Share this post on:

Bab 2 – Kota Bendungan Pristella

Penerjemah: NieR

1

“Setahuku, keinginan Nona Emilia harusnya diiiiihormati. Untung saja, tidak ada hal mendesak yang wajib beliau tangani sementara waktu ini …. Walaupun, tujuan kompetisi kita yang tidak dapat dimengerti bisa mengkhawatirkaaan.”

Itulah pendapat Roswaal kepada Emilia dan Subaru setelah menerima laporan hasil pertemuan dengan utusan serta undangan menuju Pristella.

Mereka bicara di ruang kerja Roswaal satu hari setelah kunjungan utusannya.

Roswaal baru-baru ini mencurahkan seluruh waktu dan usahanya menjaga komunikasi dengan para pemegang kekuasaan regional lain sehubungan persiapan pertemuan dengan seluruh jajaran penguasa barat.

  Umumnya, orang-orang mengikuti bimbingan Roswaal perkara pemilihan raja, namun mereka menganggap urusan para demihuman dan blasteran elf sebagai hal berlainan dan menyimpan perasaan kurang yakin mendalam mengenai dukungan terbukanya untuk Emilia.

Selama satu tahun terakhir, Roswaal melawan pertempurannya sendiri lewat percakapan dan negosiasi cermat untuk mengkonsolidasikan dukungan para penguasa ini. Pertemuan ini adalah puncak seluruh upayanya, dan semoga saja, akan mendekatkan mereka untuk mengikrarkan janji setia kepada Emilia.

“Maaf aku akan jauh-jauh dari mansion di saat-saat genting ini.”

“Tidak, tidak, jangan khawatir. Pertemuan mendekat ini hanyalah persiapan lanjutan menuju acara utama yang ‘kan datang. Menghadirkan Anda sekarang adalah tindakan buruk … ataukah Anda lebih ingin menampilkan pertunjukkan piawai lainnya ke kami untuk membungkam para elit yang lagi bergejolak itu? Persis waktu Anda mencengkeram kerah saya lalu menyuruh saya menetapkan tujuan?”

“Kurasa … itu masih di luar jangkauanku. Baiklah, aku mengerti. Aku akan jaga sikap.”

Saat Emilia menutup bibirnya dan menunduk frustasi, Roswaal mengangguk terlihat puas.

Walaupun sarkasme yang disampaikan pernyataannya membuat Subaru ingin angkat bicara, dia menahan lidahnya. Roswaal lebih terbuka berurusan dengan Emilia. Satu juta kali lebih baik ketimbang perlakuan lamanya yang menganggap Emilia bagaikan boneka belaka. Setidaknya, itulah yang dikatakan Emilia.

Sementara soal pekerjaan Roswaal, dia sedang berusaha keras dalam pemilihan raja. Dia jadi sponsor yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Tetapi sisa-sisa ketidakpastian niat sejati Roswaal menyeimbangkan timbangannya.

“—aduh. Tuan sungguh tidak menjadi pria yang belajar dari kesalahannya.”

Sehabis menyaksikan seluruh perbincangan tersebut, seorang pelayan tinggi mengangkat wajahnya ke langit lalu mendesah.

Pelayan yang berada di sisi Roswaal adalah Frederica. Gadis cantik berambut pirang panjang serta mata giok yang suasana hatinya entah bagaimana kelihatan baik selagi melotot ke wajah samping Roswaal.

“Barangkali Anda teramat menghayati kebersamaan semua orang hingga tak menyadarinya, namun saya yakin agak tidak mengenakkan jika terus menggali masa lalu.”

“Ya ampun, tinjauannya pedas sekali, Frederica.”

“Tapi tentu saja. Kebetulan, saya mesti meminta Anda berhenti mengganggu Petra. Dia mendampingi Anda karena dia anak baik, tapi mohon jangan meminta terlalu banyak hal kepadanya.”

Frederica tajamnya menentang perilaku tuannya. Seketika Frederica sebutkan hal-hal ini, Roswaal mengangkat bahu. “Kali ini kau menaaang,” lanjutnya, ekspresinya santai sebab lebih tampak geli.

—setahun semenjak insiden Sanctuary, sikap orang-orang di mansion kepada Roswaal telah berubah.

Beberapa lebih dekat, beberapa lebih jauh, dan beberapa mengurangi pengawasannya; tingkah laku Frederica tentunya cenderung ke sisi baik.

“Pokoknya, saat ini tidak ada obat yang mampu menyembuhkan kepribadian Roswaal. Jadi oposisi macam apa yang kita ekspektasikan di pertemuan?”

“Bisa dibilang, masih dapat ditoleransi. Semisal ada yang harus dicemaskan, tentuuuunya tentang Petra muda, tapi Annerose juga akan menghadiri pertemuan ini. Dengan kata lain, Clind juga hadir.”

Tatkala Roswaal mengangkat bahunya lagi, kata-katanya membuat Subaru mengingat bayangan seorang gadis tertentu.

Annerose Miload—orang yang punya hubungan keluarga jauh dengan Roswaal sekaligus gadis imut yang umurnya masih sepuluh tahun. Dia punya sikap bangsawan yang tidak lazim bagi anak seumurannya, walaupun nona keluarga itu didukung Clind, Annerose lebih dari cukup untuk memimpin keluarga Miload sebagai kepala keluarga wanita.

Dikarenakan Annerose terlampau menyukai Emilia, dia akan menjadi sekutu meyakinkan di pertemuan. Meski bagi Subaru, Annerose yang terlalu nempel membuat kepalanya pening kapan pun dia harus berurusan dengannya.

“Mentorku juga ikutan pergi, dan dia kelewat memihak Petra. Aku tidak yakin kudu merasa lega atau cemas.”

“Kalau kau resah, kenapa tidak temani saja gadis itu selama magangnya? Dia pasti akan mendengarkan apa pun yang Barusu ucapkan.”

Seketika suara Subaru jadi tak tenang, orang terakhir dalam ruangan menyela. Ram duduk di atas sofa sambil menyilangkan tangan kurang ajar yang gayanya tak seperti pelayan sama sekali. Kemudian mendekatkan secangkir teh hitam ke bibir sembari meliriknya.

“Seriusan, kau yang paling menurunkan pengawasan Roswaal, Ram.”

“Kurasa itu benar. Ram sebelumnya kelewat lembut. Maksudmu seberapa besar Ram membiarkan dirinya lengahkah? Buruk banget.”

“Jangan fitnah begitu!”

“Tapi Ram memang ada benarnya. Kalau kau resah, kenapa tidak mengulangi tugasnya?”

“… nah, tidak apa-apa. Petra sendiri yang bilang. Plus, melakukan hal semacam itu betulan jadi kelewat protektif.”

Membiarkannya meninggalkan sarang itu sepenting mengamatinya. Subaru harus menghormati hasrat Petra untuk meginjakkan kaki ke dunia dan memanfaatkan kesempatan ini buat berkembang. Sekurang-kurangnya perbuatan Subaru adalah tidak menghalanginya.

“Iya, tepat, Tuan Subaru. Tolong tenanglah. Aku akan bertanggung jawab penuh menjaga Petra. Aku pasti takkan membiarkan pria itu dekat-dekat dengannya.”

“Jelas Petra penting, tapi dirimu yang mengatakan itu tentang mentorku membuatku merasa bertentangan.”

Frederica yang menyayangi Petra tidak suka Clind yang juga hadir di pertemuan. Subaru perkirakan dua orang itu akan berkelahi selagi memperlakukan Petra layaknya dewi.

Aneh. Bukankah percakapan beberapa saat lalu mengenai dirinya yang meresahkan Petra?

“Dari proses eliminasi, artinya Ram akan tetap tinggal di mansion. Kau tidak keberataaan?”

“Tidak, saya akan mematuhi keinginan Tuan Roswaal. Anda akan kesepian tanpa Ram, tapi tolong tahan.”

“Iya, aku paham. Aku percayakaaan mansion-nya padamu.”

Kala Roswaal menutup sebelah mata dan mata biru satunya menatap Ram, gadis itu dengan sopan melemaskan bahu.

Ada perubahan hubungan antara Ram dan Roswaal juga. Ram tetap loyal bukan kepalang ke Roswaal, tapi bisa dibilang dia jadi sedikit lebih lancang dari sebelumnya. Roswaal terima-terima saja tanpa komentar. Kendatipun interaksi mereka tampak familier, kenyataannya berbeda dari ketergantungan bersama yang mereka alami sebelum ini.

Sederhananya, mereka saling memahami sekarang—demikian.

“Kau melihat-lihat apa? Jangan asal nafsu sama orang. Itu mesum.”

“Kau kira aku ini bajingan tak tertolong separah apa, Kak?”

Seketika Subaru menanyakannya, dia lihat emosi rumit terpantul di mata Ram.

Bukan karena Ram mendapatinya sulit menjawab. Hanya saja Ram selalu goyah setiap kali Subaru memanggilnya Kak.

Tanda jelas bahwa Ram masih tak merasa selayaknya seorang kakak perempuan. Ingatannya perihal adik aslinya, Rem, masih hilang. Hari-hari yang dihabiskannya bersama adik paling dicintai itu tidak ada.

Fakta Subaru memanggil Ram, Kak, mungkin karena dia lebih mengandalkannya melebihi yang orang-orang sadari.

“Baiklah, sejujurnya, aku agak khaaaawatir membiarkan Nona Emilia dan Subaru muda sendirian, tapi jikalau mereka ditemani Garfiel dan Otto muda, sepatutnya baik-baik saja. Bersama Otto muda, tidak perlu merisaukan negosiasi canggung, ditambah bila semuanya gagal, Garfiel bisa menghancurkan semuanya dan membuka jalan pelarian.”

“Itu akan jadi masalah yang benaran besar, jadi aku usahakan sebaik mungkin untuk menghindarinya.”

“Jangan khawatir, Emilia-tan. Mau Anastasia atau Julius, aku ini produk kualitas tinggi soal mengaburkan pembicaraan. Sang Penyihir pecinta gosip saja sudah memberiku segel setujunya.”

“Duh, itu ‘kan itu tidak pantas dibanggakan.”

Ketika Emilia menyeringai, Subaru mengacungkan jempolnya dan tersenyum nakal sendiri. Tentu saja, Emilia sadar betul Subaru tengah bercanda untuk menenangkannya.

Percakapan tersebut membuat Roswaal menutup mata kuningnya. Kemudian melihat pintu masuk kamar.

“Sepertinya percakapannya telah selesai—baiklah, aku serahkan perlindungan keempat orang ini padamu, Beatrice.”

Ngh!!”

Beatrice yang mendengkingkan kata-kata itu, bersembunyi diam-diam di balik pintu ruang kerja. Sesaat Roswaal mengalihkan perhatiannya ke dirinya yang menguping lewat celah, dia pelan-pelan menonjolkan kepalanya ke ambang pintu.

“D-dari kapan kau tahu Betty di sana, ya …?”

“Dari awal. Aku pertimbangkan membiarkannya karena kebingungan tapi pas kupikir ulang, aku takkan bilang kelakuan seorang anak berumur empat ratus tahun ini baik. Masih anak-anak atau tidak, bukankah ini mempermaaaalukan gelar pustawakan perpustakaan buku terlarang?”

“Menyebalkan banget! Dan berhentilah memanggilku anak berumur empat ratus tahun, ya?! Tak bisa dipercaya!”

Beatrice bergegas masuk kamar dan menghentakkan kakinya di saat mendengar ucapan provokatif Roswaal. Yang bisa dilakukan Subaru dan anggota fraksi lain cuma tersenyum dan menonton saja.

Hubungan mereka sekarang ini juga bisa masuk kategori melepaskan larangan.

Akhirnya, begitu punya kesempatan untuk melampiaskan amarahnya, Beatrice menyilangkan tangan.

“Pokoknya, tidak kau katakan pun aku akan melindungi mereka. Tanpa Betty, mana ada yang bisa dipercaya mampu mengerjakan apa pun di perkumpulan orang-orang ceroboh ini, ya?”

“Ohhh, sungguh menenangkan. Aku sangat-sangat mengandalkanmu untuk menuntun anak-anak ini.”

“Hmph, kau bisa andalkan aku.”

Sambil membusungkan dadanya, Beatrice menerima tawaran peran pemimpin. Dengan ini, akhirnya percakapan berakhir.

Subaru, Emilia, Beatrie, Garfiel, serta Otto.

Merekalah orang-orang yang akan menuju Kota Bendungan Pristella.

2

“Meski menggunakan kereta naga cepat, bakal jadi perjalanan panjang sepuluh hari lamanya. Tidak ada alasan untuk terburu-buru, jadi mari utamakan keselamatan terlebih dahulu dan santai-santai saja.”

Saat Otto menuturkannya selagi merencanakan rute perjalanan, semua orang setuju tanpa keluhan.

Dari para anggota yang pergi ke Pristella, Otto-lah yang paling terbiasa bepergian. Memang, dibanding anggota lain, bisa dibilang nyaris keterlaluan terbiasa.

“Aku pembolos handal, Garfiel menjalani empat belas tahun hidupnya tanpa meninggalkan tempat kelahirannya, Emilia-tan menghabiskan seratus tahun dalam tidur bekunya, dan empat ratus tahun tertutupnya Beako …. Maksudku, kau bisa bilang apa soal rombongan semacam ini?”

“Iya, iya, tidak apa-apa. Tuan Fulfew sama Nona Patrasche akan menarik kereta naga bersama-sama. Tidak ada jadwal berkemah di alam liar, sehingga meminimalkan peralatan bepergian yang penting.

“Tubuh gua bakalan tumpul kalau terus naik kereta naga ga imbang ini, Bang.”

“Kalau begitu, kau boleh turun terus lari dari waktu ke waktu, Garfiel.”

“Oklah, gua ikutin.”

“Masa?”

Salah satu percakapan khas Otto dan Garfiel sepenuhnya membingungkan Emilia. Dan begitulah dimulainya perjalanan mereka ke Pristella.

Demikian, rencana perjalanan mereka berjalan tanpa masalah, kemudian menempuh perjalanan dengan lancar.

Perjalanan mereka melintasi jalan raya yang terpelihara dengan baik, melewati beberapa kota. Walaupun mereka hampir kedapatan masalah dengan pengelana asing di beberapa tempat pemberhentian lain, mereka berhasil menyelesaikan masalahnya secara damai dengan siasat menyebut nama Marquis Mathers.

Tentu saja keberadaan Emilia pun jadi faktor utama. Kabar perihal pemilihan raja telah menyebar ke seantero kerajaan, dan banyak orang tahu dirinya adalah salah satu kandidat.

Terlepas bagaimana perasaan orang tentang itu, faktanya Emilia sudah jadi terlalu terkenal bagi semua orang yang secara terbuka memusuhinya.

Perjalanan mereka berlanjut dengan teratur selama sepuluh hari. Agak kelewat teratur, karenanya—

“—iya. Naga darat ini mengesankan banget. Dia layak dipuji, kurasa.”

Duduk di sebelah Subaru pada kursi pengemudi sambil memegang kendali, Beatrice mengayun-ayunkan kaki selagi santainya mengomentari perjalanan.

Mungkin ini bukan hal jelas, tetapi tidak hanya Otto yang bertugas memegang kendali. Sebenarnya, Subaru sedang menyetir naga darat yang sudah akrab, tapi Subaru tentu cukup cakap hingga dibiarkan menyetir naganya sendiri tanpa pengawasan.

Akan tetapi, pembiaran ini betul-betul berlaku ketika melibatkan naga tersayangnya, Patrasche, serta naga tersayang Otto, Fulfew. Subaru pun takkan keberatan dengan Rascal atau Peter, dua naga darat lain yang dibesarkan di mansion.

Subaru si pengemudi bersyarat nyengir-nyengir saat Beatrice bertingkah angkuh di sampingnya.

“Seandainya kau terus bicara seolah maha tahu, lantas mestinya kau gantikan aku sebentar. Patrasche punya naluri keibuan cukup jadi aku yakin dia bakalan baik padamu, Beako.”

“Aku menolak. Faktanya, bukankah Betty dipandang tak bersahabat oleh tatapan mata naga darat itu, ya?”

“Hei hei, takkan kubiarkan kau menghina Patrasche, kau pun tidak. Khusus Emilia-tan, Rem, Beako, dan Patrasche, takkan kubiarkan siapa pun menghina mereka.”

“Nampaknya agak aneh Betty masuk daftarnya tapi tidak kau kecualikan.”

“Barangsiapa yang berada dalam daftar mengatakan hal semacam itu, maka dialah yang jahat.”

Selagi Beatrice beralasan, Subaru mencengkeram kerahnya dan memaksanya duduk ke pangkuannya. Subaru hendak menggelitiknya tetapi seketika rambut menggeliat Beatrice menyerempet hidungnya.

Yang terjadi berikutnya adalah bersin spontan nan besar—juga getaran mendadak intens kereta naga.

“Apa-apaan—?! Tuan Natsuki! Harap berhati-hati di jalan!”

“Maaf, maaf! Beako pecicilan terus. Aku akan hati-hati. Gelitik-gelitik!”

“Ini sama sekali bukan salah Betty, ya?! Subaru sendiri …. Tunggu, jangan menggelitikku! Hentikan …. Pfft, hehehe!”

Mendengar suara keduanya bercanda ria di kursi pengemudi. Otto mendesau di dalam kabin. Melihat Otto yang jelas sangat lelah membuat Emilia yang duduk di depannya, cekikikan.

“Dua orang itu benaran akur …. Walaupun belum lama ini tidak terbayangkan Subaru dan Beatrice bisa akur seperti itu.”

“Sepandangan saya, lebih sulit percaya ada waktu-waktu yang memisahkan mereka. Beatrice memanjakan Subaru dan Subaru memanjakan Beatrice—membuat saya mual.”

“Kau bisa jadi ada benarnya. Tapi … menurutku itu hal yang bagus. Semua orang boleh jadi setuju wajah tersenyum lebih cocok buat Beatrice.”

Dengan mata kecubungnya yang berkelip-kelip, Emilia memikirkan gadis di kursi pengemudi. Bagi Otto, ekspresinya terlihat sebagaimana ekspresi yang ditampakkan kakak perempuan atau ibu yang penuh kasih.

Meskipun Otto tidak cukup beradab untuk mengatakannya lantang-lantang seperti Subaru.

“Yah, biarkan mereka bermain selagi kita terlibat percakapan penting. Sudah saya katakan beribu kali, persiapan kita untuk pertemuan yang ‘kan datang dengan sesama kandidat pemilihan raja … kurang nian.”

“Jadi maksudmu bukan sekadar membayar hutang budi.”

“Satu tahun telah berlalu dalam pemilihan raja, yang ditanggalkan akan berakhir dalam tiga tahun. Tentunya, setiap fraksi telah selesai menopang basisnya sekarang, pertemuan para penguasa barat akan mengamankan kita sejumlah besar pendukung. Kemungkinan besar fraksi-fraksi lain membuat strategi serupa.”

“Itu juga berlaku untuk Nona Anastasia, asumsiku?”

Kelompok itu sengaja menyembunyikan jauh-jauh seluk-beluk baik apa pun tentang fraksi lain dari Emilia. Mengutamakan pengajaran Emilia menjadi pimpinan politik yang mahir ketimbang mencemaskan saingan mereka—inilah sesuatu yang disepakati tim kebijakan dalam negeri yang beranggotakan Roswaal serta Otto.

Oleh karena itu, setelah mendiskusikan permasalahannya dengan Roswaal, Otto ditugaskan mengoper situasinya ke tahap selanjutnya.

“Pertama-tama, perkenankan saya membicarakan keadaan terkini pemilihan raja. Di awal, orang-orang memandangnya sebagai kontes antara Duchess Crusch Karsten sebagai kandidat terfavorit, dan Anastasia Hoshin sebagai penantang utama. Nona Emilia juga ketiga kandidat lainnya dipandang sebagai … terus terang, hanya dianggap pelengkap semata.”

“… yah, kurasa tidak bisa menyangkalnya. Namun berdasarkan ungkapanmu, artinya sekarang …”

“Ya. Paling tidak, fakta berubahnya opini publik selama satu tahun terakhir ini. Alasannya adalah ketiga kuda hitam di perlombaan ini telah membuat prestasi penting.”

Perkara Fraksi Emilia, sulit mengabaikan Paus Putih dan Uskup Agung Kemalasan.

Perburuan Paus Putih dianggap pencapaian Crusch, tetapi Crusch sendiri yang menyatakan konstribusi Sir Natsuki Subaru yang memungkinkannya.

Dan kendatipun Subaru tidak hanya meminjam kekuatan satu fraksi saingan, tetapi dua, kalahnya Kultus Penyihir yang mengikutinya juga dicapai kepemimpinan Subaru.

Pencapaian ini membuat keberadaan Emilia dikenal luas di kalangan masyarakat kerajaan.

Di waktu bersamaan, inilah yang menyebarkan fakta bahwasanya Emilia terlahir sebagai blasteran elf, entah itu baik atau buruk telah menjadikan dirinya sebagai ODP di pemilihan raja.

Dan kuda hitam lainnya—Felt serta Priscilla—juga tidak tinggal diam. Terkhusus talenta Priscilla telah berkembang. Dia janda Lyp Bariel yang wilayahnya berbatasan dengan Kekaisaran Vollachia yang telah terlibat pertempuran kecil selama bertahun-tahun. Priscilla berhasil memanfaatkan situasi paling tidak menguntungkan ini, membawa pemegang kekuasaan regional yang bimbang dan cemas ke pihaknya sekaligus.

Ditambah sifat liciknya yang bak menyihir, dia damaikan kekaisaran, bersekutu dengan bangsawan lokal, dan kuatnya lanjut merevitalisasi desa-desa miskin yang sama saja memperkuat wilayahnya. Hari demi hari, orang-orang di bawah pemerintahannya mulai merasa lumrah.

Selain kemampuannya menari di atas panggung apa pun yang disediakan untuknya, kecantikannya pun jauh melampaui semua norma. Bagian selatan kerajaan dengan antusiasme yang tampak meninggi setiap hari, membesarkannya sebagai sang Putri Matahari.

Di sisi lain, ketenaran Fraksi Felt adalah kesatria di bawah panji mereka, Reinhard van Astrea sang Pedang Suci; dari seluruh kandidat posisi awal mereka paling sukar.

Biarpun Pedang Suci memiliki pengaruh besar terhadap para kesatria dan orang banyak, namanya sendiri belum cukup untuk meyakinkan warga kerajaan bahwa tuan yang dilayaninya pantas menduduki takhta. Bahkan di wilayah Astrea, basis operasinya, para penguasa daerah memandangnya waspada walau tidak terang-terangan mengutarakan keraguannya.

Tetapi, gadis bernama Felt ini telah menerobos angin sakal tidak menguntungkan itu dengan cara yang tidak diperkirakan siapa pun.

Dari awal sekali, gadis berkemauan keras itu tidak berencana melobi bangsawan-bangsawan cacing kepanasan dan was-was tersebut. Malah, dia arahkan pandangannya ke orang-orang yang tidak diterima—dengan kata lain, orang buangan serta sampah masyarakat.

Dengan menerima orang-orang berbakat yang dikesampingkan sebab masalah kepribadian juga orang-orang yang menyesali masa lalu kelam mereka, Felt sanggup mendirikan kelompok tangguh. Pemikiran fleksibel dan perspektif uniknya telah merevolusi wilayah.

Dia nyaris tidak punya alasan atau keinginan untuk bergantung pada rumor dirinya adalah anak keluarga kerajaan yang telah lama hilang. Felt punya mata tajam untuk karakter seseorang, lantas menugaskan orang ke pekerjaan yang paling cocok untuk mereka segampang membalikkan telapak tangan. Dalam hal ini, dia punya salah satu kualitas terpenting yang dibutuhkan penguasa manapun.

Dan dari percikan kecil tersebut, daerah-daerah di sekitar wilayah Astrea dengan cepat menjadi suar kemakmuran. Pengaruh Felt telah tumbuh terlampau besar sampai-sampai penguasa setempat yang telah menunda-nunda keputusan, tidak bisa lagi mengabaikannya.

Dikarenakan langkah kecilnya telah membuat tanda nyata di sejarah, semua orang sekerajaan tidak lagi bisa meremehkan hak takhtanya.

“Begitulah keadaannya sekarang ini. Sekurang-kurangnya, tiada kandidat yang keluar dari pemilihan selama setahun terakhir. Ahhh, hanya saja …”

“Ada apa?”

“Satu-satunya tempat yang keadaannya memburuk adalah Duchy Karsten.”

Nada suara Otto menurun sedikit selagi menjelaskan. Jawabannya membuat Emilia mengeraskan pipi. Menutup sebelah mata menanggapi reaksi tuannya, Otto melanjutkan.

“Duchess Crusch Karsten dianggap yang paling favorit, tetapi rumor mengatakan beliau telah tersesat selama satu tahun ini, ibaratnya entah bagaimana menjadi orang berbeda. Sebelumnya, beliau aktif tanpa henti di khalayak publik ataupun pribadi, dan dengan dukungan Yang Mulia duke sebelumnya, sudah pasti semua orang mengakui beliau. Akan tetapi ….”

Baik dalam pemilihan raja atau politik pada umumnya, karakter Crusch terlihat telah banyak berubah.

Tekad masa lalu Crusch yang kukuhnya bukan main membuat kekurangannya sekarang ini semakin menonjol. Sekalipun dia secara resmi menyandang gelar penting sebagai duke, beberapa orang menyatakan bahwa sang Duchess akhirnya mengungkap sifat aslinya sebagai wanita tidak cakap.

“Rupanya, Yang Mulia mantan duke telah keluar dari status pensiun beliau dan kembali mengabdi. Sesudah sukses memburu Paus Putih, awalnya sepertinya pemilihan raja praktis telah diputuskan … namun tidak seorang pun tahu kapan bencana akan menimpa. Nona Emilia, mohon perhatikan ini baik-baik.”

“—kurasa itu benar.”

Emilia menurunkan pandangannya karena peringatan Otto, mata kecubungnya serba melankolis.

Otto menyadari Emilia tidak bisa tidak bersimpati kepada saingan politiknya, dan Otto menganggapnya suatu kelemahan. Seratus persen seseorang akan dikalahkan. Hanya akan mengundang keraguan bila Emilia membiarkan hal itu membebaninya.

Pengalaman Otto selama setahun silam mengajarkannya bahwa hal ini pun berlaku ke politik sebagaimana perdagangan.

“Tolong jangan begitu dipikirkan. Ini semata-mata awal kisah semacam itu.”

“Mm, makasih. Aku mengerti kau ini perhatian, Otto.”

“Baguslah mengetahuinya, sekurang-kurangnya—juga tidak mungkin saya lalai mencatat tidak adanya penurunan pengaruh apa pun semenjak di saat paling awal pemilihan raja telah membuktikan betapa menakutkannya Fraksi Anastasia itu.”

“Nona Anastasia punya dukungan Perusahaan Hoshin yang besar itu. Rupanya, perusahaannya didirikan di Kararagi, tapi meluas ke kerajaan.”

“Iya. Artinya, kekuatan finansial mereka adalah senjata utama—kartu terkuat mereka hanyalah dengan menghancurkan kompetisi apa pun melalui kekuatan ekonomi murni.”

Otto menunduk saat menguraikan implikasinya, rasa takut menetap dalam hati.

Mustahil penilian Otto tentang kekuatan Anastasia itu bias karena dia sama-sama pedagang. Bersekutu dengan pebisnis besar identik bersekutu dengan pilar ekonomi. Dan selama ekonomi senantiasa mempertahankan mata pencaharian yang menjadi sandaran masyarakat, kekuatan ekonomi secara berkesinambungan merupakan serangan dan pertahanan paling kuat yang dapat dimiliki seseorang.

“Oleh sebab itu, saya yakin Fraksi Anastasia-lah yang paling harus kita waspadai sekarang ini. Jadi mereka yang menaruh hutang budi ke kita lewat undangan tersebut …. Apakah Anda paham seberapa besar sakit yang harus ditahan perut saya?”

“… akhirnya, benaran paham. Maaf memutuskan semua ini sendirian.”
“Apabila Anda mengerti, untuk saat ini tidak apa-apa. Seumpama Anda tidak mengulangnya lagi di masa depan … saya yakin Anda sungguhan paham, jadi …!”

Saat Emilia menundukkan kepalanya, Otto mengelus perut dan mendesah. Berkat penjelasan yang menggambarkan seluruhnya secara rinci, Emilia pun menyadari posisinya.

Tentu saja berbagai hal mengenai dunia politik itu susah dan kompleks.

Emilia sudah mengerti dari dulu jika hanya menguatkan hatinya dengan ungkapan Aku akan berusaha sebaik mungkin! dan Ayo lakukan bersama-sama! tidak cukup untuk bertahan, tetapi matanya berputar-putar sampai mengkhawatirkan.

Emilia senang akhirnya tahu apa yang telah dirahasiakan darinya begitu lama, namun bayarannya adalah rasa khawatirnya makin-makin besar.

“—tidak usah mencoba menanggung seluruhnya sendirian.

Membaca isi hati Emilia dari raut wajah, Otto tersenyum sedih.

“Anda barangkali bintang pertunjukan, tapi bukan berarti Anda harus melakukan semua-muanya sendirian, Nona Emilia. Sama seperti kereta naga ini.”

“Benaran?”

“Saat ini, Tuan Natsuki-lah yang memegang kendalinya. Beatrice mengawasi Tuan Natsuki biar dia tidak malas-malasan. Garfiel di atas, berjaga-jaga dari apa pun di area sekitar, dan saya merencanakan perjalanan. Dan suara terima kasih Anda kepada semua orang atas kerja keras mereka, kita akan maju apa pun yang terjadi selagi dalam perjalanan ke Pristella.”

Mata Emilia terbuka lebar seketika mendengar analogi berputar-putar Otto. Di satu waktu, dia anggap lucu cara pendekatan ribetnya mengingatkannya akan seseorang.

 “Barusan, metode penjelasan Otto entah bagaimana benaran kedengaran persis kayak Subaru.”

“Ughhh?! Seriusan? Oh tidak … mungkinkah menyebar ke diriku semakin lama aku dekat-dekat dengannya …? T-tolong jangan takuti saya seperti itu!”

“Hei, Otto! Lagi bersenang-senang mengobrol sama Emilia-tan, ya? Sumber makanan utamaku adalah senyum imutnya Emilia-tan, jadi jangan ambil makananku!”

Seketika topik pembicaraan mereka tiba-tiba menginterupsi Subaru dan Beatrice, Otto jadi ngeri. Emilia refleks tertawa, tak lama setelahnya Otto ikutan ketawa juga, dengan ekspresi pilu di wajahnya.

“Bentar …! Kenapa kalian berdua doang yang senang-senang?! Itu super tidak adil! Beatrice, ambil alih kendalinya sebentar. Aku ikutan!”

“Apaan?! Bagaimana bisa, ya?! Hentikan! Betty tidak bisa … jadi terbalik, ya?! Mata naga darat itu bilang mau terjungkal!”

“Hei, Kapten! Ada apaan? Keretanya gemetaran amat—semuanya ga ngapa?!”

Mendengar keributan dari posisi pengemudi dan atas, Otto segan-segan bangkit dari tempat duduknya.

Rupanya Sir Kesatria Tidak Sabaran sudah tak tahan lagi. Otto putuskan sebaiknya dengan sopan menyerahkan tempat duduknya sehingga bisa menenangkan naga darat.

“Otto.”

Ketika Otto mulai pindah dari kabin ke kursi pengemudi, panggilan suara Emilia menghentikannya. Yang dilihatnya seketika berbalik tiba-tiba merenggut napasnya.

Kepercayaan yang Emilia tuangkan ke senyumnya sangat menyentuh hati Subaru.

“Aku sudah sangat merepotkanmu, tapi akan kuupayakan yang terbaik. Aku mengandalkanmu.”

“—iya, tolong lakukan. Saya tak sabar berbagi kesenangan apa pun yang Anda temukan di sepanjang jalan.”

“Balasan itu pun kedengaran seperti Subaru.”

Tersenyum kecut, Otto menuju kursi pengemudi.

gara-gara inilah aku bekerja sangat keras.

Sungguh, tuan dan pelayan sama-sama lahir jadi penipu. Otto perlu bangkit untuk memenuhi harapan orang lain pada dirinya, dan itu ibarat penyakit yang membuatnya kelewat rentan akan orang-orang seperti Subaru dan Emilia.

Dan selagi ocehan mereka berlanjut seperti ini, datang hari kedua belas semenjak keberangkatan mereka dari Manor Roswaal.

—di hari itu, rombongan Emilia akhirnya sampai di Kota Bendungan Pristella tanpa insiden.

3

Siapa pun yang mau masuk ke Kota Bendungan Pristella harus melewati gerbang utama yang mengawasi nyaris semua lalu lintas masuk-keluar kota.

Di perbatasan antara Kerajaan Lugunica serta Negara Kota Kararagi, mengalirlah Sungai Tigrasea Besar yang luas, sungainya menyerupai lautan yang terus-menerus berubah. Kotanya dibangun di atas danau yang dialiri salah satu anak sungai badan air terlampau besar ini.

Andaikata ingin memasuki kota maka diharuskan menyeberangi jembatan yang membentang di sungai ini kemudian melewati bagian pelapis dinding bagian luar yang melingkar. Di sana, semua pengunjung mesti memberikan surat-surat di gerbang utama yang mengarah ke interior kota.

Sewaktu rombongan Subaru mengendarai langsung kereta naganya ke gerbang, petugas menjelaskan hukum kota dan meminta mengisi formular masuk. Detail-detailnya mirip sumpah yang pada dasarnya menyatakan Saya akan bertindak sesuai hukum lokal selama saya tinggal di kota.

Hampir jelas kalau hukum kotanya adalah otoritas mengikat yang terpisah dari hukum kerajaan maupun bangsawanan, namun sekilas Subaru tidak mempermasalahkan hukum kota Pristella. Isi hukumnya sebagian besar melibatkan hal-hal seperti tidak menghasut kerusuhan, tidak menggunakan sihir dalam batas kota tanpa alasan yang baik, dan sebagainya. Sesudah membolak-balik halamannya, Subaru tanda tangan cepat dan mengembalikan surat-suratnya.

Terutama petugasnya amat kebingungan kala Emilia memberi tahu identitasnya. Berarti pejabat itu pastinya tahu Anastasia sudah tinggal dalam kota dan panik sedikit sembari bertanya-tanya apa yang sebetulnya terjadi.

“Kurasa mereka kelabakan karena lebih dari satu kandidat raja muncul di waktu bersamaan.”

“Tapi sepertinya Anastasia lebih dulu menginformasikan orang-orang di gerbang untuk mengharapkan kehadiran. Lagian mereka membiarkan kita lewat begitu saja. Sekalipun mungkin saja sebenarnya Joshua atau Mimi yang memberi tahu.”

“Jika kau hilangkan daya saing anehnya, mungkin saja Joshua tertimpa masalah, tapi kurasa bukan Mimi yang beri tahu.”

Subaru tak mengira si gadis kucing pertimbangannya sampai setingkat itu. Itu bukan hinaan melainkan semata-mata kesan jujurnya.

“Lagi pula, dia manis.”

“Iya, Mimi itu manis.”

Kekuatan persuasif misterius penegasan Subaru membuat Emilia saling mengangguk dengan kesatrianya. Terus terang, Subaru tidak bisa memikirkan kata lain untuk menggambarkan Mimi. Juga, entah kenapa, Beatrice menginjak kakinya tatkala mendengar ini. Subaru tidak paham.

Begitu Subaru berhasil mengembalikan suasana hati ngambek Beatrice, dia balik menatap Otto dan Garfiel yang tetap tinggal di kereta naga. Kelihatannya pemeriksaan kargo kereta naga akan memakan waktu lama.

“Buat masuk saja penjagaan mereka ketat. Sekarang tampaknya tempat ini lebih mirip penjara berair alih-alih kota air.”

“Sungguh-sungguh diucapkan bak orang yang punya sedikit pengalaman di jalan. Seorang pedagang keliling bahkan tidak menganggap ini halangan. Sepaling-palingnya mereka cukup jujur karena tidak meminta sesuatu diam-diam.”

“Diam-diam? Siapa pula yang meminta hal spesial diam-diam begitu …?”

“Maksudnya hadiah. Sebetulnya, bakalan buruk misalkan kau terka kata-kataku secara harfiah, jadi ketahuilah frasa itu artinya seseorang memintamu hal buruk. Jangan biarkan siapa pun memergokimu mengatakan hal itu, oke, Emilia-tan?”

Hadiah barangkali secara teknis tepat dalam artian lebih luasnya, tetapi menilai posisi Emilia, bahkan suap sedikit saja bukan bahan tertawaan.

Beralihnya bagian itu, Subaru dan kawan-kawan meneruskan perjalanan ke gerbang dalam hingga akhirnya memasuki kota dengan sebenar-benarnya. Saat gerbang bagian dalam perlahan terbuka, pemandangan Pristella berangsur-angsur mulai kelihatan—

“—ooooh.”

Sehabis menyipitkan mata sejenak dari cahaya menyilaukan, Subaru spontan menghembuskan napas kagum.

Dan bukan cuma dirinya saja; Emilia melakukan hal sama selagi berdiri di sampingnya. Dia membuka mata kecubungnya lebar-lebar ketika pemandangan indah di depan mereka membuatnya terdiam seribu bahasa.

“… ternyata sungguhan kota air.”

Pemandangan ini membuat Subaru mau minta maaf telah mencurigai kota ini sebagai penjara berair.

Seketika ciri utama Pristella dijelaskan padanya, Subaru membayangkan Venesia dunianya sendiri.

Apabila seseorang mengabaikan masalah ukuran, kota melingkar ini laksana stadion untuk mengadakan dan menonton acara olahraga. Ketinggiannya berbeda tergantung kedekatan area dengan pusat kota, dan setiap tingkat memiliki deretan bangunan batu yang tertata rapi. Jaringan saluran air melintasi seluruh lanskap kota, dan saluran yang besarnya—lebih bagus dinamai sebagai kanal—yang mengalir melewati jantung kota telah terbagi ke empat bagian. Subaru dapat melihat kapal feri di perairan ini meluncur ke banyak arah, dan sesuatu yang sebutan lainnya adalah pendayung gondola telah memicu rasa penasaran dan petualangan Subaru.

—ini kota metropolitan biru. Kota air. Kota Bendungan Pristella.

“Awalnya, Pristella dibangun di atas danau ini memakai kombinasi teknologi dari empat ratus tahun lalu.”

Beatrice mendadak mulai ceramah perkara Kota Bendungan ibaratnya menguatkan perasaan ingin tahu.

Beatrice melirik Subaru dan yang lain, mereka diam-diam mendengarkan dengan penuh perhatian selagi gadis itu melanjutkan:

“Kota ini dibangun dengan cara aneh, tapi jika kau mengira kotanya seakan dibangun untuk menjadi jebakan, merancangnya untuk menampung air di tengah-tengah danau wajar-wajar saja, kurasa.”

“Menyebut seluruh kotanya jebakan rasanya betulan tepat. Memangnya tempat ini dikhususkan untuk monster iblis atau semacamnyakah?”

“Tidak ada catatan tersisa yang menuliskan untuk apa persisnya jebakan ini. Tapi saat menatap kotanya seperti ini, melihat penampakannya hari ini … memangnya penting, ya?”

 Beatrice menyipitkan mata birunya tatkala melihat pemandangan menakjubkan yang sama-sama dilihat Subaru serta teman-teman. Rupanya Beatrice telah tersentuh dalam-dalam begitu sadar belajar sesuatu secara akademis dan mengalaminya langsung fundamentalnya berbeda.

“… apa? Kenapa kau membelai kepala Betty, ya?”

“Mungkin gara-gara kau kebetulan di dekatku saja. Aku mau menggosok kepalamu setiap ada kesempatan.”

“Itu tidak masuk akal, tapi cukuplah mengguruinya!”

Biarpun dia mengomel-ngomel sambil marah, dia tidak berusaha menjauhkan tangan Subaru sama sekali. Masih menepuk kepala Beatrice, Subaru sekali lagi mendesah kagum akan pemandangan kota.

“Sial, ini luar biasa …”

Penilaian jujurnya mengundang cengar-cengir para prajurit yang membuka gerbang dalam untuk dilewati mereka. Melihat reaksi orang-orang mengagumi pemandangannya barangkali kepuasan terbesar pekerjaannya.

Subaru bisa menghargai perasaan tersebut. Pekerjaan cocok untuk para penduduk yang membanggakan keindahan kota mereka.

“Huhhh, gitu. Tentu tempatnya cantik. Bukan hal-hal buruk yang digambarin Bang.”

“Penilaian itu membuatku kesal sedikit, tapi …. Ahhh, semuanya, kita tidak boleh berhenti selamanya karena ada orang lain di belakang kita. Untuk saat ini kembalilah ke kereta naga.”

Garfiel yang paling cepat pulih, menggosok hidungnya ketika membagikan kesan pertamanya. Otto menindaklanjuti dengan meminta Subaru dan yang lain untuk melanjutkan perjalanan.

“Waw, kau bukan pria yang sangat sentimental, ya? Kukira kau penggemar berat tempat ini.”

“Tentu saja, sebab inilah tanah yang teramat terhubung dengan Hoshin, yang bahkan beberapa orang panggil sebagai Dewa Perdagangan. Iya, tidak salah lagi memanjakan mata. Tidak usah ditanya lagi kalau aku tersentuh.”

“Tapi selain itu, kau punya banyak hal nyata yang harus dicemaskan? Itu cara hidup menyedihkan, tahu.”

Otto melontarkan senyum sedih, tetapi terlihat gema emosi di matanya. Subaru tidak bertanya alasan Otto menyatukan kedua tangannya, tetapi Subaru menghormati sifat tabahnya dengan mengikuti instruksinya.

“Jadi sekarang kita pergi ke Penginapan Water Raiment yang disebutkan Joshua …. Dia bilang Anastasia dan yang lainnya bakalan menunggu kita di sana,” ucap Emilia.

“Ya. Petugas memberitahuku lokasinya, jadi aku akan pandu jalannya. Karena perjalanan dalam kota kebanyakan menggunakan perahu naga ketimbang kereta naga, Tuan Natsuki, sementara takkan bisa mengandalkan pengemudi kereta naga untuk mengantarkan kita tanpa masalah melewati jalan bercabang-cabang di sini.”

“Kuberi tahu, selama aku menggoncang dan menatap Patrasche, dia mengurus semuanya.”

Tidak gentar oleh analisis Otto, Subaru mengedipkan mata ke Patrasche. Naga darat angkuh yang ditutupi sisik hitam pekat diam-diam mengalihkan wajahnya. Entah kenapa, Subaru merasa naga itu akan mendesah kalau dia bisa.

“Yah, ayo gerak. Waktunya pergi!”

“Iya, ke Kota Bendungan!”

“Kurasa!”

Emilia dan Beatrice menambahkan suara mereka sesaat Garfiel menunjuk kota dan mengumumkan keberangkatan mereka dari titik pandangnya di atas kereta naga.

Jadi, pertama kalinya mereka melangkah mendekat ke pemandangan kota Pristella. Jalan-jalannya dibuat dengan kemiringan teratur. Melihat pemandangan di luar yang silih berganti dengan pase lamban menjadikan perjalanannya menyenangkan.

“Meski kau melihat-lihat dari atas sini, hampir tidak ada kereta naga sama sekali.”

“Mmn, kurasa begitu. Di kota ini, saluran airnya lebih lebar dari jalan normal. Bahkan bentuk kotanya ditetapkan dengan mempertimbangkan jalur air, lantas jalanannya kelihatan bersimpangan.”

“Ahhh, mengerti. Jadi karena itu banyak tikungan-belokan macam labirin ini.”

Sesuai perkataan Emilia, kotanya didesain untuk menomorsatukan saluran air, artinya jalan untuk pejalan kaki dan lalu lintas kereta naga alamiahnya harus melangkahi atau melingkari saluran-saluran tersebut. Rasanya sangat tidak sesuai, tapi begitu Subaru melihat banyak perahu kecil menuju saluran air, penampakannya tidak mengejutkan sama sekali.

“Hmm, hmm, hmmhmmhmm.”

Disertai pemandangan tenteram menguasai hatinya, Emilia mulai bersenandung riang. Dia tidak jago bermusik.

Suara senandung tidak jelas itu menjadi musik latarnya selagi Subaru menaruh pipi ke telapak tangan dan melihat pemandangan kota. Di sebelahnya, Beatrice duduk berlutut sembari menatap ke luar, tingkahnya kekanakan bukan main. Terus …

“Ah, Subaru, lihat.”

“Mm? Oh, ohhh …!”

Seketika Beatrice memanggil Subaru, sebuah perahu kecil tengah menyeberangi perairan—dia berteriak sewaktu melihat makhluk bertubuh panjang bak ular itu menariknya.

Batang tubuhnya terdiri dari anggota badan pendek serta kulit biru yang licin ditengok. Kepalanya kelihatan menyerupai kadal ketimbang ular, taring tajam dan kumis bagai ikan lele. Ialah naga air—naga yang tinggal dekat air.

“Tidak seperti naga darat yang mirip-mirip dinosaurus, para naga air ini laksana makhluk mitologi timur. Mungkinkah harus kusebut Shenlong1?”

“Bijaknya tidak melakukan itukah, ya? Kalau naga darat mudah menyukai manusia, naga air terkenal akan watak sulitnya. Perlu dibesarkan dari saat menetas sampai dewasa dulu untuk mengenali seseorang sebagai tuannya, ya.”

“Itu jelas memakan banyak waktu, mengingat Patrasche dan aku sudah akrab sejak pandangan pertama.”

“Bahkan bagi Betty pun masih misteri mengapa dia suka banget sama Subaru.”

          Sayangnya, Subaru cuma bisa setuju. Awalnya naga darat itu dimiliki Crusch, Patrasche merupakan hadiah yang Subaru ambil dari Crusch sesudah perburuan Paus Putih.

Tanpa Patrasche, Subaru pasti sudah mati. Sedikit pun tidak dilebih-lebihkan.

“Hmph. Naga air ini bukan apa-apa. Patrasche tersayangku wajahnya lebih halus.”

“Subaru, kenapa kau mendadak bicara seperti Anne?”

Subaru yang berapi-api dengan semangat antagonis aneh kepada naga air yang sedang berenang-renang itu membuat Emilia menatap bingung.

Momen itu, walau sang naga air pasti tidak menelinga percakapan mereka, dia tiba-tiba menoleh menghadap mereka. Kemudian si naga air menjulurkan kepalanya dari permukaan sambil meringkik pengang ke kereta naga.

Bukan ringkikan ramah yang bilang Selamat datang di Pristella! melainkan semacam suara yang implikasinya Berhenti menatapku, orang luar kotor!

“Bajingan itu mengejek kita, kan?! Bertingkah congkak cuma karena ini daerahnya …”

“…!!”

Subaru-lah yang diminta Otto untuk menghindari perselisihan tak perlu, tetapi komentar dengki Subaru disela ringkikan besar, jelas, dan tajam—lolongan Patrasche.

Menggantikan tuannya, dia menanggapi kelakuan provokatif naga air itu, membalasnya dengan cara yang gagah.

Subaru tidak tahu arti ringkikannya, tapi naga air itu nampak ketakutan oleh jawaban Patrasche, menciut sambil menyelam ke air, langsung kabur sembari membawa perahu kecil.

“Tunggu sebentar, Tuan Natsuki! Tolong jangan tiba-tiba menyuruh Nona Patrasche berbuat hal aneh! Aku sungguhan tidak mau kena masalah secepat ini setelah kedatangan kita!”

Waktu Otto memanggil dari kursi pengemudi, Subaru menjulurkan tangannya ke luar jendela terus balas melambai. Selanjutnya besiul terima kasih menggunakan tangannya ke Patrasche. Naga hitam pekat itu menanggapi dengan goyangan anggun ekornya.

“Awww. Naga air kelihatan keren juga, tapi menurutku Patrasche-lah yang terbaik.”

“… yah, bukankah Betty juga berpikir gadis kita lebih baik ketimbang naga air vulgar itu, ya?”

Sepemikiran dengan Subaru yang tampak senang, Beatrice nampak bangga sekaligus tidak pengertian dengan Otto. Usai memindahkan gadis itu ke pangkuannya, mereka terus terkagum-kagum pada pemandangan kota setelah itu.

“Kalau dipikir-pikir, kelihatannya saluran air membelah kota ini jadi empat.”

“Mm, iya. Saluran Air Besar di tengah-tengah Pristella memisahkan kotanya jadi empat, dan bagian-bagiannya disebut Distrik 1, Distrik 2, Distrik 3, Distrik 4, masing-masingnya.”

“Rasanya tidak benar. Bagaimana misalkan menamainya mengikuti empat nama dewa, Suzaku2, Seiryu3, Byakko4, dan Genbu5?”

“Ahhh, itu kedengarannya keren. Gua, gua setuju.”

“Aku benaran tidak paham selera Subaru sama Garfiel. Ohhh …”

Garfiel mengintip lewat jendela dan merasakan antusiasme serupa dengan Subaru. Beatrice mengangkat bahu pada pasangan itu ketika getaran mendadak mengejutkannya.

Berkat tolak angin mestinya mengartikan mereka takkan merasakan apa pun dari kereta naga yang berguncang-guncang di jalan buruk. Impak sebesar itu sama saja kereta naganya terlempar ke samping atau—

“—apabila kita sudah sampai tujuan, ya? Berarti kita tiba.”

Otto menjulurkan kepalanya ke kabin dari kursi pengemudi, dengan demikian mengumumkan kereta naga telah berhenti.

“Lebih cepat dari perkiraanku. Kita hampir tidak dapat kesempatan buat menikmati kota.”

“Tolong lakukan itu di waktu luangmu sendiri. Aku harus bicara sama pemilik penginapan biar bisa mengandangkan kereta naganya, Fulfew, dan Patrasche, jadi jika kalian semua berkenan …. Tidak, memang sebaiknya tetap di pintu masuk.”

“Kenapa dikoreksi? Apaan, kau cemas membiarkan kami mendahuluimu?!”

“Tentu saja. Aku hampir tidak dapat memikirkan apa jadinya andai kau bertemu Nona Anastasia di penginapan sebelum aku bisa bergabung kembali denganmu. Marquis bilang begitu.”

Pelaku yang ada kaitan sama pelanggaran sebelumnya cuma bisa merespon dengan menunduk malu. Di situ, mereka hanya menurunkan tas tangan dari kereta naga selagi Otto mematuhi bimbingan pegawai penginapain dan membawa kereta naga serta naga di belakang penginapan.

Melihat kepergian Otto dan kereta naga, Subaru dan anggota fraksi lain menuju depan pintu penginapan—Water Raiment.

“Baiklah, tempat macam apa yang harusnya aku harapkan …?”

Seketika Subaru menatap bangunan tersebut dengan semangat tinggi, mulutnya menganga selagi tegang.

Di sebelah Subaru, Emilia menyentuh pipinya sendiri sambil menatap penginapan yang sama.

“Entah gimana, bangunannya kelihatan benaran misterius. Pertama kalinya aku melihat sesuatu semacam ini.”

Kesan ringan Emilia sebagian besarnya sama sebagaimana Beatrice dan Garfiel. Akan tetapi, Subaru-lah satu-satunya orang yang punya kesan berbeda dari mereka.

Tentu saja kesannya berbeda. Bagaimanapun, yang berdiri di depannya adalah—

“Ini bukan tempat makan-tidur dunia fantasi biasa …. Ini benar-benar penginapan tradisional Jepang …”

Di depan matanya terdapat bangunan balok berkonstruksi kayu. Pintu masuknya terbuat dari pintu kayu dengan lapisan luar kaca, halamannya dipagari, terdapat jalan berbatu yang memanjang dari gerbang ke pintu depan, lalu atapnya berkeramik.

Kota ini mirip besar dengan Venesia terkenal dan hadir dengan arsitektur beserta perabotan serasi. Inilah tempat yang tidak ragu lagi bangunannya Jepang bernama Water Raiment yang paling tidak Subaru duga-duga temui.

“—sepertinya kau kaget. Betul aku memilih tempat ini, hmm?”

Suara geli seseorang mendadak terucap.

Tatkala Subaru linglung menoleh ke pembicara, dia dapati sepasang mata biru menggoda yang mengintipnya dari sisi lain pagar.

Dia seorang gadis cantik mengenakan gaun putih dipasangkan syal bulu rubah yang menarik perhatian. Musim dingin pasti telah berlalu, tetapi pakaiannya tetap sama sedari terakhir kali Subaru bertemu.

Perawakannya agak kecil ditambah rambut ungu muda bergelombang yang panjang. Senyum elegan muncul di wajah imutnya dan mata besar nan bulatnya entah bagaimana terlihat tanpa ujung.

Pasti benar inilah orang yang mengundang Subaru dan lainnya ke kota ini—

“—Anastasia.”

“Yap. Selamat datang di Pristella. Dan terima kasih sudah datang.”

Anastasia Hoshin berseri-seri sembari menyapa tamunya secara langsung.

4

“Kalian datang dari jauh-jauh sekali. Kalian pastinya kelelahan karena perjalanan …. Pertama-tama, mari kita persiapkan kamar kalian. Kemudian kita bisa luangkan waktu untuk membicarakan semuanya.”

Kala Anastasia tersenyum dan membicarakan kata-kata itu, Subaru terlampau bingung untuk langsung merespon. Dia merasa mereka tahu-tahu disergap seperti halnya yang Otto takuti.

Jikalau ini terus berlanjut, Anastasia akan sepenuhnya mendikte langkahnya. Tentunya begitulah yang dirasakan semua orang.

“—terima kasih sudah sampai memaksakan diri untuk menyambut kami secara langsung. Sangat melegakan.”

Nyatanya semua orang selain Emilia.

Kemungkinan pasti Emilia sama kagetnya, tetapi jawaban lembutnya kembali menyadarkan Subaru. Saat dia melihat sekeliling, dia lihat Garfiel menatap waspada Anastasia sementara Beatrice memegang erat lengan baju Subaru.

Sepertinya Subaru yang paling lambat sadar. Dampak melihat penginapan Jepang tradisional di sini efeknya jauh lebih kecil kepada mereka—kau harus tahu dulu baru bisa kaget.

“—wajahmu jadi lebih baik, ya …”

Pas Subaru menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri, Anastasia menyorot Emilia dan bergumam. Mata biru mudanya tidak menampakkan tanda-tanda sarkasme, komentarnya tidak pula meremehkan.

Percakapan kecil tersebut menunjukkan bahwa Anastasia menyadari Emilia telah berubah selama satu tahun terakhir. Emilia nyaris tidak bisa dikenali.

“Yah, manisnya sama-sama saja … sebetulnya, barangkali naik level juga.” Kata Subaru.

“Lama tidak bertemu, Natsuki. Kali terakhir kita bertemu begitu kau mendapat kehormatan atas suksesnya perburuan Paus Putih dan Kultus Penyihir, pikirku? Sudah satu tahun penuh sejak saat itu, tapi aku asumsikan Marquis Mathers sama-sama saja, ya?”

“Waktu itu tentunya bukan keadaan terbaik kami. Alhamdulillahnya, sejak itu kami berhasil bertahan. Banter-banternya, kami belum hancur di tengah penerbangan.”

“Begitukah, begitukah. Berita menyenangkan. Harus kukatakan, aku lega kalian berdua datang bersama di kesempatan ini. Julius pun roman-romannya ingin bertemu Natsuki.”

Saat Anastasia berkomentar sambil menyatukan kedua tangannya, Subaru meringis terang-terangan. Emilia dan Anastasia sama-sama tertawa, makin-makin membuatnya tidak enak. Dia memang berpikir reaksi Emilia berbeda dari Anastasia dalam hal kemurnian dan kenakalan.

Tentu saja dia tidak mau reaksi dua-duanya.

Kenyataannya, tak ada yang peduli sengotot apa pun Subaru menyatakan dirinya dan Julius tidak akur.

 “Maap ganggu damai dan permai ini, tapi haruskah kita cuma berdiri seharian di sini?”

Yang memotong suasan hangat tidak jelas ini adalah Garfiel, yang sampai saat ini tetap menutup mulutnya. Mengetakkan taring tajamnya, dia menatap lurus Anastasia dengan mata gioknya. Kilat-kilat di matanya blak-blakan mengaanggap musuh, tetapi Anastasia hanya memperdalam senyumnya.

“Bocah manis. Jelas sekali dia mencemaskan Emilia dan semua orang.”

“Heh, dia senyum-senyum. Tapi kelak, kami akan terlibat penuh sama lu. Nanti bakalan lebih susah kalau sekarang akrab.”

“Kurasa itu benar. Garfiel baik, jadi aku paham kenapa dia cemas …”

“Bah!! Lu ngomongin siapa?! Nona Emilia harus hati-hati sama omongannya!”

Mendadak diserang teman sendiri, Garfiel kehilangan ketenangannya setelah gagal mengembalikan sejumlah ketegangan ke percakapan. Biar begitu, dia buru-buru bangkit kembali dan mencoba balik ke topik, tapi—

“—ah! Garf datang! Kenapa nona rahasiakan—?!”

Suara cempreng bercampur kebingungan ketika pintu kayu penginapan dibuka kekuatan besar.

Kepala yang menyembul dari baliknya tidak lain adalah Mimi, wajah menggemaskannya penuh kegembiraan. Disertai ujung jubahnya yang mengibas-ibas, dia berlari menuju Subaru dan kawan-kawan seolah melompati pagar tanaman.

“Kerja bagus sudah menuntaskan perjalanan panjang ini! Mimi akan menunjukkan kamarmu—! Banyak hal luar biasa yang bisa dilihat di sini!”

“H-hei, sek, lu! Gua, gua masih punya banyak hal buat dibicarain …. Bentar, dia narik gua?!”

“Ayo! Kita pergi sekarang!”

Dengan segenap kekuatan di tubuh mungil Mimi, dia seret pergi Garfiel yang masih tergopoh-gopoh. Tentu saja jika Garfiel betulan ingin membebaskan diri, dia bisa melakukannya, tapi ujung-ujungnya, Garfiel perlahan tapi pasti telah menjauh.

“Err … Mimi … benaran energik, ya?”

“Terima kasih sudah mengutarakannya dengan bahasa sopan begitu. Impulsif Mimi membuatku kesulitan sedikit lebih dari satu kali … tapi dibanding impulsif biasanya, sekarang rasanya agak memaksa.”

Perkataan Emilia membuat Anastasia menyentuh pipi sambil merasa putus asa selagi tersenyum kesusahan. Akan tetapi, hanya berlangsung sejenak. “Aku mau bertanya satu hal,” lanjut Anastasia, wajahnya jadi serius. “Bocah yang digodain Mimi itu …. Dia siapa? Dia orang terhormat, kuharap?”

Pertanyaannya mengandung perasaan was-was yang orang miliki ketika melihat semacam hama medengung-dengung di sekitar seorang putri atau adik perempuan imut.

Dari situ saja, Subaru menyimpulkan maksud sejati di balik perilaku Mimi kepada Garfiel. Di waktu yang sama, Subaru mendesah panjang begitu paham betapa dicintai dan dihargainya Mimi di Fraksi Anastasia.

“… Tuan Natsuki, kenapa mendadak wajahmu kelelahan begitu?”

Ketika itulah Otto, yang kembali setelah mengandangkan kereta naga, jujur mengungkap pikirannya saat melihat Subaru lesu begitu mereka bertemu kembali di pintu masuk penginapan.

5

Dibimbing pegawai, Subaru dan yang lain meninggalkan barang bawaan mereka di kamar lalu bertemu sekali lagi di lobi penginapan.

Aula perjamuan Waater Rainment membanggakan lantai kayu keras dari ujung ke ujung beserta meja panjang di tengah-tengahnya. Lantainya tidak sepenuhnya ditutup tikar tatami, namun suasananya terlampau mirip penginapan Jepang.

“Tapi nilainya berkurang gara-gara tidak mereproduksi sekat dan pintu kertas geser. Para pegawainya juga tidak mengenakan pakaian Jepang. Kukira dalam hal suasana dan keramahtamahan, bisa kita berikan nilai tujuh puluh bersih.”

“Aku bahkan tidak tahu kau bilang apa …. Kau tidak apa-apakah, ya?”

“Aku cuma menggerakkan bibirku dan berusaha tenang. Aku baik-baik saja tanpa seseorang memegang tanganku, sih.”

“… oh masa? Untuk jaga-jaga saja, aku ‘kan memegang tanganmu lebih lama.”

