan dandanan badutnya yang biasa.

“Ya. Sekarang ini aku sangat terpicu. Dan orang yang satu ini akan menghajarmu kapan saja tahu? Lebih baik kau berhati-hati dengan ucapanmu”

Berdiri menghalangi pintu, Subaru menggerakkan tangannya dan menyikut orang disampingnya. Disebelahnya adalah Garfiel, sedang menggeram pelan. Suara nafas hewannya adalah bukti bahwa titik kesadarannya sudah sampai ujung, berusaha mempertahankan wujud manusia. Meskipun mereka berdua ada di dalam kediaman Roswaal, hawa dingin dapat menembus tembok dan masuk ke dalam. Subaru dan Roswaal menghembuskan nafas putih, sedangkan nafas Garfiel panas karena geramannya.

“Kalian pasa~ngan yang menarik, benar? Aku ingat betul Garfiel mengatakan sesuatu tentang me~robek Subaru menjadi dua ketika dia kembali?”

“Semuanya sedikit berubah. Aku harus sangat teliti memutuskan siapa yang hendak aku hancurkan sampai aku mengetahui kebenarannya”

“Jangan mengatakan hal menyeramkan itu. Roswaal juga, kau tidak boleh menerima pernyataan menakutkan seakan-akan sudah normal bagimu tahu”
Percakapan Subaru dengan Garfiel saat dia meninggalkan Sanctuary tuk pergi ke Mansion, membuat Garfiel sangat membenci dirinya. Tidak dapat melupakan penghinaan itu, kebencian Garfiel kepada Roswaal dan Emilia tidak terlalu sulit untuk dimengerti.

Melihat Subaru menyipitkan alis matanya, Rooswal menggelengkan kepalanya dengan Tidak~tidak~tidak, sambil menatap bolak-balik Subaru dan Garfiel dengan mata kuningnya.

“Aku semata-mata mengatakan yang seada~nya, Subaru-kun”

“Kelihatannya aku sedang direndahkan. Aku terluka Ros-chi. Bersediakah kau melakukan sesuatu meskipun Garfiel memakanku bulat-bulat?”

“A~duh~duh, bukankah kau terlalu bekerja keras? Jika Subaru-kun satu lawan satu melawan Garfiel, aku tidak yakin dia bisa menang darimu~mungkin?”

“Kau pikir aku punya kesempatan? Jika kau mendengarkan catatan pertarunganku, kau pasti akan merinding”

Sejak dia dipanggil ke dunia ini, Subaru terus-terusan terluka. Tidak satu pun pertarungan dimenangkan dengan kekuatannya sendiri.

Subaru memang mengalahkan trio aneh di gang kota dulu, membunuh beberapa Wolgarms, dan menghabisi Petelgeuse yang sekarat, tapi hanya itu saja pencapaiannya.

“Sebenarnya, itu lebih baik sih…tapi jika aku melawan Garfiel yang sedang kesal, hanya butuh 2 detik untuk mengubahku menjadi gumpalan daging. Begitulah yang kuperhitungkan”

“Aku penasaran. Mungkin di bawah kondisi tertentu kau bisa bertarung dengan he~bat, pikirku”

Menyipitkan matanya, selagi berbicara Roswaal memandangi Subaru dari atas sampai bawah. Sayangnya, tidak peduli sanggahan apa yang Subaru berikan, Roswaal tidak setuju dengan argumennya.

Subaru mengangkat bahu dan mengesampingkan pernyataan Roswaal, disebelahnya, ada Garfiel yang menghentak-hentakkan kakinya ke lantai.

“Semua hal itu tidak penting! Bukankah ada sesuatu yang lebih penting lagi disini, hah! Apa kalian berdua sedang molor?”

Meninggalkan bekas tapak kaki di lantai, Garfiel memperlihatkan taring-taringnya dan berteriak di depan kedua orang itu.

Sepertinya dia tidak terlalu menyukai obrolan pertarungan kecil mereka yang merupakan topik utamanya. Tapi, yah, Subaru juga tidak terlalu menyukainya.

Mengikuti desakan Garfiel, Subaru mengangguk sekali, lalu…

“Kaulah orang yang membuat salju di Sanctuary kan, Roswaal”

Subaru langsung ke intinya.

“———–” Roswaal terdiam.

Mendengarkan pertanyaan Subaru, Roswaal terdiam.

Subaru ikut terdiam, dan menunggu jawaban Roswaal. Seketika ruangannya menjadi sunyi, satu-satunya suara yang terdengar adalah hembusan angin beku di luar jendela, irama detakan jam dinding, dan gretakkan gigi Garfiel.

“Subaru-kun?” panggil Roswaal.

“Ya?”

“Apa kau mendengarnya dariku?” tanya Roswaal”

“——–”

Pertanyaan macam apa itu? Subaru sudah banyak memperkirakan jawaban yang mungkin Roswaal akan katakan.

Mungkin wajah tertawa tanpa dosa seperti Hehe, aku ketahuan, atau wajah menyedihkan seperti M-menggelikan sekali…bukti! Mana buktimu! Tapi perkiraan terbesarku adalah dia akan menghindarinya, Maaf tapi aku tidak mengerti apa yang kau~~katakan, atau sesuatu semacam itu.

Tapi jawabannya 180 derajat berbeda dengan apa yang
Subaru perkirakan.

“Apa? Kami baru saja sampai disini, seharusnya kaulah yang menjelaskan kebenarannya pada kami? Kau lagi pusing ya?”

“Hm~mm…begitu ya. Begitu ya. Begi~tu ya…sayang sekali” kata Roswaal.

Meskipun memikirkan dalam-dalam perkataan Subaru, ekspresi Roswaal terlihat tidak mengerti. Setelah dia dihujamkan pertanyaan-pertanyaan barusan, Roswaal menundukkan kepalanya dan mendesah pelan.

Sisi wajah pucatnya bahkan tampak lebih hampa dari biasanya. Dan Subaru tahu bahwa itu tidak diakibatkan oleh luka-lukanya, melainkan cerminan dari keadaan hatinya.

“——-Kalau~begitu. Aku salah ngomong deh, salah ngomong. Barusan aku mengatakan sesuatu yang aneh”

Mengangkat wajahnya lagi, Roswaal tersenyum tipis seolah menarik kembali yang baru saja dia katakan.

Entah bagaimana, Subaru merasa ada sesuatu yang janggal dari senyum merah itu.

Tapi, mengindahkan perubahan kecil Roswaal, Garfiel melangkah mau.

“Kau tidak menyangkalnya?” Garfiel bertanya.

“Apa kau pikir aku akan terus mencari-mencari alasan padahal diriku sendiri sudah dicurigai, aku malah dianggap berbohong nantinya. Di sisi lain, tingkah laku biasa~ku juga sama sekali tidak kalian percaya~i”

“Jadi kau sudah mengetahuinya? Kalau begitu sudah kau tebak apa yang akan kulakukan selanjutnya…kan!?” ucap Garfiel.

Menghembuskan nafas intens, tiba-tiba Garfiel menghapus jarak di antara mereka berdua yang tadinya beberapa meter menjadi 0 meter.

Mendekati kaki tempat tidur, Garfiel menceking leher Roswaal. Gerakannya terjadi begitu cepat sampai-sampai Subaru tidak sempat menyuruhnya berhenti. Namun.

“—–Kau” Garfiel geram.

“Aku tidak mengizinkan penghinaan apa pun terhadap Roswaal-sama, Garf” ucap seseorang.

Keluar dari kamar sebelah, Ram mencekal Garfiel dan menghentikan pergelangan tangannya.

Dengan tangan kanan Rem yang menahan dadanya, Garfiel menggeram.

Subaru kaget Garfiel tidak menyadari kehadiran Ram di rumah ini, tapi, dengan desahan lega, dia paling tidak bersyukur bahwa Rem berhasil mencegah pertumpahan darah yang tidak perlu.

Kalau begitu—-

“Ram. Kau benar-benar pelayan yang luar biasa” puji Roswaal.

“Ya, Roswaal-sama”

Subaru tidak merasa ada yang aneh dengan percakapan mereka. Ram membahayakan dirinya untuk melindungi sang Master, dan Roswaal memujinya. Seharusnya tidak ada yang salah dengan hal ini. Ram hanya menjalankan tugasnya. Jadi dimana masalahnya? Subaru mendongak, mengerutkan alisnya, berpikir dalam-dalam.

Berdiri di dekat pintu, Subaru melihat Garfiel yang melangkah mundur, di depannya ada Ram yang sedang sigap. Dibelakang Ram, ada kasur yang dijadikan tempat perawatan Roswaal, anehnya.

—Sejak kapan Roswaal berdiri?

“——–”

Pasti terjadi dalam sekejap.

Dalam satu kedipan, Roswaal sudah bangun dari kasur tidurnya, dan berjalan ke tengah-tengah Ram dan Garfiel. Lalu…

“———–” Subaru terdiam.

Apa-apaan itu?

