Share this post on:

Caranya Memberi Sambutan Hangat

Penerjemah: Alphinaud

Sumber gambar

“Wah~, wah. Selamat datang kembali~. Aku senang melihat kembalinya dirimu dengan aman.”

Roswaal menyambut kelompok tersebut selagi duduk di sofa ruang tamu.

Subaru dan Emilia saling bertatapan ketika melihat senyumnya yang serba riasan badut.

“… Emilia-tan, kau tidak menulis hal yang aneh-aneh di surat, ‘kan?”

“Um, kurasa tidak, tapi … mungkin karena kau melakukan sesuatu yang membuatnya senang? Maksudku, kau dan Roswaal memang suka berdiskusi rahasia sesekali ….”

“Aku? Aku lebih ingin menghabiskan waktu dan uangku untukmu, Beako, Petra, Frederica, Patrasche, dan kurasa, Ram.”

“Itu hitungannya cukup banyak nama wanita, kurasa.”

“Rasanya akan memalukan jika menunjukkan rasa syukur harian seperti itu ke Otto dan Garfiel, karena mereka sesama pria, oke?!”

Beatrice kelihatan jengkel saat Subaru menaruh tangannya ke atas kepala gadis itu dan ikut sebingung Emilia.

Kebetulan, alasan Subaru tidak mengungkit Rem adalah agar tidak mengganggu suasana, namun dia tetap menyesal tidak mengungkitnya. Dia cepat-cepat membuang pikiran itu dan bertanya. “Jadi menilai senyum itu, kau pasti merencanakan sejumlah trik jahat baru. Aku benarkan, Roswaal?”

“Sungguh tanggapan~ yang mengesalkan. Aku sekadar menunjukkanmu betapa bahagianya~ aku melihat kalian semua baik-baik saja setelah merisaukan keselamatan kalian. Kau tidak bisa menyalahkan perasaan itu, ‘kan~?”

Roswaal menutup satu matanya, menatap Subaru dengan mata birunya.

“Satu tahun terakhir, aku sudah beberapa~ kali berubah pikiran. Menurut Emilia-sama kerja samaku mestinya dirayakan, benar?”

“Um, sepertinya begitu. Iya. Terima kasih, Roswaal.”

Emilia menerima tawaran kurang ajar Roswaal dengan kemurahan hati terbukanya. Melihat rupa senyum Roswaal sambil melambai tangan santai, Subaru mau tak mau bertanya-tanya seberapa bisa dipercayanya pria ini.

“Buang-buang waktu saja mencoba memahami isi pikirannya. Pikiran anehnya yang membuatnya bersikap seperti itu bahkan lebih tidak tertahankan dari sikapmu, Subaru.”

Penilaian ambigu Beatrice hampir membuatnya kedengaran bak celotehan wanita tua. Di saat yang sama, nampaknya Roswaal yang benar-benar senang melihat kepulangan mereka tidaklah palsu. Sesudah kehilangan kitab kebijaksanaan yang krusial untuk mencapai tujuannya.

“Kalau begitu, akan sangat membantu semisal kau sedikit lebih tulus dalam bekerja sama.”

“Kau akan menggapai tujuanmu dengan atau tanpa bantuanku. Sebab aku percaya kepada kemampuanmu, aku menampilkan diriku ke bagian yang tak bisa digapai kekuatanmu. Hubungan yang betul-betul adil, bukan begitu~?”

“Iya, betulan kayak petunjuk berbau game RPG: karakter pembantu yang sebagian besar waktunya~ sebetulnya tidak bisa membantu.”

Itulah kiasan standar sebuah game yang karakter-karakter terlampau kuatnya hanya akan bergabung dalam kelompok untuk pertarungan sangat spesifik.

Kebetulan saja, Roswaal senantiasa menonton dari pinggir lapangan selagi Subaru didesak sampai batas absolut sehingga Roswaal mendapat bukti bahwasanya kemampuan return by death Subaru bisa mengubah bahkan takdir itu sendiri.

Roswaal adalah orang lihai sekaligus seseorang yang tidak boleh Subaru biarkan dengan lengah. Penilaian itu masihlah sama.

“Jadi~, bukannya sudah waktunya kau memperkenalkan kami?”

“Ah, maaf, maaf. Roswaal, kami membawa beberapa tamu. Bisa sediakan ruangan?”

“Aku sudah mendengarnya~. Tapi, pertemuan ini cukup menarik~.”

Roswaal berdiri dan memberi isyarat kepada para tamu yang berdiri di pintu masuk untuk duduk di sofa sedangkan dirinya sendiri pindah ke kursi terdekat.

“Selamat datang. Anda sekalian telah menempuh perjalanan jauh. Kita tidak berkesempatan berbincang seperti ini semenjak upacara~.”

“Memang, dan bukan berarti kita juga punya banyak kesempatan untuk benar-benar~ bicara banyak kala itu, jadi saya terka ini adalah kali pertama.”

Anastasia tersenyum dan membalas sapaan diplomatis Roswaal dengan sapaan diplomatis yang sama.

Upacara yang mereka maksud adalah upacara yang diadakan di istana kerajaan untuk menghormati Emilia, Crusch, Anastasia, dan seluruh pengikut mereka atas kerja keras dalam pembunuhan paus putih.

Upacaranya sesudah kejadian Sanctuary, dengan kehadiran perwakilan dari ketiga fraksi.

Roswaal bernyali juga sampai berani muncul dengan wajah datar terlepas dari seluruh perbuatannya.

Intinya, inilah pertama kalinya Roswaal dan Anastasia bertemu secara langsung sejak saat itu, dan sapaan mereka sedikit menyentil. Pembicaraannya kemudian beralih ke topik utama: laporan kejadian Pristella.

“Saya sudah membaca surat Anda. Otto dan Garfiel sedang memulihkan diri dari luka-luka mereka, tapi walau begitu, kedengarannya korban jiwa setelah berurusan dengan Kultus Penyihir cukup rendah?”

“Ya, berkat kerja keras besar~ mereka berdua …. Sesungguhnya, ini berkat semua orang di kota. Subaru dan Liliana juga.”

“Kenapa kau mendadak menyebutku dan Liliana?”

Barangkali karena mereka di kategori nonkombatan. Bukan karena mereka punya kemiripan khusus.

“Yah, kesampingkan kesadaran diri Subaru …. Anastasia-sama, Andalah yang telah mengundang Emilia-sama ke Pristella. Bagi Anda itu bagaimana?”

“Saya menyesali insiden itu. Jika Anda meminta saya untuk memohon maaf, saya bersiap untuk memberikan permintaan maaf baik-baik. Akan tetapi ….”

“Akan tetapi, Emilia-sama sudah menolak sesuatu selain permintaan maaf, saya yakin~.”

“Lagi pula, ini Kultus Penyihir yang bertingkah, jadi merekalah yang salah. Anastasia tidak bertanggung jawab atas perbuatan mereka. Dan tujuan kita ke sana masih tercapai.”

Emilia menyentuh liontin di lehernya ketika Roswaal melirik Emilia. Kristal sihir berkilauan berdiam diri di sana, mengumpulkan kekuatan untuk sang roh agung yang masih terlelap dalam tidur.

Alasan mereka pergi ke Pristella adalah untuk mengamankan kristal sihir yang bisa membantu Puck. Terkait tujuan spesifik tersebut, perjalanan ke Pristella telah sukses.

“Juga, fakta kita kebetulan berada di sana tepat waktu mungkin alasan kita mampu mengalahkan Kultus Penyihir. Kalau begitu, maka itu jasanya Anastasia—”

“Itu tentunya jauh melampaui yang kupikirkan, jadi biarkan sajalah.”

Anastasia meringis sedikit terhadap pemikiran ke depan Emilia dan menghentikannya.

“Sungguh?”

Entah kenapa, Anastasia terlihat lega saat Emilia memiringkan kepalanya.

Tentu saja, seluruh kalimat itu hanyalah desakan penahan Roswaal.

Faktanya, ada kemungkinan besar tujuan utama Kultus Penyihir menyerang Pristella adalah fraksi Emilia. Roswaal amat mengetahuinya sebab sudah disebutkan dalam surat.

“Tindakan Kultus Penyihir adalah perbuatan mereka sendiri. Kita semua setuju kalau merekalah yang terburuk lalu lewati itu. Fraksi-fraksi lain telah menerimanya, dan bukan berarti kita tidak dapat apa-apa dari pertempuran itu.”

“Membunuh satu uskup agung dan satu uskup agung lainnya ditawan. Tentunya adalah hasil luar biasa. Meski demikian, para pemuja itu tidak bisa bekerja sama dan tak ada solidaritas. Sekalipun tersisa satu, bahayanya tetaplah sama.”

“Aku setuju ….”

Kultus Penyihir merupakan perkumpulan orang-orang sesat alih-alih semacam organisasi formal. Karenanya, tidak berarti Uskup Agung Kerakusan atau Kenafsuan akan menghentikan kekejaman mereka hanya karena Uskup Agung Keserakahan dan Kemarahan telah dikalahkan.

“Bagaimanapun, kami punya rencana yang mungkin bisa mengatasinya.”

“Dan sebab itulah Anda berangkat ke menara penjaga Sage. Itu jalan yang cukup berbahaya. Apakah ada alasan yang meyakinkan Anda akan keberhasilannya?”

Roswaal dulunya salah satu pemimpin kerajaan. Jelas saja dia tahu tentang kegagalan Reinhard yang pernah berusaha menyeberangi Bukti Pasir Augria.

Antara miasma halusinogen dan monster-monster iblis berbahaya tak terhitung jumlahnya, tentu saja dipertanyakan cara mereka melewati hambatan-hambatan tersebut. Subaru semata-mata melirik kartu truf yang mereka persiapkan untuk masalah tersebut.

“Di sinilah peran saya. Untungnya, saya kebetulan tahu jalan rahasia yang ‘kan membawa kita ke menara penjaga Sage. Itulah cara kita bisa berhasil.”

“Walaupun Anda meminta saya untuk memercayai Anda~ …. Sesuatu seperti rute rahasia melewati bukit pasir tentunya punya harga besar dari sejumlah pembeli. Mengapa Anda seorang memilikinya?”

“Saya seorang pedagang, jadi tentu saja uang itu penting. Namun ada sesuatu yang tidak sanggup dibeli uang. Dan ini adalah salah satunya. Bisa kita sepakati?”

Anastasia, atau lebih tepatnya Rubah Echidna, sedang menambal pertanyaan Roswaal.

Terlepas dari kenyataan dirinya adalah palsu yang berpura-pura menjadi Anastasia, kata-katanya mempunyai kekuatan misterius, kekuatan yang bahkan membuat Subaru kagum padahal mengetahui kebenarannya.

Menghadap kekuatan penuh tatapan Anastasia, Roswaal menutup satu mata.

“Sekarang saya tahu alasan seseorang semuda Anda dapat menjalankan perusahaan besar. Memang cukup menantang ‘tuk mengalahkan seseorang yang begitu duniawi dengan kata-kata belaka. Saya duga Emilia-sama telah menyetujui tawaran Anda?”

“Maaf sudah memutuskan sesuatu seperti ini sendirian.”

“Tidak sampai menyesal hingga berhenti membuat keputusan segegabah ini tanpa berkonsultasi dengan orang lain. Tapi tak apa. Andalah yang memilih menempuh jalan berduri tersebut. Dan jalan itulah yang pasti akan Subaru ikuti.”

Roswaal kelihatannya terlihat tidak tertarik oleh tawaran Anastasia, namun ujung-ujungnya di situlah minatnya. Bilamana Emilia memilih jalan paling sulit maka rintangan yang mesti diselesaikan Subaru tentunya akan jadi lebih tinggi.

Bagi Roswaal, itulah harapan yang telah menggantikan kitab kebijaksanaannya.

“Pada dasarnya, kami akan membersihkan gurun apalah itu dengan panduan Anastasia. Itu keputusan kami.”

“Bukit Pasir Augria. Pelajari namanya.”

Julius menyela sembari mendesah sewaktu Subaru mengandalkan ingatan rabunnya untuk membuat pernyataan berani. Kesatria itu duduk di sebelah Anastasia dan sejauh ini mendengarkan tanpa membuka mulut, tetapi dia mengalihkan pandangan rasionalnya kepada Roswaal.

“Saya duga Anda mungkin cukup khawatir, Marquis Mathers. Biar begitu, ada banyak orang di Pristella yang sekarang ini tengah menderita baik fisik dan mental sebab penyerangan Kultus Penyihir. Saya mohon agar Anda mengizinkan kami untuk menjalankan tugas ini, bahwa aksi kami di sini kemungkinan akan menyelamatkan mereka.”

“Sungguh sikap yang elegan. Mempertimbangkan dirimu tidak kuingat, kurasa kaulah salah satu korban tersebut, ya~?”

“….”

Fakta Roswaal tak mengenal Julius sama sekali sudah cukup membuatnya menangkap situasi. Julius mengalihkan pandangan sedikit sedangkan Roswaal menopang pipinya.

“Kegelisahan dilupakan orang-orang dikarenakan wewenang kekuasaan Keserakahan—ditinggalkan seluruh dunia. Mencari-cari harapan samar untuk dirimu sendiri …. Tak usah kau hias dengan kata-kata hampa tentang membantu orang lain, tahu?”

“—Ugh. Saya takkan pernah bertindak atas dasar kepentingan pribadi kejam seperti itu.”

“Aku tidak mengkritikmu~. Itu wajar. Orang-orang selalu menjadi lebih putus asa demi diri mereka sendiri alih-alih untuk orang lain. Tidak perlu menyangkal rasa puas dan pencapaian, atau bahkan rasa unggul dari menyelamatkan orang lain seraya menyelamatkan dirimu sendiri.”

Pipi Julius menegang sedangkan seringai badut Roswaal makin lebar.

“Terlebih lagi jikalau peluangnya cukup tinggi andaikata orang lain juga akan terselamatkan misalkan dirimu berhasil menyelamatkan diri sendiri. Kau punya alasan yang setimpal, dan kau mengambil tindakan. Hati nuranimu janganlah merasa pedih begitu~.”

“Saya ….”

“—bukankah sudah cukup, Marquis Mathers?”

Menghentikan Julius yang kesulitan merespon, giliran Anastasia yang menghadapi Roswaal. Dia tersenyum elegan dan memiringkan kepalanya dengan menawan.

“Sejujurnya, saya pun tidak ingat. Meski demikian, dia nampaknya kesatriaku, dan tidak terlalu menyenangkan melihatnya dimainkan sesuatu yang tak bisa dia hindari.”

“Walaupun ingatannya hilang, hubungan majikan dan pelayan masih tetap …?”

“Sepertinya begitu. Tidak bisa dibilang saya benar-benar memahaminya juga. Tetapi waktu yang saya habiskan bersama Julius ketika bepergian ke sini tak buruk-buruk amat … terlebih ….”

Anastasia menunjuk sofa di seberangnya.

“Dan itu akan mencegah terpecahbelahnya fraksi Anda, bukan?”

“—Waduh.”

Roswaal mengangkat bahu terhadap poin Anastasia—dengan kata lain, ke Subaru, yang hendak murka. Tidak mengherankan jikalau Subaru sedikit lagi marah, tapi Emilia dan Beatrice pun sudah di ujung tanduk.

Melihatnya, Roswaal mengangkat tangannya seakan-akan menyerah.

“Baiklah~, aku yang salah. Aku hanya menunjukkan kalau sudut pandang itu juga ada.”

“Kau baru saja mengganggunya. Jangan main-main dengan kami.”

“Dari tingkahmu, sepertinya ada lebih dari sekadar beberapa hari waktu yang dihabiskan antara kalian berdua.”

Roswaal menutup satu mata, mata kuning Roswaal bertatapan dengan mata tajam Subaru. Kemudian badut itu menjilat bibirnya seolah sudah tahu isi hati Subaru.

“Lagi-lagi, kaulah satu-satunya~ orang yang ingat. Seperti Rem.”

“Entah kenapa.”

“Artinya kau spesial. Kau harus menjaganya~ baik-baik. Ada banyak orang yang tidak bisa memilikinya tak peduli seberapa ingin mereka.”

Bagian akhir tersebut digumam lirih, untuk dirinya sendiri, tak sampai telinga Subaru. Beatrice pun punya pandangan serius.

Setelah percakapan itu, Subaru mendesau berat.

“Sisanya seperti yang kami sebutkan di surat. Penjara manor dan ….”

“Rem. Keputusan yang cukup berani. Kendati kau kelewat enggan mengungkitnya.”

“… bisa jadi ada cara untuk membangunkannya. Akan kuambil kesempatan tersebut. Itu jelas, ‘kan?”

“Mengejutkan telah memilihnya sebagai subjek pertama potensi metode tersebut. Kau suka pura-pura egois, padahal sebenarnya teramat suka menghukum diri sendiri. Apakah tidak ada di hatimu atau sudut pikiranmu yang bicara kalau kau tidak berhak diselamatkan lebih dulu?”

“….”

Subaru terdiam seketika Roswaal tepat sasaran.

Selama perjalanan pulang dia selalu menimbang-nimbang apakah harus membawa Rem atau tidak.

Bukannya dia tidak mau membangunkannya tapi karena sekiranya ada kesempatan untuk membangunkannya, dia mau itu terjadi secepat mungkin.

Tetapi itu berbeda dari diselamatkannya Natsuki subaru.

Di Pristella, ada banyak orang selain Subaru yang mengalami semacam penderitaan yang sama. Tetapi mengapa dia menjadi yang pertama sebelum mereka semua?

Rasa bersalah itu menyebabkan Subaru ragu-ragu hingga saat terakhir, tapi—

“Seandainya itu yang kau maksud, maka aku sudah membicarakannya sama Subaru, jadi itu tidak masalah.

“… itu bahkan lebih mengejutkan lagi.” Emilia angkat bicara menggantikan Subaru yang terdiam. Roswaal dengan ragu menatap Emilia yang membusungkan dadanya kemudian pria itu berkedip ke majikannya. “Mungkin aku tak berhak mengatakan ini, tetapi akan tidak menguntungkan Anda apabila Rem terbangun, bukan begitu, Emilia-sama? Mau dilihat bagaimanapun, Subaru punya perasaan cukup kuat ke gadis itu. Bahkan mungkin akan menyaingi perasaannya kepada Anda ….”

“Iya, itu boleh jadi benar. Kubayangkan jika Rem bangun, untuk sementara Subaru akan menghabiskan seluruh waktunya bersamanya. Dia bahkan mungkin akan berhenti memedulikanku.”

“Tidak, itu tidak ….”

Subaru dengan yakin bisa membantahnya. Takkan mungkin perasaannya ke Emilia akan gentar. Tetapi fakta dirinya yang sangat peduli kepada Rem juga bukan kebohongan. Lalu misalkan Emilia benar. Apabila Rem terbangun, dia tak salah lagi akan membaktikan banyak waktunya kepadanya, menebus tahun yang mereka lewati.

Tapi terlepas dari itu, Emilia menerimanya.

“Andaikan Subaru sangat memerhatikannya, maka aku harus bekerja keras agar dia melihatku lagi. Akan jadi masalah kalau Subaru menghilang, jadi mau seberapa imut Rem atau betapa spesialnya Rem bagi Subaru, akan kuyakinkan Subaru untuk tinggal bersamaku juga.”

“E-Emilia-tan?!”

“Itulah tekadku dan pilihanku. Takkan ada yang komplain soal Subaru yang diselamatkan. Jadi tidak apa-apa. Ayo bangunkan Rem.”

Emilia mendukung keputusan Subaru. Subaru terkesiap, dan lututnya sedikit gemetaran terhadap kata-kata Emilia yang amat mirip seperti pernyataan cinta.

Emilia berkali-kali mengatakan sesuatu yang terdengar mesra sebelumnya. Namun biar demikian, semua itu terhitung gombalan kecil—

“Entah denganku, dengan Rem, dengan Beatrice, dengan Petra dan Patrasche, atau Frederica dan Ram, atau bahkan Otto sama Garfiel! Aku mau Subaru jadi sangaaat, sangaaat bahagia.”

“Ada naga darat dan beberapa pria dimasukkan di bagian akhir.”

Subaru menyelanya meskipun ada campuran malu dan emosi lain tertentu yang dia rasakan. Tetapi Beatrice, yang sedang duduk di sebelahnya, menusuk badan sampingnya.

Melihatnya, Subaru menyadari ada ekspresi amarah di wajah Beatrice.

“Setelah sekian lama, Betty tidak akan mengeluhkan betapa tidak konsistennya dirimu …. Tapi teruskan sajalah. Itu hak istimewa khusus Betty.”

“Kau sangat menggemaskan ….”

“Jelas. Keimutan Betty sudah tersohor di seantero dunia.”

Subaru tidak bisa bicara mewakili dewa-dewi yang menguasai bumi dan langit, namun itu jelas menggema keras di dalam hatinya.

Bersama Emilia juga Beatrice yang mendukung penuh, Subaru dapat mengabdikan dirinya untuk membangunkan Rem tanpa khawatir. Tiada lagi keraguan.

“Maaf karena begitu dicintai semua orang, Roswaal. Tampaknya kami akan membawa Rem.”

“Aku cukup terkejut dengan kalian semua … tapi suka-suka, deh. Dari awal, aku tidak pernah bermaksud menghentikanmu~.”

“Terus apa gunanya bertanya?!”

