Share this post on:

Berlayarnya Seorang Pria Berdosa

Penerjemah: Bell Gargoyles

“Hatinya dicuri oleh seorang Biduanita … apa itu panggilan? Kedengarannya tidak keren sama sekali, tapi dia menganggapnya seolah benar.”

Mendengar jawaban Subaru, Anastasia tertawa dan memain-mainkan ujung rambut lembutnya.

“Kau benar, lebih seperti nama panggilan alih-alih gelar. Tapi klaimnya begitu. ‘Hatiku dicuri oleh seorang Biduanita.’

“Eh, apa pula artinya?”

“Hatinya dicuri oleh seorang wanita, dan dengan bangga mengumumkannya—bukannya mengingatkanmu tentang kejadian di Pemilihan Kerajaan Ibu Kota?”

“Tinggalkan sejarah kelam nan memalukan ini.”

Wajah Subaru berubah begitu memikirkan penghinaan Julius. Membuatnya ingin mendekap kepala dan berguling-guling di lantai. Meskipun yakin dia berada di jalan yang benar, caranya mengekspresikan pemikirannya meninggalkan banyak hal-hal yang tak diinginkan. Bagaimanapun ….

“Aku paham maksudmu. Biarpun menyesal mengakuinya, aku sebenarnya memahami itu. Nah, dia orangnya bagaimana?”

“Nama panggilannya sendiri agak berlebihan, tapi pria tersebut bertanggung jawab dan fleksibel. Pewaris Perusahaan Muse lebih dari sekadar putra tertua. Jangan meragukan kemampuan usahanya.”

“Aku jamin itu, Natsuki-san. Tuan muda Perusahaan Muse …. Kiritaka Muse memang terkenal. Keahlian beliau luar biasa, bahkan tanpa reputasi Perusaah Muse yang sudah terkenal mengurus bijih sihir.”

Sebagai seorang pedagang, Otto pun mengenal Kiritaka. Akan tetapi setelah menyetujui pujian Anastasia, Otto menatap tajam kandidat raja itu.

“Tentu Emilia-sama membutuhkan batu sihir murni dari pemasok profesional, dan kami mengirim permintaan ke Perusahaan Muse … namun mereka tidak membuka negoisasi. Membuat saya bertanya-tanya bagaimana dan mengapa Anastasia-sama memperoleh bantuan mereka.”

“Mungkin masalah kepercayaan? Barangkali perkara ketulusan hati. Apa pun masalahnya, satu pihak wajib mendekati pihak lain untuk membangun hubungan kerja, kau setujukah?”

“… sepertinya begitu.”

Otto menyerah menantang Anastasia yang pura-pura tidak mengerti situasinya. Menteri Dalam Negeri malah membahas batu sihir sendirian.

“Pertama-tama, apa mereka betul-betul memiliki batu sihir langka yang kami cari-cari?”

“Aku paham kecurigaanmu, tapi aku yakin kau akan langsung tahu jika kami berbohong tentang seorang pedagang terkemuka.”

“Begitu. Selanjutnya apakah ada ketentuan lain, ataukah tidak apa-apa kami bernegoisasi dengan beliau?”

“Kau ini khawatiran, tapi tidak apa. Ingat, aku hanya mengetahui lokasi bijih sihir yang dicari fraksi Emilia-san, dan sudah kujelaskan kenapa aku memberikan informasinya.”

Sebagaimana perkataan Anastasia, rasa terima kasih tak membutuhkan label harga.

Otto mengerti, mengalah dan menghentikan rentetan pertanyaan kepada Anastasia. Mendapati pembicaraan mulai mendekati kesmpulan, Emilia mengangkat tangan gugup.

“Anu, boleh aku menanyakan sesuatu?”

“Tolong tanyakan saja. Apa pun yang melibatkan hubungan bisnis serta pribadi kita adalah masalah kepercayaan. Menutup keraguan akan menenangkan jiwa kita.”

“Nyatanya tidak ada hubungannya dengan uang, benar ….”

“Lebih dari sekadar masalah upah per jam. Yah, itu sudah diperhitungkan. Bukannya kau setuju, Natsuki-kun?”

Anastasia tersenyum pada Subaru yang tanggapannya cuma mengangkat bahu acuh tak acuh. Emilia bertanya lagi ….

“Kau sedikit memberi tahu kami pribadi Kiritaka-san, tapi aku lebih penasaran dengan Biduanita yang kau sebut. Apa dia terkenal?” tanya Emilia.

Kendati pertanyaannya sederhana, Subaru juga menginginkan jawabannya. Setahunya, nama keluarga Kiritaka, Muse, adalah sesuatu mirip-mirip Dewi Lagu dalam mitologi dunianya. Kebetulan yang aneh tapi bisa saja dia ditakdirkan jatuh cinta kepada seorang Biduanita.

“Aku ingin tahu dia ini semacam sosok mistis atau apa. Tentu saja tidak seberpengaruh Hoshin si Limbah. Sebetulnya, bila Hoshin jatuh cinta kepada seseorang yang mistis, cintanya mungkin jadi bencana.”

“Tenanglah, Liliana-san si Biduanita sangat nyata dan sekarang menetap di Pristella. Diculik oleh Kiritaka-san sekarang … seperti itulah posisinya.”

“Saat ini … apa berbeda dari situasi normalnya?”

“Dengar-dengar awalnya dia seorang penyair puitis yang suka bernyanyi dan bepergian. Kiritaka-san menonton salah satu konsernya, dan situasi berubah menjadi seperti sekarang.”

Mendengar jawaban Julius, Subaru membayangkan seekor burung dalam sangkar. Burung adalah binatang yang dibiarkan hidup bebas hingga disorot mata seorang pemilik yang hendak menangkap mereka. Begitukah kondisi Liliana sekarang? Apa afeksi paranoid Kiritaka yang memenjarakan Liliana?

“Cerita tak menyenangkan. Nyanyiannya sepatutnya tak ditujukan kepada satu orang semata, harusnya dia lakukan sebebas-bebasnya.”

“Aku setuju, tapi mungkin ada suatu kesalahpahaman di sini. Meski mengingat obsesi Kiritaka-san pada Liliana, barangkali konklusinya jelas begitu.”

“Pandanganku mengenai pria Kiritaka ini semakin buruk. Akankah negoisasinya baik-baik saja? Sulit membayangkan komunikasi dengan seseorang sepertinya.”

Orang kaya yang tamak nan menjijikkan terlintas dalam benaknya, orang rakus dan penuh nafsu. Seperti yang disebutkan Otto sebeumnya, aneh menutup mata terhadap pencarian bijih sihir tak bersalah Emilia. Kesan Subaru tentang si pria memang buruk.

“Aku tidak ingin menunjukkan Emilia-tan cantikku kepada orang sepertinya.”

“Beliau bertemu Emilia-sama mestinya tidak jadi soal. Kiritaka-san sedikit sulit ditangani, tapi dia tidak setidak bijaksana itu. Tetapi ….”

Julius terhenti, seakan bingung bagaimana melanjutkannya, membuat Subaru bingung akan keraguan langkanya. Akhirnya, Julius mendesah pelan dan memindahkan pandangannya dari Emilia ke Subaru.

“Mungkin lebih baik tidak mengikutsertakan Beatrice-sama.” “Apa maksudmu!?”

“Yaa, Kiritaka-san dan aku tidak berhubungan baik, jadi aku berbicara dengannya untuk memperkirakan isi pikirannya.”

Ujar Julius dan Anastasia. Mengacu ke satu ringkasan. Subaru berdiri dan ….

“… dia lolicon!?”

“Hanya dapat dispekulasikan orang lain. Lain maksud, rumor tanpa dasar. Entah bagaimana, selera beliau tak mengubah betapa mempesonanya Anastasia-sama.”

“Kata-katamu kurang elegan.”

Elegan atau tidak, Anastasia tak keberatan pada ucapan Julius. Teori Subaru tidak membantah dan menerimanya memang benar. Walau begitu, Subaru memikirkannya dalam hati, kau serius?

“Lebih banyak lolicon menyebalkan, seolah Clind-san saja belum cukup ….”

Mengingat kepala pelayan yang serba bisa, Subaru ingin memeluk kepalanya sendiri. Sayangnya, ada perbedaan antara selera Clind dan Kiritaka. Clind mungkin tak tertarik kepada Anastasia. Yang Clind cari adalah kecantikan dari dalam dan siakpnya terbukti dari Emilia. Clind memandang ketidakdewasaannya dan menghormatinya sebagai seorang loli dalam roh.

—di sisi lain, Kiritaka merupakan orang yang menekan penampilan luar. Anastasia mungkin seumuran Subaru, tapi perempuan itu kelihatan lebih muda. Semenjak tubuhnya sedikit sekali potensi untuk berkembang, dia bisa dianggap seorang loli legal. Kecenderungan Kiritaka untuk menyukainya jelas sekali. Dan Beatrice ….

“Beako kita adalah loli serba guna yang mampu menyalurkan selera Clind dan Kiritaka ….”

“Aku tidak terlampau memahaminya, tapi rasanya komentar pedas, ya.”

“Idiot! Ugh. Aku memikirkanmu! Kau … kau punya daya tarik berbahaya. Kau akan membuatku resah jika lengah!”

“Aku-ah, mmm … j-jika kau segelisah itu, berarti kau tidak melakukan hal salah. Hehehe.”

Sekalipun tak merasakan kepanikan Subaru, Beatrice dengan gembiranya memegang ujung lengan pakaian Subaru. Sementara, Subaru memegangnya erat-rat. Selama mereka berada di kota tersebut, ide bagus untuk mengawasinya.

“Jadi, anu, apa dia suka orang pendek?”

“Dugaannya blak-blakan sekali. Bukan, lebih seperti tipe orang yang suka makan buah segar yang belum matang ….”

“HENTIKAAAAAAAAAAN! Jangan katakan hal kotor semacam itu kepada malaikatku! Aku mengerti sekarang! Tidak usah ditambah lagi! Oke? Hentikan, hentikan!”

Subaru menghalangi Beatrice dengan tangan kiri sedangkan Emilia dengan tangan kanan. Anastasia menertawakan kelewat protektif Subaru sementara Julius nyengir.

“Kesampingkan tingkah Natsuki-san, kami menerima persyaratan Anda. Kalau bisa, saya ingin menemui Kiritaka-san. Akankah kami menemukannya di Kamar Dagang1?”

“Itu benar. Yahh, Kiritaka-san sangat sibuk, mengingat dirinya menjalankan banyak fungsi kota. Aku penasaran gedung mana kau akan menemukannya.”

Anastasia sedikit menggoda pertanyaan serius Otto sebagai tanggapannya, Bapak Menteri cuma menerima tanpa daya. Otto mengelus dagu, kemudian menghadap Subaru.

“Sudah kuduga, bahkan langkah pertama pun sukar. Aku ingin mempersiapkan tempat tenang untuk membicarakan hal-halnya, tapi … kita harus ke mana?”

“Benar juga … yah, jujur saja, aku tidak tahu kita di mana. Jadi aku mau keluyuran saja.”

Dari gerbang utama, Pristella tidak terlihat kebesaran, tapi bagi orang luar, navigasi pemandangan kota sama saja mimpi buruk. Subaru percaya diri dengan penunjuk arahnya, tapi seberapa bermanfaat itu di kota yang jelannya dilalui air?