Yang menembus dada Garfiel adalah lengan manusia.

Menembus dada depan sampai punggungnya, lengan itu mempunyai lima jari yang menggeliat-geliat, Subaru yakin bahwa itu adalah lengan seseorang.

“Hhg, bh……..h” erang Garfiel.

Di depan matanya, tubuh Garfiel kejang-kejang. Sedikit demi sedikit, darah merah mengalir ke bagian belakang jaketnya, kakinya buntung. Dengan tidak adanya anggota tubuh yang menopang keseimbangannya, Garfiel jatuh terlutut dan lengan di punggungnya tertarik kebelakang.

Kemudian, kehilangan saraf-saraf penyumbat, darah menyembur keluar dari lubang di dada dan punggungnya.

“——Hh”

Garfiel pingsan di lantai. Ram juga Roswaal meratapinya. Dan yang menembus dada Ram adalah.

“Ros…”

“Kau benar-benar pelayan yang luar biasa” tutur Roswaal.

Dengan suara lemah, Ram mencoba memanggil namanya, tapi Roswaal dengan santai menyelanya.

Roswaal dengan kalemnya mengelus rambut berwarna merah Ram, sedangkan Ram tampak enak-enak saja, terlukis rona lembut di wajahnya.

—-Dari senyumnya, darah segar mengalir keluar.

Jelaslah. Karena dada belakangnya sudah bolong.

Lengan itu ditarik keluar dari dada Ram.
Lalu tubuh ramping Ram yang tidak bisa menahan dampak dari kekuatan sekecil apa pun, roboh ke lantai.

Yang menangkapnya adalah Garfiel yang bersimbah darah. Dia memeluk Ram yang pingsan dengan tangannya.

“Rrgh…Ros…waal, R..am…Ram, Ram, Ram, RAM RAM RAM RAM RAM!!” teriak Garfiel.

Sesaat kebencian menyelimuti hatinya, di hadapannya hanya ada mayat orang yang dia cintai.

Lagi dan lagi, Garfiel meneriakkan nama gadis di tangannya, mengaum penuh darah selagi dia memancarkan cahaya biru di tangannya.

Subaru tahu bahwa cahaya terang itu adalah rapalan sihir penyembuhan.

Meskipun bukan keahlian Garfiel, dia masih mampu merapalkannya.

Saat ini, walau luka parah menembus dadanya, Garfiel mempertaruhkan semuanya untuk menyembuhkan Ram di dekapannya. Dia berusaha menyembuhkannya, setiap denyut di jantungnya perlahan-lahan membuat tubuhnya berubah.

Ribuan bulu menutupi kulitnya yang terekspos, taringnya mulai tumbuh dan matanya mulai menyipit menjadi garis panjang. Bajunya robek karena otot-otot di sekujur tubuhnya membesar.

Garfiel berubah menjadi harimau tak berotak itu, naluri hewan yang fokus melindungi tubuhnya bertabrakan dengan kehendak manusianya yang ingin melindungi gadis tercinta.

Namun…

“————“

“Akan menyusahkan kalau kau berubah”

Memiringkan kepalanya sedikit, Roswaal menendang Garfiel.

Kaki panjang nan lihainya menyatu dengan angin, menghantam tengkorak Garfiel keras-keras—dengan suara yang terdengar seperti retakan cangkang telur, layaknya stik yang patah, kepala Garfiel meledak, darah terciprat dimana-mana.

Anggota tubuh Garfiel dari leher sampai kepalanya, meledak. Darah menyembur keluar dari tunggul lehernya bagaikan air mancur, memenuhi ruangan Roswaal dengan cipratan darah, mayat Garfiel menumpuk mayat Rem.

Senyum samar di wajah Ram tetap tidak berubah. Sihir penyembuhan Garfiel tidak ada efeknya. Detak nadi Ram sudah berhenti saat Roswaal menarik tangannya dari jantungnya yang hancur. Garfiel hanya tidak melihatnya karena terlalu fous merapalkan sihir.

“Bah~kan aku pun kesulitan merapalkan sihir sambil mempertahankan mantra gangguan cuaca ini. Bagi seorang penyihir istana, benar-benar penampilan yang tidak layak”

Dengan kasar menggaruk-garuk kakinya yang berdarah-darah, membunuh Ram dan Garfiel dengan tangan kosong, Roswaal menoleh ke arah Subaru yang terdiam tanpa suara. Dan, dengan cara bicaranya yang tidak berubah, dia berkata…

“Nah—-bagaimana dengan memulai pembicaraan kita? Natsuki Subaru-kun”

Share this post on: