Share this post on:

Penjara Gadis Kecil

Penerjemah: Alphen

Sumber Gambar

“Apakah percakapanmu dengan tuan berjalan dengan baik?”

“Biasa saja. Bisa kau tebak prosesnya kalau berurusan dengannya. Aku meninggalkan Beako biar jadi orang yang bisa diajak bicara bebas dengannya, jadi aku bayangkan Roswaal akan sedikit merenungkan perbuatannya.”

“Begitu. Lagi pula tuan takkan bisa melawan Beatrice-sama.”

Frederica menutup mulutnya dengan tangan lalu tersenyum elegan.

Setelah selesai berdiskusi dengan Roswaal di ruang tamu, Frederica beralih membimbing Subaru dan lainnya saat mereka menuju sayap timur manor. Dengan demikian, Subaru telah bereuni dengan ketiga pelayan manor.

Pelayan bertampang garang dengan rambut pirang panjang yang indah dan pakaian pelayan yang rapi memberikan Anastasia serta Julius sambutan sempurna kemudian menghadap Emilia.

“Apakah Garf membantu semua orang selama perjalanan Anda? Saya sudah memberikannya instruksi mendetail sebelum kepergian, tapi saya tetap saja khawatir kalau-kalau dia telah menyebabkan masalah.”

“Jangan khawatir. Garfiel bekerja sangaaat keras selama perjalanan. Dia tidak bertingkah dan lagi memulihkan diri bersama Otto sekarang …. Kurasa? Paling tidak kuharap begitu. Aku memang memintanya untuk beristrirahat.”

“Mohon maaf atas adik laki-laki bodoh saya yang telah menyusahkan Anda.”

Emilia tidak bisa meyakinkan Frederica yang meminta maaf atas nama keluarganya.

Pada akhirnya, walaupun Petra, Ram, Roswaal, dan Frederica mencemaskan Garfiel, tidak salah lagi ada semacam perubahan pikiran ketika Garfiel berada di Pristella.

Garfiel telah terluka dan menggunakannya sebagai batu loncatan untuk pertumbuhan lebih lanjut. Malahan, menurut Subaru akan menjadi semacam perkembangan diri remaja umur lima belas tahun.

“Sepertinya Garfiel memang mengalami banyak hal ….”

“? Apakah ada sesuatu yang ingin kau katakan, Subaru-sama?”

“Tidak, tidak ada. Sejujurnya, bukan sesuatu yang mesti aku bicarakan.”

Menyadari tatapan penuh arti Subaru, Frederica bertanya, tetapi jawabannya hanyalah bahu terangkat. Mengenyahkan pertanyaan Frederica, Subaru bisa tahu isi benak Garfiel.

Ada keluarga tertentu yang menarik perhatian Garfiel di Pristella—terutama kakak dan adik dengan rambut pirang dan mata hijau yang menyerupai Frederica juga Garfiel.

Koneksi antara mereka dan Garfiel tentunya juga berlaku ke Frederica. Tetapi itu haknya Garfiel untuk mengabarkannya ke Frederica dan Ryuzu, anggota keluarganya.

“Aku takkan bilang apa-apa. Natsuki Subaru hanya akan menjauh dengan keren.”

“Oh iya, soal Garfiel, ada anak-anak yang sangaaat akur dengannya di Pristella. Anak-anak itu dan—”

“Emilia-tan, jangan membuat monologku sia-sia!”

Subaru dengan panik menghentikan Emilia sebelum kepolosannya merusak usaha Subaru untuk bertingkah seolah tak terjadi apa-apa. Frederica tampak curiga, tapi Julius membutuhkan perhatiannya.

“Frederica-sama, saya menyesal telah menyela pembicaraan harmonis Anda, tapi apakah tempat di depan itu tujuan kita?”

“Ya, Julius-dono. Penjara manor, sebagaimana yang Subaru-sama sebut.”

“Jadi orang yang dimaksud berada di sini? Semoga pembahasannya dilanjutkan dengan baik.”

“Kataku setidak-tidaknya akan ada dua pilihan berlawanan. Jujur, jika kita berhasil dapat sedikit saja hal yang bisa membantu, sudah kuanggap sukses.”

Julius nampak memikirkan sesuatu sedangkan Subaru menggaruk pipi dan memberikan penilaian terbaiknya pada situasi ke depan.

Meskipun dia sendiri yang menyarankan, Subaru tak terlalu berharap banyak sebab tak ada yang tahu apakah orang yang ‘kan mereka temui akan bersedia membantu atau tidak.

“Tapi dia dekat banget denganmu, jadi semestinya dia bersedia memberi tahu kita banyak hal, ‘kan?” tanya Emilia.

“Entah seberapa besar-kecilnya percakapan bisa dipengaruhi perasaan kasih sayang …. Ah, kita sampai.” Sewaktu Subaru mengekang pikiran optimis Emilia, mereka sudah sampai tujuan. Berdiri di depan tangga menuju ruang bawah tanah, Anastasia mengerutkan alis.

“Bukan tempat paling ramah yang pernah kulihat.” Sekilas, kelihatan seperti rata-rata tangga tua manapun yang mengarah ke ruang bawah tanah, namun Anastasia merasa terkesan seperti biasa lalu menyadari perubahan kecil suasana.

Indra penciuman rubah sama saja dengan anjing, jadi barangkali ada bau yang memperingatkannya. Pokoknya, aura yang terpancar sebenarnya tidak ada hubungannya sama bau. “Miasmakah? Tidak, rupanya berbeda, tapi tidak bisa dibilang ini perasaan yang bagus juga.”

“Itu aura yang dikeluarkan orang yang ditahan dalam ruangan ini. Akan saya antar masuk, jadi harap perhatikan langkah Anda.”

Frederica yang berjalan memimpin saat menuruni tangga gelap yang diintip Anastasia, kemudian Subaru dan yang lainnya ikut ke bawah tanah.

Sesampainya di lantai terbawah, langkah kaki mereka terdengar lebih keras di lantai batu.

Udara sejuk bawah tanah mendinginkan paru-paru mereka seketika Frederica membuka kunci pintu.

Ada rasa tegang jelas begitu pintu besi tersebut berderit terbuka—

Guk, guk! Kau akan kumakaaan!”

“Kyaaah! Selamatkan aku! Tidaaak!”

“Gahahaha, memohonlah sesukamu, tapi tidak akan ada yang datang menyelamatkanmu!”

Cahaya terang bersinar dari dalam ruangan, setelahnya mereka mendengar suara cempreng.

Ada satu sosok kecil di sana, seorang gadis yang membelakangi pintu. Ada beberapa boneka hewan disusun di sekelilingnya dan kedua tangannya sendiri tengah bermain boneka.

Dia membuat suara berlainan, memainkan seluruh bagian yang berbeda pada cerita kecilnya.

“Tidak, aku yakin dia akan datang. Sang pangeran telah berjanji untuk …. Hmm?”

Gadis itu tersentak dari tempat duduknya, mencengkeram bonekanya waktu merasa ada yang janggal.

Kemudian dia pelan-pelan, dengan gugup berbalik lalu melihat Subaru bersama semua orang berdiri di pintu masuk ruangan. Mata besar dan bundarnya membeliak, lanjut mulutnya menganga. Rambut biru tuanya menjuntai ke bawah, serta wajah lugu yang lucunya berangsur-angsur merah merona.

“H-hei. Lama tidak bertemu. Apa kabarmu?”

Subaru bertingkah ibarat tak terjadi apa-apa dan mengangkat tangan untuk menyapanya. Subaru melirik semua orang, mencoba mendesak untuk tidak bilang apa pun.

Tapi—

“Oh, kau imut banget, Meili. Aku dulu juga melakukan hal semacam itu sama manusia salju ….”

“D-dasar orang jahat! Argh! Bodo amatlah!”

Jelas sekali, karena Emilia tak mengerti kode Subaru dan langsung mengeluarkan isi pikirannya, gadis kecil itu meledak.


“Ayolah, Meili. Kami sudah meminta maaf.”

“Aku tidak dengar.”

“Aku sudah bilang tidak berniat jahat, ‘kan? Ayolah, Meili.”

“Bodo amat.”

Meili lagi duduk di tengah ruangan memeluk salah satu bonekanya dan merajuk, membuat Subaru dan yang lain berdiri canggung karena membuatnya kesal.

Subaru ingin bicara dengannya, tetapi bakalan sulit selama dia menolak usaha apa pun untuk menenangkannya.

Julius bertanya, “Frederica-sama, apakah Anda bicara padanya terlebih dahulu mengenai kedatangan kami?”

“Tidak, Subaru-sama bilang ceritanya akan panjang jadi dia akan bicara kepadanya langsung ….”

“Subaru ….”

“Aku tak bermaksud seperti ini! Kukira dengan begitu akan jauh lebih baik! Agh, sial. Kalau begini, ya sudahlah ….” Subaru tak menyangkal bahwa rencana awalnya jadi senjata makan tuan, tapi dia tidak ingin disalahkan. Dia buru-buru memainkan kartu pramungkasnya. Dia mengerjakannya di perjalanan pulang dari Pristella—

“Lihatlah, Meili. Aku bawakan hadiah dari perjalanan kami, jadi apakah ini bisa menghiburmu? Ini desain baru, boneka hewan panda yang murung.”

“—! Uwaaah, lucu banget!”

Melihat boneka hitam-putih yang dipegang Subaru, mata Meili mendadak menyala.

Tahun kemarin, Subaru membantu berbagai tugas, dan keterampilan menjahitnya meningkat drastis. Dia akhirnya bisa membuat boneka hewan serta pakaian wanita. Pakaian Meili serta semua boneka hewan dan nonhewan yang gadis itu mainkan selama dikurung seluruhnya adalah buatan tangan Subaru.

“Fyuh, membuatku mengeluarkan senjata rahasiaku secepat ini. Memang dasar tuan putri merepotkan …. Ada apa?”

“… tidak, aku cuma mengagumi kedalaman persiapanmu.”

“Kurasa aku mungkin paling merasa tidak enak dengan ini. Beatrice, terus Petra, sekarang ini? Kau tidak lagi punya dalih setelah semua ini, bukan, Natsuki?”

“Kau salah! Aku bukannya sengaja mengumpulkan gadis-gadis kecil!”

Tiba-tiba, gelar penyihir loli mulai terasa sedikit terlalu tepat, tapi Subaru ingin menegaskan kalau itu gara-gara semacam kekuatan luar yang aneh yang tidak ada hubungannya dengan dirinya.

Intinya, sesudah mendapatkan boneka hewan baru—boneka panda yang murung karena panas—suasana hati Meili cepat membaik. Dia sedang gosok-gosok ke pipinya.

“Ummm, um, iya! Sudah kuputuskan! Akan kupanggil boneka satu ini kucing beruang besar!”

“Jadi terjemahan langsung panda. Sesuai sama sifatnya, sih.”

“… oh, kapan kau masuk, onii-san?”

Mengabaikan komentar Subaru tentang insting penamaannya, Meili memiringkan kepala bingung. Ternyata, dia rela membiarkan masa lalu berlalu dan pura-pura tak terjadi apa-apa.

Subaru dengan sangat senang hati mengikutinya.

“? Apa maksudmu, Meili? Kenapa kau tahu-tahu—?”

“Iya, sudah satu bulan, benar?! Kau tidak kesepian selagi kami pergi, benar?”

“Tidak juga? Petra-lah yang kesepian tanpamu. Kau jahat banget, onii-san …. Oh, wajah-wajah baru?”

Ketika Subaru menginterupsi Emilia yang tak dapat membaca suasana seumur hidupnya, mereka nyaris membuat Meili sebal lagi. Kini jadi lebih kalem, gadis muda itu sibuk mengatur boneka-bonekanya di rak saat menyadari Anastasia dan Julius.

Raut wajah Anastasia melunak begitu melihat perubahan sangat cepat gadis itu.

“Itu pas buat gadis seusianya. Dibandingkan Mimi, caranya memainkan orang-orang benar-benar imut.”

“… pernyataan itu kurang sesuai. Kita sepatutnya berterima kasih kepada Mimi.”

Majikan dan pelayannya saling menyatakan pemahaman aneh.

Di sisi lain, mata kuning Julius mengamati ruangan. “Tapi, ya, aku membayangkan sebuah lingkungan yang lebih keras bernama penjara …. Ini teramat berbeda dari yang kubayangkan.”

“Dia gadis kecil, dan kami tidak ingin membuatnya menderita … tapi kami tidak bisa melepaskannya begitu saja, jadi ini rumit.”

Mata Emilia terjatuh ke lantai seraya menggumamkannya dengan menyesal.

Seperti yang ditunjukkan Julius, penjara—sebuah ruang tempat Meili ditahan—memberikannya lebih banyak kebebasan daripada penjara dengan keamanan terendah.

Awalnya adalah ruang batu sederhana, tapi dindingnya telah dicat warna-warni cerah, dan ada lapisan karpet lantai yang sederhana namun nyaman. Tidak banyak yang membatasi pergerakannya dalam ruangan, dan semua boneka yang dibuat Subaru untuknya dijejerkan dengan rapi di rak. Bahkan ada buku juga mainan untuk menghiburnya.

Dengan kata lain, semacam tempat yang damai dan nyaman untuk ditinggali orang penyendiri. Sebagian diri Subaru ingin sekali bersembunyi di sana sendirian.

“—tetapi aura unik ini terpancar dari dirinya.”

Julius mengamati ruangan itu lagi, kemudian menatap Meili seorang. Dia tersenyum pada pengamatan kesatria itu. Suasana menyeramkan yang keluar dari setiap pori-pori tubuhnya adalah alasan dirinya ditahan di sana.

“Seperti yang kubahas di kereta, gadis ini …. Meili awalnya adalah setipe pembunuh bayaran yang mencoba membunuh Emilia-tan juga semua orang di sini. Sejauh ini masuk akal?”

“Tidak bisa kuiyakan, tapi mari dengar sisanya.”

“Rasanya kau memikirkan hal lain, tapi bodo amat, deh. Omong-omong, dia dulunya seorang pembunuh bayaran. Perihal metode yang dirinya gunakan, sederhananya, dia bisa mengontrol monster iblis.”

“Yap, aku rukun banget sama hewan jahat. Hehe.”

Meili membusungkan dadanya dengan bangga, tetapi itu adalah pengakuan yang akan mengejutkan siapa pun yang belum pernah mendengar itu.

Monster iblis bukanlah jenis makhluk yang dapat dijinakkan orang. Bisa dibilang, kebanyakan orang menganggap mereka agresif secara inheren. Ada beberapa pengecualian khusus di mana monster iblis akan mematuhi orang yang mematahkan tanduknya, tapi Meili berbeda.

“Kata Mama, perlindungan ilahi demon manipulation memenuhi peran yang sama seperti tanduk mereka. Jadi karena itu, aku akur banget sama mereka.”

Arti klaim Meili tidak terlalu jelas. Tidak ada pembuktiannya di dunia ini meski sudah memeriksa seluruh penelitian tentang monster iblis dan perilaku alami mereka.

Tentu saja, ada orang-orang yang mencari nafkah dengan memburu mereka, tapi para pemburu dan peneliti alamiahnya punya sudut pandang berbeda.

“Satu tahun lalu, Meili dan satu orang lain bersama-sama menyerang kami. Kami berhasil menghentikan mereka, lalu kami menahannya di sini semenjak itu.”

“Kenapa kau menahannya? Jika dia musuh, kalau begitu akhirilah dengan benar ….”

“Kalau saja sesederhana itu. Tapi juga, dari perkataannya, kami pun enggan untuk sekadar melepaskannya.”

“Mama nanti marah sama aku. Elsa mati, dan aku gagal juga, ‘kan? Seandainya dia menemukanku, aku yakin dia bakalan membunuhku. Itulah sebabnya tinggal di sini paling aman.”

Meili santainya membicarakan situasinya, tapi dia jelas memahami kenyataan hidupnya. Dia telah kehilangan rekannya dan gagal menyelesaikan pekerjaannya. Orang yang mengatur mereka, kemungkinan besar pengatur para pembunuh, takkan pernah memaafkan kegagalan semacam itu.

Andaikata dia dibebaskan, Meili nanti akan dieksekusi. Dia telah memilih jalannya, tetapi hasilnya tidak sreg dengan Subaru dan Emilia.

“Bukan berarti pertimbangan seperti itu adalah hal baru untukmu atau Emilia-sama. Kami orang luar, jadi tak akan aku komentari caramu menangani persoalan itu …. Tapi harus kutanyai, siapakah ibu yang dia bicarakan?”

“Sayangnya, selain itu, dia dipanggil ibu atau mama; segala hal tentangnya adalah rahasia menurut Meili. Dari ucapannya, mereka bahkan tidak pernah melihat wajah aslinya … semuanya kelihatan terlalu terliti.”

“Bajingan Roswaal itu bilang ketika Elsa mati, dia tidak bisa menghubungi kontaknya lagi ….”

Frederica menjawab pertanyaan Julius sedangkan Subaru bergumam sendiri.

Roswaal adalah orang yang mempekerjakan Elsa untuk menarget Emilia sekaligus semua orang lain di manor. Itulah kebenaran di balik skandal terbesar fraksi Emilia.

Tetapi kata Roswaal, dia tidak bisa lagi mengontak perantara Elsa dan Meili, jadi ujung-ujungnya, identitas sejati sosok berbahaya itu masih belum diketahui hingga hari ini.

“Ngomong-ngomong, begitulah posisi Meili. Kami tidak kelewat memanjakannya … kurasa.”

“Subaru bangeeet karena tidak percaya diri sama bagian itu.”

“Maksudku, inilah hasilnya jika kau mengutamakan hati nurani, ‘kan?!”

Memenjarakan seorang gadis muda seperti Meili di penjara bawah tanah yang dingin nan gelap sama saja menyayat hati. Bila tahanan rumah sudah cukup menjadi hukuman, maka tak perlu lebih dari itu.

Karena itulah Meili sekadar dikurung di ruang bawah tanah ini.

“… itu perlakuan yang terlampau lembek buat orang yang mencoba membunuhmu. Kau yakin tidak sedang dimanfaatkan?”

“Gimana, ya, ada sesuatu yang bernama kejahatan tak bersalah. Dan kejahatan tetap saja kejahatan, tapi ….”

Subaru menggaruk pipinya sembari berpikir.

Melirik Meili, gadis itu melihatnya dengan mata yang sulit dibaca.

Tetapi Subaru merasa tatapan Meili hanyalah tatapan gelisah gadis kecil.

“Seumpama kau memberikan perintah jahat ke seseorang yang tidak bisa membedakan hal baik dan hal buruk, maka kaulah orang jahatnya. Apalagi jika kau memanfaatkan anak kecil. Apa gunanya merasa sangat dilema terus dilampiaskan ke seorang anak?”

“Itu penutupan kesalahan yang bagus. Pikirmu itu akan memuaskan orang-orang yang telah dibunuh olehnya?”

“Sama sekali tidak. Dan sekiranya ada orang terdekat dari korbannya yang mau balas dendam ke Meili, takkan kusalahkan. Aku pun tidak akan sememaafkan ini bila dia telah betul-betul menyakiti orang lain.”