Beatrice menggeliat di atas bantal persegi yang ditaruh di lantai sembari memegang tangan Subaru. Pemuda itu tidak mengungkit sepatah kata pun perihal genggamannya yang entah apa lebih erat dari biasanya.

Di kanan Subaru, Emilia tengah berlutut di bantal lantai lain dengan lutut menghadap depan dan kaki dikesampingkan seraya mengamat-amati sekeliling, mendapati pemandangan tersebut agak baru.

“Entah bagaimana, tempat ini suasananya benaran misterius …. Dari luar, kukira bangunan ini tidak lumrah, tapi perasaannya makin kuat setelah kita di dalam. Maksudku, duduk di lantai, melepas kaus kakimu …”

“Dan kamar tidurnya punya futon6 di dalamnya bukannya tempat tidur. Lemarinya pun ada yukata7.”

“Huh, menarik. Kau rupanya sangat akrab sama semua ini, Subaru.”

“Serius. Kau belajar gaya Kararagi sebanyak ini dari mana?”

Selagi Subaru dan Emilia berbincang, Otto nyamber dari tempat duduknya di samping Beatrice. Mendengarnya menyebut istilah gaya Kararagi, Subaru mengerutkan alis.

“Maksudmu penginapan ini bergaya Kararagi?”

“Itu benar. Arsitektur bergaya Jhepangz adalah tradisi Kararagi …. Desain penginapan ini nyatanya sangat dipengaruhi wilayah itu.”

Meski kedengarannya sedikit absurd, hubungan jelas dengan Jepang tidak lagi bisa dianggap kesalahpahaman. Terlampau sukar meyakini hal semacam ini telah berkembang alami tanpa pengaruh adat istiadat Jepang. Tidak salah lagi di pikirannya bahwa gaya Kararagi ini telah dipengaruhi dunia asli Subaru.

“Sedari awal, Hoshin sang pahlawan yang mendirikan Kararagi, adalah orang yang membangun Pristella, menghubungkan keduanya. Orang mungkin bilang negeri ini adalah tempat awal kisah Hoshin dari Tanah Tandus yang mulai kaya dan terkemuka.”

“… si Hoshin ini sungguh melakukan banyak hal di semua tempat.”

“Opiniku, Hoshin-lah yang dipanggil Sage. Intinya, pencapaian beliau terlalu keren.

Saat ini, Pristella secara resmi dianggap wilayah kerajaan, namun ada kalanya menyebabkan perselisihan wilayah cukup besar antara Lugunica juga Kararagi.”

Menurut Otto, kedua negara telah memperebutkannya selama seratus tahun terakhir. Dari geografis, Pristella adalah bagian wilayah Lugunica, tetapi fakta sang pendiri terkenal negeri Kararagi yang membangunnya tidak bisa dihilangkan. Seketika konflik ekonomi yang berlarut-larut mereda, terlahirlah ketetapan masa-masa ini.

“Jadi pengaruh Hoshin sangat besar di sini … kurasa benar menganggap gaya Kararagi ini terkait sama Hoshin juga?”

“Nampaknya begitu. Di era beliau, Hoshin adalah seseorang yang memperkenalkan cara berpikir dan ide revolusioner maju …. Beliau membentuk kembali ideologi, teknologi, budaya—seluruhnya.”

“Menarik.”

Mengangguk pada penjelasan Otto, Subaru mendesah dalam-dalam.

Kini Subaru yakin—Hoshin dari Tanah Tandus, sang pahlawan yang mendirikan negara kota Kararagi, kemungkinan besar seseorang yang telah dipanggil dari dunia lain, sebagaimana Subaru dan AI.

Kebanyakan budaya yang terhubung dengan Kararagi, dan yang disebut-sebut gaya Kararagi, cocok dengan dunia yang Subaru terlalu kenal. Kesemuanya terlihat berakar di sini.

Hal demikian menjadikannya orang ketiga yang dipanggil ke dunia lain sepengetahuan Subaru—tetapi periode waktunya berbeda drastis.

Hoshin datang empat ratus tahun lalu, AI dua puluh tahun lebih awal, dan Subaru satu tahun sebelumnya.

Apa artinya perbedaan waktu? Mengapa Subaru dan dua orang lainnya yang dipanggil?

Subaru masih tidak tahu alasan dirinya dibawa ke dunia ini. Walaupun sudah menerima fakta dirinya berpisah dari dunia asal serta masa lalunya selama Ujian Sanctuary, tetap saja—

“—dari kelihatannya, kau nampak menghargai penginapan Jhepangz.”

Tiba-tiba, seolah-olah waktunya bertepatan dengan jeda percakapan, suara seseorang memanggil mereka dari luar aula. Pintu kayu terbuka lirih, memperlihatkan Anastasia.

Dia tidak sendirian. Dia membawa satu orang yang membungkuk elegan.

“Lama tak bersua, Nona Emilia. Awalnya, sayalah yang sepatutnya menyambut Anda terlebih dahulu. Saya mohon maaf atas keterlambatan salam saya.”

Segera sesudah dirinya muncul, wajah tampan pria itu berubah menyesal dan sedih sewaktu minta maaf.

Hanya suara indah sekilasnya dari balik dinding sudah sanggup meluluhkan banyak wanita. Kelap-kelip di mata kuningnya menyimpan gairah yang mencakar hati siapa pun yang menangkap mereka.

Itulah jenis keberadaan yang dimiliki Julius Juukulius. Dialah Kesatria Terbaik yang tersohor.

Emilia tersenyum lembut menanggapi Julius yang membungkuk.

“Iya, lama tidak bertemu, Julius. Aku turut senang melihatmu baik-baik saja.”

“Terima kasih atas kemurahan hati Anda. Senang melihat Anda kian cantik, Nona Emilia. Saya mesti sampaikan bahwa keindahan mata Anda adalah harta nasional—bahkan, hartanya seluruh dunia.”

Cara bicara bertele-tele serta sikap angkuhnya itu yang membuatnya pria paling menjengkelkan sepanjang sejarah—atau begitulah komplain Subaru ketika Julius berpaling dari Emilia yang menyeringai.

“Sudah lama sejak kita bertemu kali terakhir. Kelihatannya kau dalam keadaan sehat, Sir Natsuki Subaru.”

“… jangan panggil aku Sir. Membuatku merinding. Apa-apaan Sir Subaru itu? Bicara normal sajalah.”

“Kendati kau bilang begitu, sudah fakta terkenal bahwa Sir Subaru dengan formal telah menjadi kesatria Nona Emilia. Sisihkan masa lalu, kau sekarang ini menempati posisi tepat. Aku semata-mata bermaksud memperlakukanmu sebagai rekan.”

Semata-mata bermaksud, matamu. Suasana hatiku jadi rusak, jadi hentikan sarkasmu, atau kusuruh Beako menyerangmu.”

“Begitukah. Rupanya sekalipun posisimu berubah, sikapmu sedikit dipengaruhi olehnya.”

Tatkala Julius bersikukuh bersikap sopan hingga akhir, Subaru merengut seraya mendecakkan lidahnya. Melihat ini, wajah Julius tersenyum tipis, kali ini membungkuk ke Subaru.

“Kalau begitu mari kita coba lagi … lama tidak bertemu, Natsuki Subaru. Semoga kau setiap harinya berusaha untuk tidak mempermalukan kekesatriaan yang telah dilimpahkan kepadamu.”

“Ha, frontal banget. Aku tidak mau dihajar tanpa alasan oleh seseorang gara-gara percaya diri pada diriku sendiri.”

“Aku tersinggung kau bicara ibaratnya serangan itu tanpa provokasi. Seingatku, itu hanya pertandingan latihan antara dua orang berstatus sama yang mempertaruhkan kehormatan mereka.”

“Kau tentu tidak tahu kapan waktunya tutup mulut …”

Namun karena Subaru salah langkah setiap saatnya, tidak banyak yang dapat dia ucapkan biar dirinya tak berakhir sebagai pecundang. Sebaliknya, Subaru mengabdikan diri supaya tidak terlihat remeh dan menolak membiarkan satu hinaan pun.

Usai memelajari reaksi Subaru, Julius menanggapi, “Hmm,” menutup satu matanya seakan mendapati perkembangan ini entah bagaimana mengejutkan. Selanjutnya mengalihkan tatapan ke Beatrice yang tengah duduk persis di sebelah Subaru.

Menyadari tatapan kuning Julius tertuju langsung ke dirinya, Beatrice balas menatap.

“Kau mau apa, ya? Seorang wanita tidak boleh dipandang berlebihan.”

“Maafkan kelancangan besarku. Tidak pernah kuduga roh berpangkat tinggi sepertimu akan hadir.”

“Betty itu rekan Subaru, jadi tidak wajarkah aku di sini, ya? Jangan asumsikan aku satu level sama roh-roh lebih rendah yang namanya tidak layak dipanggil. Hanya karena kau cukup menarik sampai-sampai hati gadis perawan Betty berdebar sedikit, jangan terbawa suasana, ya.”

“Bentar, bentar, bentar, bentar, berdebar?!”

Kala Beatrice bangkit dari tempat duduknya dan membusungkan dada, Subaru cepat-cepat menangkapnya. Begitu Subaru sepertinya pengin menjauhkannya dari Julius, Beatrice menginterupsi, berkata, “Tenanglah. Ini bukan masalah penampilan, ya. Lagian, watak prialah bukan wajahnya yang membentuk seorang pria.”

“Itu bukan hiburan! K-k-kenapa kau …. Berani-beraninya kau melakukan ini pada Beako-ku …”

Subaru melotot benci Julius selagi menggelisahkan ancaman nyata terhadap hubungan dirinya dan rekannya. Intensitasnya belaka membuat Julius membelalak, tetapi ekspresinya segera merileks.

“Kau semestinya jangan salah paham padanya. Roh Agungmu tak berniat mengkhianatimu. Berkat dalam diriku belakalah … berkat ketertarikan roh secara alami menarik roh ke diriku.”

“Bisa lebih parah lagi, tidak?! Keberadaanmu cuma untuk membuatku menderita saja?!”

“Kau melukaiku. Tentu saja, berkat ini jadi bantuan besar untukku. Dikarenakan berkat inilah seseorang yang kurang talenta seperti diriku mampu menjalin ikatan dengan roh enam elemen lebih rendah yang indah.”

“Memangnya Betty akan kalah sama berkat semacam itu, ya? Kukatakan sekarang. Subaru itu lebih … iya, lebih baik darimu!”

“Makasih! Dan tolong jangan makin melukaiku!”

Beatrice takkan pernah mengkhianatinya; Subaru sangat yakin akan itu. Di waktu bersamaan, ketidakmampuannya menemukan alasan nyata atas loyalitasnya memberi Subaru rasa kekalahan aktual.

Kapan pun Julius dilibatkan, Subaru senantiasa merasa lebih inferior. Bukan itu saja faktor satu-satunya, tapi tentu itu alasan utama ketidaksukaannya kepada Julius.

“Seperti biasa, kesatria muliaku tergila-gila pada Natsuki.”

“Itu salah paham. Saya cuma ingin menasihatinya sebagai senior. Karena kini dia kesatria kerajaan, perilakunya berefek pada reputasi semua kesatria.”

“Dengan kata lain, yang mau kau bilang itu sebab semua orang menyaksikan, bersikaplah agar tidak ada orang yang meremehkanmu? itu berputar-putar amat. Kekuranganmu adalah kau tak pernah blak-blakan soal hal semacam ini, Julius.”

Begitu Anastasia bicara dengan nada menggoda, Julius menghembus napas sekejap dan menundukkan kepalanya. Tidak salah lagi Julius menilai jika tuannya membawa topiknya lebih jauh, dia jadi sasaran pembicaraan. Kelihatannya ini pola umumnya.

Sementara itu Subaru sudah merasakan pengalaman buruk. Emilia menepuk lembut pundaknya.

“Aku benaran senang melihat Subaru sama Julius sekarang rukun.”

“Sulit berterima kasih sama komentarnya, tapi terima kasih, deh.”

Dunia yang dilihat mata Emilia adalah dunia indah. Mengambil hati sentimen itu, Subaru memposisikan Beatrice di atas lututnya setelah duduk kembali di bantal lantai persegi. Anastasia bersama Julius juga duduk di meja panjang di seberang mereka.

“Kalau dipikir-pikir, hanya kalian berduakah? Semuanya …. Yah, kami memang melihat sekilas Mimi tadi.”

“Seperti dugaanmu, Mimi berhubungan baik sama pirangmu. Hetaro yang sangat mencintai kakak perempuannya, tergesa-gesa mengejar mereka, jadi aku minta Tivey mengurus semuanya baik-baiiiiiiiik sekali sebelum jadi lebih rumit. Misalkan ini rencana adu domba, kalian berhasil.”

“Rencana atau tidak, mengekang Mimi itu yurisdiksimu. Ricardo dan Joshua bagaimana?”

Subaru mengerti kalau Mimi dan adik-adiknya kuat, tetapi dia resah sebab tidak melihat anggota lain Iron Fangs, tentara pribadinya Anastasia. Kebetulan, kerisauan itu termasuk adik Julius, Joshua juga.

“Yah, bahkan selama liburan santai, kami tak cuma duduk-duduk menggampangkan. Ricardo dan Joshua sama-sama sedang bertugas jauh dari penginapan …. Kalau dipikir lagi, Joshua tidak tidak sopan padamu, ‘kan?”

 “Tidak separah kau. Tapi kalian kakak-beradik mirip. Misalkan badannya lebih baik sedikit, dia bisa benar-benar menggantikanmu. Hei, kenapa kalian berdua tidak melakukan itu saja biar kau bisa pensiun?”

“Itu pendapat lucu, tapi itu agak sulit. Adikku dari usia muda fisiknya sudah lemah. Saat ini, tidak ada yang meresahkan dirinya bepergian jauh dan panjang, tetapi sebagai kakaknya, aku dari dulu sudah mengkhawatirkannya.”

Menurunkan pandangan dan nada suaranya, Julius tulus prihatin pada Joshua. Subaru menggaruk kepala dan mengalihkan pandangannya karena merasa muak telah begitu mudahnya mengangkat topik sensitif semacam itu.

Tentunya pembicaraan mereka dijeda.

“Errr, kupikir bagus menghidupkan persahabatan lama, tetapi sekiranya semua orang sudah hadir, kita seharusnya melanjutkan dengan salam formal.”

Otto yang sampai sekarang menutup mulutnya, memutuskan mencairkan suasana.

Anastasia tanggapi usulnya dengan minat besar lalu memalingkan pandangan ke dirinya.

“Ide bagus. Aku menanti-nanti ingin menyambut langsung penasihat dalam negeri lihai yang sering kudengar.”

“Hei, hei, infomu keliru. Tidak biasanya kau salah, Nona Anastasia.”

“Saya bisa bayangkan asal rumornya, tapi menganggap desas-desus tidak akurat itu seterang-terangan ini benar-benar bisa membuat orang jadi terlalu sadar diri. Sungguh!”

Ketika penasihat dalam negeri lihai berteriak protes, Subaru hanya menjulurkan lidah imut-imut. Melihat aksi komedi Subaru dan Otto, Anastasia tersenyum sedikit selagi mengangguk ke Julius.

“Izinkan aku memperkenalkan diri dengan formal. Aku Julius Juukulius, ditugaskan ke Kesatria Lugunica bagian Penjaga Kerajaan, namun aku sekarang ini mengabdi sebagai kesatria Nona Anastasia.”

Seketika Julius memperkenalkan diri dan membungkuk elegan, Otto mengangguk dengan ekspresi terpesona di wajahnya.

“Dan beliaulah salah satu kandidat raja Kerajaan Lugunica, gadis jenius yang menjalankan Perusahaan Hoshin berbasis di negara-kota Kararagi, Nona Anastasia Hoshin.”

“Nona!”

“Kenapa kau berlutut?!”

“Apa—?! Oh, tidak, sangat menakjubkan sampai-sampai tubuhku bergerak sendiri!”

Sewaktu Otto terhanyut penampilan Julius, Subaru menampar belakang kepalanya.

“Lihatlah! Emilia-tan kami adalah kandidat raja yang hebat! Dia semengesankan mereka!”

“Iya, itu benar. Aku kontestan takhta seperti dirinya. Aku benaran berusaha sebaik mungkin!”

“Lihat saja kemanisannya. Dialah E M T tulen!”

“Mesti kubilang rasanya canggung merasa tenang oleh tingkah itu …”

Tingkah nekat biasa Subaru mengembalikan ketenangan Otto, yang mana membuatnya mempertanyakan keadaan pikirannya. Kemudian dia menghadap pihak lain, suasana hatinya terlihat pulih.

“Meskipun terlambat, saya ‘kan turut memperkenalkan diri. Nama saya Otto Suwen, dan saya memegang jabatan penasihat dalam negeri Nona Emilia …. Ya, lewat sejumlah peristiwa takdir, itulah peran saya.”

“Terdengarnya ada beberapa alasan yang membuatmu susah menerimanya, ya.”

“Jujur saja, saya semestinya pedagang keliling. Sungguh, mengapa berakhir seperti ini …?”

“Kedengarannya sulit. Yah, andaikata terjadi apa-apa, kau boleh mengandalkanku. Aku takkan menyia-nyiakanmu.”

Anastasia bicara dengan nada sedih, tetapi jelas upaya untuk merebut penasihat dalam negeri Emilia dari mereka. Seolah-olah berharap mencegahnya, Subaru berdiri dan menghadapkan Beatrice di depan Otto.

“Kebetulan, biarkan aku memperkenalkannya pula. Dia gadis bayi kontrakku …. Uhhh, maksudku, dia Beatrice si roh.”

“Perlakuan kebetulan itu menyinggungku, tapi kalian boleh tahu namaku, kurasa. Betty adalah Beatrice sang Roh Agung, dan sebagaimana yang bisa kalian lihat, peringkat, level, dan manisku sepenuhnya berbeda dari roh-roh biasa kalian. Kini kalian sudah paham betul, boleh minta teh hitam sama kue manis, ya?”

“Jaga martabatmu sampai akhir dong, hadeeeh.”

Beatrice yang tidak kuasa berpisah dari aura karakter maskot hingga momen paling-paling akhir, Subaru menarik rambut ikalnya dan mengembalikannya ke pangkuannya. Lalu menyinggung Otto untuk melanjutkan diskusi. “Iya, iya,” kata Otto, merespon selagi menuntun percakapan. “Walaupun tidak sopannya kami memaksa melanjutkan percakapan, ada beberapa hal yang ingin kami pastikan.”

“Hehe, tidak apa. Sudah jadi tugasku untuk membuat para tamu nyaman. Lakukan sesukamu.”

“Kalau begitu … boleh saya menanyakan alasan undangan ke Pristella ini?”

“Tidak perlu risau. Aku tidak merencanakan apa-apa, ‘kan? Kita berdua dalam keadaan sama, jadi pikirku mau membicarakan berbagai hal.”

Pertanyaan Otto langsung ke inti. Anastasia membelai syal di lehernya. Sikap dan cara bicara Anastasia itu lembut, tetapi nada suaranya ibarat hiasan cantik yang menutupi maksud sejatinya. Mendapati sukar menghadapinya, Otto menjilat bibir; senyum pedagang besar di depannya yang seorang veteran medan tempur tak terhitung, kian dalam.

“Akan tetapi, berdasarkan laporan belakangan ini, rasanya seolah-olah kalian memancing kami ke umpan tanpa ditutup-tutupi.” Ucap Subaru.

“Negatif mengutarakannya dengan kata umpan. Jikalau aku hendak mengundang seseorang, maka sedikitnya aku wajib menyiapkan hadiah yang layak. Itu saja. Dan andaikan aku memberikan hadiah, maka sebaiknya hadiah terbaik.”

“… bagaimana bisa kau mengetahui keinginan pihak lain?”

“Hehe, itu rahasia dagang. Itu tidak boleh, Natsuki. Mencoba mencari tahu semua hal tentang seorang gadis …. Bukannya tidak sopan buat dua orang di sampingmu?”

Menutupi mulutnya dengan lengan baju, Anastasia mencondongkan badannya dan menggoda Subaru mengenai pertanyaannya. Subaru spontan mengerang nnnhhh, sesaat dia ditakut-takuti sampai terdiam. Beatrice mendesah saja, membuat Subaru tak merasa lebih baik.

“Bukan berarti kami mencoba merahasiakan seratus persen pencarian kami. Kami tidak dapat berbuat banyak semisal dia mendengarnya dari orang lain.”