“Cuma memastikan kau paham apa yang kau perbuat, berdasarkan perhatian berlebihku. Aku pun~ bersikap tak sopan kepada kesatria tanpa nama di sini.”

Hingga akhir, Roswaal tetap tidak menghentikan senda guraunya.

Akan tetapi, Julius menggeleng kepala lanjut melihat Subaru dan Anastasia.

“Tak apa, nama saya Julius Juukulius. Saat ini, Subaru bisa saja satu-satunya orang yang mengingat saya, tetapi saya adalah kesatria di penjaga kerajaan Kerajaan Lugnica. Saya tak begitu tidak dewasa hingga sesuatu semacam ini akan menggoyahkan hati saya.”

Mengucapkannya, Julius dengan luar biasa menepis provokasi penyihir jahat nan buruk itu.

“Kau tadi sedikit goyah, sih.”

“Kau di pihak mana? Rasanya aku baru ditusuk dari belakang.”

Subaru dan Julius bercakap lirih antara mereka sendiri di akhir-akhir.


Dengan tuntasnya diskusi, mereka meninggalkan ruang tamu.

“Yah, aku penasaran apakah sekarang aku jadi salah satu teman kecilnya sekarang~? Menurutmu bagaimana?”

“… singkirkan Betty dari pernyataan menjijikkan itu. Terdengar seolah-olah kau sungguhan berpikir begitu, menakutkan.”

“Aku tak pernah seplin-plan itu sampai menekan berbagai hal di tubuh ini, sih~.”

“Kau juga pernah jadi seorang wanita. Kurasa itu cukup agar Betty terus waspada.”

Senyum Roswaal semakin melebar sementara Beatrice tetap tenang memain-mainkan rambutnya. Itu kebiasaannya ketika tangannya merasa ingin melakukan sesuatu. Karena itu atau dia berang saja.

“Kebiasaanmu tidak~ pernah berubah. Tetapi nampaknya ibarat perasaanmu berubah. Aku tidak bisa membiarkan diriku dengan mudahnya dikontrol orang lain sepertimu. Aku iri.”

“Dibanding dirimu, yang tidak akan pernah bisa menyentuh Ibu terlepas dari tekad bulatmu, Betty bisa betulan menyentuh tangan Subaru, dan itu seribu kali lipat lebih baik. Kau takkan bisa membuat Betty kesal.”

“Wah~. Kau betulan sudah tumbuh dengan tekad kuat.”

Roswaal dan Beatrice duduk berhadapan, membuat pandangan mereka selaras. Percik-percik api mulai beterbangan, tetapi tahu-tahu, raut wajah Roswaal melunak.

“Dia mengalahkan seorang uskup agung. Semestinya itulah wewenang kekuasaan kedua di dalam Subaru saat ini.”

“… harusnya ada kandidat lain selain Subaru.”

“Tapi tidak ada yang sedekat atau sama dengan dirinya. Simpan kepura-puraan membosankan itu buat orang lain.

“—Betty takkan membiarkannya jadi lebih dari ini.”

Ada ketetapan hati bisu pada suara Beatrice yang menjawab Roswaal.

“Betty milik Subaru, jadi Subaru akan tetap jadi Subaru.”

Roh itu melotot ke Roswaal ketika menyatakannya lalu beralih ke pintu.

Dia tetap tinggal untuk mendiskusikan berbagai hal, tetapi Beatrice putuskan untuk tak lebh jauh membicarakannya.

“Beatrice.”

Roswaal memanggil dirinya yang menjauh.

Dia berhenti tapi tidak membalikkan badan.

“Aku mau kau bahagia. Kau sudah seperti adik perempuanku. Aku teramat-amat peduli padamu.”

“… itu bukan perhatian paling menarik. Dan lagi perhatianmu pada Ibu lebih besar, kurasa.”

“Toh itulah cinta, bukan~?”

Beatrice tak merespon.

Suara pintu dibuka dan ditutup adalah satu-satunya hal yang merusak kesunyian.

Setelahnya, tiada lagi yang bisa dibicarakan antara Roswaal dan Beatrice.

Share this post on:
Subscribe
Notify of
guest
3 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Luphsided

Mantap bro lanjut terus

Trom

Mantap

incognito

Makasih banyak para admin udah bersedia ngelanjutin perjalanan Subaru dkk berbahasa Indo, semangat, sukses dan lancar terus dah urusannya admin-tachi