“Mungkin, ada pemandu wisata di sepanjang kanal ini—lagi pula, banyak turis di kota, dan kemungkinan banyak orang memanfaatkannya untuk menawarkan tur.”

“Gak guna, aku ini mabuk laut. Suatu ketika saat masih SD, kambuh pas menyeberang sebuah danau sewaktu sedang dalam perjalanan sampai-sampai orang-orang menghina diriku yang mabuk.”

“Aku tidak terlalu paham, tapi kau kelihatannya punya ingatan buruk tentangnya, kayaknya.”

Melihat Subaru yang jatuh mengenang, Beatrice jadi iba. Mau bagaimana, sugesti Otto bisa jadi adalah yang terbaik, lantas Subaru harus menerimanya.

“Maaf menginterupsi diskusimu, tapi kekhawatiran itu tidak diperlukan.”

“Apa maksudmu, Julius?”

Emilia menoleh ke Julius yang tersenyum sedikit.

“Sederhana. Kami sudah mengirim utusan untuk berkorespondensi dengan Kiritaka-san.”

“Utusan?”

“Adikku Joshua, tentu saja. Ricardo menemaninya.”

Subaru senang mengetahui keberadaan mereka berdua, tapi agak kesal juga. Walaupun mereka menyikapi kewajiban wajarnya ….

“Alangkah baiknya mereka di sini menyambut kami.”

“Karena kami yang mengundangmu, sudah jadi tugas untuk mengurusnya. Tidak usah khawatir mengenai peliknya urusan lain. Hal-hal demikian tidak layak disebut.”

“Kalau begitu jangan diungkit!”

Mereka saling mengolok seperti biasa. Di satu sisi, Subaru makin menghormati fraksi Julius, tapi di sisi lain dia sangat terganggu oleh kurangnya persiapan fraksi Emilia. Omong-omong ….

“Kalau begitu kalian pastinya tidak sabar, tapi lebih baik kita menunggu kepulangan mereka. Oh ya, pengawal pribadiku belum pulang.”

“Benar juga.”

Subaru duduk lebih santai. Bersiap-siap menjawab pertanyaan tentang absennya Garfiel. Anastasia segera mengikuti petunjuk tersebut ….

“Seperti yang kalian tahu, Mimi tengah absen—dia lagi apa? Anak itu menemaninya … dia yang bernama Garfiel. Ceritakan asal-usulnya.”

“Namanya Garfiel Tinsel. Umurnya lima belas tahun, usia-usia kebanyakan bocah penghayal. Kebiasaannya menggigit sesuatu dan mendengkur keras. Tapi selain itu, dia bocah yang jujur dan berterus terang. Meskipun perasaannya hancur, cara naifnya memandang sesuatu takkan berubah. Ialah seorang pemuda murni seperti itu.”

“Mungkin itu benar.”

‘Aku tak ingin adik perempuan manisku dicuri olehnya,’ begitulah yang mati-matian dipikirkan Anastasia. Bahkan tanpa mempertimbangkan potensi hubungannya dengan Mimi, Subaru menganggap Garfiel seorang adik lelaki lucu, dan percaya kelebihannya akan dikenal.

“Aku bertanya-tanya bagaimana suara Biduanita yang ternama itu. Aku merasa sangaaaat bersemangat. Aku penasaran dia akan tampil atau tidak jika kuminta.”

“Jangan khawatir, Liliana adalah orang yang berpengalaman dalam kebiasaan sosial. Jadi bia dia hadir dalam pertemuan Anda bersama Kiritaka-san, saya yakin dia akan senang tampil.”

“Wa, itu betul. Kedengarannya asyik.”

—sementara itu, kata-kata Julius kian memikat minat Emilia pada si Biduanita. Otto memperhatikan dialog kedua kelompok, mendesau.

“Karena fraksi kita berlawanan, aku kira hubungannya akan lebih tegang … apa hanya aku saja yang berpikir demikian?”

“Jangan berkecil hati. Kau tidak kebanyakan berpikir, Subaru dan Emilia bahkan tak cukup berpikir, kayaknya.”

Beatrice jarang-jarang menunjukkan simpatinya kepada Otto yang secara mental maupun fisik akan diberi beban selama kediamannya di Pristella.


Joshua kembali, dan Garfiel tak lama lagi akan balik juga.

“Kiritaka-san biasanya sibuk, alih-alih berada di balai kota hari ini, beliau akan berada di kantor pribadi yakni Markas Perusahaan Muse, jadi waktu-waktu sekarang cocok untuk berkunjung.”

“Seperti itu toh. Mmnn, kerjamu bagus, Joshua.”

Joshua setelah kembali ke kakak laki-laki serta masternya, menyatakan laporannya. Setelah Anastasia mengangguk puas, Joshua memindahkan pandangannya ke Subaru.

“… terima kasih sudah datang sejauh ini. Saya yakin Anda mendengar rinciannya dari Anastasia-sama, tapi kami sedang membangun kontak dengan Kiritaka-san.”

“Oh, terima kasih banyak. Itu menghembat banyak waktu kami.”

“Saya tidak senang membantu Anda, semata-mata mengikuti perintah Anastasia-sama belaka. Saya benar-benar ingin kakak saya tak bertemu Anda.”

“Kau jujur seperti biasa.”

Mata Subaru membelalak terhadap ucapan jujur Joshua. Kelihatannya menyadari kebencian yang tersimpan di hadapan Subaru.

“Joshua. Semua orang yang hadir di sini, termasuk dirinya, adalah karena undangan Anastasia-sama. Tidak sopan kepada tamu akan memperburuk reputasi Anastasia-sama, jadi tolong jangan lakukan itu.”

“… aku sungguh minta maaf, kakanda.”

TL N: karena penerjemah inggrisnya si Joshua pake imbuhan yang menyatakan hormat, yaitu ‘-sama’ jadi gua buat bahasa indonesianya penuh hormat juga.

Julius menghembuskan nafas di depan Joshua yang tatapannya jadi kesal. Kemudian menoleh ke Subaru dan meminta maaf ….

“Maaf. Dari kami berdua. Biasanya adik laki-lakiku tidak berperilaku seperti ini … sepertinya disebabkan oleh lingkungan tak sesuai.”

“Aku tak keberatan seandainya kalian berdua bertengkar di tempat lain, tapi berada di tengah-tengah interaksi kakak adik rasanya menakutkan bagiku.”

“Huh. Akan kami ingat baik-baik.”

Tanggapan Julius terhadap kata-kata Subaru bercampur humor dan ironi. Joshua terlihat tak puas, tetapi tatkala Subaru menangkap sepasang pupilnya, Joshua memalingkan mata. Apa karena kecemburuan intens?

“Yah, berkat bantuanmu, kita bisa mengunjungi Kiritaka-san sekarang. Boleh menganggap penginapan ini merupakan tempat tinggal sesudahnya?”

“Jangan sungkan. The Seasylph Lodge adalah penginapan yang punya rekam jejak hebat, baik dalam suasana ataupun kenyamanannya. Tolong nantikan makan malam nanti.”

“Benar juga. Dalam hal ini, akan kami nantikan.”

Emilia tersenyum percaya diri ke Anastasia yang tangannya menyisir rambut perak panjang miliknya.

“Kami akan sungguh-sungguh berbicara serius bersama Kiritaka-san agar bisa menikmati makan malam lezat tanpa khawatir.”

Seketika Emilia selesai bicara, dia berdiri dan hendak meninggalkan penginapan. Subaru mengekor di belakang sewaktu berjalan ke kapal yang Joshua persiapkan untuk mereka, waktu itu ….

“Ey Kapten! Tunggu dulu! Gua mau ngomong sesuatu!”

Garfiel bergegas melompat ke depan penginapan untuk mencegat mereka. Rambut pirang dan pakaiannya sedikit kotor, raut wajahnya lelah.

“Ah … huh … ketemu. Kalau bukan berkat orang wajah anjing itu, keknya gua kaga bakal selamat.”

“Orang berwajah anjing, maksudmu Ricardo? Bukannya kau sedang berkencan ria sama Mimi, dan paman besar menakutkannya menginterupsi?

“Kencan? Kagak becanda! Pas cebol itu nyeret gua, bukan, cebol lain nyerang gua dan hampir aja gua mati. Kalau gua ngelawan mereka mungkin nangis, jadi gua kabur aja ….”

Menurut cerita Garfiel, Subaru menduga bahwa Ricardo-lah yang mencegah tragedinya. Tentu saja Mimi punya dua saudara kembar lain yang menyebabkannya. Mungkin Tivey yang punya watak tenang sedang menyembunyikan sisi kejamnya. Atau boleh jadi Hetaro yang takut saudarinya direnggut, mereka mengemukakan kecenderungan siscon untuk pertama kalinya. Siapa pun mereka, sekarang situasinya baik-baik saja.

“Sebab gua pengen ikut rencana lu, gua ke sini deh, Kapten.”

“Ah, salahku. Kami berencana menemui seseorang yang menjual bijih sihir. Kalau dipikir, kurasa kita harus menunggu pengawal.”

“Dah jelas, ye?”

Subaru menambah Garfiel yang lega ke dalam kelompok dan menuju dermaga. Perahu yang ditumpangi kelompok Subaru siap sedia. Seluruh kapak kecil dengan cukup ruang untuk dipenuhi delapan orang, termasuk si pelaut.

“Terdapat hukum kota berkenaan ukuran kapal. Misalkan kapalnya kebesaran, jalannya akan macet, dan tidak aman sekiranya kapal berdesak-desakan.”

Pelaut berkulit gelap yang mengemudikan perahu dengan senang hati menjawab pertanyaan Subaru. Kereta naga di jalan raya luas tidak jadi soal, namun di kanal, aturan lalu lintas mesti diperhatikan.

“Andaikan terjadi tabrakan dan ada kapal tenggelam, lazimnya salah kurangnya kemampuan pelaut. Selain itu, banyak kapal-kapal ini yang menjadi warisan turun-temurun antar generasi, jadi kehilangan kapal sama saja kehilangan reputasi.”

“Tentu saja. Mengenai kapal naga air … apa ada konflik di antara mereka?”

“Naga air entah bagaimana hidup di sini, mereka bisa sopan satu sama lain.”

Sebagaimana naga darat, mereka punya naluri baik dan dapat dipercaya untuk menarik perahu kecil. “Kau wajib mencobanya di lain kesempatan,” Subaru pertama kali teringat perasaannya kala melihat naga darat dan bersemangat oleh rekomendasi pelautnya. Mungkin perjalanan pertama bersama naga air akan membangkitkan rasa takjub serupa.

“Ini pertama kalinya aku menyeberangi air sama kapal. Aku sangaaaaat senang.” “Begitukah? Wah, memang rasanya berbeda dengan laut.” kata Subaru.

“Apa itu laut?”

Bayangkan saja genangan air tiada habisnya. Kampung halamanku persis berada di sampingnya.” “Hmmm … tapi, akan bagus ketika merasa haus.”

Subaru tertawa seraya menanggapi jawaban bak anak kecil Emilia. Sayangnya, meminum air laut saat kau haus akan membunuhmu. Apa pun itu, Subaru tak mau mengungkit air asin karena akan menyeret lebih banyak pertanyaan.

“Ada sungai ada jembatan, tapi andai kata kau ingin menyelundupkan barang tanpa menyeberangi jembatan, satu-satunya pilihan adalah lewat perahu.”

“Bau-baunya dari pengalaman.”

