Share this post on:

Awal Badai

Penerjemah: DaffaNieR

Regulus: Aww! Sakit … sakit banget ….

Regulus jatuh ke belakang dan mendarat kasar di tanah. Dia kelihatannya sangat terluka.

Sonetto: Hah!

Sonetto: Aku … aku belum mengeluarkan kemampuan terbaikku. Berdiri dan hadapi aku.

Regulus: Lenganku patah …! Sakit ….

Vertin: Dia kelihatan tidak baik. Wajahnya pucat. Akan aku periksa.

Vertin berjongkok di sebelah Regulus dan menghalangi penglihatan Sonetto.

Vertin: (Berikan dia sesuatu)

Regulus: K-k-kau sedang apa?

Vertin: Ini namanya Misty Bubble Ball. Kau tahu cara menggunakannya, ‘kan?

Misty Bubble Ball

Regulus: Hah …?

Vertin: Aku butuh bantuanmu. Sebelum itu, aku membantumu dulu.

Vertin: Nanti kutemui lagi di toko buku Oxford Street.

Vertin: Sekarang, dorong aku.

Terkejut selama setengah detik, Regulus mendorong Vertin dengan tenaga besar.

PUF!” (Misty Bubble Ball meledak)

Sonetto: Hah! Timekeeper …!

Vertin: *uhuk* … tutupi matamu ….

Sonetto: Ini salahku. Tapi … harusnya bukan masalah.

Sonetto: Waktu Misty Bubble Ball terbatas, jadi dia pasti masih di blok ini!

Vertin: Sonetto … apa kau masih mencari?

Vertin: “Badai” akan datang.

Vertin: Jika kau tidak kembali sekarang, nanti akan terlambat.

Sonetto: Paling tidak … biarkan aku mencarinya di toko-toko ini lagi.

Wajah bertekad yang sama. Wajah yang dia tampakkan sebelum ujian apa pun.

Sonetto melangkah di genangan air tanah lalu lari menuju toko serba ada.

Sekarang ke mana?

Toko buku di Oxford Street? Tidak, tentu saja tidak.

Melainkan ke tempat yang tak pernah mereka sepakati.

Regulus: Uwah! Kau mengagetkanku?! Bukannya kita setuju di toko buku …?

Vertin: Tepat. Bukannya toko buku?

Vertin: Misty Bubbel Ball yang kurang sempurna punya bau khusus. Sonetto tidak lama lagi pasti akan datang.

Regulus: Jadi … jadi kau mau apa dariku! Waah …. Malangnya aku ….

Vertin: Santai. Aku takkan membawamu ke Yayasan. Aku ingin dirimu ke suatu tempat aman bersamaku.

Vertin: Regulus, aku mau kau menghadapi “Badai” bersamaku.

Regulus: Menghadapi “Badai”?

Vertin: Sst! Dia di sini.

Dari luar terasa kemampuan arcane makin meningkat. Vertin mengambil kumis dari meja dan langsung ditempelkan ke wajah Regulus.

Sonetto: Timekeeper! Bagaimana dengan dirimu … ada progres?

Vertin: Maaf ….

Sonetto: Kau menggeleng kepala …. Artinya ….

Sonetto: Misiku … gagal …?

Gemuruh kembali menyadarkan Regulus. Dia menatap sepatu bot kulitnya yang sudah dibasahi tetesan hujan.

Tetesan hujan merah muda, kuning, dan biru tengah menyebar layaknya cat di air.

Ujung-ujung bangunan mulai mencair. Sungguh aneh, bagaikan susunan gambar di buku-buku komik.

Sonetto: Ti-Timekeeper ….

Wajah Sonetto pucat pasi.

Kapan “Badai” dimulai?

Vertin: Sepuluh menit lagi.

Kolase Richard Hamilton jatuh dari langit, mengguyur air hujan ke seluruh tubuhnya.

Namun Sonetto sekadar mengangguk dengan tergesa-gesa, matanya tampak membeku.

Sonetto: Aku harus pergi. Aku harus kembali.

Sonetto: … terima kasih banyak atas bantuanmu, Timekeeper.

Sonetto berbalik setelah itu lari ke arah berlawanan.

Regulus: Hujannya … jatuhnya terbalik?

Tidak bisa kabur lagi. Regulus berdiri di pintu, benar-benar membeku karena syok.

Regulus mengulurkan tangan ke tetesan hujan dan melihatnya naik menuju langit lewat jemarinya, merasa ganjil.

Regulus: Mengapa semua orang … bertingkah seakan tidak terjadi apa-apa? Apa aku salah lihat …?

Regulus: Hal-hal ini terlalu aneh ….

Vertin: Kau yang bisa melihat keanehan ini … adalah bukti dirimulah yang kucari.

Regulus cepat-cepat melangkah mundur sampai jatuh ke genangan air di belakangnya.

Regulus: Mencariku? Tidak. Mana mungkin ….

Regulus: Apakah ini … ramuan! Kau menggunakan ramuan padkau?!

Regulus: Kenapa! Aku tidak punya lagi “barang kecil” itu …!

Vertin: Cukup sudah! Berhenti belari!

Vertin: “Badai” telah datang.

Di momen-momen terakhir, Vertin akhirnya membuka koper dan mendorong Regulus masuk ke dalamnya.

Vertin: Lihatlah dunia … dengan matamu sendiri!

Share this post on:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments