Share this post on:

Bab 1 – Selalu Dimulai dengan Kedatangan Tamu

Penerjemah: NieR

1

Seketika Subaru melewati pembatas putih, dunianya terbalik.

“—apaan—?! Uwah! Gah!”

Inilah akhir lazimnya seseorang yang berlari secepat tenaga. Entah bepergian dengan naik mobil atau berjalan kaki, tidak ada yang bisa langsung berhenti begitu saja.

Subaru tersungkur dengan wajah mendarat duluan ke rumput. Seketika, dia mengulur tangan lalu berguling, menghentikan jatuhnya agar melunakkan dampak pasti, kemudian terus berguling hingga terkapar di tanah.

Napasnya megap-megap, dan pandangannya mati-nyala karena kekurangan oksigen. Dia merasa punggungnya menekan rumput. Di sela-sela pepohonan, dia melihat sekilas langit di baliknya. Subaru menghirup udara segar sampai paru-parunya penuh.

Lalu memanjangkan tangan ke langit dan mengepal.

“Uwaaaahhh!! Yang tadi itu berat! Sepintas keadaannya jadi buruk banget barusan! Tapi sudah berakhir! Kita sampai! Kita sampai tujuaaaann!”

Meski Subaru bersimbah keringat, wajahnya bersinar seraya berteriak sambil merasa menang.

Semangatnya hampir hancur tak terperbaiki beberapa kali, tetapi setiap waktumua, dia menolak menyerah hingga akhirnya sampai tujuan. Jumlah kegagalan berulangnya membuat kesuksesan di ujung jauh lebih manis.

Akhirnya, Subaru bisa dengan bangga menghadap mentornya yang mengajarkannya banyak sekali hal.

“Subaru, kali ini kau sudah cukup bagus, kurasa.”

Selagi menikmati momen-momen tersebut seorang gadis memasuki penglihatan Subaru.

Anehnya, dia terbalik.

Dia terlihat cantik dengan rambut berkilau nan panjang yang diikat ikal mewah beserta gaun rumitnya. Pemandangan seorang gadis muda yang punya pola berbeda di mata biru mudanya, tersenyum cerah ke wajah Subaru.

“Oh, ternyata kau, Beako.”

“Tentu saja. Bukankah sudah jadi tugasku sebagai rekan untuk memuji kerja kerasmu setiap hari, ya? Dan juga, Petra agak ngotot kalau seharusnya aku bawakan handuk.”

“Ah, makasih. Ini mantap. Aku merasa segar kembali.”

“Kenapa tidak terima kasih langsung ke Petra, ya? Gadis itu barangkali akan melompat-lompat kesenangan.”

Selagi Subaru menaruh handuk basah ke kepalanya, Beatrice memanggilnya dengan wajah tanpa ekspresi. Namun Subaru yang melihat sedikit senyum di bibirnya alhasil tidak bisa tidak balas menyeringai.

Walaupun menghabiskan seluruh waktu sadarnya dengan Beatrice, dia kaget karena tidak bosan-bosannya sama interaksi keseharian kecil semacam ini. Seiring hari berlalu mereka kian dekat.

“… duh, tidak kusangka sudah satu tahun berlalu semenjak aku dan Beako menjalin kontrak, ya.”

“—? Kenapa tiba-tiba mengatakan ini, ya?”

“Nah, cuma berpikir kalau waktu berlalu kelewat cepat. Dan aku pun sangat tergerak oleh betapa imutnya kau hari ini juga.”

“Kau selalu bilang begitu, Subaru. Tapi bukankah keimutan Betty itu pantasnya disyukuri, ya?”

Fakta Beatrice membanggakan pujiannya adalah bukti tak terbantahkan bahwa dirinya sudah banyak memengaruhinya.

Satu tahun. Selama itulah waktu telah berlalu semenjak rentetan insiden di sekitar Sanctuary.

Rentang waktu yang serasa sangat lama sekaligus singkat. Dalam rentang itu, beberapa hal telah berubah sementara lainnya tidak. Jika hal konstan besarnya adalah ikatan Subaru dengan teman-temannya, maka perkembangan terbesar seharusnya—

“—perkembangan kekuatanku selama satu tahun ini. Tidak ada lagi yang bakalan kenal aku yang dulu.”

“Preeett. C-candaannya bagus … tidak ternilai.”

“Aku lagi serius, sialan!”

Beatrice menutupi mulutnya sembari tertawa-tawa tidak ditahan. Subaru mengangkat bahu menunjukkan kekecewaannya.

“Yah, barangkali aku sedikit melebih-lebihkan, tapi jangan tertawa sekeras itu. Maksudku, lihat saja bisep ini, Beako! Bisepnya padat sempurna!”

“Iya deh, iya, kurasa. Betty akan mendukungmu biarpun hanya aku saja.”

“Itu namanya bukan kepercayaan! Padahal sudah berusaha keras setiap harinya.”

Duduk bersila di tanah, Subaru membungkus lehernya dengan handuk dingin sambil menunjuk area di belakangnya dengan dagu. Menatap arah sana, Beatrice bilang, “Betul,” menutup satu mata seraya berkomentar demikian.

Di belakang pasangan itu ada tempat terbuka yang hutannya telah ditebang.

Tanah yang dibangun ini adalah ujian yang Subaru geluti—dengan kata lain, dia menciptakan fasilitas pelatihan rahasianya sendiri.

Tertarik gagasan tempat milik pribadi, dia amankan sedikit bagian dalam hutan untuk digunakan dirinya seorang. Memanfaatkan kayu dari pohon yang ditebang, Subaru membangun berbagai macam atraksi, termasuk variasi rintangan untuk dilompati dan hambatan yang perlu didaki, mengubah seluruh area menjadi halang rintang.

“Tempatnya mungkin kelihatan menyenangkan, tapi saat orang-orang mencoba berlarian dan menerobos semua atraksinya dalam jangka waktu tertentu, desain brutalnya akan membuat orang dewasa menangis …. Sial, aku membuat sesuatu yang liar banget.”

“Bukannya itu berlebihan, ya? Soal ini, hanya kau dan Garfiel yang menyebutnya markas rahasia. Apa anak-anak tetangga akan datang untuk main-main, ya?”

“Maksudmu anak-anak akan menjadikannya taman hiburan? Yah, selagi tidak ada yang terluka, mereka boleh main sesuka mereka. Ditambah lagi, master yang menyusun cetak birunya haruslah puas dengan itu.”

Mengambil tantangan yang benar-benar menjadi suatu bentuk pelatihan, seraya menghadapinya dengan hati ceria menjadikan prosesnya seru. Halang rintangnya mengandung potensi besar, dan bagus jika salah perhitungan kalau sampai populer di kalangan anak-anak.

“Sebetulnya, mengenal mentorku, mungkin saja intinya dari awal adalah seperti sambil menyelam minum air ….”

“Dia benar-benar orang yang sulit dimengerti. Dia tentu sopan santun, kurasa. Pria itu patutnya dipuji karena memperlakukan sang Roh Agung dengan hormat.”

“Pikirku bukan itu, sih.”

Subaru melihat kesalahpahamannya, kemudian berpikir sebentar.

Mentornya—Clind, sang kepala pelayan yang cakap maksimal telah melayani Keluarga Mathers selama bertahun-tahun. Dia bantuan besar bagi Subaru setahun silam ini dan mengajarkannya banyak hal, termasuk cara mengasah fisiknya. Gelar Subaru baginya lebih dianggap.

Dalam hal kemampuan dan kepribadian, Clind lebih dari layak untuk dipuji, tapi—

“Mengapa Subaru tidak membolehkan Betty dekat-dekat Clind, ya?”

“Tidak cuma kau. Petra pun sama, dan tergantung situasinya, Emilia-tan juga.”

Tambahan, tidak perlu mengkhawatirkan Ram dan Frederica.  Sebagai catatan, Clind tidak berbahaya bagi Subaru, Roswaal, Otto, serta Garfiel pula, karena alasannya cukup jelas.

“Omong-omong, tak apa-apalah walaupun halang rintang ini markas rahasia sekadar nama. Tapi masih kedengaran kece.”

“Aku kaget. Sesaat kau menyebutnya begitu, Garfiel mulai membantu menebang pohon sambil kelihatan kilat apalah itu di matanya …. Mungkin mustahil memahami alasan kalian berdua menganggapnya amat menarik, kurasa.”

“Sesuatu yang disukai semua pria. Bentar, Otto gimana?”

Subaru dan Beatrice sama-sama memikirkan kembali reaksi Otto yang tidak menentangnya.

Pokoknya, pertumbuhan luar biasa Subaru adalah berkat markas pelatihan rahasia di hutan. Cuma sepuluh menit jalan kaki dari mansion, dan hanya orang-orang dari mansion yang pernah datang. Kelemahan nyata satu-satunya adalah seberapa sering mereka muncul dan menghalangi latihan.

“Konyol sekali menganggap ini menghalangi. Bukannya Betty tidak semata-mata memenuhi tugasnya sebagai rekan Subaru, ya? Benar-benar, rutinan yang merepotkan banget.”

“Mulai. Beginilah jadinya gadis muda sombong.”

“Kau ngapain, ya?!”

Karena Beatrice teramat-amat nakal dan manis, Subaru mengerahkan seluruh kekuatan barunya untuk menangkap Beatrice dan memindahkannya ke atas lutut, menepuk kepalanya sepuas dirinya sendiri.

“Dasar parah! Ini namanya penyiksaan roh ‘kan, ya?! Dasar kontraktor keji!”

“Muahahaha. Yah, yang bego tuh kau karena buat kontrak dengan pria sepertiku tanpa syarat tertulis!”

  Subaru tertawa selagi Beatrice merapikan rambut acak-acakannya.

Tatkala pertama kalinya mereka membuat kontrak, Subaru pikir dia sudah menyayanginya semanusia mungkin, namun dia meninjau ulang asumsi tersebut setiap hari. Sesuatu yang disebut Buku Harian Perkembangan Beako—kompilasi hari-hari yang dia habiskan bersama Beatrice—sudah masuk jilid kelima. Subaru kegirangan menantikan hubungan mereka selanjutnya.

Lagi pula, sebuah album kenangan berharga mengalahkan buku yang isinya hanya halaman kosong. Dan seandainya jadi album, maka makin banyak gambar dan orang yang dirinya rekam, makin mantap. Karenanya, Subaru mau menjejalkan sebanyak mungkin sesuatu ke hati Beatrice.

“Dengan kata lain, Beako, usikanku ini cuma cara lain diriku menunjukkan cinta.”

“Apa barusan kau bilang usil, ya?! Takkan kubiarkan!”

“Aku lebih suka kau tidak dengan gampangnya mengesampingkan bagian cinta.”

“Tidak banyak yang perlu dicemaskan, kurasa. Aku sangat yakin kalau aku ini dicintai.”

Ketika Beatrice membual dengan ekspresi berpuas diri di wajahnya, Subaru hanya menjawab sambil tersenyum.

Tiada kata tuk mengungkap kegembiraan yang dia rasakan di saat melihat betapa percaya diri dan energiknya Beatrice setiap hari. Hanya ada kehangatan mendalam serta tak terlukiskan yang berlimpah di dadanya.

“Tuan Subaru! Beatrice—”

Dua orang itu menghentikan candaan pertengkaran mereka sewaktu mendengar suara cempreng memanggil. Saat berpaling, seorang gadis melambai sambil berlari. Suara dan wajah familier itu dimiliki seorang pelayan muda nan lucu yang melambangkan kata imut.

“Senang melihat kalian berdua bersenang-senang. Baguslah kalian berdua akur.”

Gadis itu, Petra, tangannya ditaruh ke dada dan tersenyum lega.

Tidak gentar oleh insiden besar yang terjadi satu tahun sebelumnya, Petra saat ini tengah bekerja di Manor baru Roswaal. Gadis yang dalam masa pertumbuhan memang hebat, dia tumbuh sedikit lebih tinggi serta, menurut Subaru, sejak saat itu lebih menawan. Terlepas itu, Petra masihlah tipe adik perempuan di mata Subaru.

“Hei-hei, aku tersinggung kau menyebutnya main-main. Aku di luar sini berlatih dan melakukan segalanya sebaik mungkin.”

“Yah, sekarang ini, kau sepertinya lagi menepuk-nepuk Beatrice yang sedang duduk di pangkuanmu, jadi ….”

“Woah, tidak sekadar mau menepuk kepala Beako. Pertama-tama, kau mesti mengeluarkannya dari mansion kebakaran terus pelan-pelan membangun hubunganmu dengannya. Kalau tidak begitu, mustahil.”

“Bukankah artinya Tuan Subaru doang yang bisa melakukannya …?”

Nada dan ekspresi gusar Petra mengundang seringai Subaru. Seketika itulah dia ingat handuk di lehernya.

“Oh, ya. Petra, makasih handuknya. Lumayan cerdas mendinginkannya seperti itu.”

“Benaran? Aku senang bisa membantu. Sebetulnya, aku pikir ingin mendinginkannya sama es, tapi tidak ada waktu, jadi aku minta Kak Emilia.”

“Aku suka bagian praktismu, Petra.”

Subaru kini menyukai Petra meskipun posisinya pelayan, tak segan-segan meminta bantuan nyonya rumah.

Pujian blak-blakan itu membuat Petra tersipu malu, “Hehehe,” lalu teringat sesuatu.

“Ah, iya. Sebenarnya, aku ke sini untuk membawa pulang Tuan Subaru dan Beatrice.”

“Ada apa? Apa kau memanggang kue tar super lezat atau semacamnyakah?”

“Apa?! Itu perkara kelewat penting, kurasa. Aku mengerti mengapa kau begitu mendesak memanggil kami.”

“Oh, ayolah, tentu saja bukan itu. Ini bukan waktunya bermain-main.”

Pipi cemberut dan jari menunjuk, Petra memarahi pasangan riang gembira tersebut. Terus meraih tangan Subaru dan menariknya berdiri.

“Kue tar waktunya nanti! Lebih pentingnya, Kak Emilia memanggilmu, Tuan Subaru. Tamu sudah datang … dan dia ingin kau menemaninya sewaktu menyapa mereka.”

“Tamu?”

Subaru memiringkan kepala bingung. Dia tidak tahu siapa tamunya. Di sampingnya, Beatrice sama-sama bertingkah bingung selagi mereka bertanya-tanya.

“Ada tamu yang datang tanpa pemberitahuan, dan Emilia-tan imut memanggilku …. Tidakkah rasanya akan terjadi sesuatu?”

“Semacam pola yang mengarah ke masalah, kurasa. Petra, beri tahu kami tamu macam apa yang datang.”

“Errr,” lanjut Petra seraya memiringkan kepala ke samping sama seperti dua orang di depannya. “Salah satunya seorang pria yang kelihatannya tengah terburu-buru. Kataku beliau seolah gelisah mirip ketakutan.”

“Resah dan gelisah, ya. Yang artinya, dia pada dasarnya mencuriga …. Tidak, tunggu. Tidak boleh menilai buku dari sampulnya.”

“Aku sudah memelajari kesalahanku, jadi aku takkan mengulanginya.” ucap Petra.

“Ohhh, Petra, gadis baik. Entahlah apa yang terjadi sebelumnya, tapi kau betulan baik.”

“Tahun lalu, ada orang asing yang wajahnya jahat datang ke desa. Kukira dia orang aneh, tapi aku betulan salah, jadinya .…”

“Bumerang tak terduga!! Kita bicarakan kesan pertama itu lain kali ….”

Setelah selamat dari serangan verbal diam-diam itu, Subaru mengedipkan mata ke Petra. Lagian, berdasarkan laporannya sejauh ini, Petra masih punya beberapa hal untuk disampaikan.

“Omong-omong, ada tamu lain juga, ya? Kawannya pria resah-gelisah itu?”

Pipi Petra makin merona begitu kebahagiaan membilas wajahnya.

“—beliau datang sama kucing manis.”

2

Dilihat dari luar, Manor Roswaal yang baru kelihatan menyerupai mansion bergaya Eropa, mirip mansion lama yang terbakar habis.

Mansion ini sesungguhnya dianggap tempat tinggal utama, dan pembangunannya lebih baru ketimbang mansion yang hancur karena kebakaran. Oleh karena itu, lebih megah dan menempati lebih banyak lahan ketimbang mansion pedesaan, yang kemungkinan makin mempersulit perawatannya bagi pelayan seperti Petra.

“Dan di sinilah kita, balik ke manor bergaya ini.”

Sehabis sepuluh menit berjalan cepat dari hutan, Subaru dan yang lain membuka pintu ganda lalu melangkah ke aula masuk mansion. Subaru beranggapan tamu yang mereka dengar pastilha diantar ke ruang resepsi atau semacamnya.

“Mula-mula, kami harus menyodorkan wajah ke …”

“Oh, hei! Ternyata Mister! Apa kabarmu?”

“Ap—? Woah?!”

Sambutan penuh semangat dan dampak mendadak mengakhiri semua pikirannya.

Suaranya bernada tinggi, dan sesuatu setinggi dada menabraknya. Subaru buru-buru mengulurkan tangan dan menangkap sesuatu ringan. Segera menyadari identitasnya, ekspresi wajah Subaru berubah dari syok ke rekognisi.

Dia mengingat bulu super lembut dan senyum konyolnya.

“Aku curiga setelah mendengarnya dari Petra … tapi itu benaran kau, Mimi!”

“Ehehehehe. Lama tidak jumpa, Mister! Berapa lamakah? Kek, satu tahun?”

Manusia hewan yang diselimuti pelukan Subaru punya bulu jingga dan mengenakan jubah putih. Dia seorang demihuman, atau lebih spesifiknya, manusia kucing. Dia lebih pendek dari Petra dan Beatrice, dan tak salah lagi seimut anak kucing.

“Iya, sudah setahun penuh. Kau kelihatannya bersenang-senang. Aku lega.”

“Yap! Mimi sedang sangat bersenang-senang! Juga, Mimi jadi lebih tinggi! Aku pada dasarnya sudah dewasa sekarang!”

“Wanita dewasa macam apa yang melompat ke kepala seseorang saat bertemu?!”

Mimi yang kini berdiri di lantai, membusungkan dada dan mengibas ekor panjangnya.

Dia bertingkah naif dan kepribadiannya teramat-amat ramah, tetapi dia salah satu pemimpin unit tentara bayaran manusia hewan yang dikenal sebagai Iron Fang juga petarung tangguh yang berkali-kali lipat lebih kuat dari Subaru. Dia juga bertarung bersama Subaru selama perburuan Paus Putih dan sekali lagi di pertempuran melawan Kultus Penyihir, tatkala itu Mimi lanjut saja memutuskan dirinya dan Subaru adalah teman perang.

“Wah, kau betulan jauh-jauh ke sini. Oh benar juga, biarkan aku memperkenalkan semua orang. Pelayan manis ini Petra, dan bayi malu-malu yang sembunyi di belakang punggungku adalah Beatrice.”

“Ohhh, aku paham! Jadi Petra si pelayan, dan anakmu!”

“Berkenankah kau mengingatku dengan kesan yang lebih menyenangkan, ya?!”

Merespon kesimpulan meragukan Mimi, Petra memberi hormat anggun, sedangkan Beatrice melontar tatapan tajam yang menghancurkan sifat malu yang Subaru nikmati nian. Kemudian Mimi melanjutkan, “Oh!” matanya berkilauan kala menatap Beatrice. “Waw, rambut itu luar biasa! Kok bisa jadi keriting-keriting begitu? Keren banget!”

“Ini idenya Ibu. Ini gaya rambut terbaik—praktis dan elegan.”

“Uh, kesampingkan elegan, mustahil itu praktis. Berapa kali rambutmu tersangkut di berbagai tempat? Kurasa kau punya masalah sendiri setahun terakhir ini.”

Entah dalam mansion, luar ruangan, atau dalam pelukan Subaru, rambut Beatrice senantiasa menghalangi. Kalau begini, keahlian Subaru dalam hal menguraikan rambut mungkin tidak tertandingi di seantero kerajaan. Subaru sebenarnya butuh gelar semacam Penghias Bea.

“Betul, praktis dan elegan! Meski aku tidak tahu apa artinya, sih!”

  “Tatapanmu seperti tatapan gadis kebingungan …. Hei, bisakah kau berhenti menarik-narik, ya?!”

Penuh rasa ingin tahu, Mimi tertarik bukan main pada rambut ikal Beatrice. Gerakan Mimi layaknya kucing melihat tikus.

Beatrice menatap lembut Subaru, mencari-cari pertolongan.

Akan tetapi, melihat adanya kesempatan buat Beatrice untuk mendapat teman baru, Subaru meninggalkan mereka.

“Hei, Tuan Subaru. Beatrice sepertinya kelihatan sangat khawatir.”

“Orang-orang berkembang dengan melawan kegagalannya. Beatrice cenderung menyerah bahkan tanpa mencoba dulu, jadi inilah tantangannya. Kita diam saja sambil awasi seperti ayah dan ibu yang baik.”

“I-ibu …? O-oke ….”

Petra terdiam dengan wajah memerah selagi Subaru mengelus jenggot tidak nyatanya. Dua orang itu mundur dan semata-mata menghayati kehangatan percakapan Beatrice dan Mimi.

“Kebetulan, karena Mimi rupanya kucing yang dibicarakan Petra … artinya pria resah-gelisah yang datang menyertainya adalah Julius, bukan?”

Menyilangkan lengan, Subaru merasakan firasat ini kemungkinan besarnya akurat.

Jelas terlihat Subaru amat menyukai Mimi secara pribadi. Di waktu yang sama, Mimi adalah bagian fraksi Anastasia Hoshin, salah satu saingan politik Emilia dalam Pemilihan Raja.

Satu orang lainnya yang bekerja di bawah fraksi Anastasia adalah Julius Juukulius, seorang kesatria yang punya hubungan kompleks dengan Subaru. Paling tidak hubungan mereka bukan semacam Subaru senang menemuinya tanpa kepentingan.

Maka dari itu, Subaru tidak mau menemuinya hingga dirinya sendiri bisa bersiap-siap secara emosional, jika bisa.