“B-bukan berarti aku melakukan hal itu! Hanya pengetahuan dari orang! Jangan lemparkan kecurigaan-kecurigaan aneh macam itu, ya!”

“Brotto, lu beneran keringetan.”

Seakan-akan mengabaikan penolakan spesifik mencurigakan Otto, kapalnya mengikuti gerakan pelaut kala kembali bergabung ke kanal utama di depan. Mengesankan, arus air mengalir berlawanan dengan arah kapal.

“Hah, kok bisa aliran airnya seperti ini?”

“Hehehehe. Aku sebetulnya tahu jawaban itu. Lihat, pandang dinding kota.”

Dia menepuk lembut bahu Subaru dan tangan bebasnya menunjuk kejauhan. Subaru melihatnya dan mendapati sebuah menara batu besar yang ditempatkan di dinding kota. Ada empat menara, letaknya utara, selatan, timur, dan barat kota.

“Menara-menara itu mengendalikan aliran air. Menggunakan semacam mekanisme sihir canggih yang beroperasi menggunakan kekuatan batu sihir air. Nampak pintu air besar kota juga dikendalikan olehnya.”

“Waw, itu mengagumkan. Bahkan lebih keren daripada hukum perjalanan.

Berkat penjelasan Emilia, Subaru kurang lebih memahami mekanisme misterius di balik arus air. Yakin sekali Kota Bendungan Pristella jauh berbeda dari kota-kota lain, dan Subaru masih perlu banyak mempelajarinya, termasuk hukum kota.

“Aturan di sini terkait erat dengan operasi kota, kan?”

“Apa ini soal Kiritaka-san? Sudah kubilang. Aku ingin tahu orang macam apa dia … bagusnya dia memberikan bijih sihir seusai mendengar cerita kita.”

Menyentuh liontin yang tergantung di dada, Emilia menggumamkan harapan tak pasti. Seraya mendengarkan gumaman Emilia, Subaru memegang dagu dan memejamkan mata. Selanjutnya mengayunkan kepala seiring bergerakan kapal dan berbisik ….

“….”

“… aku tidak mendengar kalimatmu barusan, kayaknya.”

Beatrice mungkin satu-satunya orang yang mendengar itu. Mendengar suara keras si gadis, semua orang balas menatapnya. Merasa seluruh tatapan tertuju padanya, Subaru tersenyum dan bilang ….

“Gawat, aku mau muntah.”

—seketika itu, terjadi keributan.


Catatan Kaki:

Kamar dagang (bahasa Inggris: chamber of commerce) adalah sejenis jaringan usaha yang dibentuk oleh para pemilik usaha untuk mewakili kepentingan mereka. Usaha-usaha ini menjadi anggota kamar dagang, dan kemudian mereka memilih badan direksi atau eksekutif untuk menetapkan kebijakan. Badan ini lalu mempekerjakan seorang Presiden, CEO, atau Direktur Eksekutif, ditambah dengan pegawai-pegawai yang diperlukan.

Kamar dagang pertama didirikan pada tahun 1599 di Marseille, Prancis. Sementara itu, kamar dagang berbahasa Inggris tertua adalah Kamar Dagang Jersey yang didirikan pada Februari 1768, pada tahun yang sama dengan tahun pendirian Kamar Dagang New York.

Sebagai institusi non-pemerintah, kamar dagang tidak berwenang membuat undang-undang yang berdampak terhadap usaha. Namun, mereka dapat melakukan lobi agar pemerintah mau menetapkan undang-undang yang memajukan kepentingan usaha.

Share this post on:
Subscribe
Notify of
guest
7 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Kodai

sedap bangat dah sabtu minggu update terus
makasih min

Youi

Donasi kemana nih?
Bikin halaman donasi min

Azis

Goooo

subaru naik haji

kakanda ndasmu…

lalalala

Mata Joshua membelalak terhadap ucapan jujur Joshua.

salah tuh min.