Emilia merasa tak terganggu tatkala dia bicara menggantikan kesatria menyedihkannya. Kata-kata Emilia membuat Anastasia membelalak. Emilia memiringkan kepalanya sedikit selagi menatap mata biru muda itu.

“Lebih pentingnya, kurasa misalkan Nona Anastasia memberitahu di mana aku bisa menemukan yang kucari-cari, tentu tidak salah untuk merasa senang atasnya. Sepertinya itulah jalan terbaiknya.”

“Jawabannya ramah sekali. Sekarang ini aku tidak berniat memberi tahu apa-apa, sih.”

“Namun artinya kau akan beri tahu kami di masa depan kelak, ‘kan? Terima kasih. Aku tidak tahu bisa berbuat apa, tapi aku yakin akan membalas budinya.”

“…”

Balas Emilia tersenyum membuat Anastasia menutup mulut. Meliriknya, ekspresi Julius teramat menyantai. “Guh,” kata Anastasia, melotot ke reaksi kesatrianya. “Apa yang lucu, Julius?”

“Bukan apa-apa. Semata-mata saya jarang-jarang melihat seseorang yang melampaui ekspektasi Nona Anastasia seperti ini. Saya yakin reaksi murni Anda cukup bagus.”

“Yah, kau tentu piawai merajut kata …. Begitu, tampaknya jalanku masih panjang juga.”

Mendapatkan kembali ketenangannya berkat komentar Julius, sekali lagi Anastasia menoleh ke Emilia.

“Perkenankan aku mengoreksi kata-kataku. Walaupun satu tahun telah berlalu, kau masih sama hingga hati terdalammu. Bukankah seperti itu menyebabkan banyak masalah untuk Natsuki dan orang-orang terdekatmu?”

“Mmhmm, benar. Aku masih kekurangan banyak hal, yang mempersulit semua orang. Aku benaran harus menyusul. Aku berusaha sangat keras, sih.”

“Biarkan aku lebih mengoreksi kata-kataku. Kau bahkan lebih lembut dari sebelumnya. Kau membuatku terlihat seperti penjahat.”

Anastasia mendesah, diikuti senyum nyengir. Perubahan sikap mendadaknya kali ini membuat Emilia yang membelalak. Sesudah menyaksikan ini, Anastasia menatap Subaru dan Otto.

“Pastikan kalian pinjamkan kekuatan padanya, oke? Sekiranya dia tidak melancarkan banyak perlawanan, berarti masalah pula untukku, jadi …”

“Aku berniat mengerahkan segala kemampuanku, tetapi kebijakan dasar dan selera pribadiku adalah memanjakannya dengan pujian.”

“Oleh sebab itu sisa bebannya jatuh ke aku. Haha … mengapa jadi seperti ini?”

Subaru mengacungkan jempolnya sesaat ekspresi Otto semakin muram.

Anastasia mengangkat bahu terhadap penampilan kontras pasangan tersebut.

“Yah, tidak apa-apalah. Nampaknya tidak perlu merisaukan kalau kalian cowok-cowok itu tahu atau tidak betapa berharganya budi.”

“Budi, ya? Budi itu yahud. Anda tidak wajib menyimpannya, tidak pula kadaluwarsa di tanggal tertentu.”

“Itu benar. Dan selebihnya—”

Anastasia setuju sepenuh hati dengan Otto selagi kedua pedagang tersebut saling bertatapan.

“—kau tidak perlu memberi label harga.”

Kalimat itu dikatakan berbarengan. Anastasia tersenyum, Otto pun ikut tersenyum lesu. Subaru merasa pernah mendengar percakapan semacam itu sebelumnya, tapi rupanya itu suatu pepatah di antara para pedagang.

Apa pun yang penerapannya praktis, perkataan itu menjadikan para pedagang kedengaran kuat.

“Nah, kurasa kita akan membahas hal-hal yang kalian tunggu-tunggu. Sesuatu yang paling dicari Nona Emilia … adalah kristal sihir yang bisa berfungsi sebagai katalis roh penyihir, syarat tambahannya adalah kristal itu harus tanpa warna dan punya kemurnian tingkat tinggi, ‘kan?”

“Iya, itu benar. Bisa beri tahu lebih banyak tentang itu, biarpun hanya kau dengar sepintas saja?”

Perasaan berharap terpancar di mata kecubung Emilia saat Anastasia menunjukkan dirinya akan beralih ke topik utama.

Kala mereka tiba pertama kali di Pristella, sikap Emilia agak tertutup. Lagi pula, terus terang saja, kristal sihir yang dicari-cari itu adalah masalah pribadinya.

Yang melebihi keraguan samarnya adalah harapan untuk akhirnya bereuni kembali bersama keluarganya.

Baginya, kesempatan bertemu Puck lagi juga merupakan upacara yang menandai awal baru.

Anastasia tersenyum lebar terhadap harapan yang jelas membuncah dalam dada Emilia.

“Kristal sihir yang kau cari-cari dimiliki putra seorang pedagang besar yang mengikuti jejak ayahnya di kota ini. Dirinya sendiri punya bakat dalam berbisnis, tetapi di kota ini, dia lebih dikenal dengan hal lain selain namanya.”

Anastasia terhenti, seakan-akan membangun antisipasi yang barangkali mengikuti sebelum akhirnya melanjutkan.

“—aku yakin mereka memanggilnya Pria Yang Hatinya Dicuri Biduanita?”

6

“Pria yang Hatinya Dicuri Biduanita …. Ataukah singkatnya Penggila Biduanita? Nama panggilan aneh.”

Subaru menatap saluran air dengan ekspresi tenang seraya menggumamkannya.

Waktu konferensi Water Raiment yang terlalu tenteram—sekalipun nampaknya berlebihan menyebutnya begitu—telah berakhir, dan pihak Subaru sedang berada di penginapan, bersiap-siap keluar.

Tujuan berikutnya mereka adalah mendatangi si Penggila Biduanita dan menegoisasikan kristal sihirnya.

Anastasia sebetulnya mengakhiri pertemuannya langsung setelah menyajikan informasi mengenai pemilik kristal sihir.

Tidak hanya itu, tetapi Anastasia pun sudah lebih dulu mengontak pihaknya, ternyata sudah membuat persiapan terhadap kunjungan mendatang. Ketelitiannya membuat Subaru tidak mampu berbuat apa-apa selain menggigit lidahnya.

“Tentu saja, negosiasinya berjalan baik atau tidak tergantung kita, tapi … masalahnya adalah pihak satunya waras atau tidak, ‘kan? Penggila Biduanita ini pastinya orang aneh.”

“Aku tidak yakin-yakin amat. Hatimu telah dicuri seorang wanita, dan kau mengumumkan ke publik fakta ini tanpa ragu-ragu—bukankah perilakumu di pertemuan para kandidat pemilihan raja miripnya bukan main?”

“Bukan semacam rahasia gelap, tapi bisa jangan ungkit itu cuma buat membuatku kesal?”

Sikap memberengut Subaru membuat Julius mengangkat bahu yang tandanya tidak tahu mesti berbuat apa.

Sekarang ini, hanya Subaru dan Julius di depan penginapan. Subaru telah menyelesaikan persiapannya dengan cepat, sementara Julius mampir untuk mengantarnya pergi.

Subaru ingin secepat mungkin bertemu kembali dengan Emilia dan teman-teman. Dia sudah merindukan kehangatan Beatrice.

“Kita terakhir bertemu di upacara kehormatan … bagaimana kabarmu selama satu tahun terakhir?”

“Berhenti bertingkah ibarat kita ini teman baik yang saling memberi tahu kabar terbaru. Nah, kau tahu apa tentang Biduanita ini sama pria yang terobsesi dengannya?”

“Aku belum sungguhan bertemu dengan mereka secara langsung, tapi dua-duanya adalah orang-orang terkenal di Pristella. Tidak satu pun hari berlalu di kota ini tanpa mendengar suara sang Biduanita.”

“Apa-apaan itu? Ini semacam pertunjukkan yang mereka gelar sepanjang waktu?”

“Hmph. Kau tidak lama lagi akan mengerti.”

Subaru meringis tatkala Julius medengus dan menampakkan senyum puasnya. Kebiasaan Julius membangun ketegangan tak penting makin-makin membuat Subaru jengkel.

“Di lain waktu kubalas kau karena sudah menyusahkanku …. Omong-omong, Penggila Biduanita ini orangnya kayak apa? Jujur, aku tidak berharap banyak dengan menemuinya secara langsung.”

“Tidak usah gelisah; beliau adalah orang yang layak diajak bicara. Namun demikian, jika aku harus memperingatkanmu satu hal … aku yakin Nona Emilia tidak jadi masalah, tapi mungkin bijaknya tidak mengikutkan Nona Beatrice denganmu.”

“Maksudnya apa?!”

Kala Subaru segera meminta tanggapan, Julius kehilangan kata-kata sambil cepat-cepat mengalihkan pandangannya. Mungkin si Penggila Biduanita ini punya dendam sama roh?”

“Kalau sampai entah bagaimana dia menyakiti Beako, aku tidak yakin bisa menahan diri.”

“Tidak, tentu tidak, beliau takkan memperlakukan buruk Nona Beatrice …. Nona Beatrice mungkin menerima sambutan berlebihan.”

“Apa maksudnya sambutan berle-? Bentar. Jangan bilang dia lolicon …?”

“Aku tidak tahu istilah itu artinya apa, tapi …”

Julius terdiam di akhir selagi menggali kata yang tepat dalam kosakatanya sendiri. Meski sudah melakukannya, bahkan seorang kesatria seelegan dirinya tidak bisa menghasilkan sesuatu sesulit dipahami itu.

Pokoknya, alasan keresahan Julius sebenarnya sudah jelas, alhasil Subaru memegangi kepalanya.

“Mentorku sudah semenyulitkan para lolicon …”

Sungguh, Clind punya estetikanya sendiri. Sebagian besar diri Subaru digalaukan fakta Clind dan Penggila Biduanita itu boleh saja punya kesamaan.

Clind menjunjung kemudaan dan menghargai semangat kekanakan. Dengan kata lain, seseorang dengan penampilan muda tapi berpemikiran matang sama sekali tidak menariknya. Oleh karena itu, Clind tidak mendapati Ryuzu memikat sama sekali; kontrasnya, dia sangat mengagumi Emilia.

Terlebih, dia praktis memperlakukan Beatrice bagai tuan putri.

“Beako-ku adalah gadis serba bisa yang menarik bagi orang cabul biasa sekaligus selera tingginya orang-orang semacam Clind …”

“Kenapa firasatku bilang aku diperlakukan agak kurang ajar lagi, ya?”

Beatrice yang datang tepat waktu tuk mendengar komentar ini, pipinya jadi cemberut gusar. Melihat Beatrice seperti itu yang tidak tampak berbahaya, Subaru meneriakkan, “Mengertilah, bego! Aku cuma merisaukanmu! Bangun dan sadari kalau dirimu yang sekadar hidup sudah memancarkan pesona tingkat berbahaya! Berhati-hatilah supaya aku tidak serisau ini! Bangsat, kau ini imut banget …!”

“Eh, ah, mm …. Y-yah, wajarlah kau mencemaskan itu, kurasa. Hehehe.”

Kendatipun Subaru barusan memperingatkan kecerobohannya, Beatrice hanya menggenggam gembira tangan Subaru. Sekilas, dia putuskan untuk memegang erat tangannya dan takkan pernah lepaskan. Dia kudu sangat berhati-hati di kota ini.

“Kebetulan, Beako, kau datang sendiri? Bukannya Emilia-tan sekamar denganmu?”

“Emilia dan Otto mencari Garfiel. Dia pastinya lagi berjalan-jalan dalam penginapan, kurasa. Sementara itu, Betty harus datang ke sini biar Subaru tidak kesepian.”

“Begitu. Kau lucu waktu merendah diri.”

Mengelus rambut mempesona Beatrice, Subaru mengalihkan pandangannya ke penginapan. Garfiel tidak ragu lagi terlibat pertempuran dengan ketiga kakak-beradik tepat saat ini.

Kemungkinan terburuknya, meninggalkan Garfiel dan pergi langsung jadi pilihan.

“Dan lagi, sia-sia membawanya sebagai pendamping kalau pergi tanpanya. Tidak, bentar. Jika kau anggap sama saja menarik tiga musuh di saat bersamaan …”

“Tidak ada bagusnya pikiran mencari ribut seperti itu. Meskipun kenyataannya begitu, musuhku siapa? Hmph, kau, mungkin?” tanya Julius.

“Barusan kau tertawa sedikit, bukan? Kau kira aku tidak bisa menghadapinya? Kuberitahu—Beako dan aku itu berbahaya saat kami menyatukan kekuatan. Kau nanti terkagum-kagum, oke?”

“Tepat. Kau akan tercengang, kurasa.”

 Di saat Julius melontarkan pernyataan provokatif, Subaru meraih Beatrice dan mendorongnya ke depan. Ketika melihat Beatrice membusungkan dadanya, Julius mengangkat tangan seakan menyerah.

Lalu selama percakapan tiga orang tersebut, suara seseorang memanggil mereka—

“—Kak, aku baru saja kembali.”

Seorang pria muda melambaikan tangannya selagi memanjat saluran air ke jalan setapak. Pendatang baru itu punya wajah lembut yang sedang memakai kacamata berlensa—Joshua. Melihatnya membuat Julius berdiri tegak sambil tersenyum.

“Jadi kau berhasil sampai tepat waktu. Terima kasih atas kerja kerasnya, Joshua.”

“Tidak masalah sama sekali. Silakan serahkan tugas sebanyak ini ke diriku kapan pun seingin kakak. Juga ….”

Mendengar ucapan terima kasih kakaknya, ekspresi Joshua menyantai. Setelahnya, dia menatap Subaru dan Betrice. Seketika dengan tajam dan frontal, suhu mata kuningnya mendingin.

“… kalian berdua, terima kasih sudah datang sejauh ini. Saya yakin kalian berdua sudah bicara dengan Nona Anastasia. Maaf saya tidak dapat bergabung dengan Anda.”

“Mm, jangan khawatir … kudengar kau sedang menangani sejumlah urusan.”

“Iya. Atas perintah Nona Anastasia, saya pergi ke perusahaan dagang … demi mempersiapkan perahu naga untuk Anda. Tolong gunakan selama Anda tinggal di kota.”

“Perahu naga!”

Pengutaraannya disampaikan nada dingin aneh, tetapi maksudnya membuat mata Subaru berbinar-binar. Di belakang Joshua, di saluran air arah dirinya muncul, Subaru melihat naga air dengan kepala menjulur berbalik menghadap mereka.

“Nakhodanya pun sudah dihadirkan. Saya menggunakan koneksi Perusahaan Hoshin untuk mengamankan orang yang dapat dipercaya.”

“Teliti amat. Yang paling pentingnya adalah perahu naganya adalah hal impian sekaligus fantasi, jadi terima kasih sudah menyiapkan semua ini.”

“Tidak usah disebutkan. Sudah saya bahas, tetapi ini berdasarkan perintah Nona Anastasia. Yang ada, saya berusaha menuntaskan persiapan seawal mungkin untuk mencegah kakak laki-laki saya berurusan dengan Sir Natsuki lebih lama dari yang diperlukan, namun …”

“Kau ini pria yang blak-blakan, ya?”

Sifat kelewat terang-terangan Joshua membuat Subaru tersenyum tegang. Tapi Julius-lah yang kaget alih-alih Subaru. Sang kakak mengangkat alis, rupanya tidak menyadari ketidaksukaan adiknya kepada Subaru hingga saat ini.

“Joshua, mereka semua adalah tamu kehormatan Nona Anastasia, termasuk dirinya. Kurang ajar kepadanya akan menggores sedikit  kehormatan Nona Anastasia, tuan kita. Jangan mengulangnya lagi.”

“… a-aku sangat menyesal, Kak.”

Sehabis diomeli Julius, Joshua mengatupkan rahang selagi menundukkan kepala. Julius mendesah ketika melihatnya, tatapan maaf diarahkan ke Subaru dan Beatrice.

“Aku menyesal. Aku meminta maaf atas perilaku tidak pantas kami. Biasanya, adikku takkan pernah berkelakuan seperti itu …. Barangkali perubahan lingkungan membuatnya lebih bersemangat dari biasanya.”

“Tidak jadi soal, tapi misalkan sungguh-sungguh karena tempat ini tidak familier dan baru, lantas sebagai kakak laki-laki kau perlu menjaganya benar-benar. Aku tidak mau sepasang kakak-beradik bertengkar denganku, Abang.”

“Hmph, aku ‘kan mengingatnya.”

Begitu Julius kembali normal dan tersenyum sombong biasa, Subaru mengangkat bahu putus asa. Sesudahnya, Beatrice angkat bicara, “Ah,” suaranya keluar selagi memegang tangan Subaru dan pandangannya mengarah ke penginapan.

Sewaktu Subaru menoleh untuk melihat apa yang menarik perhatiannya, pintu penginapan terbuka kemudian keluarlah beberapa orang.

“Hei, Kapten! Parah banget ninggalin gua kek gitu! Ini ga lucu!”

Garfiel keluar duluan, rambut emas berkilaunya acak-acakan sambil mendempetkan taring. Dia rupanya sudah lama dikuasai Mimi.

“Maaf membuat kalian menunggu. Kami cuma tidak bisa lebih cepat menemukan Garfiel dan yang lain.”

“Mereka menyisakan bekas-bekas kekacauan di seluruh penginapan, jadi kami mesti mencari ke mana-mana.”

Di belakang Garfiel, Emilia dan Otto membicarakan kesulitan yang harus diatasi regu pencari mereka.

Sebagaimana kata Anastasia, Mimi telah membawa pergi Garfiel, hasilnya kedua adik laki-lakinya ikut mengejar dan mengganggu kencan mereka, menyebabkan perkelahian yang nampaknya terjadi di sekitar penginapan.

“Kacau bener. Misalkan Abang ga dateng, gua masih lari-lari.”

“Jadi kau menikmati festival meongcantik. Puaskah?”

Puas mata lo. Bocah-bocah kecilnya mau ngebunuh gua pas si kerdil itu nyeret gua. Gua kabur-kaburan kek Kaki Kaburnya Gehanon, sial.”

“Yah, dua adik laki-laki itu kelihatannya terobsesi sekali sama kakak mereka. Kau tidak membalas?”

“Mereka ngamuk karena cemas ama kakak mereka, ‘kan? Mana mungkin gua bakal ngebuat mereka nangis gara-gara itu.”

Garfiel bersikukuh memilih tidak panjang tangan pada sesama komrad pecinta kakak perempuan.

Pokoknya, berkat bantuan tepat waktu, dia akhirnya terbebas dari trio bersaudara, artinya Fraksi Emilia akhirnya berkumpul.

Persiapan mengunjungi si Penggila Biduanita dan terlibat dalam negosiasi langsung.

“Joshua mengatur perahu naga buat kita, jadi mulai dari sini perjalanannya naik perahu.”

“Wow, seriusan? Aku benaran mau naik. Terima kasih, Joshua.”

Menangkupkan tangan ke depan badan, Emilia tersenyum dan menyuarakan terima kasihnya. Pipi Joshua merona sedikit seraya mencoba merespon.

“B-bukan apa-apa. Kata-kata Anda tidaklah bermakna untuk saya. Saya semata-mata menunaikan perintah Nona Anastasia.”

“Kami mensyukuri ucapan terima kasih Anda. Tolong nikmati perjalanan perahunya, Nona Emilia.”

Kedua bersaudara itu bereaksi terhadap rasa terima kasihnya dengan cara berbeda, yang mana Subaru tafsirkan sebagai tanda betapa terbiasanya kakak-beradik itu perihal hal semacam ini.

Usai mengutarakan selamat tinggal kepada Juukulius bersaudara, Subaru dan anggota fraksi lain mulai menaiki perahu naga.

Perahu naga itu seukuran perahu sungai kecil dan mampu menampung tujuh orang termasuk nakhodanya. Nakhoda yang terlihat berkulit hitam dan baik hati itu membantu mereka, tatkala melihat semua orang sudah naik, dia pelan-pelan menjalankan kapalnya.

“Tahu tidak, sebenarnya ukuran kapal ditetapkan hukum kota. Jadi kesepakatan karena mereka tidak hanya mesti mempertimbangkan nakhoda seperti kami namun lalu-lalangnya kapal-kapal lain pula.”