Jatuh-jatuhnya, opini dan pikiran Subaru berubah drastis tergantung orang yang kebetulan dia temui.

Jika itu artinya orang-orang menganggap dirinya kontradiktif atau tak sedang membela apa pun, kalau begitu tidak bisa diapa-apakan lagi.

“Saat aku masih kecil, aku punya orang tua dan orang-orang dewasa lain yang bertanggung jawab menggantikanku ketika aku tidak sanggup. Jadi kurasa tak apalah berbuat hal yang sama untuk seorang anak yang kukenal dan akrab denganku.”

“… makasih atas pendapat berharganya.”

Anastasia mengakhiri diskusi, tetapi dia lebih ke setuju tidak setuju alih-alih diyakinkan dan menerima.

 Tentu saja, Subaru tidak berharap Anastasia akan menerima sudut pandangnya. Bila dia ingin penyelesaian adil dan bersih, maka Meili akan dihakimi sebagai kriminal kelas kakap kemudian dihukum sepantasnya. Tetapi setahu Subaru, itu nampaknya solusi yang buruk.

“Aku ….”

“Hmm?”

“Kurasa yang kau katakan tidak seaneh itu.”

Sekalipun Subaru meneguhkan hati tatkala keyakinannya ditolak, masih melegakan mendengar Emilia mengutarakannya.

Merefleksikan betapa egois keyakinannya, Subaru berbalik ke Meili dan menatap matanya. Alasan mereka datang ke sana bukan untuk tur pemandangan penjara bawah tanah mansion Roswaal.

“Aku ingin meminta bantuanmu soal suatu hal. Apa kau bisa menjawab beberapa pertanyaan?”

“… tentu. Karena Nona Kucing Beruang Raksasa, aku ikuti saja.”

Dia memeluk panda murung seraya mengangguk. Dia menyembunyikan wajahnya di balik boneka hewan, tidak membiarkan orang-orang melihat reaksinya dari perbincangan barusan, tetapi kali ini tidak ada yang mengomentarinya.


 “Apa kau benaran pergi ke bukit pasir? Mungkin orang lain selain aku bakalan mati di sana ….”

Sesudah mendengar cerita mereka, Meili sedang memain-mainkan rambutnya sambil menanggapi.

Ironis nian bagi pembunuh bayaran dalam rupa gadis kecil yang sepenuhnya tidak tahu moral sedang menatap mereka seakan-akan tidak percaya yang baru dia dengar.

“Aku pernah ke sana untuk mencari lebih banyak monster iblis, tapi betulan, betulan penuh dengan mereka, tahu?”

“Aku mau banget mendapat saran dari seseorang yang berpengalaman, tapi sudah lebih dari cukup orang bilang kami akan mati misal pergi ke sana. Kebetulan, kami punya pemandu yang dapat membawa kami melewati padang pasir.”

“Iya juga, itu pekerjaanku.”

Anastasia melambaikan tangannya.

Akan tetapi, hanya karena mereka tahu jalan menuju menara tempat tinggal Sage, itu cuma bernilai sekitar tiga puluh poin untuk benar-benar menyelesaikan masalah bukit pasir—tak cukup untuk menghindari cap merah dan nilai gagal, yang artinya adalah kematian pada ujian praktik ini.

Ada tiga masalah besar. Gurun ilusi, sarang monster iblis, dan miasma.

Inti perjalanan mereka ke sel bawah tanah adalah untuk mendiskusikan masalah monster iblis sama Meili, yang adalah ahlinya subjek ini.

“Apakah ada cara untuk dengan mudah mengeluarkan monster iblis dan mengumpulkannya ke satu tempat?”

“Yah, bisa dengan lari mondar-mandir sendirian. Aku yakin akan banyaaak yang akan mendatangimu.”

“Aku sudah pernah melakukannya beberapa kali, dan rasanya tidak menyenangkan.”

Subaru pernah menggunakan persis metode itu dengan semacam anjing dan ikan paus tahun kemarin. Dia siap mematikan strategi itu selamanya. Seandainya tidak ada pilihan lain, bisa dia terapkan lagi, tetapi dia harap jangan sampai ke situasi dirinya berdiri sendirian di gurun berbahaya.

“Kalau begitu, bagaimana kalau kita bantai habis semua monster iblis yang menyerang kita?”

“Andaikan itu jalan yang kita pilih, Emilia-sama dan aku yang akan melawan mereka, tapi … menurutmu bagaimana, Meili?”

Julius menoleh ke Meili perihal kelayakan rencana kasar Subaru.

Meili bergantian menatap Julius dan Emilia beberapa kali.

“Kau kuat bertarung selama satu minggu penuh tanpa minum, makan, atau tidur?”

“Kedengarannya kayak pertempuran parit di akhir-akhir perang?!”

“O-oke, aku akan berusaha yang terbaik …!”

“Tidak! Itu mustahil! Nanti rambut indah dan kulitmu akan kering dan kasar, jadi ralat saja! Kita tidak pilih itu!”

Mencoba untuk memaksa maju bukanlah strategi yang bagus.

Sebagian diri Subaru ingin percaya kalau ingatan Meili perkara Bukit Pasir Augria buruk bukan kepalang, tetapi dia pun dengar dari Reinhard betapa tak berbelas kasihnya tempat itu, jadi Subaru tidak bisa menghindari kenyataan.

Dan hasil diskusi dengan Meili tak membuahkan hasil, bagaimanapun juga—

“Bagaimana dengan penghalang yang mencegah monster iblis mendekati desa Earlham? Mungkin kita bisa gunakan?”

“Itu bekerja karena sihir yang diselipkan tuan. Jika kau berniat mengambilnya dan kau bawa bersamamu, aku rasa kau mungkin harus mempertimbangkannya kembali.”

“Sialan. Mungkin kita cuma harus memeluk Roswaal terus menyuruhnya menerbangkan kita ke langit ….”

Selagi mereka terus saling meralat ide, Subaru menggaruk frustasi kepalanya.

Hening sepintas—

“—argh, kurasa tidak ada cara lain.”

“Hah?”

“Aku bisa ikut kalau kau mau.”

Meili berdiri, menghancurkan kesunyian sembari melihat semua orang.

Dia menyentuh dadanya dan mengangguk.

“Kan? Kalau aku, bisa kuatur semua monster iblisnya entah bagaimana. Bisa kuusir, kujinakkan, kubuat mereka saling membunuh, atau bahkan kusuruh memakan Sage itu.”

“Jangan pernah berpikir melakukan yang terakhir itu! Dan juga ….”

Keekstreman pernyataan itu mengejutkan, tetapi yang lebih mengejutkannya lagi adalah tawaran Meili. Baik karena Meili yang bersedia bekerja sama juga dirinya yang menawarkan diri untuk keluar dari penjara.

“Padahal tadi kau sangat tidak ingin meninggalkan manor ….”

“Bukan berarti Mama akan langsung menemukanku sesaat aku menginjakkan kaki ke luar. Aku takut kalau dia akan menemukanku, tapi aku pun tidak mau selamanya menutup diri seperti ini.

Mengagetkan melihat Meili memikirkan matang-matang situasinya sampai sadar suatu hari harus pergi ke luar.

Tapi Subaru buru-buru menarik kembali pemikiran tersebut. Tertutup dan terisolasi dari segala hal artinya bebas berpikir sepanjang waktu. Dia tahu neraka macam apa itu.

“Subaru ….”

Emilia menarik lengan baju Subaru seketika dirinya merasakan simpati aneh terhadap kebulatan hati Meili.

Subaru tahu Emilia ingin mengatakan apa. Dia merasa sama.

“Ini bukan perjalanan kecil keluar yang menyenangkan, tahu? Cuma ada pasir, monster iblis, dan tur menara Sage di penghujungnya.”

“Sudah lama aku tidak jalan-jalan. Makin bagus kalau semuanya seru, ‘kan?”

Responnya sangat percaya diri, tapi Meili ungkap dengan nada menantang. Tidak ada yang tahu mana yang gertakan mana yang serius, akan tetapi—

“Ada peralihan kejadian tak terduga, kita berhasil merekrut Meili sebagai penasihat monster iblis kita!”

“Kuingatkan: Jangan terlalu terburu-buru.”

Subaru mengepalkan tinjunya dan bersorak, namun Meili mendesau putus asa dan beralih ke hadapan mereka semua—khususnya ke Emilia.

“Langsung percaya kata-kata orang lain tuh bahaya. Aku bisa saja bilang begini buat cari-cari alasan untuk kabur.”

“Tentu saja ada kemungkinan itu, tapi dari awal kami tidak bermaksud memaksamu berdiam diri di sini.”

Subaru menghargai peringatannya, tapi jika dia bilang ingin pergi, Subaru selalu ingin mendengarkan kata-katanya. Jadi peringatan Meili sudah sedikit terlambat.

“Saat ini, aku lebih suka kau tinggal, tapi andai kau memutuskan pergi dan hidup sendiri, silakan saja. Berhati-hatilah agar tidak ditemukan ibu menakutkanmu.”

“Maksudmu aku boleh mati begitu saja entah di mana setelah aku bukan lagi masalah untukmu?”

“Barangkali dulu ketika aku masih menganggap bersikap sinis tentang semua hal itu keren, tapi sekarang tidak begitu.” Subaru menggeleng kepalanya. Subaru melihat sedikit dirinya sendiri pada cara pandang Meili yang jauh melampaui usianya. Semua orang melalui fase di mana mereka salah mengira kalau berbeda berarti keren, tapi …. “Setahuku, aku mau orang-orang yang hidupnya berpapasan denganku memiliki kehidupan yang layak dan kematian yang sama layaknya. Kau boleh pergi jika itu maumu, tapi misalkan pergi, paling tidak kirim kami surat. Itu saja yang kuinginkan.”

Sehabis mengatakannya, dia pikirkan terus lalu tersadar akan sedikit aneh jika berasumsi Meili akan pergi tanpa pamit. Mereka butuh kekuatannya untuk maju. Hidup Meili ke depannya pun akan punya awal baru.

“… aku ingin tahu begitukah caramu menjinakkan Beatrice dan Petra. Aku sungguh-sungguh tidak bisa lengah di sekitarmu.”

“Hah? Rasanya kedengaran sedikit lebih parah dari yang bisa kuterima.”

Meringis sebab perbincangannya kembali ke tuduhan palsu, Subaru menatap Emilia dan yang lainnya mencari dukungan. Namun entah kenapa, Emilia, Frederica, bahkan Anastasia memalingkan muka.

Satu-satunya orang yang menatap matanya adalah Julius, dia mengangguk paham.

“Aneh mengatakan ini, tapi kau cukup terampil bukan main soal merayu gadis-gadis muda …. Tidak bisa dibilang keahlian itu terhormat, sih.”

“Itu gara-gara kalian bilang begitu aku jadi diperlakukan seperti penyihir loli! Dan untuk memperjelas, Meili pun tidak sekecil itu, dia tak terhitung!” Disengat betapa tulusnya rasa kagum Julius, Subaru menghentak-hentak tanah dan menunjuk pintu masuk. Kala itu, seseorang kebetulan melangkah masuk—

“—Betty merasa sangat berisik. Kurasa Subaru sedang membuat keributan lagi?”

Gadis berpenampilan paling muda muncul sesudah menyelesaikan percakapan rahasianya dengan Roswaal. Sedikit pertengkaran antara dirinya dan si penyihir loli pun terjadi, tetapi itu cerita untuk lain waktu.

Share this post on:
Subscribe
Notify of
guest
1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Lupsided

Semangat skripsi nya