“Mister, jangan khawatir! Julius tidak di sini hari ini. Juga, Hetaro sama Tivey dan kapten juga nona tidak di sini pula! Mimi menemaninya sendirian!”

“Fyuh, leganya. Tapi sial deh, kru Anastasia punya banyak orang berbakatnya.”

Subaru tetap merasakan suatu kewaspadaan meski mengetahui absennya si kesatria. Pasti Anastasia takkan mengirim sembarang orang untuk menjadi utusan ke Emilia, kandidat lawan di Pemilihan Raja.

Anastasia adalah pedagang besar, dan Perusahaan Hoshin yang dikelolanya adalah organisasi masif yang berbasis di bagian baratnya negara kota Kararagi. Tidak kuantitas maupun kualitas pengikutnya boleh diremehkan.

Subaru putuskan baiknya dia duduk bareng utusan ini dan menilainya secepatnya.

“Baiklah, kali ini, kita benar-benar akan ke ruang tamu … ya?”

“Iya. Di situlah aku meninggalkan tamunya. Kak Emilia dan yang lain sudah di sana.”

“Artinya Emilia-tan lagi berurusan sama tamu ini, plus Otto sama Garfiel, ditambah Ram mungkin …? Bagusnya selamatkan Otto sebelum dia meninggal gara-gara sakit perut.”

“Adakah orang yang lebih menyedihkan darinya, ya? Keberuntungannya habis begitu kau menangkapnya, Subaru.”

“Hei, jangan membuatnya kedengaran seolah aku menangkapnya dan tidak dilepaskan.”

Wajah Beatrice jengkel sementara Mimi yang suasana hatinya senang terus menempelkan tangan kirinya ke tangan kanan Beatrice. Dituntun Petra, Subaru mengikuti selagi mereka menuju ruang tamu di lantai dua.

Ketika mereka berempat tiba di tujuan, mereka menemui satu orang gadis berdiri di lorong.

“Ram? Kenapa kau di sini?”

“Jadi akhirnya kau datang, Barusu. Kau cukup terlambat, bukan …?”

Ram adalah pelayan cantik yang sosok menawannya mendustakan lidah tajamnya. Menyambut lawan bicara dengan sikap yang mengingatkan seseorang tengah bicara pada bawahan, dia menghentikan kalimatnya di tengah-tengah lalu menyipitkan mata merah mudanya. Kemudian menghembus napas dalam-dalam.

“Mesum.”

“Kau yang aneh karena menganggap formasi ini mesum! Bisa-bisanya kau tidak mendapati pemandangan ini menghangatkan hati?!”

“Tolong berhenti mengalaskan segala yang berlalu dengan hal baik dalam otakmu. Kau sebaiknya ingat ini Barusu. Di dunia Ram, hanya sudut pandang Ram yang penting.”

“Bukannya banyak tidak konsistennya di bagian pertama sama terakhir kata-katamu barusan?!”

Mencela subjektivitas dengan subjektivitasnya sendiri sangatlah egois sampai-sampai Subaru terdiam seribu bahasa. Mengabaikan reaksi Subaru, Ram menyilangkan tangan saat mengalihkan pandangan ke Mimi.

“Tamu yang terhormat, jika Anda tidak hadir secepatnya, pendamping Anda akan sangat khawatir.”

“Ahh, kurasa harus kembali, ya? Ups—!”

“Ya, dimohon. Bila tidak, akan kelewat merepotkan, sebab ketidakhadiran Anda memaksa Ram meninggalkan ruangan demi mencari Anda.”

Menimbangnya lewat percakapan sejauh ini, nampaknya Mimi telah berkeliaran di mansion tanpa izin pemilik kediaman atau pendampingnya.

Wajarlah berasumsi paling tidak mungkin Mimi melakukan hal yang tidak-tidak biarpun dibiarkan sendiri. Kemudian Subaru menoleh ke Ram sesaat kepikiran sesuatu.

“Kau sama sekali tidak mencarinya, kan? Kau sekadar berdiri sambil melipat tangan di depan ruangan.”

“Hanya dalih yang bagus saja. Suasana dalam ruangan sulit ditahan. Otto barangkali bakalan mati kalau kau tidak buru-buru.”

“Aku akui dirimu tidak punya sedikit pun rasa bersalah.”

Subaru mesti mengagumi Ram yang tidak peduli bahwa mereka punya tamu padahal dirinya sendiri adalah pelayan.

Ram yang bilang di dalam ruangan rasanya tidak mengenakkan benar-benar menakutkan. Walau begitu, Subaru memberanikan diri karena dia pikir tak terlibat malah makin menakutkan lagi.

“Makasih sudah mengantarkan kami, Petra. Apa kau akan …?”

“Ah, aku akan sibuk membuat kue tar enak, jadi semoga sukses di sana, Ayah.”

“Agh … karena sudah Ibu bilang, tidak ada kata mundur!”

Kini giliran Petra menggoda Subaru dengan lebih banyak canda, seperti pura-pura jadi orang tua Beatrice. Tentu saja, Petra pun punya pekerjaannya sendiri. Subaru tidak bisa mengharapkan Petra menemaninya seinginnya. Bukannya dia meninggalkanku. Setidaknya, itu yang mau dia Yakini. Barangkali. Mungkin.

“Baiklah, ayo. Tidak bisa menangkap anak harimau kalau tidak masuk ke lubangnya.”

“Maksudmu lubang pantat?”

“Dasar cabul.”

“Aku tidak bilang begitu! Sudahlah gas saja!”

Tak mengindahkan kebingungan Mimi dan anggapan Ram, Subaru mengetuk pintu ruang tamu. Pintunya langsung terbuka, lalu satu kepala berambut pirang pendek mencuat ke lorong.

“Ey, terlambat amat, ya, Kapten? Bang Otto kita nanti bisa kesusahan kapan aja.”

“Iya, aku tahu. Jujur, hanya masalah waktu sampai itu terjadi, tapi aku penginnya dia baik-baik saja selama mungkin.”

“Ga canda! Ini kenyataannya kayak Pemberontakan Danau Arkel!”

Subaru dan Garfiel saling tersenyum mirip pembuat masalah cilik. Segera mengayunkan pintu lebar-lebar, Garfiel masih tersenyum selagi menunjuk bagian dalam ruangan dengan dagunya.

“Masuklah. Ga terjadi apa-apa tanpa kapten, jadi tamunya juga kesusahan. Ngeliat Otto ama Nona Emilia nyambut tamu kita tuh kek ngelawak.”

“Nah, itu pertunjukkan yang layak dilihat …. Gah!”

“Berhenti mengatakan hal bodoh, masuk sajalah. Kau menghalangi.”

Sehabis pantatnya ditendang langsung oleh Ram, Subaru dipaksa masuk ruangan. Tersandung begitu masuk ruangan, beberapa pasang mata beralih menghadapnya.

Lega, kesal, dan curiga. Kurang lebih inilah yang dia duga. Subaru berpaling dari dua sosok dikenalnya kemudian fokus pada sosok seseorang yang memandangnya curiga.

Tamunya adalah pemuda cantik dengan wajah lembut dan tampan. Tubuh lenturnya memakai semacam pakaian resmi yang indah, sebagian rambutnya yang relatif panjang dia kuncir kuda. Kelihatannya dia seumuran Subaru, meski wajahnya terlihat agak tegang, lalu kacamata berlensa yang dia pakai di mata kanannya hanya menambah kesan tegas.

“Jadi ini …?”

Tatkala tamunya bertanya dengan suara berat, gadis cantik yang duduk di seberangnya mengangguk.

“Iya, benar.”

Gadis lembut-cantik berambut perak yang ekspresi menawannya secara sempurna mencerminkan aura baik tidak lain adalah Emilia. Tampaknya dia makin-makin memesona seiring hari berlalu.

Dia tersenyum sedikit, ujung jari lembutnya menunjuk Subaru.

“Maaf membuatmu menunggu. Ini kesatriaku, Natsuki Subaru.”

Emilia yang memperkenalkannya sebagai kesatria membuat hati Subaru gemetar. Kapan pun dia mendengar kata-kata itu, dia sering memikirkan kembali waktu-waktu Emilia menganugerahkan gelar itu kepadanya.

Kenangan indah senantiasa menguatkan hati rapuh nan lemah Subaru.

“B-beliau sepertinya agak menggembirakan sesuatu ….”

“Subaru, jangan memasang wajah aneh begitu. Orang nanti berpikir ada yang salah dengan tindakanmu … terus kenapa kau keras sekali mencengkeram tanganku, ya? Bentar, sakit! Aduh, aduuuh!!”

“—uwah!! Ah, maaf, tanpa sadar aku melamun sedikit.”

Subaru terlampau disibukkan pikirannya sampai hampir tidak sengaja meremukkan tangan menggemaskan Subaru.

Bagaimanapun, Beatrice benar. Tamu mereka sudah menatap ragu Subaru. Memutuskan situasi ini perlu secepat mungkin dituntaskan, Subaru berdeham dan memberi hormat kesatria lazimnya.

Setelah berdiri tegak dan menenangkan wajah, dia menaruh tangan di depan dada lanjut menghendaki hatinya tuk rileks.

“Tolong maafkan sopan santun buruk saya. Izinkan saya memperkenalkan diri. Saya kesatria Nona Emilia, Natsuki Subaru.”

Fakta dirinya mengenakan jaket olahraga barangkali mengurangi poinnya, tetapi hormat kesatria Subaru telah diajarkan berkali-kali oleh seorang kepala pelayan hingga diterimanya. Hormatnya dilakukan sesempurna mungkin.

Dulu, Subaru mencemooh seluruh sandiwara etiket kesatria, tetapi tatkala dia coba sendiri, dia langsung terpikat oleh semua hal formal-formalnya. Sekalipun dia tidak dilahirkan dalam posisi kesatria, adat dan tindak-tanduknya perlahan tapi pasti membimbing Natsuki Subaru ke kekesatriaan. Bukan hal bodoh atau untuk pamer belaka.

Sepertinya sapaan Subaru telah membuat semua orang yang hadir terkesan, terkecuali tamunya. Senyum Emilia sangatlah bangga, yang meningkatkan semangat Subaru bukan main.

Dikepung wajah-wajah ini dan rupanya tidak lagi tahan heningnya, sang tamu bangkit berdiri dan menundukkan kepala.

“… terima kasih atas hormat Anda. Saya di sini untuk … saya di sini mewakili Anastasia Hoshin. Nama saya Joshua Juukulius.”

“Tidak, terima kasih. Anda punya nama yang bagus, Joshuua … Juukulius?”

Di tengah-tengah tukar salam, Subaru tersendat ketika mendengar nama keluarga familier. Melihat reaksinya, Emilia menarik tangan ke dadanya.

“Ah, nyatanya kau sama terkejutnya, Subaru. Benar, Joshua ternyata adik laki-lakinya Julius. Benaran luar biasa kedua bersaudara itu membantu Nona Anastasia, kan?”

Pipi Subaru berkedut saat mendengarkan penjelasan Emilia, mata kecubungnya selalu kagum. Sesuai perkataan Mimi. Julius tidak datang secara langsung, namun—

Sir Natsuki, ya? Saya telah mendengar Anda dari kakak laki-laki saya sekaligus dari, bisa dibilang … berbagai rumor.”

Nyaris seperti memanfaatkan kesusahan Subaru, Joshua bicara dengan geli sedikit. Ikat tajam matanya dan sikap sopan namun menggigitnya meyakinkan Subaru bahwa orang ini pastinya punya hubungan darah dengan Julius.

Subaru mengerutkan alis cemas kemudian melihat ke atas.

“Saya takut mengetahui yang dia katakan tentang saya ke keluarganya.”

“Janganlah khawatir. Kakak saya adalah pria yang amat netral.”

Kalimat itu membuat Subaru tersenyum tegang. Joshua mengangkat alis, tak mampu mengurai reaksinya.

Tepatnya karena itulah Subaru mau membalas, tapi dia menahan diri.

“Omong-omong, adiknya Julius, ya? Karena kita sedang di topik ini, tatapan menjijik … anu, tatapan tajam mata Anda, sarkasnya … uh, cara bicara yang halus, dan buruk … bagusnya warna rambut itu, semuanya sama, ya?”

“Bisakah kau berhenti menyanjung tak perlu? Cukup jelas seburuk apa kau melakukannya.”

Otto, kepala penasihat dalam negeri Fraksi Emilia, tak sanggup lagi menyembunyikan keringat dinginnya selagi meminta Subaru mengendalikan upaya pujian payahnya.

“Bung, apa berat badanmu turun sejak kali terakhir aku melihatmu?”

“Baru beberapa jam, tapi setiap harinya adalah perjuangan baru! Kelak, aku bakalan panas-dingin dan sakit perut. Dan juga, aku mendengar semua percakapanmu dengan Garfiel tadi!”

“Yah, aku tidak bermaksud menutup-nutupi. Tak berniat merahasiakan apa pun darimu jika tidak bisa kurahasiakan.”

“Bisakah kau berusaha sedikit lebih totalitas untuk menggelapkan beberapa hal?!”

Menolak keluhan Otto dengan, “Iya, iya,” tidak niat, Subaru mulusnya duduk di sebelah Emilia. Sesudahnya, dia dudukkan Beatrice di pangkuannya, menggerakkan sekitar perut Beatrice untuk menopangnya dengan tangan.

Ini menjadikan Emilia, Subaru (tambah Beatrice), terus Otto, duduk sejajar dalam sofa ruang tamu.

“Baiklah. Maaf membuat Anda menunggu. Dapatkah kita melanjutkan perbincangan—?”

“T-tahan sebentar, tolong! Siapakah gadis ini?!”

“—? Ada masalah dengan Betty-kah?”

Kebingungan, Joshua menunjuknya, dan Beatrice memiringkan kepala bingung.

“Hah, apa …? Apa hanya saya yang menganggap ini aneh?”

“Tidak, saya teramat menyesal. Reaksi Anda itu wajar. Yang ada, tempat ini adalah tempat matinya akal sehat.” Kata Otto.

Ketika Joshua mencondongkan badan ke depan dengan tenaga yang sampai kacamata berlensanya terlepas, Otto meminta maaf dengan tatapan simpatik di matanya. Rupanya Joshua tak sedikit pun seanteng kakak laki-lakinya. Subaru pun meminta maaf kendati dalam hati berpikir sifat ini membuat Joshua menjadi saudara yang lebih gampang diajak bergaul.

“Beako dipangkuanku sudah jadi kebiasaanku sampai-sampai memangkunya tanpa dipikir dulu.”

“Sudah sangat normal hingga Otto pun tidak mengungkitnya. Aku juga ternganga.”

“Tidak ada lagi orang yang bilang ternganga …”

Emilia terampilnya merangkai istilah basi ke perbincangan mereka, tapi Subaru tetap menyetujui perkataannya. Hubungannya dengan Beatrice telah dianggap normal hingga Otto pun tidak membuat sindiran lucu.

“Aduuuh, Joshua tidak peka banget—”

Mimi memotong sambil melompat, duduk di sebelah Joshua. Dia mengambil manisan di atas meja sembari menotol pipi Joshua dengan ekor panjangnya.

“Dia Beako! Anak Mister dan Nona—!”

“Apa?!”

“Betul, betul. Ini bayi lucuku dan Emilia-tan, Beatrice.”

Sewaktu Subaru memanfaatkan keterkejutan Joshua, Emilia langsung menampar bahunya.

“Ya ampun. Tentu saja tidak. Tuh lihatlah. Kau mengagetkan Joshua. Aku mungkin sudah menciummu, tapi Subaru, bayi tidak lahir dari ciuman. Sekurang-kurangnya, aku sudah belajar sampai sejauh itu.”

“Ah, maaf, Emilia-tan. Ini benaran memalukan, jadi bisakah kau berhenti mengungkap hal mendetail, anu, seterang-terangan itu? Aku akan berhenti bercanda dan memperkenalkan Beatrice dengan benar.”

Keterbukaan luar biasa polos Emilia langsung cepat menundukkan Subaru.

Kebetulan, pengetahuan Emilia mengenai pembuatan bayi hanya sebatas ciuman tidak menciptakan bayi. Membahas apa-apa di luar itu adalah rintangan tinggi untuk Subaru, dan orang sekitarnya umumnya menyetujui konsensus tidak jelas yang menyatakan, akan kita cemaskan ketika dia lebih tua. Ujung-ujungnya, semua orang hanya terlalu protektif.

“Lihat, ini hasilnya jika kau memanfaatkan Betty jadi bahan lelucon. Kau belum belajar dari kesalahanmu, ya?”

“Iya, aku berpikir panjang dan keras tentang apa sebenarnya perbuatan salahku. Mulai dari sini, akan aku pikirkan lelucon yang lebih mantap lagi.”

“Err, jadi posisi sejatinya Nona Beatrice ini adalah ….”

“Ohhh, maaf, keluar jalur lagi. Beatrice adalah roh kontrakku.”

“Roh … kontrak ….”

Memasang kembali kacamata berlensanya, Joshua sedikit menurunkan suara menanggapi penjelasan Subaru. Perubahan nada dan emosi ruwet yang kelihatannya diekspresikan reaksinya membuat Subaru mengerutkan alis.

“Hei, tamu terhormat. Emangnya salah misal kapten bawa rohnya?”

Garfiel langsung membicarakan kesulitan pemuda itu tanpa ragu sedikit pun.

“Tidak,” jawab Joshua, menggeleng sedikit kepalanya. “Saya telah mendengar desas-desusnya, tapi saya semata-mata terkejut bahwa Sir Natsuki sungguhan kesatria roh. Saya yakin Anda sudah sangat mengetahuinya, tetapi kakak laki-laki saya juga seorang kesatria roh … sebelumnya satu-satunya kesatria roh di seluruh kerajaan.

“Ahhh, tentu saja kami tahu itu. Dia itu … uuuhhh, bantuan … besar buat kami ….”

“Sebegitu parahnyakah Anda tak ingin mengakui bantuannya?!”

Subaru tidak keras-keras kepala amat. Ini lebih berkaitan fakta setiap kali dia pikirkan perasaannya selagi bertarung berdampingan bersama Julius, dia dapati sukar mendamaikan emosi itu dengan rasa sakit akan luka yang dideritanya setelah dihajar di alun-alun pelatihan—ditambah banyak gangguan lain.

“Begitukah. Tentu ada pembicaraan perihal kesatria lain yang juga seorang kesatria roh, kurasa. Sekiranya orang itu adalah kakakmu, aku sampaikan belasungkawa.”

“Belasungkawa? Maksudmu apa?”

“Bukannya sudah jelas, ya? Kejatuhannya di ujung jalan tak terhindari. Cuma masalah waktu saja. Setidak-tidaknya, dia bisa menjadi batu locatan untuk perbuatan spektakuler Subaru dan Betty …. Gahhh!”

“Jangan mendadak mencari ribut. Lagian, kekuatanku bahkan tidak bisa dibandingkan Julius. Aku sama sekali tidak bisa menandinginya di gim berjenis level. Siapa pula yang asal menantang jagoan gim teka-teki dengan bermain gim teka-teki? Tentu saja kau tantang mereka main satu ronde Smash Brothers1. Kita menang dengan cara itu.”

Setelah mengacak-acak rambut Beatrice karena ucapan provokatifnya, Subaru membungkuk maaf kepada Joshua. Beatrice mengikuti dengan rambutnya yang berantakan.

“Maaf. Kami tidak bermaksud menghina kakakmu. Soal itu, aku sepenuhnya sadar kemampuanku berada di bawahnya. Maafkan gadis imut dan sombongku ini, ya?”

“Ya, tentu saja. Lumrah merendah seketika dibandingkan dengan kakak laki-laki saya.”

“Huh?”

  Walaupun sepertinya percakapan mereka kembali ke jalurnya, pernyataan angkuh tiba-tiba Joshua sekali lagi mendatangkan ketegangan.

Tidak menyadari kebingungan di sekelilingnya, kacamata berlensa Joshua tampak memancarkan sinar mengkhawatirkan.

“Ya, kakak saya adalah pria yang mengagumkan. Pada usia muda 22, dia sudah diakui sebagai salah satu dari kesatria terhebatnya kerajaan dan sukses menjadi komandan kedua penjaga kerajaan. Meski dia sekarang ini tidak menjalankan tugas tersebut supaya bisa lebih baik melayani Nona Anastasia, tidak salah lagi kakak saya ‘kan menjadi kapten penjaga kerajaan begitu Nona Anastasia naik takhta. Bahkan Sir Reinhard, sang Pedang Suci generasi ini tidak dapat disandingkan dengan kakak saya dalam hal kebajikan kesatria. Sungguh, kakak adalah kesatrianya kesatria! Bahkan konyol menyamakan namamu dengannya.”

 “… i-iya.”

Kekuatan dan kecepatan ocehannya membuat Subaru kewalahan. Bahkan Beatrice terkaget-kaget.

“Maaf, aku tidak sempat memperingatkanmu. Ini kedua kalinya dia mengoceh-ngoceh.”

Otto memegangi kepalanya selagi berbisik kesal ke telinga Subaru. Saat Subaru melihat sekelilingnya, dia bisa lihat Garfiel jelas marah-marah, sementara terpampang, Sekarang tahu, kan? Di wajah Ram.

Akhirnya Subaru tahu apa yang memaksa Ram meninggalkan ruangan. Ketidaktahuan Joshua di sini setara dengan peristiwa terkenal Subaru selama pertemuan para kandidat pemilihan raja.

Mempertimbangkan satu-satunya sekutu Joshua, Mimi, terlalu sibuk menjejalkan manisan ke wajahnya sampai tidak memerhatikan, jelas orang lain harus menyadarkannya ….

“Hehehe. Joshua benaran menyukai kakaknya, Julius, ya?”

Namun sebelum ada yang membentak, Emilia tersenyum kepada Joshua. Emilia benar-benar tak terpengaruh oleh perilaku bersemangatnya.

Usai komentar itu membuatnya tersadar, wajah Joshua memerah dan tangannya memegang kuncir kudanya karena malu.

“Saya—saya mohon maaf. Saya cenderung tidak tenang perihal keluarga .…”

“Oh, tidak jadi soal. Julius pun sangat membantuku. Kalau kau berkenan, aku mau mendengar cerita kalian berdua ….”

“Woah! Ceritanya lain kali. Sekarang ini, kita kudu serius! Hei, benarkan itu, Otto, Garfiel?!”

“—eh?!”

Kala Subaru menyela, mengganti paksa topiknya, lalu meminta bantuan, tentu dari reaksi kedua orang yang dimintai bantuan jelas-jelas dalam hati berpikir, Jangan seret kami ke sini! biar begitu, dua orang itu langsung mengangguk, menyetujui Subaru. Walau mata Joshua berbinar sesaat, dia kelihatannya sudah tenang kembali selagi berdeham.

“B-baiklah, saya akan membacakan kisah kejayaan kakak saya di lain kesempatan. Sebaiknya saya, ehem …. Sangatlah penting menyelesaikan urusan ini lalu kembali ke Nona Anastasia selekas mungkin.”

“Ya, aku menantikannya …. Nah, kita telah lama menunda, tapi mari bahas persoalannya …”

Seketika Joshua kembali bertindak layaknya utusan, Emilia dengan lancar kembali ke Mode Kandidat Pemilihan Raja. Dengan instan, suasana dalam ruangan menjadi sedikit lebih berat. Emilia nampaknya seperti orang yang sepenuhnya berbeda.

Subaru dan Beatrice bukanlah satu-satunya orang yang berkembang selama satu tahun silam. Emilia telah menghabiskan waktu mengasah dirinya di semua bidang yang diharapkan bisa ditangani dengan terampil oleh kandidat pemilihan raja.

“—mewakili Nona Anastasia Hoshin, kini saya ‘kan menyampaikan kata-kata tuan saya kepada Anda, Nona Emilia.”

Perubahan mencolok suasana menjadikan ekspresi Joshua menegang saat mengeluarkan selembar surat dari sakunya. Dia lebarkan di atas meja, memperlihatkan isinya yang ditulis tinta hitam.

“Nona Anastasia ingin mengundang Nona Emilia ke Kota Bendungan Pristella.”

“Pristella …”

Kebingungan menetap di mata Emilia seraya memutar-mutar nama itu di mulutnya. Subaru tidak berbeda.

Apakah motif utama di balik permintaan tiba-tiba Anastasia?

“Kota Bendungan Pristella, kata Anda? Mengapa meminta kami pergi ke sana?”

Pemimpin mereka yang ragu-ragu menjawab, Otto mengambil inisiatif mencari jawabannya. Mata emas Joshua kegirangan sembari tersenyum tipis.

Kala itu, wajah dan ekspresi Joshua mengingatkan kakaknya, yang menimbulkan firasat buruk kepada Subaru mengenai apa yang terjadi selanjutnya.

“Sepertinya tuan saya ingin mengundang Anda ke sebuah pesta. Nona Anastasia berkeinginan mengundang Nona Emilia dengan niat baik—dan lagi tuk menyampaikan bahwa beliau telah menemukan yang dicari-cari Nona Emilia.”

“Apa itu?”

“—!”

Begitu Emilia terpancing, reaksi Otto langsung terlihat jelas. Jelas dia sedang berpikir, Kena kita! Dan Subaru langsung paham alasannya; jawaban Emilia kehilangan kesempatan untuk mendiskusikan masalah ini di antara mereka terlebih dahulu.

Tetap saja, Subaru pun tidak tahu ke mana arah pembicaraan ini. Terlambat memahaminya memaksa mereka melepaskan seluruh inisiatif sepenuhnya.

“—seorang pedagang spesialis di Pristella nampaknya punya kristal sihir kualitas tinggi yang Nona Emilia inginkan. Anda tengah mencari suatu katalis untuk memanggil kembali Roh Agung, bukan?”

Demikian, langkah selanjutnya sama saja memutuskan akhirnya.

3

“Aku merasa tidak enak sama Otto sudah memutuskan semua ini sendirian.”

Ketika hanya ada dirinya dan Subaru di kamarnya, mata Emilia menunduk seraya bicara.

Duduk di seberangnya, Subaru tersenyum resah.

“Yah, Otto cukup terguncang, tapi sebagian besar diriku setuju dengan keputusanmu, Emilia-tan. Yang mengkhawatirkanku adalah pergi ke rumah orang tanpa menyiapkan apa-apa.”

“Tapi benarkah Nona Anastasia betul-betul mencoba berbuat sesuatu setelah mengirim adik laki-laki Julius sebagai utusan? Kupikir pihak mereka benaran melintasi jalan berbahaya.”

“Ada benarnya. Mengerahkan kerabat darah kesatria mereka berarti mengakui kita punya posisi setara. Aku dulunya bertanya-tanya kenapa orang-orang penting yang dikirim sebagai pembawa pesan di sinetron Taiga2 tidak pernah terbunuh. Siapa sangka kini aku tahu alasannya dengan hidup menjalaninya langsung?”

Subaru sekarang mengerti ini masalah reputasi. Siapa pun yang dikenal tidak amanah akan segera mendapati dirinya dikepung musuh. Itu cara berbisnis yang buruk, entah kau benar di Negara Yang Saling Bermusuhan atau tidak—eranya panglima perang samurai atau kandidat pemilihan raja. Yang kuat mesti berhati-hati dalam menyusun akal bulus.

Intinya, pertemuan bersama utusan Joshua Juukulius telah berakhir, dan tiba malam di Manor Roswaal yang baru.

Sayang sekali kau pergi secepat ini, ucap Emilia mencoba meyakinkan rombongan Joshua untuk menginap, tetapi Joshua dengan sopan menolak tawarannya dan meninggalkan mansion diikuti Mimi tidak lama kemudian.

Dia telah menerima jawaban baik, jadi dia tidak punya kerjaan lagi di sini.

Baiklah, sesampainya di Pristella, tolong kunjungi Water Raiment. Di situlah kami …. Ehem, Fraksi Nona Anastasia menunggu Anda di sana.

Sampai nanti, Garf! Aku akan menunggu, jadi wajib datang, oke?

Sesaat mereka mengucapkan selamat tinggal, Subaru tidak bisa tidak melihat ekspresi lega jelas di wajah Joshua. Di sisi lain, suasana hati Mimi sedang baik sekali khususnya saat lagi bicara dengan Garfiel.

 Garfiel yang mengantar keluar para tamu sambil mengawasi mereka, terlihat waspada. Dia barangkali menduga ada niat tersembunyi karena mengundangnya.

“Mustahil Mimi merencanakan sesuatu, dia mungkin cuma suka saja sama Garfiel?”

“Mimi sepertinya benaran menyukai Garfiel. Bahkan aku bisa-bisa sedikit cemburu.”

“Iya, skala pengin menyayanginya tinggi, itu hal pastinya. Aku pun tidak lama bicara dengan Joshua, tapi rasanya aku bisa lebih akrab sama dia ketimbang kakaknya.

“Subaru, kau ini keras kepala banget. Kau masih menyimpan dendam karena pertengkaranmu dengan Julius di kastel?”

Ekspresi Emilia nakal tatkala mencolek luka lama. Subaru mengernyit seketika mengingat kembali memori tak menyenangkan itu.

“Aku akui hal itu masih belum bisa aku tertawakan. Dulu aku masih muda. Sekarang aku lebih tahu … tapi kurasa dia masih keterlaluan!”

“Kurasa sangat tidak keren masih memegang masa lalu padahal kalian sudah berbaikan.”

“Nghhhhh … aku ini cuma manusia!”

Subaru keras kepala berbalik dari Emilia yang wajah manisnya menatap Subaru. Dia terus lama menatapnya, hingga akhirnya menyerah, kemudian tertawa terbahak-bahak.

“Oke, oke. Astaga, Subaru, kau benaran orang bodoh yang keras kepala. Tapi kau tidak boleh berkelahi dengan Julius di Pristella. Kau sudah menjadi kesatria yang baik, Subaru, dan kesatria tidak mudah menggunakan kekuatan mereka.”

“Iya, Bu. Nona senantiasa benar, begitulah beliau.

Pura-pura bego supaya menyembunyikan rasa malunya, Subaru mengusap hidungnya dengan jari.

“Omong-omong, aku tidak tahu banyak soal Pristella ini, tapi kotanya terkenal, bukan?”

“Kau belum belajar, ya? Pristella itu salah satu lima kota besar Lugunica dan letaknya di perbatasan kerajaan kita dengan negara kota Kararagi. Kota yang benaran indah dengan kanal di mana-mana.”

“Menarik. Penjelasanmu membuatku mau mencetak brosur. Tapi, bung, kota yang terapung di atas air, ya? Kurasa Venesia adalah kota paling mirip yang bisa kupikirkan. Pasti menjadikannya tempat mengesankan.”

Sewaktu Subaru memikirkan kota-kota tepi laut di dunianya sendiri, Venesia tentu muncul di benaknya. Venesia juga punya kanal yang saling bersilangan di dalam kota. Imajinasi air mengalir alami berkelok-kelok melalui pemandangan kota yang dibangun dari batu membuatnya berhasrat mengunjungi tempat memesona itu sekurang-kurangnya satu kali.

Subaru memproyeksikan seluruh bayangannya ke kota Pristella, tetapi kenyataannya sedikit berbeda.

“Tidak, itu salah, Subaru. Pristella bukan kota di atas air. Umumnya dikenal sebagai Kota Bendungan.”

“Bentar, apaan?”

“Iya, Pristella duduk di tengah danau, jadi kotanya kebanjiran begitu hujan turun. Karenanya mereka punya dinding tinggi buat melindungi kota dan beberapa pintu air untuk mengontrol ketinggian air. Pintu-pintu itu terkenal, oleh sebab itu disebut Kota Bendungan.”

“Entah bagaimana, kesanku pada tempat ini tahu-tahu berubah dari kota air ajaib jadi penjara berair …”

Bayangan mentalnya akan kota menawan hancur ketika mengetahui dinding tinggi. Dia bertanya-tanya mengapa orang-orang memilih membangun kota di sebidang tanah yang memerlukan perlindungan total semacam itu.

“Ujung-ujungnya, kita masih tidak tahu alasan Anastasia meminta kita mendatangi tempat seperti itu …. Susah mengiranya sekadar panggilan silaturahmi.”

“Hmm, apa tidak boleh percaya mereka mungkin benaran mau mengakrabkan diri saja?”

“Sayangnya, entah baik atau buruk, semua kandidat pemilihan raja punya kebiasaan khususnya sendiri. Jujur saja, tak satu pun orang bisa kau percaya seratus persen walau keadaannya ideal, tuan dan pelayan sama.”

Subaru dengan cermat mengingat dan menimbang seluruh kandidat raja serta kesatria mereka masing-masing sebelum menyimpulkan kalau kesemuanya dapat dianggap orang aneh yang bonafide.

Dia percaya pada Crusch karena karakternya. Namun gara-gara kehilangan ingatan sebab pertemuannya dengan Keakusan, Subaru tak bisa mengandalkan apa pun kecuali sifat karakter intrinsiknya. Felix itu berbahaya karena akan melakukan segalanya demi Crusch, dan masalah Wilhelm dengan istri meninggalnya juga menjadikan dirinya sebagai faktor tak diketahui.