Nakhoda berkulit gelap memberi penjelasan selagi Subaru dan yang lainnya melihat perahu itu ibarat hal baru.

Subaru tidak terlalu pikirkan, tetapi tidak seperti kereta naga yang melaju di jalan raya lebar, sesuatu semacam peraturan lalu lintas perlu diterapkan untuk perahu saluran air yang menjadi sarana utama berkeliling kota.

“Ini pertama kalinya aku menyeberang kota naik perahu. Entah kenapa, jantungku berdebar kencang.”

“Masa? Ahhh, tapi bukannya ini laut atau semacamnya.”

“Laut itu apa?”

“Kayak … genangan air tiada habis. Tanah airku ada laut di sekelingnya, tahu.”

“Heh, luar biasa. Enak banget tidak pernah kehabisan air di tempat seperti itu.”

Mata Emilia berbinar-binar. Subaru tersenyum kepada kesan kekanakan gadis itu tentang tempat kelahirannya.

Sayangnya menggunakan air laut buat memenuhi air minum yang tidak mencukupi adalah tindakan bunuh diri. Sebab sia-sia dan ruwet menjelaskannya, Subaru putuskan untuk menghargai saja kelucuan Emilia.

Sementara itu, perahu naga mengikuti arus saluran air, menambah kecepatan selagi melaju ke tengah kota. Sebuah perahu naga menuju jalur kiri jalan saluran air yang luas membuat Subaru tertegun sejenak.

Misteriusnya, aliran di jalur kanan saluran air mengarah ke atas. Hukum fisika aneh macam apa yang bekerja di sini?”

“Tehehe. Kaget? Sebetulnya, aku tahu alasannya. Lihatlah tepi kota.”

Sewaktu benak Subaru memikirkan pertanyaan tersebut, Emilia bangganya menunjuk ke kejauhan. Memandang ke arah itu, dia melihat dinding luar melingkar yang mengepung kota terhubung dengan beberapa menara batu. Terdapat satu menara batu raksasa di setiap arah mata angin—barat, timur, selatan, utara—mustahil melewatkannya.

“Ahh, hatiku lagi menanyakannya. Menara-menara itu apa?”

“Itu menara pengendali yang mengatur aliran air dalam kota. Kenyataannya, menara itu sendiri adalah sebuah metia kompleks yang menggunakan kekuatan kristal sihir air untuk mengendalikan arus. Sepertinya pintu air besar kota juga dioperasikan di sana.”

“Heh, jadi itu metia raksasa! Hebat banget.”

Mengangguk pada penjelasan Emilia, Subaru kini tahu mekanisme misterius di balik saluran air yang mengalir di kota. Kota Bendungan Pristella sungguhan berbeda dari kota-kota lainnya dalam beberapa hal. Dimulai hukumnya dan posisinya sebagai kota yang teramat-amat independen, tampaknya banyak hal yang harus dia pelajari perkara kota ini.

“Kebetulan, harap berhati-hati. Menodai air adalah tindak pidana berat kota ini. Terkhusus Garfiel yang dari tadi wajah takutnya menatap air terus.”

“Bukannya takut air. Gua cuma ga mau jadi kek kucing kelelep.”

“Ya sudah, bisa berhenti memegangi jubahku sekuat tenaga begitu? Mendengar suaranya, jubahku mau robek.”

Duduk di tengah perahu naga, Otto mendesau melihat bagaimana Garfiel tidak dapat tenang sama sekali. Perbincangan keduanya membuat Emilia tersenyum sementara Beatrice mengangkat bahu belaka.

“Ya ampun, semuanya terlalu sibuk. Bisa jaga sikap dan belajar dari keanggunan Betty, ya? Subaru juga berpikir begitu.”

Beatrice mengedipkan mata ke dirinya kala meminta persetujuan. Kemudian Subaru mengangguk sedikit ke Beatrice.

“—ad.”

“… tadi kau bilang apa, ya?”

Hanya Beatrice yang mendengar gumam sangat lirih itu, hampir tak terdengar.

Waktu ekspresi Beatrice menegang dan mundur selangkah, semua orang berpaling ke Subaru. Melihat tiap-tiap wajah mereka, Subaru tersenyum.

“Gawat. Kayaknya aku mau muntah.”

—sekejap, kekacauan total pecah di atas kapal.

7

“Kau sudah baikan, ya?”

“Belum, sedikit lagi …. Waduh, ini buruk. Dunia berputar-putar. Masih mual …. Jancuk, kukira bisa mengatasi ini, tapi tidak ada gunanya … kurasa beberapa hal tidak berubah.”

Subaru menatap arus saluran air sementara Beatrice mengelus punggungnya.

Mereka tengah berada di jalan setapak dekat Saluran Air Besar yang melintasi pusat kota. Dia paham alasan orang-orang lewat tersenyum seketika melihat dua orang yang duduk di pojokan.

Kemungkinan besar salah mengira mereka sebagai adik-kakak akrab—kemungkinan itu, atau pendatang baru yang menganggap bahwa Saluran Air Besar adahal hal baru.

“Asumsi dua-duanya tidak salah, sih …. Hoek.”

“Semisal kau pengin muntah pas lagi mengatakan hal bodoh, paling tidak bersikaplah dan atur napas. Tidak usah risau. Aku ‘kan menemanimu, kurasa …. Cepat sembuh.”

Beatrice lembut dan penenang bagi Subaru berwajah biru yang lemah. Memanjakan diri dengan kebaikannya, Subaru fokus menguatkan diri, ingin pulih secepat mungkin.

Sekitar lima belas menit berlalu sejak serangan mabuk laut mendadak Subaru di perahu naga di tengah-tengah jalan, satu-satunya pilihan adalah kesemuanya bertemu kembali di lokasi dengan jalan kaki, dengan Beatrice tetap di dekatnya biar tidak asal berangkat sebelum perasaannya jadi lebih baik, tapi—

“Nona Anastasia telah mengatur agar pihak lain meluangkan waktu untuk kita. Semakin terlambat, makin buruk kesannya, dan aku tidak mau memberi Nona Anastasia alasan untuk meledek kita.”

Inilah opini tanpa belas kasih penasihat dalam negeri yang tidak punya darah maupun air mata. Makanya Subaru meninggalkan rombongan.

Demikian, selain tidak tahu waktu pemulihannya, harga diri Subaru takkan membiaarkan masalah mabuk lautnya memperlambat Emilia. Lalu, dia merasa harga dirinya telah hancur berkeping-keping. Bagaimanapun, dia setuju penilaian Otto itu benar.

“Terulang mimpi buruk di saat aku naik kapal feri ketika karyawisata ke laut waktu sekolah dasar … ataukah mereka mengetahui mabuk lautku dan memanfaatkannya buat memisahkanku dengan Emilia-tan …?”

“Memangnya Emilia akan jadi tidak berdaya sesudah kematian satu orang Subaru yang suka mengoceh-ngoceh, ya? Terus Garfiel di sini demi apa?”

“Anggap saja benar. Lagian, Julius takkan mentolelir tindakan curang semacam itu …. Tuh orang kalau di sekolah selalu jadi manusia paling kesatria dalam kelas.”

Kebangsawanan Julius tidaklah fleksibel. Subaru dalam hal itu tidak punya alasan untuk meragukannya. Sebabnya, Subaru tidak perlu-perlu amat merasa terlalu menggelisahkan konspirasi apa pun yang dipasang Fraksi Anastasia.

Pfft, Subaru, kau yakin pria itu berpengaruh besar, ya?”

“Haaah?! Tidak, tidak, mana mungkin! Maksudku, kepribadian tidak lurusnya yang tak membiarkan Anastasia melakukan itu, tidak kurang dan tidak lebih! Sudahlah—kita pergi saja!”

Usai meneriakkan protes lanjut cemberut, Subaru melompat berdiri.

Dia memutar lengan-kakinya sedikit, memastikan tidak ada efek mabuk laut tersisa. Anggota tubuhnya serasa agak berat, tetapi jika sampai segitunya ….

“Aku genggam saja tangan Beako dan batalkan mualnya dengan energi penghangat hati.”

“Kau nampaknya bersemangat tinggi. Yah, Betty akan urus kapan pun terjadi, kurasa.”

“Iya, aku mengandalkanmu. Omong-omong, ayo cepat temui semua orang sebelum Emilia-tan jadi sedih dan kesepian.”

Mereka sudah bergandengan tangan serba kasih sayang selagi Subaru mengedipkan mata ke Beatrice. Membalasnya, kehadiran Beatrice laksana bilang, serahkan padaku! selagi mereka berangkat menuju perusahaan dagang.

“Kalau dipikir-pikir, kita fokus sama pria Penggila Biduanita, tapi aku penasaran gadis Biduanita ini macam apa? Kota air sama seorang biduanita, plus Emilia-tan sama Nona Anastasia, dua kandidat raja—kedengarannya seakan sinetron besar hendak terjadi.

“Entahlah maksud sinetronmu itu apa, tapi Betty tertarik juga sama Biduanita.”

“Ohhh, misal dipikir-pikir, Beako sangat suka ketika Liliana datang ke mansion juga, ya?”

Subaru mengangguk dan membicarakan kejadian sebelumnya sesaat Beako mengumumkan ketertarikannya akan si Biduanita.

Kurang-lebih satu tahun sebelumnya, pradimulainya pemilihan raja secara sungguh-sungguh. Sedikit waktu berlalu usai keributan monster iblis, seorang penyanyi datang untuk tinggal di Manor Roswaal.

Penyanyi ini adalah Liliana yang baru saja dia sebutkan.

Liliana punya beberapa … kebiasaan menyusahkan, tetapi jika tidak menghiraukannya, sura nyanyiannya memikat semua gadis di mansion seluruhnya. Termasuk Beatrice yang jauh sebelum membuka hati, serta Emilia yang tiada bandingnya perkara memberi kesan jujur.

—termasuk Rem soal hal tak terduga ini.

“….”

“… Subaru, haruskah kita lewat sini, ya?”

Subaru terdiam sepintas, dan Beatrice melihat kilatan emosi di mata hitamnya. Ketika Beatrice menarik tangannya, Subaru mendesau ringan dan perlahan mengikuti punggung mungilnya, berterima kasih atas pengertian bisu rohnya.

Tujuan mereka adalah perusahaan dagang yang berdiri di tepi Saluran Air Besar di perbatasan antara Distrik Pertama dan Distrik Kedua.

Tata letak kota memprioritaskan saluran air, artinya jalannnya sangat tidak nyaman bagi pejalan kaki. Tetapi Beatrice membimbing santai melewati jalan-jalan kota, berjalan ibaratnya sefamilier rumah sendiri.

Setelah beberapa kali memutari saluran air dan jalur tikungan tiada habisnya, Subaru menyeberangi saluran air sembari berpegangan dengan Beatrice.

“Lihatlah, Subaru. Bukankah itu air mancur luar biasa?”

“Ahhh, iya … ini semacam tamankah?”

Saat Beatrice mengungkap kekagumannya, Subaru menuturkan kata-kata itu sambil menatap taman kota yang diabadikan air mancur indah.

Tamannya memiliki halaman berumput hijau, taman bunga yang dirawat baik serta, air mancur besar nan indah yeng pancurannya memesona. Inilah tempat yang melambangkan ketenangan, tempat tenang dan hening.

Jika dia ada waktu, dia akan mempertimbangkan untuk tidur siang ketika itu pula. Iya, jika ada waktu.

“Tapi sekarang, satu menit pun tidak boleh dibuang-buang. Hei, Beako. Selama ini kau menonjolkan energi serahkan ke Betty, maka kau takkan pernah salah ohoho—tapi kau tidak tahu kita berada di mana, bukan?”

Haduh …. Jujur, mengungkitnya padahal ada hal seindah ini untuk dilihat rasanya agak memilukan. Memangnya kau tidak bisa relaks, ya? Sebagai rekanmu, Betty merasa sangat malu.”

“Kau yang dulu bakalan berusaha mati-matian buat menutupi kesalahanmu selagi wajahmu merah padam. Akhir-akhir ini kau jadi nakal. Sampai-sampai Ayah mau nangis.”

Kenyataannya siapa pengaruh buruk yang menjadikannya seulung itu soal berdalih?

Subaru mengabaikan fakta bila Otto di sana, penasihat itu hampir pasti akan berkomentar canda kepada dua orang itu yang telah tersesat sepenuhnya. Meskipun klaimnya ada benarnya di bagian tidak boleh santai, mereka sangat tidak diperkenankan berkeliling.

Seandainya memungkinkan, Subaru ingin bergabung kembali dengan Emilia dan yang lain sebelum negosiasi kristal sihir selesai.

“Kalau begitu, bukannya lebih baik dengan sopan meminta bantuan orang untuk menunjukkan jalannya, ya?”

“Ohhh … tidak kusangka akan hidup-hidup melihat Beako hendak mengatakan, dengan sopan meminta bantuan orang. Kau sudah tumbuh ….”

  “Ohoho, Betty bukan orang yang berdiam diri di satu tempat selamanya.”

Rupanya lupa kalau insting perasa arahnya yang buruk yang dari awal membuat mereka tersesat, Beatrice bangganya membusungkan dada. Sebab dia dasarnya adalah massa senjata keimutan berjalan, Subaru tidak menyampaikan hal kurang ajar itu dan malah membelai kepalanya.

Berikutnya Subaru mulai mencari seseorang untuk ditanyai arah. Akan tetapi—

“… ada apa nih? Kok bisa tidak ada orang satu pun di taman padahal siang bolong?”

“Kurasa ini agak aneh. Orang-orang mengiranya ada kerumunan besar manusia yang tidur siang di tempat seperti ….”

Tidak mendapati tanda-tanda kehidupan di dekatnya, Subaru dan Beatrice memiringkan kepala bingung. Kemudian kata-kata si gadis terhenti di tengah-tengah selagi menyorot belakang taman.

Penasaran dengan reaksinya, Subaru berpaling ke arah yang sama lalu mendadak menyadari sesuatu.

“—kau dengarkah? Sebuah lagu?”

Bunga-bunga taman berdesir ditiup angin. Ditemani suara lirih air mengalir di sepanjang saluran air.

Ditemani harmoni alam sebagai latar belakangnya, suara khas alat musik juga nyanyian seseorang menggelitik telinga mereka.

Karena jaraknya, mereka hanya bisa mendengar sepotong-potong. Walaupun tarian lagu dan musiknya cuma sefragmen, suaranya mencakar hati Subaru.

Tentu saja, Subaru—tidak, kaki Subaru dan Beatrice sama-sama ditarik ke nyanyian itu.

“….”

Kemudian begitu mereka tiba di sumber melodi memikat tersebut, pasangan itu kewalahan, bahkan lupa bernapas.

—di bagian terdalam taman, seorang gadis tengah bernyanyi di depan semacam monumen.

Gadis itu berkulit cokelat. Perawakannya pendek.

Wajahnya ceria dan besar, mata bulat memiliki iris kuning cerah dan, rambutnya dikepang kembar dengan ujungnya menggantung di masing-masing kanan-kiri kepalanya. Rambut serta tubuhnya dihias ornamen yang terbuat dari buah-buahan pepohonan juga tulang binatang.

Di lengan gadis penyanyi itu ada lyulyre—alat musik petik yang bentuknya entah bagaimana separuh gitar dan separuhnya ukulele. Sambil bernyanyi dan memegang lyulyre, si gadis menampilkan keahlian menakjubkan, tenggorokannya gemetar selagi menenun lagu.

Yang luar biasa adalah energi yang dibawa musiknya.

Angin dan getaran yang mestinya tidak ada, kobaran panas yang harusnya mustahil dirasakan, dan gelora kebahagiaan, kemarahan, kesedihan, kegembiraan tak terkendali—inilah yang melanda Subaru saat lagu itu memikatnya.

Tidak hanya Subaru yang merasakan ini. Bukan sekadar dirinya dan Beatrice. Ketika dia terus bernyanyi, sekitar lima puluh penonton berkumpul mengelilinginya. Napas mereka terhambat waktu mendengarkan, seterpesona Subaru dan Beatrice.

Akhirnya lagu gadis itu sampai klimaks. Emosi penonton sampai puncaknya—

“—tiada uang, tiada masa depan, tiada impian, hanya keangkuhan. Ahhh, apa yang kusaksikan? Aku menyaksikan kegelapan di balik kelopak mata. Kosong di balik kegelapan. Berakhir sudah, berakhir, dan seluruhnya berakhir.”

“Hei, saat kau dengarkan liriknya, lagunya lumayan jelek, tahu?!”

Liriknya yang tidak mengandung mimpi maupun harapan, membuat Subaru berteriak begitu kembali tersadar.

Kala itu juga, si gadis berteriak kaget pas nyaris menjatuhkan alat musik yang dipegangnya, jelas-jelas menginterupsi penampilan. Panas yang merasuki tempat ini menghilang semua-muanya.

Pergantian suasananya membuat Subaru pucat pasi sesaat menyadari dirinya berbuat hal gawat.

“Oh sial, aku gagal baca suasana kayak dulu! Beako, ayo kabur …. Awww?!”

“Subaru bego! Jadi kacau! Tata kramamu buruk banget …. Bisa lebih parah lagi tidak, ya?!”

Sebelum sempat menjalankan strategi kaburnya, dia merasakan sakit setajam paku menusuk dirinya. Seketika melihat asal sakitnya, si penyerang ternyata Beatrice berwajah merah. Amarah tulus di ekspresinya membuat Subaru terlampau paham kalau Beatrice tengah menilainya, Subaru gagal dengan spektakuler. Selanjutnya—

“Err, ah … lagu?”

“Taman … barusan aku di kegelapan.”

“Tidak, tadi, tidak bisa kutahan ….”

“Saat aku dewasa, nanti kutonjok Temion terus menyelamatkan Draphin!”

“Aku mau menyemangati mimpinya ….”

“Oh, Tina ….”

“Lusbel ….”

—para penonton yang telah terpkiat lagu perlahan-lahan kembali ke dunia nyata. Beberapanya menangis karena musiknya, ada pula anak-anak laki dan perempuan yang berpendapat lagunya menaikkan semangat batin mereka.

Dan tatkala mereka tersadar, kerumunan pelan-pelan berbalik menghadap Subaru yang sedang berdiri tidak jauh dari sana.

Tubuhnya mengkaku kala melihat kilat di mata mereka.

“—jangan rusak momen ini!!”

Sekejap setelahnya, Subaru membayar kecerobohannya sewaktu mereka melempar apa pun yang bisa dipegang tangan ke bocah malang itu.

8

“Aw, aw, aw … rasanya parah. Beako, tampangku bagaimana? Ada yang berdarah?”

“Kenapa juga harus peduli, ya? Kali ini, Betty pun takkan memihak Subaru.”

Beatrice mendengus dan memalingkan wajahnya dari Subaru yang sedang duduk bersila di atas rumput. Rupanya, dia sungguh-sungguh menyimpan dendam karena interupsi kurang ajar Subaru. Kali ini dia takkan membiarkannya lolos.

Sesudah merusak pertunjukan sebelumnya, Subaru telah mengalami hujan dan proyektil hinaan dari penonton-penonton murka. Kalau boleh jujur, sudah satu tahun berlalu semenjak kali terakhir merasa ajal mendatanginya.

Untunglah, berkat penyanyinya yang menenangkan kerumunan meskipun jadi korban paling besar, Subaru telah lolos hidup-hidup. Dia berhasil keluar masalah dengan seburuk-buruknya diinjak kebanyakan pendengar yang pergi.

“Kaki kiriku rasanya seakan membengkak dua kali lipat. Jadi takut buat lepas sepatu.”

“Aku takkan menggunakan sihir penyembuhan apa-apa. Bisa jadi sedikit rasa sakit akan membantu merenungkan tindakanmu?”

“Dingin sekali, Beako …. Yah, buang-buang mana yang kau kumpulkan susah payah setiap harinya, dan aku mengerti itu. Tidak baik mengira bisa mengandalkan sihir penyembuhan kapan pun kau terluka.”

Mengangguk setuju, Subaru menghentakkan kaki kiri sakitnya ke tanah.

Sejak datang ke dunia ini, dia sudah terbiasa sama kehidupan tanpa goresan dan memar, tapi benar fakta dirinya mulai mensyukuri sihir penyembuhan. Melupakan luka dan sakit menyebabkan kesombongan. Sesuatu yang patut diwaspadai.