Perkara Anastasia, Subaru masih belum paham isi pikirannya. Itu berlaku untuk undangan yang tengah mereka pertimbangkan juga. Sekalipun Subaru sangat enggan memercayai Julius, tetap belum mengubah fakta bahwa pemimpin fraksi masihlah Anastasia. Juga, dia punya pasukan pribadi perkasa di Iron Fangs, dan itu tidak boleh diremehkan.

Fraksi Felt termasuk Reinhard dan Pak Tua Rom, keduanya yang Subaru anggap bisa dipercaya, tapi itu tak ada artinya, sebab dia masih belum bisa memahami Felt. Malahan, kini karena Felt telah berkomitmen untuk berpartisipasi penuh dalam pemilihan raja, mereka tidak boleh lengah waktu menghadapi gadis licik dan penuh semangat itu.

Jika Felt dan Reinhard membentuk ikatan erat, peluang meraih kemenangan atas mereka akan sangat tipis.

Dan tatkala menyangkut fraksi Priscilla, sejujurnya dari semua hal, tindakan merekalah yang paling sulit diprediksi.

Tak salah lagi tuan dan pelayannya sama-sama jauh, jauh dari kata dipercaya dan meyakinkan. AI dan Subaru dari tanah air yang sama, tetapi kesatria Priscilla adalah seorang pria yang punya loyalitas kuat. Dia barangkali tak memberi Subaru perlakuan khusus, ditambah watak irasional dan aneh Priscilla membuatnya mirip bencana alam.

Dengan kata lain, kendati sudah satu tahun dimulainya pemilihan raja, kandidat-kandidat lain tetap tak bisa dimengerti.

Agar lebih mengenal mereka Subaru dan kawan-kawan mesti lebih sering berinteraksi. Itulah alasan lain untuk menerima undangan Anastasia.

“Menurutku, aku lebih takut pada pikiran berhutang budi ke Anastasia. Pertama-tama, kok bisa mereka tahu keinginan Emilia-tan?”

Subaru menggumamkannya dengan bibir memberengut, mengacu ke kristal sihir yang Joshua ungkit sebagai alat tawar-menawarnya.

Kristal sihir dengan kemurnian tinggi yang menjadi dalih undangan Anastasia adalah jenis katalis yang dibutuhkan Emilia untuk sekali lagi membentuk perjanjian dengan Puck.

Tuk membangunkan Puck yang telah tertidur lelap setelah menghabiskan semua mana-nya, Emilia sungguh-sungguh butuh kristal sihir yang diresapi kekuatan besar. Selama satu tahun penuh, dia mencari batu sihir yang cocok ke mana-mana tetapi tidak berhasil.

“Semua orang di kastel pasti pernah melihat Puck, dan mereka tahu aku ini penyihir roh. Kita usahakan merahasiakan katalis ini, tapi sepertinya tidak ada yang disembunyikan.

“Berarti orang-orang tidak menyimpannya sendiri. Lagian, meskipun kita akhirnya mengembalikan Puck, dari sudut pandang orang lain, pada dasarnya kita kembali ke titik awal. Kesepakatan bagus buat mereka untuk mendapat kesempatan membuat kita berhutang budi.”

 Demikian, bila Puck sungguhan kembali, manfaat untuk kondisi mental Emilia takkan terukur.

Selain itu, kemampuan tempur Emilia akan meningkat pula, tetapi kembalinya Puck cuma sekadar hal bagus ekstra. Kemampuan tempur individualnya mungkin akan sangat sedikit efeknya pada hasil paling akhir.

Banternya menambah lebih banyak kredibilitas kepada klaim fraksi akan kemenangan dari Kelinci Besar, yang dianggap lebih mendekati cerita horor fiksi alih-alih hal lain.

—Kelinci Besar, salah satu tiga Monster Iblis agung yang telah dikalahkan di Sanctuary.

Tidak seperti perburuan Paus Putih dan pertempuran melawan Kemalasan, publik tidak mengakui perjuangan mereka melawan Kelinci Besar. Bagaimanapun, tidak ada saksi netral, dan Kelinci Besar sendiri telah diasingkan ke alam kehidupan lain, tanpa meninggalkan jejak.

Subaru dan kawan-kawan telah lama menyimpulkan bahwa tiada yang akan percaya perkataan mereka entah sekeras apa pun meyakinkan publik. Seumpama tak ada yang memastikan penampakan Kelinci Besar selama beberapa tahun sesudahnya, klaim mereka akan diperkuat laporan formal, namun kemungkinannya saat itu pemilihan raja sudah usai.

“Yah, bukannya orang-orang akan percaya kita bertemu dua dari tiga monster iblis agung dalam waktu sesingkat itu, apalagi mengalahkan dua-duanya. Setidaknya-tidaknya, kita bisa berdoa yang ketiga tidak ikutan muncul.”

“—iya, setuju.”

Monster legendaris terakhir katanya adalah Ular Hitam. Memercayai kata-kata publik, Subaru harap seharap-harapnya dia takkan berhadapan langsung dengannya. Akan tetapi, jawaban Emilia anehnya ragu-ragu.

Subaru yang tidak tahu apa-apa, hampir mengira Emilia tahu sesuatu tentang Ular Hitam ini …

“Jadi soal Pristella.”

Namun dia pindah ke topik berikutnya sebelum sempat Subaru lanjutkan.

Gerak-gerik Emilia memperjelas dirinya tidak ingin membicarakannya. Walaupun membuatnya resah sedikit, Subaru sudah cukup mengenal hatinya sehingga tidak mencoba memaksakan permasalahannya di waktu-waktu seperti ini.

“Tidak apa-apakah menerima undangannya terus langsung pergi sebagaimana yang kita diskusikan tadi?”

“Kurasa tidak apa-apa. Tentu saja, artinya Emilia-tan akan pergi, dan jelaslah aku akan mengikutimu sebagai kesatriamu, ditemani Beako rekanku. Setelah itu, Garfiel ikut jadi otot kita, dan Otto menjadi penasihat sekaligus karena kasihan. Serius deh, aku mau bawa Petra dan Frederica untuk jaga-jaga saja, tapi …”

“Kau tahu ‘kan kita tidak bisa melakukan itu. Roswaal sibuk mengumpulkan para bangsawan barat. Sudah diputuskan Petra akan mengikutinya sebagai bagian pendidikannya … biarpun dia benaran tak menyukainya.”

“Karena kebencian Petra ke Roswaal sudah membara. Ram tidak bilang apa-apa karena Roswaal menganggapnya lucu, tapi hatiku selalu berdebar kencang setiap kali melihat mereka berinteraksi.”

Semenjak rangkaian kejadian di Sanctuary, perasaan tak percaya Petra terhadap Roswaal kian dalam. Buruk sekali sampai-sampai tidak aneh semisal dia memeras handuk berkeringat di atas teh yang akan disajikan untuk Roswaal.

Tentu saja, walaupun Subaru melihatnya melakukan itu, dia akan pura-pura tak tahu demi Petra.

“Lalu karena kita mau mentor Petra, Frederica, juga menghadiri pertemuan dan mengawasinya, tersisa Ram di mansion …. Daaaan sekarang aku risau.”

“Tidak usah risau, Subaru. Lagi pula, mansion ini masih punya—”

Saat itu, Emilia terhenti sambil menurunkan mata kecubungnya. Subaru tahu betul apa kata selanjutnya, kata yang dia coba ingin utarakan.

Ram dijamin takkan melalaikan tugasnya. Dia punya banyak alasan untuk tidak melakukannya.

“Yah, kita semestinya tidak terlalu mengkhawatirkan mansion dan lebih ke apa-apa yang berada di depan kita …. Benar ‘kan, Emilia-tan?”

“Mm, itu benar. Juga, aku harus meminta maaf ke Otto karena sudah memajukan percakapan tanpanya.”

“Dia bukan tipe orang yang mengambil hati hal semacam itu, tapi tipe orang yang suka melarut-larut. Nanti kubilang aku sudah memarahimu sampai nangis.”

“Hehe, makasih.”

Emilia tersenyum sedikit sewaktu melihat Subaru melambaikan tinjunya. Kemudian menyentuh liontin kristal sihir biru yang menempel di kulit dadanya yang seperti susu.

Cahaya birunya menegaskan kristal itu ialah tempat dibuainya Puck sang Roh Agung yang tengah berbaring tertidur.

Hubungan Emilia dengan anggota keluarga yang keberadaannya bisa dia pastikan namun tak bisa ajak bicara—Emilia membelai lembut permukaan kristal sihir dengan jari kurusnya, seakan-akan entah bagaimana berharap bisa mengajaknya bicara.

“Aku mau bicara sama Puck, banyak banget hal yang ingin kutanyai. Karena itu .…”

Emilia terdiam. Memejamkan matanya yang punya bulu mata terlampau panjang, dia biarkan sisa pikirannya tak tersampaikan.

Melihat matanya gemetaran sedikit, Subaru diam-diam menggaruk kepala. Hanya samar-samar memahami yang dialami Emilia.

“Cepat baliklah, roh kucing. Keluhanku padamu ada segunung.”

Meski mengeluh, Subaru juga kesatrianya Emilia, dan dia harap keinginan tuannya terkabul.

4

“Kuberitahu, aku selalu mengusahakan yang terbaik untuk semua orang!”

Sambil membanting cangkir anggurnya ke meja, malam itu Otto Suwen mengamuk.

Setelah bicara dengan Emilia dan makan malam, Subaru menjambangi kamar Otto sebelum rutinitas malamnya, lalu mendapati dirinya menghibur penasihat dalam negeri ini yang tengah minum-minum dan punya banyak komplain yang harus dikeluarkan.

“Dia meneruskannya sampai sekarang Bahkan telingaku mulai sakit.”

Duduk di meja kerja Otto sembari memegang pena bulu, ekspresi Garfiel putus asa. Dia menyesap sedikit cangkir susu di tangannya sambil mendengarkan komplain senior.

Garfiel berusia lima belas tahu selama satu tahun terakhir, artinya dia dilegalkan minum alkohol secara hukum kerajaan; akan tetapi dia mengejutkannya lemah dengan alkohol. Sejak Otto menggodanya minum-minum kemudian membuatnya mabuk, hasilnya pedagang itu dipelototi Ram kemudian Garfiel langsung mengerutkan kening begitu melihat bahkan satu botol anggur.

Tentunya Subaru menganggap serius hukum dunia asalnya dan patuh kalau alkohol itu dilarang. Dia mencatat pernah sekali adu minum-minum di mansion didorong sukacita masa mudanya.

Jadi Subaru cuma bisa mendesah dalam-dalam selagi Otto mabuk dan terus mengomel.

“Jangan terlalu sakit hati. Emilia menyesali kejadian kali ini. Maaf sudah langsung membalas tanpa konsultasi denganmu dahulu. Sesungguhnya, kurasa hasilnya akan sama meski Emilia bicara denganmu.”

“Bukan hasilnya yang berarti, tahu. Prosesnya itu yang penting. Memutuskan konklusi percakapan itu omong kosong total. Karenanya aku ngotot tidak boleh menyerahkan inisiatif apa pun yang terjadi … tapi, kita termakan rencananya! Itu perbuatan terburuk kita!!”

Di saat Subaru mencoba menenangkannya, Otto malah semakin kesal, terus-menerus melontar kata-kata. Terlebih lagi, walau mabuk, dia masih menekankan argumen yang masuk akal. Subaru akui dirinya terkesan.

“Wah, kau betulan terbiasa jadi penasihat dalam negeri. Sekarang ini caramu menyangkalnya tiap saat kayak lawakan berulang-ulang.”

“Iya, lu berubahnya sedikit jadinya ga seru. Itu ga bagus, Bang.”

“Yah, kalian berdua berubah sedikit sekali dari pertama kali bertemu seolah baru pertama kali lihat kalian!”

Subaru dan Garfiel tos sedangkan Otto menyemperot kombo tim duet sempurna mereka.

Tiga orang itu yang usianya dekat, hubungan khusus saling menghubungkan mereka dan alamiahnya membuat mereka menghabiskan banyak waktu di mansion. Senda gurau mereka jadi rutinitas akrab sampai-sampai jago melakukannya.

Kini, Otto menghabiskan hari-harinya dengan bekerja sebagai kepala penasihat dalam negerinya Fraksi Emilia. Dilengkapi edukasi formal yang didapatkannya dari keluarga pedagang dan pengalaman duniawinya sebagai pedagang keliling, Otto yang cerdas dan penuh perhitungan. Ajaiblah mereka menemuinya sebelum dia ditipu, dicampakkan di pinggir jalan, lalu dijual menjadi budak.

Kendatipun dia senantiasa bekerja sebagai sekretaris, dia kerap kali bergumam sendiri, “Semestinya tidak seperti ini ….” Dia benar-benar tidak tahu kapan harus menyerah.

“Dan untuk apa tepatnya tatapan kasihan di matamu itu?”

“Yah, kau tahu, bukan berarti kau sekarang bisa mundur setelah tahu begitu banyak informasi sensitif …. Jadi ya, aku seringnya memikirkan betapa buruknya keberuntunganmu.”

 “Bisakah kau berhenti mengasihaniku?!”

“Hei, tenanglah, Bang. Nanti minuman lu tumpah. Dan, Kapten, jangan terlalu ngusik dia, oke? Terakhir kali, kita putuskan godainnya sepuluh kali sehari.”

“Kenapa juga sampai kalian hitung?! Kenapa sepuluh kali sehari?!” Otto wajahnya memerah dan berteriak, begitulah godaan pertama ke Otto.

Tentu saja Subaru dan Garfiel tak mempermainkan Otto tanpa alasan apa pun. Ini ritual yang tujuannya memancing teriakan Otto seperti sekarang dan mengeluarkan seluruh tenaganya karena kebanyakan bekerja hari demi harinya.

“Jika kita tidak melakukan ini, kau bahkan takkan bsia makan-tidur. Serahkan saja pengurangan stresnya ke kami!”

“Kuyakin kemungkinan serangan balik ini agak tinggi!!”

“Hei-hei, jangan marah-marah gitu, Bang. Kalau terus kek gitu, gua ga bakal buat kemajuan apa-apa ama surat ini. Lagian Nenek minta gua nulisin surat.”

Garfiel mengarahkan ujung pena bulunya ke Otto yang ditakut-takuti sampai terdiam. Otto adalah pria yang punya kondisi fisik malang yang tidak kehilangan akal sehatnya biarpun mabuk.

Subaru nyengir sambil mengintip surat yang ditulis Garfiel.

“Waduh, tulisan tanganmu jelek. Masa Ryuzu benaran bisa baca surat ini?”

“Ha! Ga usah buat gua ketawa, Kapten. Lu kira gua ama nenek udah berapa lama tinggal sama-sama? Nenek bahkan bisa baca sesuatu yang gua tulis pake tangan kiri.”

“Artinya Ryuzu sungguh-sungguh mengesankan, tapi tidak ada yang bisa kau banggakan.”

Mengolok-olok penampilan bangga Garfiel, Subaru sedikit menurunkan sudut matanya.

Ryuzu adalah nenek Garfiel sekaligus perwakilan Sanctuary—saat ini, alih-alih tinggal di mansion, dia tinggal di Desa Earlham yang dekat ke mansion lama. Alasannya adalah dia menanggung tugas untuk memberi, kehidupan sehari-hari, kepada 24 orang yang lahir seperti dirinya: para replika Ryuzu Meyer, dengan tubuh mereka yang terbuat dari mana seperti Ryuzu sendiri.

Replika-replika ini telah dibebaskan dari Sanctuary dan dilempar ke dunia layaknya bayi tanpa dosa. Menyatakan bahwa tanggung jawabnyalah untuk mengajarkan mereka tentang kehidupan, Ryuzu telah berpisah dari kedua cucunya.

Biarpun sebaiknya suatu hari kelak dia bisa menuntaskan tugas tersebut sehingga dia, Garfiel, dan Frederica, bisa sekali lagi hidup sebagai satu keluarga, keadaan mengharuskan hal ini dikesampingkan terlebih dahulu sementara waktu.

Dan kepada Ryuzu inilah Garfiel menulis suratnya. Tahu-tahu jadi seorang penulis yang produktif, Garfiel menyimpan perasaan yang tidak bisa disembunyikan untuk neneknya, alhasil frekuensinya menulis surat melebihi kata normal.

“Sudah kusebutkan sebelumnya, tapi Nona Frederica juga mengirim surat, meski aku yakin bahkan dia tidak menulis surat sesering Garfiel.”

“Yah, serius nih, Garfiel menulis setiap hari, jadi suratnya pasti sudah segunung.”

Walau begitu, Ryuzu senang mendapat surat dari kedua cucunya. Rupanya, dia simpan semua surat yang diterimanya seakan-akan harta berharga.”

“Kutebak kalimatmu seolah bilang aku memanfaatkan pemikiran Ryuzu, bukan …?”

Subaru-lah orang pertama yang menyetujui keinginan Ryuzu untuk memandu para replika sebelumnya. Barangkali pemilihan kata yang buruk, tapi Subaru tak ingin mereka sekadar menjadi boneka.

Atau mungkin rasa bersalah yang memuaskan dirinya sendiri sebab pernah sekali menggunakan gadis-gadis ini bagai pion tumbal di perulangan sebelumnya.

“Kapten?”

“… lupakan. Banyak kejadian hari ini yang bisa diceritakan ke Ryuzu, jadi aku yakin kau tak punya kesusahan menulis suratnya. Tidak tahu ingin menulis apa malah lebih buruk. Saat itulah satu-satunya pilihannya adalah kau mencoba membuat-buat hal lucu.”

“Ah, jadinya menyakitkan amat. Andai nantinya kau menulis, Abang membosankan, di suratnya, aku betul-betul harus memukulmu buat menebusnya.” Ucap Otto.

“Yah, santuy. Gua nulisnya, Abang hari ini lucu banget. Ah, selain itu, Kapten, gua pengen nanyain sesuatu ke elu.”

Sehabis menggunakan penanya untuk menunjukkan bagian Otto yang membuat Otto-nya sendiri meringis, Garfiel menanyai Subaru.

“Kali ini gua penasaran target musuh tuh apa. Ampe sekarang, para kandidat lain blom slek sama sekali, terus kenapa mendadak cari ribut terang-terangan begini?”

“Ribut …. Caramu memandang dunia sederhana, ya.”

“Memangnya harus ada logika rumit buat ribut. Semuanya tergantung yang dimau pihak satunya. Kesampingin dulu pria pucet itu dulu deh …. Di luar penampilannya, manusia kucing cebol yang dateng sama dia keliatannya lumayan kuat.”

Garfiel bisa jadi memanggilnya bocah nakal, namun dari segi usia, Mimi kira-kira setua dirinya. Penyebab Subaru tak menyela dengan ucapan sarkastik adalah dirinya melihat tatapan serius di mata Garfeil.

“Waktu pertama kali ketemu dia, dia ngeliat gua lama banget. Terus liat pas kita ngomong. Itu, jelas-jelas lagi nyari peluang emas buat nyari ribut sama gua.”

“… yakin? Kuakui Mimi cukup kuat, dan faktanya dia bicara layaknya maniak pertarungan, tapi, uh …”

Subaru tak menganggap Mimi sebagai semacam orang yang sifatnya diam-diam berskema atau mengandalkan akal bulus. Rekannya, Joshua, juga tak cocok untuk hal yang buruk-buruk, dalam hal baiknya.

“Omong-omong, misal kita terima undangannya, bagusnya waspada. Kapten, artinya elu ama Nona Emilia ga boleh berkeliaran sendirian. Abang bodo amatlah, tapi umpamanya kapten atau nona dibunuh, tamatlah kita.”

“Ingatlah, tanpa aku, semuanya tidak akan ada kemajuan, paham!? Astaga, kuharap kau mengerti itu dan lebih menghargaiku!”

Otto merajuk, namun tentu saja Garfiel sepenuhnya tidak merendahkan Otto. Walaupun Garfiel tidak sampai mengungkapkannya besar-besaran, dia sebenarnya sangat menghormati Otto. Memperhitungkan kepribadian Garfiel, tidak mungkin dia akan membicarakan seseorang seakrab itu jika tidak menghormatinya.

Subaru tersentuh bukan main ketika mengingat kembali kali pertama mereka bertemu dan sejauh mana mereka sekarang.

“Apa—? Tuh tatapan aneh apaan, Kapten?”

“Cuma berpikir seberapa leganya aku punya kau di tim kami. Kau jadi sangat bisa diandalkan, Garfiel.”

“Heh, serahin aja ke gua. Gua ga jago-jago amat soal mikir keras, tapi gua bisa ngulur waktu biar lu bisa mikir. Gua ngandelin lu buat hal lainnya, Kapten.”

Menukasnya, Garfiel mengambil cangkir susunya dan diminum sampai kering, tertawa-tawa dengan warna putih di sekeliling bibirnya.

Ini pun berlaku ke Emilia, tetapi tatapan percaya Garfiel yang diarahkan ke Subaru adalah pengekang kuatnya. Membuat Subaru berpikir dirinya mesti berusaha keras demi tidak mengkhianati kepercayaan itu.

“Jadi Garfiel telah mengamankan kita dalam hal kekuatan bertarung … tapi kau sungguhan ikut, Otto?”

“Yah, tentu saja ikut! Sekiranya aku tidak di sana, aku takkan bisa tenang karena kepikiran percakapan tolol apa nantinya antara Nona Emilia dan Tuan Natsuki!”

Kemampuan negosiasi pasangan itu yang tidak dapat diandalkan hingga detik ini masihlah sangat melegakan. Emilia sekooperatif dan setulus penampilannya, dan selain kepribadian serta keras kepalanya Subaru, dia kurang pemahaman akan cara kerjanya dunia. Menurut Otto, mereka tentunya kelihatan mirip bebek liar yang berpasangan dengan bawang hijau—gampang dimanfaatkan entah sendirian atau berdua-dua.

“Juga, Pristella adalah tempat yang punya hubungan besar dengan Hoshin dari Tanah Tandus. Dikarenakan dia adalah orang yang legendaris bagi semua pedagang, aku selalu ingin mengunjungi kota itu suatu hari nanti.”

“Tapi kau sudah dari dulu gagal jadi pedagang, terus kenapa baru sekarang peduli?”

“Aku tidak gagal! Dengar ya, kalau kau pikir aku akan tetap jadi penasihat dalam negerimu selamanya, kau salah besar! Impianku adalah jadi pedagang besar yang punya toko pribadi! Kehadiranku di sini cuma pemberhentian sementara!”

“Ga jamin ada tempat yang bakal ngabisin sisa hidup lu setelah pemberhentian itu.”

Sesaat Garfiel dengan geli turut mengejeknya, Otto meringis tetapi tidak membalas.

Tentu saja bagi Subaru, ikutnya Otto adalah harapan yang terwujud. Apa pun yang lantang-lantang mereka umumkan, baik negosiasi maupun fraksi sendiri akan mandek tanpanya. Semua orang dalam kelompok mengerti itu.

Karena Otto sendiri sadar akan kelayakan dirinyalah dia terus memikul beban berat di punggungnya.

“Yah, rasanya kau saja yang masokis, tapi aku buang dulu sentimen itu.”

“Perasaanku bilang bentuk iyaanmu tuh bahkan lebih kasar, tapi mungkin itu cuma anganku?”

“Yap, cuma anganmu. Intinya, saingan kita adalah pedagang besar dan tajam. Aku mengandalkanmu, Otto. Garfiel buat bela diri, Otto budaya, dan aku yang meramaikan suasana.”

“Tolong bekerja lebih keras, ok?!”

Keputusan Subaru dibuat sesuai istilah orang yang tepat untuk pekerjaan yang tepat. Walaupun Subaru bekerja terlampau gigih mulai dari sini, dia takkan sekuat Garfiel, dan meskipun dia bergadang semalaman, dia takkan jadi pejabat seberguna Otto.

Tetapi posisi yang diduduki Natsuki Subaru tidak serendah itu hingga boleh dia abaikan tanpa menghasilkan apa-apa.

“Akan aku usahakan yang terbaik. Itulah cara Beako dan aku yang suka menanti dengan penuh semangat, menangani situasinya setelah dibicarakan.”

“Yah, ada Nona Emilia ama Beatrice, lu harusnya ga kenapa-kenapa, Kapten. Dan gua rasa artinya gua harus ngelindungi Abang. Hati-hati aja, oke?”

“Entah bagaimana rasa-rasanya seakan aku ini bagian yang paling membawa perhatian … benaran tidak cocok denganku.”

Subaru berubah serius, Garfiel bertingkah ibarat tengah bertugas mengasuh anak, dan Otto komplain sembari sedikit demi sedikit meneguk anggurnya.

Melakukannya, percakapan berat mereka beralih ke hal sepele, menambah sedikit bumbu seiring kian larutnya malam.

“Yah, kurasa waktunya aku sudahi malam ini. Kau bagaimana, Garfiel?”

“Gua bakal nemenin Abang dikit lagi. Udah kelar nulis suratnya, tapi gua akhirnya ngeliat peluang menang main shatranj. Karena dia mabok, harusnya ga lama.”

  Menjawab selagi Subaru bangkit, Garfiel menunjuk papan permainan di atas meja. Shatranj adalah permainan papan menyerupai catur atau shogi. Otto cukup ahli memainkannya, dan keinginan Garfiel untuk menantang Otto dalam keadaan lemahnya mengesankan Garfiel telah kalah besar beruntun.

Kebetulan, Subaru cukup piawai main Othello, tetapi levelnya paling cupu soal shatranj.

“Yah, moga beruntung. Jangan begadang larut-larut. Nanti takkan tumbuh lebih tinggi.”

“Woi, emangnya benaran? Gua selalu percaya itu jadinya tidur lebih awal tapi kayaknya ga berhasil buat orang seumuran gua.”

“Soal dirimu aku tidak yakin. Kurasa Frederica menyerap sebagian tinggimu.”

“Sialanlah, Kak!”

Memamerkan taring, Garfiel menyiapkan shatranj agar bisa mengarahkan kekuatan amarahnya ke permainannya. Subaru tersenyum kecil sekejap, melihat dari belakang selagi Garfiel mengatur pion ke barisan rapi.

“Dan jangan kebanyakan minum, Otto. Kalau kau mabuk dan jadi tak berguna, Petra nanti akan sangat menakutkan.”

“Roman-romannya gadis itu akhir-akhir ini jadi ketat banget sama diriku. Tolonglah bilang sesuatu ke dia, Tuan Natsuki?”

“Kalau serangannya terlalu lunak?”

“Tidak bisakah kau pinta dia lebih lembut saja?!”

“Mana bisa. Selamat malam.”

Melambaikan tangan, Subaru meninggalkan ruangan selagi dua orang itu merapat dengan papan permainan di tengah-tengahnya.

Warna yang ditunjukkan jam kristal sihir di dinding koridor mengumumkan hari segera masuk tengah malam. Subaru berlama-lama sedikit lagi, kembali lebih terlambat dari biasanya.

“Obrolan antar pria. Sesuatu semacam itu mesti dibiarkan.”

Melepaskan kata-kata dalih tersebut, Subaru tidak pergi ke kamarnya melainkan ke mansion barat, tempat kamar wanita.

Kemudian—

“—permisi.”

Subaru senantiasa mengetuk sebelum masuk kamarnya.

Dia tahu takkan ada jawaban. Biar begitu, apakah itu jadi alasan untuk meninggalkan harapan?

Atau bisa jadi tak lupa melakukannya semata-mata demi memastikan bahwa jawaban takkan datang—

—biar dia takkan, tak akan pernah lupa akan panasnya nyala api tak terpadamkan yang konstan membara dalam dadanya.

Kamar tanpa jawaban ini adalah kamar kosong hiasan yang sederhana.

Ditata dengan cara yang sama sebagaimana banyaknya kamar-kamar lain di mansion, hanya dengan perabotan paling dasar. Tempat tidur di tengah kamar, tirai di atas jendela, lalu meja sederhana dengan vas bunga di atasnya adalah satu-satunya perabotan asli.

Bunga dalam vasnya diganti secara reguler, dan disiram setiap hari. Sekalipun Subaru tahu keindahan dan bau bunga tak menghadirkan kedamaian, inilah rutinitas sehari-hari Subaru.

Tindakan sentimental Subaru diamati diam-diam oleh orang lain dalam mansion.

—kurasa seandainya dia sanggup meninggalkan segala sesuatunya dan melanjutkan hidup, aku takkan sepaham dengan Subaru entah berapa kali kami berdebat. Karenanya aku benaran suka Subaru apa adanya.

Serakah padahal masih kekurangan adalah kebiasaan buruk. Subaru boleh berbuat apa pun asalkan jangan gegabah dan nekat, bisa tidak, ya …? Makanya, karena dia sendirian, kita akan memanjakan ketamakannya.

Itulah yang dipikirkan kedua gadis paling dekat dengan Subaru tentang perilakunya.

“Mereka keterlaluan lembut. Juga, perkataan sugestif Emilia-tan terlalu membuatku emosional.”

Subaru harap Emilia takkan sebegitumudahnya bilang suka dan keren.

Kata-kata itu jelas menyampaikan perasaannya, tetapi tidak ada perkembangan romansa antara Subaru dan Emilia. Sederhananya, Emilia tidak siap ditembak, dan hati Subaru sepertinya tidak siap sama sekali. Dua tahun, mungkin tiga—Tidak, kemungkinan paling buruknya, bahkan bisa sampai melebihi itu.

“Rasanya agak tidak sopan datang ke sini terus selalu membicarakan Emilia dan yang lain. Petra atau orang lain akan serius marah-marah padaku jika mereka mendengarnya.”

Mungkin waktu kau tahu, betul-betul tidak ada satu orang pun di fraksi Emilia yang lebih suka bergaul melebihi Petra. Ciri khas Subaru dan teman-temannya adalah mereka semua cemen soal hubungan antarpribadi. Fakta seorang gadis yang umurnya belum menyentuh tiga belas tapi lebih baik dari mereka adalah cerita yang cukup menyedihkan.

“Aku benar-benar ingin tahu. Andaikan kau … bangun, Rem, rasanya kau takkan terlalu mengubah situasinya. Antara aku tidak berguna perihal seluruh hubungan ini atau karena kau selalu mengutamakanku.”

Seraya bicara, Subaru menarik kursi dan duduk di samping tempat tidur.

Wajah tidur gadis itu cukup terekspos sehingga cahaya bulan yang masuk lewat celah tirai menjadikannya menonjol di malam hari.

Subaru dapat melihat pipi putih, bibir merah muda, serta rambut birunya. Sosok indahnya yang mengenakan daster tipis. Dada Putri Tidur Subaru naik-turun berirama.

—demikianlah bagaimana gadis berharga ini—Rem—meneruskan tidurnya selama lebih dari satu tahun.

“Hari ini banyak yang dibicarakan. Tamu tidak diundang menjatuhkan masalah besar ke kami. Pertama-tama pagi ini, seperti biasa aku—”

Terlihat ekspresi lembut di wajahnya selagi menceritakan kisahnya kepada Rem yang masih tidur.

Dia putar cerita dengan cara cerdas, dan nada suaranya sangatlah lembut. Bicaranya hati-hati nian, seperti halnya bicara kepada bayi yang tengah tidur siang, Subaru sambil geli menceritakan kejadian hari itu.

Si gadis tak menjawab. Kendati begitu, kencan tengah malam ini berlanjut.

Di malam banyaknya hal yang dikisahkan, Subaru sering kali bersikukuh membisikkan cerita layaknya mimpi kepada sang Putri Tidur hingga bulan sebagian besar berjalan sendirinya.

Catatan Kaki:

  1. Super Smash Bros, yang dikenal di Jepang dengan sebutan Dairantō Smash Brothers (bahasa Jepang: 大乱闘スマッシュブラザーズ Hepburn: Dairantō Sumasshu Burazāzu, artinya Great Melee Smash Brothers), adalah sebuah serial permainan bertarung crossover yang dipublikasikan oleh Nintendo, yang utamanya menampilkan karakter-karakter dari waralaba yang didirikan pada sistemnya. Seluruh enam permainan disutradarai oleh Masahiro Sakurai. Singkatnya, Subaru bakal kalah kalau main gim level, karena ibaratnya Subaru itu level 1 sedangkan Julius level 99. Tapi kalau gim Super Smash Bros yang seperti Tekken, Subaru baru bisa menang sebab sistemnya adil, jumlah nyawa dan kekuatannya diimbangkan, meski per karakter kekuatannya variatif.
  2. Taiga drama (大河ドラマ taiga dorama, drama sungai besar) adalah judul generik yang diberikan stasiun televisi NHK untuk serial drama televisi Jepang jenis jidaigeki. Satu judul cerita terdiri dari 49-50 episode untuk musim tayang selama satu tahun penuh, dari bulan Januari hingga Desember. Tema cerita berbeda-beda setiap tahunnya, namun selalu berupa roman sejarah (epos) seputar peristiwa yang melibatkan tokoh-tokoh sejarah Jepang.

Share this post on:
Subscribe
Notify of
guest
2 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Daphne

Ini apa min kalo wn arc brp min? 5/6? S