“Baiklah, karena sudah minta maaf ke Beako, aku sepantasnya meminta maaf benar-benar ke pihak yang tersinggung.”

Usai percakapan ringan tersebut, Subaru akhirnya berbalik ke arah monumen.

Penonton di sana sudah pergi. Cuma tersisa satu orang selain Subaru dan Beatrice. Tidak lain dan tidak bukan adalah penyanyi yang kelar memperlihatkan isi hatinya lewat lagu.

“Maaf perbincangan kami membuatmu menunggu padahal sudah menyela nyanyianmu seperti itu. Tidak pernah kukira …. Hah?”

Subaru menutup mulut di tengah permintaan maafnya. Alasannya adalah sebuah telapak tangan memenuhi penglihatannya. Gadis itu telah menyodorkan tangannya tepat ke wajah Subaru. Lalu—

“Dapat. Dengarkan ini—Doowop, doowop, perbedaan usia pada cinta.”

Meninggalkan Subaru dan Beatrice kaget, gadis itu secara berirama memetik alat musiknya. Kemudian mendecakkan lidah sebagai isyarat menyanyikan lagu, disertai suatu melodi ganas.

“Hei, kau lihatkah, kau rasakankah? Perbedaan usia cinta dalam dirimu dan diriku. Orang-orang menyebutnya aneh, namun tidak kuhiraukan. Kecemasanku senantiasa perbedaan usia cinta antara dirimu dan diriku. Hei, sebentar. Tolong, sebentar dulu. Sedikit lebih lama, hingga aku tumbuh sedikit lebih tinggi. Aku tak peduli perbedaan tahun. Aku tidak peduli perbedaan usia. Jarak cinta antara dirimu dan diriku, jarak cinta memikat yang lembut—”

“Jarak antar kekasih merapat dan dalam sunyinya menjadi cinta membara. Lanjut akhirnya bangau itu lewat, dengan seorang anak juga kisah cinta beserta masa depan cerah!”

“Ehhhhh?!”

Lagu yang tiba-tiba dinyanyikan gadis itu membuat mata Beatrice berputar-putar, tetapi waktu Subaru babak belur bergabung ketika lagunya selesai, roh itu mendapati lagunya tidak mampu dia tangani.

Tentu saja semua ini tidak pernah Subaru persiapkan sebelumnya. Tindakan ini refleks, namun tentulah Subaru ahli perihal sesuatu semacam ini.

Tatkala gadis itu menuntaskan lagunya dan tidak menyuguhkan penjelasan apa pun, Subaru tos dengannya sambil saling bertatapan.

“T-tahan sebentar, ya?! Kenapa …? Kenapa Subaru jadi bernyanyi dan menari? Dan bukannya aneh nian menganggap semua ini sangat normal, ya?!”

“Hei hei, kau ini bicara apa, Beako …? Musik itu melampaui batas, tahu?”

“Kata-katanya bagus amat! Aku, Liliana, sungguh tersentuh hingga dadaku bergetar. Harfiahnya tidak, tapi tetap saja demikian!”

“T-tidak bisa diterima kalian berdua menjadikannya seolah Betty-lah yang berbuat salah ….”

Dua orang ini tidak cuma berkomunikasi dengan kecepatannya sendiri; mereka punya caraku sendiri atau sikap tinggi, alhasil Beatrice telah kehilangan seluruh tekad bertarungnya. Subaru menepuk bahu roh itu beberapa kali selagi berbalik menghadap si gadis berkulit cokelat.

“Baiklah. Kuperjelas, jangan salah mengira hubunganku sama Beako. Dia dan aku sudah jadi dekat, dekat banget, tapi sekalipun Beako tumbuh tinggi, itu takkan menempatkannya ke zona seranganku.”

“Ehhh, tapi gadis itu berubah sepanjang waktu! Dan aku ini ahli menilai karakter. Kurasa kau bisa menghubungkannya dengan pengalaman hidup?”

“Beako barangkali kelihatan seperti ini, tapi dia sudah empat ratus tahun. Aku ingin tahu dia bakalan berubah atau tidak?”

“Oh, aaayolaaah. Tidak usah mengada-ada cuma gara-gara kau malu.”

Itu kebenarannya, tetapi terlampau tidak dapat dipercaya sampai-sampai dia langsung anggap bohong. Subaru terka mengoreksinya akan terlalu merepotkan. Lebih pentingnya lagi, ada prioritas lebih utama ketimbang membereskan kesalahpahaman mengenai umur Beatrice.

Yakni—

“Lama tidak bersua, Liliana! Ini kebetulan total, tapi yang terpenting kau baik-baik saja.”

“Tidak sama seeeeekali! Berjumpa kalian berdua di tempat semacam ini membuatku teramat-amat malu, senangnya frustasi sampai tidak bisa menahan keghiranghaanku!”

“Dia agak keras menggigit lidahnya, kurasa.”

Anggunnya membungkuk sembari memegang alat musik di satu tangan, Liliana tersenyum sambil mengeluarkan jumlah darah yang merisaukan. Gigitannya pasti kuatnya mengherankan. Liliana menempelkan sapu tangan ke mulutnya, cepat mewarnai merah kainnya.

“Maaf, aku benar-benar melukai diriku sendiri barusan.”

“Iya tahu. Kau serius tidak berubah sama sekali. Agak membuatku lebih gelisah alih-alih lega, jujur.”

Subaru mendesah dalam-dalam begitu merasakan campuran emosi kompleks yang mengikuti reuni ini.

Liliana adalah teman lama Subaru dan Beatrice. Dia seorang penyanyi di taman sekaligus penyair yang menghabiskan waktu beberapa hari bersama mereka di Manor Roswaal.

Selama tinggalnya, Liliana membawakan nyanyian, musik, juga berbagai masalah pribadinya ke mansion. Ujung-ujungnya, masalah ini terselesaikan dan dia pergi dari mansion dengan sehat sentosa.

“Siapa kira kami bertemu denganmu di Pristella sini. Selihat kami tadi, tampaknya kondisimu sedang paling prima.”

“Iya, tenang saja. Sejak itu, kepekaan besarku makin meledak-ledak, dan aku telah mengabdikan segalanya untuk semakin memoles keterampilan, lantas aku tidak kesulitan mendapat upah layak bahkan di kota seperti ini.”

“Caramu mengujarnya kedengaran agak kurang jujur dan sedikit kotor. Maksudku, bukannya buruk kau tinggal di kota?”

“Hmm? Mengapa?”

Liliana menatap bingung perkataan Subaru. Pria itu mendesau pada reaksi tidak wajarnya.

“Kau teknisnya seorang penyair, ‘kan? Namun kini, kota Pristella adalah tempatnya sejumlah kompetisi akbar yang mereka sebut sebagai Biduanita. Bukannya buruk buat bisnis?”

Teknisnya aku bukan penyair; aku ini penyair tulen sampai ke setiap helai rambut dan tetes darahku! Juga-juga, sangat tersanjung mendengar betapa resahnya kau terdengar. Membuat seluruuuuh tubuhku berdenyut-denyut.”

“Waduh, kenapa tubuhmu bergerak-gerak begitu? Menyeramkan!”

“Apa kau baru memanggil gadis menggemaskan ini menyeramkan?!”

Gara-gara menggeliat sembari menyeka sedikit darah, wajah Liliana penuh bercak-bercak aneh. Tidak yakin Subaru mesti mengindahkan riasan mengerikannya atau tidak, dia akhirnya memutuskan menomorsatukan percakapan.

Tentu saja, percakapannya sendiri agak aneh. Dari yang didengarnya, nyaris seolah-olah.

“Menyerahlah, Subaru. Bukan waktunya menghadapi kenyataan, ya?”

“Bentar, Beako. Aku masih mau memegang bahkan kemungkinan terkecil hingga akhir, akhir sekali. Mau kau bilang bagaimanapun, gadis ini tidak mungkin Biduanita itu. Itu penistaan total.”

“Ah, Biduanita yang kalian dengar-dengar? Itu aku. Ahhh, aku jadi tersipu malu.”

“Persisnya itu yang aku takutkan!!”

Kala wajah Liliana merona, Subaru memegangi kepalanya dan berteriak sekuat tenaga.

Dipaksa menghadapi kebenaran yang tak ingin dia akui—bahwasanya Liliana adalah Biduanita—menghancurkan harapan Subaru soal penyanyi yang dirumorkan itu. Beatrice bereaksi hampir sama; wajahnya layaknya seorang anak penuh harapan dan impian yang dijanjikan akan pergi ke taman hiburan, tetapi janjinya pupus saat hujan turun.

“Yah, kita lihat sendiri suara nyanyiannya cukup hebat. Jadi mata Betty … atau telinga sama sekali tak menyesatkanmu, kurasa.”

“Kurasa kau ada benarnya …. Tidak, sebentar. Umpamanya kau ini Biduanita itu, terus orang sinting yang mereka panggil Penggila Biduanita siapa …?”

“Ahhh, maksudmu Tuan Kiritaka, ya? Tidak salah lagi, tidak salah!!”

“Aduuuuh, jadi dia di sini pula?”

Nama yang dengan riang dikatakan Liliana sekali lagi membuat Subaru mendekap kepalanya.

Kiritaka adalah individu yang menjambangi mansion selama Liliana tinggal. Dia pun salah satu masalah yang Liliana bawa ke mansion; singkatnya, dia ini seperti penguntit Liliana.

Dari sudut pandang tertentu, dia bisa disalah anggap sebagai pelindung Liliana, terpaut oleh bakat artistiknya, tetapi nyatanya dia tak tertarik pada keahlian Liliana melainkan Liliana-nya sendiri, dia seratus persen seorang penguntit.

Demikian, Liliana akhirnya meninggalkan mansion bersamanya, dan semuanya diselesaikan dengan damai.

“Kalau dipikir-pikir, ada pembicaraan perkara dirinya mewarisi perusahaan dagang tertentu. Jangan bilang ….”

“Benar itu, dia pemilik muda Perusahaan Muse yang mengelola kota ini.”

“Bahkan dia menjalankan seluruh kota! Itu luar biasa!”

Lompatan status tak terduga Kiritaka tidak cocok dengan kesan yang didapat Subaru sesudah melihatnya secara langsung. Kiritaka adalah bukti nyata bahwa seseorang mampu berubah banyak dalam kurun waktu satu tahun.

“Nyaris cukup membuatmu percaya Liliana sanggup menjadi biduanita dalam satu tahun belaka.”

“Hehehe. Aku merasa terhormat dengan pujianmu. Tapi, tapi, tapi kelinci tidak boleh asaaal bicara.”

“—?”

Seolah-olah bilang, Apa nih, dasar anjing licik, Liliana menyikut Subaru dan refleks pemuda itu menyentil dahi si gadis. “Adahhh!” teriaknya bak makhluk aneh seraya terhuyung-huyung.

“Tiba-tiba kau melakukan apa? Jangan mengagetkanku seperti itulah.”

“B-berani sekali kau menyentil dahi orang! Tapi aku akan memaafkanmu! Lagi pula, aku sudah mendengar semua rumornya …. ‘Kan? Sir Natsuki Subaru, Penyihir Anak Kecil.”

“Gah!”

“Gah, ya!”

Kata-kata yang dituturkan Liliana dengan mata berbinar-binar membuat Subaru dan Beatrice berteriak bersamaan.

Sejak gelar kesatria dianugerahkan kepadanya, Natsuki Subaru diizinkan menyebut dirinya kesatria Emilia baik nama dan fakta, tetapi selama satu tahun terakhir, dia lebih dikenal nama panggilan tersohornya.

Alasannya adalah kesatria blasteran elf itu dilaporkan menghabiskan seluruh waktunya bersama seorang gadis kecil, seseorang yang diselimuti misteri.

“Kabarnya kau membantu bukan kepalang dalam perburuan Paus Putih di bawah pimpinan Duchess Crusch Karsten, menolong Wilhelm sang Iblis Berpedang di tengah-tengahnya! Dan langsung setelahnya, dibantu dua kandidat pemilihan raja, kau menghancurkan salah satu Uskup Agung Kultus Penyihir, yang terus-menerus meneror dunia! Mars luar biasa sang pahlawan baru menjadikan empat abad waktu stagnan bergerak lagi!”

“Aaaargh!”

Disertai ekspresi gadis terpukau, Liliana menangkupkan tangan dan mengocehkan pencapaian Subaru. Kendati beberapanya berlebihan, semuanya didasarkan kebenaran, jadi tidak bisa banyak protes. Disergap omelan yang secara jasmaniah memalukan, Subaru mengerang bak sakit fisik.

Di sisi lain, Beatrice mendengus kecil dan kelihatan puas.

“Setelah itu, isunya dia berpindah-pindah dari timur ke barat melayani sang Penyihir Pembekuan, bersama anak kecil yang merupakan pengguna sihir kuat. Kau melakukan semua itu, ya, Sir Natsuki Subaru?!”

“Oho. Gadis ini mengerti baik sekali, kurasa. Iya, rekan Betty, Subaru, akan menyingkirkan nama-nama terkenal zaman dulu dan naik ke tingkat lebih tinggi lagi, bersinar bagaikan bintang berkilau cemerlang. Jika kau mengerti ini, maka patutnya kau lebih mengagungkan dan memuja kami, kurasa!”

“Tehehe—!!”

“Jangan sombong.”

Begitu Beatrice menjadi arogan dan menyuruh Liliana membungkuk di hadapannya, Subaru mencengkeram kerah roh itu kemudian mengangkatnya.

Digantung layaknya anak kucing, Beatrice bilang, “Nya!” sebab ceramah pongahnya disela.

“Duuuh. Liliana, jangan biarkan Beatrice menipunya kayak …. Waw, teknik merendah dirimu indah!”

“Hehehe. Semasa hidupku sebagai pengembara, aku telah memoles gaya sujud Liliana. Para begal tidak cuma melepaskanku, tapi mereka juga berdonasi kepadaku, menjadikan perjalananku sangat sukses.”

“Investasikan poinmu ke statistik yang ada hubungannya sama penyair, oke?”

Begitulah, meski seorang penyanyi, talentanya cukup hingga menyandang reputasi Biduanita.

Subaru dengar orang-orang jenius yang cuma unggul dalam satu bakat itu eksentrik, dan Liliana pasti cocok dengan deskripsi tersebut. Bahkan mereka yang memiliki bakat hebat urat malunya hampir tidak sampai taraf tolerasi.

“Subaru, mau berapa lama kau berniat memperlakukan Betty seperti kucing …?”

“Oh, maaf, maaf. Beako seringan biji dandelion kecil, jadi aku benar-benar lupa.”

Pelan mengembalikan Beatrice ke tanah, dia mengelus dan mengacak-acak rambutnya, mata Liliana membelalakkan mata besarnya melihat Subaru dan Beatrice bertingkap begitu akrab.

“Kelihatannya kalian berdua entah bagaimana sudah jadi sangat dekat. Waktu tinggal di mansion dulu, pertemanan kalian lebih sulit diterima.”

“Yah, ada banyak lika-liku sejak itu. Bahkan sekarang, itu tuh ingatan berharga buat Beako dan aku.”

“Memang, kurasa.”

Itu karena kala itu tidak ada yang jujur satu sama lain sehingga tak kepikiran kejadian di masa kini.

Liliana mengeluarkan napas sedikit mendengar perkataan Subaru dan Beatrice.

“—maksudmu menjadi pahlawan, bukan, Sir Natsuki Subaru?”

“….”

“Ingatkah janji yang kita buat di saat kali terakhir kita bertemu?”

Diam-diam, aura di sekitar Liliana berubah. Entah bagaimana, suaranya kedengaran berwibawa, bahkan suci, membuat Subaru merasa laksana tangan gadis itu tiba-tiba mengepung jantungnya.

Liliana menampakkan gairah yang menyaingi suara nyanyiannya.

“Aku ini penyair. Seorang pengembara yang berkenala ke seluruh negeri tuk menyebarkan lagu-laguku. Bagi orang sepertiku, telah ditakdirkan untuk tak pernah berdiam diri di satu tempat, ada satu hal yang tidak boleh gagal kucapai, yakni ….”

“… legenda baru dunia, ‘kan?”

“Iya.”

Liliana mengangguk pada kata-kata Subaru. Inilah tujuan perjalanannya semenjak pertemuan pertama mereka. Bagi seorang penyair yang tak meninggalkan hal berwujud sepeninggalnya, tidaklah mungkin dia bisa mewariskan jejaknya di dunia tuk membuktikan dirinya telah hidup terkecuali lewat lagu. Menciptakan sebuah lagu yang akan diturunkan selama berabad-abad adalah ambisi hidupnya.

Dan itu menuntunnya ke satu jawaban—

“—Sir Natsuki Subaru, kau telah menjadi pahlawan, sebagaimana janjimu. Aku turut bahagia.”

Walaupun Liliana tidak pernah serius tentang hal apa pun selain musik, tiada secercah tipuan pun pada kalimatnya barusan.

Meresponnya, Subaru menutup mata. Dia tidak berniat menanggapi penceritaan perbuatan luar biasanya dengan mengekspresikan kerendahan hati, melewatkannya ibarat sesuatu yang semua orang sanggup lakukan.

Dia mengerti tak akan ada yang memuji tindakannya. Begitu pula dengan—

“Maaf. Aku belum layak dipanggil seperti itu.”

“Eh?”

Sewaktu Subaru menatap lurus dirinya dan berkata demikian, mata Liliana membeliak terbuka.

Subaru mengepalkan tinjunya sembari melanjutkan:

“Aku tahu aku ini sekadar sedikit lebih bisa diandalkan ketimbang aku yang sebelumnya. Perjalananku masih panjang. Baru saja dimulai. Masih ada hal yang perlu aku capai dan kuperbaiki.”

Natsuki Subaru telah menjadi seorang kesatria dengan tujuan tunggal mendukung seorang gadis cantik.

Agar Natsuki Subaru dapat menjadi pahlawan, dia perlu mengembalikkan si Putri Tidur ke sisinya, seseorang yang menolak mencampakkan Subaru sewaktu dia masih lemah dan bodoh.

Dan—

“….”

Beatrice meremas tangan kosong Subaru, menghormati jalan hidupnnya.

Karenanya Natsuki Subaru akan melakukannya. Dia ‘kan meminjam kekuatan semua orang dan mengembalikannya.

“Jadi pegang janji membuat lagu tentangku itu sampai menyelesaikan semuanya. Sesudah itu, akan kuberi tahu seinginmu. Tidak ada kece-kecenya buru-buru ke akhir.”

Entah itu syair kepahlawanan ataupun dongeng, cerita harus punya akhir sebaik mungkin. Jikalau mereka mampu mencapai akhir bahagia setelah segalanya tuntas, maka siapa pula yang tidak mau membicarakannya? Bahkan Subaru takkan tidak mau membualkannya.

“….”

Selagi mendengarkan jawaban Subaru, Liliana menunduk. Wajahnya yang menghadap bawah, Subaru tidak bisa membaca ekspresinya; Subaru menurunkan matanya sendiri, mengira pasti telah menyakitinya.

Ketika Subaru merenung, bertanya-tanya apakah dapat dia sampaikan dengan cara lain—

“… ji.”

“Maaf?”

“—aku pegang janjimu—!!”

“Waduuuh?!”

Tahu-tahu, Liliana mengangkat kepalanya dan mengacungkan tinjunya ke langit, membuat Subaru tercengang. Liliana lanjut menutup jarak dengan wajah merona dan napas megap-megap.

“K-kau—kau mengatakannya, bukan?! Suatu hari, kau akan ceritakan legendamu sepuasku! Artinya, Legenda Penyihir Anak Kecil adalah milikku seorang!”

“Y-yah, bagusnya kau urus gelar itu, tapi ya.”

“Kalau begitu kemenangan penuhku telah dipastikan! Hip, hip, hore! Muahahahahahahaha!”

Memasang ekspresi girang-gembira yang terlihat agak tak pantas, Liliana melempar lyulyre-nya tinggi-tinggi ke langit. Dia tangkap kemudian dia jatuhkan. Dia tak peduli. Karena kelewat gembira.

“Hei, memangnya boleh memperlakukan alat musikmu seperti itu?! Dan kau panggil dirimu biduanita?!”

“T-t-tentu saja! Bukannya itu jelaaas? Aku tidak bisa mengapa-apakan lyulyre ini. Ini barang berhargaku; aku suka banget! Lihat, aku cium! Muah, muuuuuuuah—!!”

“Kau benaran hebat …. Dalam hal faktor kejutan, kau barangkali nomor dua sesudah Petelgeuse.”

“Oho, aku tidak tahu dia siapa, tapi nampaknya kau menghormati Petelgeuse ini. Misalkan kami berkesempatan bertemu, boleh jadi aku akan dapat saingan seumur hidup yang layak!”

 “Dia Uskup Agung Tujuh Dosa Besar dari Kultus Penyihir.”

“Nah, itu legenda yang membuatmu tercengang! Oh, memang kau yang terbaik!!”

Sekalipun memperlihatkan banyak sekali kulit telanjangnya sampai-sampai kau menganggapnya seorang penari, Liliana mengeluarkan sesuatu yang menyerupai konfeti entah dari mana lalu melemparnya ke udara sambil menghujani Subaru lebih banyak pujian.

Subaru mendesau dalam-dalam ketika melihat Liliana sungguh-sungguh sudah sampai puncak. Mana aura mulia dan serius yang dia tunjukkan sepintas tadi?”

“Yang dilihat Betty dan Subaru bisa jadi semacam lamunan.”

Subaru nyengir terhadap komentar Beatrice dan menunggu Liliana menenangkan diri.

Butuh lima menit lagi hingga Liliana kembali ke manusia dari makhluk aneh.

9

“Begitu, begitu, kau punya urusan sama perusahaan dagang Tuan Kiritaka! Sebetulnya, aku berada di kota ini berkat dirinya. Aku bisa membimbingmu ke sana.”

“Keren, itu bantuan besar.”

Tidak tahu mengapa kemanusiaannya telah kembali cukup untuk berbincang, Liliana menepuk dada seraya menyatakan akan membantu Subaru dan Beatrice. Setelah menjelaskan mereka tersesat dan punya urusan di perusahaan dagang Kiritaka, mereka akhirnya mendapat jasa pemandu Liliana.

“Cuma dia bilang punya pertemuan bisnis penting hari ini, jadi aku mesti tinggal di luar, tahu!”

“Kurasa kau bakalan jadi pengalih perhatian buat pertemuan bisnis serius. Aku mengerti.”

“Itu masuk akal, kurasa.”

“Hah?! Bertentangan dengan ekspektasiku, kau betulan setuju dengannya? Aku terlukaaaaaaa!”

Liliana melongo cemas, tetapi kecemasannya sepertinya tak perlu. Lagian, pihak lain di pertemuan bisnis penting yang Kiritaka katakan tidak salah lagi Emilia.

Kiritaka tengah menyapa kandidat pemilihan raja dan mempertimbangkan posisinya sendiri sebagai pedagang. Liliana yang langsung bertingkah saat melihat beberapa wajah dikenalnya akan menyulitkan Kiritaka jika dia hadir pertemuan sepenting itu.

“Dengan kata lain, gara-gara perilaku biasamu. Kau tuai yang kau tanam.”

“Pernyataan macam apaan itu?! Sebentar, aku dapat inspirasi. Tolong dengarlah—ombak keras, ombak tinggi, ombak masyarakat.”

“Meskipun sangat menarik, kita tidak punya waktu untuk jadi pendengar. Bisakah kau langsung mengantar kami ke sana, ya?”

“Huouo, gelombang masyarakat itu keras, dan dingiiiin sekali. Dan juga, kita sudah sampai!”

Pura-pura tersiksa dan menangis sesjenak, wajah Liliana segera mencerah saat dia bergegas maju. Selanjutnya merentangkan tangan lebar-lebar di depan gedung besar di hadapannya.

“Ini Perusahaan Muse yang kalian tunggu-tungguuuu!”

Ketika Liliana berputar seakan sedang menari, Subaru mengangkat alis sambil menatap bangunan di belakangnya.

Bangunan batu, kantornya Perusahaan Muse, berdiri di tengah-tengah Distrik Pertama dan Kedua Pristella. Dari yang telinganya tangkap, kebanyakan lalu lintas kota terkonsentrasi di dua distrik ini. Fakta bangunan ini terletak di tanah strategis tengah-tengah dua distrik membuktikan kekuatan pengaruh Perusahaan Muse dalam kota ini.

“Bahkan Anastasia bilang Kiritaka itu lumayan jago. Cukup membuatmu nyaris melupakan bayangan seorang anak kaya manja ….”

Faktanya, pria itu memimpin salah satu perusahaan dagang paling raksasa di kota besar. Tak salah lagi di tahun kemarin, dia pasti telah melewati batas hidup-mati walau caranya berbeda nian dengan Subaru. Hanya gara-gara Emilia seorang kenalan bukan berarti dia memberi diskon di meja negoisasi.

“Akan tetapiiii, tidak usah khawatir! Ikatan kami berdua entah bagaimana akan mengatasinya! Serahkan ke Liliana Masquerade biar nanti kugunakan kewajiban dan perasaan untuk menghancurkan skalanyaaaa!”

“Menghancurkannya? Niatmu sebenarnya apa?”

“Jarang-jarang aku bicara jelas begini, tapi artinya akan kubantu negosiasinya!”

Mengadopsi pose aneh, Liliana mengedipkan mata kikuk selagi menjawab pertanyaan Beatrice. Jawabannya membuat Subaru, “Oh?” sambil memiringkan kepala.

“Gampang kok! Tuan Kiritaka sangat menyayangiku, jadi aku yakin jika dia mendengarnya dariku, pertemuan bisnis ini bakalan berjalan lancar. Bagaimana?”

“Kata-katamu tidak terlalu meyakinkan …. Kau yakin?”

“Segini doang tidak masalah sama sekali. Sir Natsuki dan aku itu teman lama, ‘kan, ‘kan?”

Seketika Liliana menembak kedipan mata yang bahkan lebih kikuk, Subaru merenung.

Rasanya lebih dari sedikit tak adil, tetapi kemungkinan keefektifan bantuan Liliana tentunya tinggi.

Mabuk laut menyebabkan Subaru datang terlambat, tapi barangkali juga telah membuka pintu tak terduga.

“Oke, ayo ikuti rencananya. Aku mengandalkanmu, Liliana.”

“Ya, milord—! Sesuai perintahmu!”

Di saat Subaru mengindikasikan dia menyetujui tawaran rencananya, Liliana terlihat teramat antusias sembari mengepalkan tangan.

Namun melihat Liliana demikian tampaknya membuat Beatrice sedikit resah.

“Subaru, ini tidak apa-apakah, ya? Betty gelisah.”

“Aku sangat mengetahui perasaanmu. Tapi aku ingin bertaruh kalau inilah prospek penuh harapan kita. Mana mau aku sekadar jadi orang brengsek mabuk laut yang muntah.”

“Apa ada yang sungguhan menganggapmu orang brengsek mabuk laut yang muntah, ya …?”

Bagaimanapun, melihat Subaru telah mengambil keputusan, Beatrice tidak bilang apa-apa lagi. Dia nampaknya tidak menyembunyikan kekhawatiran, tetapi mereka akan mencoba memercayai keberadaan Liliana sekali ini saja.

“Jadi Liliana menampilkan kepulangan dramastisnya. Mana Tuan Kiritaka?’

Setelah Liliana membulatkan tekadnya, di posisi paling depan dia membuka pintu Perusahaan Muse. Ada seorang resepsionis tepat di dalam pintu masuk lantai pertama, matanya melebar mendengar kata-kata Liliana.

“Ah, presiden tengah dalam pertemuan bisnis dengan beberapa tamu …. Um, Nona Liliana, mengapa Anda di sini? Ini jadi masalah.”

“Diperlakukan seperti itu dari awal sekali sudah membuatku risau. Kesan macam apa yang kau buat di sini …?”

Kata-kata gugup resepsionis itu jelas diwarnai keresahan dan kebingungan. Dia memperlakukan Liliana layaknya hama dan lebih seperti tak ingin berurusan dengan anjing yang belum dilatih untuk patuh.

“Yakin tentang itu? Tidakkah kau dengar ada beberapa tamu yang akan terlambat menemui presiden?”

“Iya, saya mengetahuinya. Seorang pria dan anak ke … wanita muda.”

Subaru cukup yakin resepsionis itu mau bilang anak kecil selagi melihat Beatrice, namun tampaknya dia profesional ahli. Resepsionis itu cepat menyadarinya dan membungkuk rendah-rendah.

“Presiden sedang bersama pihak Anda yang lain di lantai dua. Izinkan saya mengantarkan Anda ….”

“Tunggu dulu, serahkan bagian itu padaku! Aku pengin mengatakan sesuatu langsung ke Tuan Kiritaka!”

Deklarasi Liliana yang dibakar rasa tanggung jawab, membuat resepsionis itu menatap Subaru. Diab alas mengangguk.

“Liliana dan presiden di sini dua-duanya kenalan kami. Terima kasih atas perhatiannya.”

“… saya mengerti. Mohon berhati-hatilah.”

Sesudah Subaru jelaskan, pilihan satu-satunya resepsionis itu adalah mundur. Kata-kata terakhirnya sekilas menyertakan suara hatinya. Subaru mengakui kerisauannya kemudian berjalan ke lantai dua.

“Jadi kau punya urusan macam apa sama Tuan Kiritaka hari ini?”

“Tidak kusangka kau sepede itu biarpun tidak tahu banyak, ini soal pengurusan kristal sihir. Perusahaan Muse mendagangkan kristal sihir, jadi kau pasti mendengar sejumlah detailnya, ‘kan?”

“Oh, ya. Aku memang mendengar mereka menemukan batu permata dengan keindahan langka baru-baru ini … itukah maksudmu?”

Rupanya, kabar itu sampai ke kuping Liliana juga. Batu permata langka ini kemungkinan kristal sihir yang mereka cari-cari.

Subaru mengagumi ketelitian Anastasia perihal meraih informasi smacam itu begitu ketiganya sampai di ruang tamu. Berikutnya sewaktu Subaru berdiri di depan ruangan yang ada tanda SEDANG ADA TAMU yang tergantung di pintu ….

“—jadi aku bertanya bisakah kau memberikan kristal sihir itu.”

Mendengar suara sejelas bel dari pintu, Subaru mengetahui bahwa pertemuan bisnisnya menemui jalan buntu.

Keduanya sudah saling mengenal, jadi basa-basi reuni mereka pastilah cepat berakhir, dan mereka langsung ke inti masalah. Sebab Emilia mengajukan permohonannya, negosiasi sejatinya mengenai persyaratan itu tak salah lagi telah dimulai.

Bingo, Liliana. Sekarang kita hanya harus menentukan momen yang tepat untuk ….”

“Permisiiiiii!”

“Apa yang kau—?!”

Seketika Subaru mencoba menunggu momen yang tepat, Liliana langsung membuka pintu. Beraninya menegaskan kehadiran dirinya, dia berjalan langsung ke dalam ruangan.

Di dalam, Subaru melihat total lima orang. Duduk di kursi tinggi sebaris adalah Emilia, Otto, dan Garfiel, hitungannya tiga.

Di hadapan mereka ada seorang pria yang rambut pirangnya disisir teratur dan secara keseluruhan wajahnya tampan, ditambah seorang pria berjas putih berdiri di belakangnya.

Pria tampan itu adalah Kiritaka Muse—kepala muda Perusahaan Muse yang mengelola kota sekalipun dikenal dengan identitas lain, sang Penggila Biduanita.

Terdapat meja di tengah kelima orang itu, di sana dibariskan kristal sihir kecil-besar dengan berbagai tipe. Sangat terlihat seperti semua orang lagi di tengah-tengah kesepakatan bisnis. Kiritaka terkejut oleh gangguannya.

“L-Liliana? Kenapa kau di sini?”

“Bukannya sudah jelas?! Karena keadilan selalu menang!”

Membalas dengan jawaban yang bukan jawaban, Liliana menunjuk langsung Kiritaka. Jarinya terus mengarah ke Emilia dan yang lain, yang sama-sama kaget oleh kemunculan mendadaknya.

“Tidak bisa, tidak, tidak kupercaya kau mengusirku padahal tahu Nona Emilia dan teman-temannya akan datang—kejahatan ini, kekejaman ini! Ini kelewatan—jadinya sampai mau nangis!”

“Err, ah, maaf soal itu. Tapi, Liliana-ku sayang, aku ingin kau mendengarku.”

“Tidaaaak! Aku tak ingin mendengarmu! Tiada kasih sayang tersisa untuk Tuan Kiritaka! Tetapi di sepanjang jalan, aku bisa pulih berkat Master Natsuki Subaru, sang Penyihir Anak Kecil!”

“Kau mengaitkanku?!”

Berputar-putar bagaikan penari, dengan penuh gaya dia menunjuk Subaru. Seluruh perhatian dalam ruangan langsung tertuju ke Subaru. Di sampingnya, Beatrice menyentuh dahi.

Sekarang ini, Subaru mulai menyesali semua pilihannya yang mengarah ke momen ini, namun—

“Tidak, belum. Aku masih bisa membalikkan keadaan ini.”

“Aku berhutang budi pada Master Natsuki murah hati sekaligus tuannya, Nona Emilia! Tuan Kiritaka, ini kesempatan buatmu untuk menunjukkan pria macam apa kau sejatinya dengan mempermudah mereka! Maukah kau berperan dalam impianku?!”

Sepenuhnya tak menyadari perjuangan Subaru, Liliana mengajukan tawarannya ke Kiritaka dengan cara teramat-amat berani. Sekarang benar-benar tersapu momentumnya, Kiritaka mengerutkan alis.

Setelah berpikir sedikit, dia menanyakan Liliana, “Berperan dalam impian?”

“Tidaaaak! Impianku! Meninggalkan sebuah lagu tentang legenda teranyar di negeri ini! Karenanya Master Natsuki di sini, dan dia telah berjanji ketika dirinya berhasil dalam kesepakatan bisnis ini, dia akan sama-sama mewujudkan impianku dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai apa pun dan segala hal tidak peduli betapa memalukannya itu! Liliana hampir berlutut!”

“Eh, eh, eh? B-bentar—bukan itu yang—!”

Liliana secara halus mengubah janji Subaru demi keuntungannya sendiri, alhasil Subaru terkejut. Menurut Liliana, dia setuju menjadi subjek kisah keberaniannya yang amat dinanti.

Kurang-lebih benar Subaru bermaksud menceritakan kisahnya, tetapi tingkat kepahlawanan yang Liliana perkirakan rupanya telah berubah drastis.

“Jadi tolong, aku mohon pertimbangkan! Jadikan Liliana seorang wanitaaaa!!”

“Pikirkan yang kau katakan!!”

Sewaktu Liliana mulai menyerbu Kiritaka, Subaru meraihnya dan mengangkatnya ke atas dari belakang. Jika amukannya dibiarkan terus, Liliana sang Biduanita akan mengubah keadaan ini menjadi panggung dadakannya sendiri. Beatrice dan resepsionis sungguh khawatir. Liliana seorang ratu drama tulen.

“Ah, apa yang kau lakukan?! Hei hei, lepaskan aku! Oh, astaga!”

“Bacot! Ahhh, maaf mengganggu …. Err, lebih tepatnya maaf membawa seorang pengganggu, kurasa? Omong-omong, akan kukeluarkan dia dari sini biar kalian bisa melanjutkan percakapan ….”

“….”

Masih memegangi Liliana yang meronta-ronta, Subaru mencoba meninggalkan ruangan. Tetapi sebelum sempat, sosok seseorang ramping bergerak goyah selagi berusaha berdiri. Dia Kiritaka.

Bergerak laksana roh pendendam, dia ambil salah satu kristal sihir yang dipamerkan sejajar di meja. Kemudian mengalihkan pandangannya ke Subaru—terlihat jahat.

“… na.”

“Apa?”

“J-j-j-jangan sentuh Liliana-kuuuuuu!!”

Detik berikutnya, suara Kiritaka melengking saat melempar batu sihir biru di tangannya.

Persis sebelum energi murni meledak, Subaru yang tadinya memegangi Liliana langsung melemparnya. Dia cuma sempat melakukan itu. Setelah itu, dia diselimuti cahaya biru.

Suara ledakan serta gelombang kejut yang menghancurkan ruang tamu mengumumkan negosiasinya telah gagal di hari pertama.

Catatan Kaki:

  1. Naga Tiongkok adalah makhluk legenda dalam mitos dan budaya rakyat Tiongkok. Dalam seni Tiongkok naga biasanya digambarkan sebagai makhluk menyerupai ular yang panjang, bersisik dan berkaki empat dan bertanduk.
  2. Genbu adalah penjaga di bagian utara Jepang. Genbu digambarkan dengan bagian badan kura-kura raksasa dan dikelilingi oleh ular, terkadang Genbu digambarkan oleh kura-kura raksasa dengan ekor ular. Sebelum diadopsi oleh Jepang, di China Genbu dinamakan Xuanwu dan di Korea disebut Hyunmoo. Warna asli dari mahluk ini adalah hitam, namun dalam adaptasi game mengambarkan Genbu dengan warna ungu. Elemen Genbu adalah air. Genbu diabadikan di kastil Kyoto bagian utara Jepang dan dikenal sebagai simbol kemurnian, umur panjang, keseimbangan, dan kecerdasaan.
  3. Suzaku adalah penjaga di bagian selatan Jepang. Suzaku digambarkan dengan burung berwarna merah yang menyimbolkan api dan mirip dengan burung mitologi Yunani yaitu phoenix. Suzaku memiliki bulu yang bersinar-sinar dan kemunculannya dikaitkan dengan hari baik. Dari keempat binatang penjaga di Jepang, banyak yang mengatakan bahwa Suzaku merupakan binatang yang paling indah. Di China, Suzaku disebut Zhuque dan di Korea disebut Jujak. Elemen Suzaku adalah api. Ibu kota zaman dahulu seperti Fujiwara, Heijo, dan Heian memasang simbol Suzaku di pintu gerbang selatan, berharap agar selalu dijaga oleh Suzaku. Suzaku dianggap sebagai simbol kesetiaan, kebaikan, semangat, dan kemulian.
  4. Seiryu adalah penjaga di bagian timur Jepang. Seiryu digambarkan dengan seekor naga berwarna biru. Di China, Seiryu disebut Qing long dan di Korea disebut Chung Ryong. Elemen Seiryu adalah kayu dan dapat mengendalikan hujan. Dipercaya bahwa Seiryu tinggal di laut dan sungai sehingga dapat menyebabkan banjir. Pada pintu masuk kuil Kiyomizu, terdapat patung naga yaitu Seiryu dan ada festival tahunan yang dibuat untuk menghormati binatang ini. Di China dan Korea, naga selalu dikaitkan dengan lambang kekaisaran. Sehingga, banyak simbol naga di kerajaan mulai dari jubah, ukiran meja dan lain-lain. Di Jepang, Seiryu dikenal sebagai simbol kekuasaan, kemewahan, kekuatan, kreativitas, dan keganasan. Dalam beberapa versi cerita, Seiryu dianggap pemimpin dari keempat binatang penjaga di Jepang.
  5. Byakko adalah penjaga bagian barat Jepang. Byakko digambarkan sebagai harimau putih. Di China, Byakko dikenal sebagai Baihu dan di Korea dikenal sebagai Baekho. Elemen Byakko adalah logam dan dapat mengendalikan angin. Sosok Byakko sering dianggap sebagai pelindung dan penjaga, sehingga pada zaman dahulu banyak pemakaman orang-orang terkenal seperti raja dan jendral, diatas pemakamannya dilapisi logam dan banyak lukisan Byakko di dinding pemakaman di Nara. Diharapkan, orang-orang yang meninggal ini selalu mendapat perlindungan dari Byakko. Byakko dianggap sebagai simbol kekuatan dan keberanian. Byakko juga menyimbolkan tentara yang berperang sampai mati untuk negaranya.
  6. Futon (布団) adalah jenis perangkat tidur tradisional Jepang. Perangkat tidur serupa juga dikenal di Korea. Futon digelar di atas tatami, di atas tempat tidur, atau kasur. Satu set futon terdiri dari shikibuton sebagai alas tidur dan kakebuton yang lebih lunak sebagai selimut.Yukata (浴衣, baju sesudah mandi) adalah jenis
  7. kimono yang dibuat dari bahan kain katun tipis tanpa pelapis. Dibuat dari kain yang mudah dilewati angin, yukata dipakai agar badan menjadi sejuk di sore hari atau sesudah mandi malam berendam dengan air panas.

Share this post on:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments