Share this post on:

Perjamuan Makan Malam Menjijikkan

Penerjemah: DarkSouls

Semua orang menatap gadis muda yang mendengus, selagi gaunnya bergerai tertiup angin.

Si gadis—Beatrice, matanya melihat-lihat sekeliling, mengamati situasi. Di alun-alun besar Waterway Street, terdapat Ley Batenkaitos sang Kerakusan yang terluka, Otto dan orang-orang lain melawannya.

Melihat Otto dan Felt serta yang lainnya, Beatrice mendesau napas lelah.

“Wajah-wajah itu agak menyedihkan, kayaknya.”

Semua orang terlalu lelah untuk membantah komentar Beatrice yang mendesah. Akan tetapi, Beatrice yang ikut andil pertarungan pasti bakal menjadi titik balik pertempuran yang seiring waktunya memburuk.

Alamiahnya, perasaan lega muncul di dalam dada Otto.

“Bea … eh.”

Begitu dia ingin memanggil namanya, Otto menutup mulut.

Batenkaitos adalah makhluk yang memakan Nama. Dia barusan melancarkan taktik meminta Felt dan yang lain tidak memanggil namanya.

Sikap Batenkaitos kepada Otto yang menyembunyikan nama. Dia jelas sebal karena dirinya penghalang Makanannya. Dengan kata lain, Batenkaitos, demi memakan nama lawannya, dia mesti tahu Nama mereka.

Namun pemikiran Otto berakhir sia-sia.

Entah kenapa—

“—Beatrice-sama? Ap~a, yang kau lakukan di luar?”

Sebab itulah yang diutarakan Batenkaitos, leher condong maju dan mata tertuju kepada Beatrice.

Terus mengamati Beatrice, Kerakusan melanjutkan kata-kata misteriusnya.

“…”

“Meskipun tidak suka keluar rumah. Selain waktu makan, atau ketika ditemani Roh Agung-sama … a~h, ternyata ada be~berapa pengecualian?”

Batenkaitos melanjutkan kata-katanya, melawan Beatrice pendiam.

Perkataannya seolah punya hubungan dekat, yang mana hal itu tak akurat, tetapi tak salah lagi kata-kata orang yang punya jarak dan hubungan di masa lalu.

“Artinya dia kenalanmu di masa lalu … Beatrice-san—ah.”

Hubungan masa lalu, antara Batenkaitos dan Beatrice.

Keduanya bertengkar sebelum sempat memanggil nama Beatrice, tenggorokan Otto tercekat di tengah bicaranya. Kali ini dia tanpa sadar melirik Beatrice.

Mengiggit bibir, amarah berputar-putar di mata besar dan bundarnya, dia Beatrice.

Sangat jarang gadis Roh ini marah. Di hadpaan Otto yang heran, Beatrice menarik napas dalam-dalam, kemudian memberengut kepada Batenkaitos.

“—faktanya, trikmu sudah dimengerti. Jadi begitu, kayaknya.”

Gumam Beatrice dengan suara berat nan dalam.

Suaranya tak serasa benci. Tetapi suara yang menekan emosinya sendiri.

Menyembunyikan amarahnya dari wajah, Beatrice mengunci pandangan ke bagian dalam mata rusak dan kotor Batenkaitos, lalu merubah bibirnya karena jijik terhadap apa yang dilihatnya.

Kemudian …

“Faktanya, kau, berapa banyak orang yang akan kau timbun dalam dirimu sampai kau muak?”

“Siapa ta~hu? Tapi, kuantitas yang kami makan masih lebih baik dibanding Roy. Roy itu Pemakan Makanan Aneh lantas dia makan apa pun, tetapi karena kami memilah hati-hati, kuantitasnya berbeda ~tsu! Kami mempertimbangkan kualitas hidup yang kami makan, dan itulah yang bertentangan dengan Roy.”

Memakan Nama dan Ingatan, menyatakannya sebagai Makanan adalah dia Batenkaitos.

Menamai dirinya Pencicip Makanan, dan memanggil orang yang dekat dengannya Pemakan Makanan Aneh punya rasa estetika absurd, kedua hal tersebut takkan pernah dapat dipahaminya.

“…”

Dan yang tidak dimengerti Otto adalah perilaku Beatrice saat itu.

Rasa jijik si gadis muda tampaknya bukan cuma dari mengevaluasi Batenkaitos yang berhadap-hadapan dengannya. Nampaknya berbeda dari gambaran negatif, sumber yang berbeda.

Mungkin terkait dengan Batenkaitos yang memperlakukan Beatrice selayaknya eksistensi yang dia sudah kenal—dan, berpikir sejauh itu, Otto tersadar.

Alasan mungkin, di balik Batenkaitos mengenal Beatrice padahal Beatrice tidak mengenalnya.

“… jangan-jangan.”

Kekuatan tempur Batenkaitos, terletak di wilayah yang tidak dapat dimasuki orang-orang yang berlatih keras dan panjang. Otto berhipotesis berdasarkan pendapat faktual Dynas.

“Aku sudah mengantisipasi pengalaman tubuh lawan yang Nama dan Ingatannya termakan. Seni bela diri tanpa senjata dan keterampilan belatimu, mencapai tingkat kecakapan ekstrem itu sesuiamu bakal sulit. Kalau benar begitu, maka …”

Bahkan keterampilan lawan yang dimakan menjadi makanan baginya.

Kalau memang begitu, maka bisa dibayangkan cara Batenkaitos mempelajari kemampuan yang menyaingi sejumlah besar bidang seorang master seni bela diri.

Jika hipotesisnya betul, bukan hanya betul, tetapi ada makna lebih—

“Akan tetapi, misal yang diambil alih bukan hanya pengalaman tubuh.”

Artinya sesuatu yang lebih kejam, berbeda dari ancaman kekuatan tempur. Lagi pula, Batenkaitos sendiri bilang:

—bahwa dirinya, mencari-cari seseorang yang pidatonya menggema ke seluruh kota.

Orang itu, orang lemah dan rapuh, tidak bisa membantu siapa-siapa kecuali seseorang berdiri di sisinya dan mendukungnya.

Kau mengetahuinya dan lama merasa simpati pada karakter Natsuki Subaru. Pemuda tersebut punya bagian misterius itu, membuat orang-orang di sekitarnya berpikir demikian.

Tapi pikiran-pikiran itu mengenai seseorang yang memperlakukannya dengan penuh kasih sayang.

Fakta dia sadar akan kekuatan dan keberanian lemah Subaru, adalah bukti Otto dekat dengan dengannya.

Bila mana buktinya dicuri oleh Kerakusan saat ini, maka hanya ada satu kemungkinan, seorang gadis muda terlintas di benaknya—

“—ah!”

Akhirnya, Otto sama jijiknya dengan Beatrice.

Perubahan warna di mata Otto yang menatap langsung Batenkaitos, anak kecil itu tersenyum lanjut mengekspos taringnya.

“Kepala pelayan keluarga Margrave Roswaal L. Mathers … bentar bentar bentar, itu salah.”

Leher bergerak-gerak seraya mengucapkannya, Batenkaitos melebarkan tangan.

Di tubuh terlukanya, dia mengelus penuh kasih satu belas luka putih. Luka itu yang terletak di bahunya, terlihat ditusuk tiang besi tajam, bahkan menyakitkan melihatnya.

“Kini semata-mata orang kesepian yang dicintai—orang tersayang seseorang, seseorang yang akan menjadi pahlawan suatu hari kelak, pendukung Natsuki Subaru, Rem … kan?”

“…”

“Mari bertemu dengannya, pahlawan-sama tersayang i~tu! Pahlawan kita pastilah datang untuk menghakimi kami, hingga sampai si~ni!”

Lidah menjulur, menjilati lukanya, Batenkaitos tertawa terbahak-bahak.

Tanpa sadar, darah Otto naik ke kepala. Selagi menggertak, giginya mengeluarkan suara berderak-derak, dia penuh amarah sampai-sampai ingin meninju Batenkaitos.

Sikap Kerakusan, suara, senyuman, semuanya menghina perasaan gadis muda kesepian tersebut.

Tanpa tahu seberapa sering gadis muda itu memohon supaya Subaru kembali selamat, sekarang dia hanya diinjak-injak dan dihina. Itulah yang membuat hati Otto membara.

Kerakusan ini adalah lawan yang takkan dimaafkan—

“Beatrice-san …?”

Beatrice melangkah santai dan berdiri di hadapan Otto yang jarinya sedang menghitung sisa jumlah batu sihir di lengan bajunya. Otto tidak mengerti kenapa dia menghadapnya. Lalu …

“Idemu bagus, kayaknya. Faktanya, kerja bagus memanggil Betty ke sini.”

“…”

“Ayo hentikan dia di sini, dengan kekuatan kita sendiri.”

Mengakhiri ucapan Beatrice, Otto mendeklarasikannya.

Meskipun Beatrice tak berbalik, sikapnya menjelaskan seolah setuju. Dialah rekan Subaru yang berkomitmen kepada dirinya sendiri dan orang lain. Otto pahitnya sadar betapa tak menyenangkan andai kekejaman di hadapan matanya mendekati Subaru.

“Sebentarsebentarsebentar, kubilang sebentar!”

Dan, orang yang memanggil kedua orang yang punya hasrat berapi-api untuk membunuh lawan mereka—bukan Batenkaitos. Tapi Felt, dia diam-diam mendengar dialognya hingga kini di samping Otto. Dia mencengkeram paketnya, kemudian diarahkan ke Beatrice.

“Kudengar kau bicara kek orang hebat, tapi dari awal gadis kecil ini bisa melakukan apa. Walaupun aku dengar kau ini rekan nii-chan itu.”

“Ah, anu, begini. Pertama-tama, menjelaskannya sedikit rumit …”

Felt mengesankan keraguannya sendiri yang tidak mampu dijelaskan Otto.

Dia barangkali sudah tahu perkara Beatrice menjadi Roh dan dikontrak Subaru, karena itu sudah rahasia umum. Benar pula kekuatan tempur Beatrice tak pasti saat Subaru absen—

 “Faktanya, orang sepele sepantasnya tidak memanggil orang lain gadis kecil. Andai kau sempat mengkhawatirkan kemampuan Betty, sebaiknya kau gunakan untuk mengkhawatirkan tubuh yang kekurangan masa depan itu, kayaknya.”

“Hei, dasar bocah nakal songong. Sini kukasih tahu, sekarang aku sudah makan dan tidur dengan baik, jadi punggung dan dadaku tumbuh. Kaulah yang mestinya mengkhawatirkan masa depanmu.”

“Sayangnya, desain Betty yang ini sudah ditetapkan. Jadi …. Hmph.”

Dimulai percakapan yang sesuai situasi, namun Beatrice menghentikannya dengan menjeda kata-katanya. Matanya tertarik pada paket tipis di tangan Felt.

Kartu as Felt adalah alat sihir, namun ekspresi Beatrice terkejut ketika menatapnya …

“Mustahil, itu Meteor, kayaknya?”

“Meteor?”

“Ibu …. Faktanya, dulu seorang penyihir tersohor menggunakannya untuk mengganggu naga. Keberadaannya semestinya tak diketahui, tapi ini takdir, kayaknya.”

Felt mendapati penjelasan Beatrice yang mengoreksi bagian pentingnya, diperdebatkan.

Namun menurut Otto, menyatakan Ibu Beatrice pernah membahasnya dan membenarkannya kemudian, bahwa Ibunya adalah Penyihir yang menghilang dari legenda adalah klaim yang dibesar-besarkan.

Otto masih punya keraguan yang ingin ditanyakannya, tetapi bila mana Penyihir sungguh-sungguh menggunakannya untuk mengganggu Naga, potensi keandalannya tinggi.

“Aku dengar penggunaannya ruwet, tapi kita bisa mengharapkan apa dari segi kekuatannya?”

“Faktanya, itu tongkat yang dibualkan punya anekdot yang bisa membuat naga setengah menangis. Kekuatannya dijamin, kayaknya.”

Klaimnya masih sulit dipercaya. Akan tetapi, Beatrice sudah menyampaikan keaslian senjatanya.

Sekalipun Otto kebingungan oleh perkataan Beatrice, Felt masih belum teryakinkan.

“Akan aku ajari tentang yang kau ocehkan nanti. Daripada itu, si kecil ini …” kata Felt.

“Faktanya, nuranimu tidak dapat naik. Tapi, kecemasanmu sia-sia saja, kayaknya. Lagian …” ucap Beatrice.

“Ah?”

“Serangannya sudah dimulai.”

Di depan Felt yang memiringkan leher, wajah Beatrice tersenyum menawan. Tangan kanan terangkatnya menunjuk rileks arah Batenkaitos berada, dan tenggorokan semua orang kemudian membeku.

—kristal violet mengkristal, lalu mengepung sekeliling Batenkaitos.

“Ah, Beatrice-sama sungguh kejam.”

“Menahan diri dan berbelas kasih itu tidak ada di dunia ini buatmu, kayaknya.”

El Minya.

Sihir ofensif langka yang bahkan dalam sihir Bayangan, adalah alasan Batenkaitos menunjukkan kekuatannya.

Begitu Batenkaitos mengeluh, kristal violet menari riuh, membidik dan mengarah ke tubuh mungil Batenkaitos.

Serangan keras dann tajam menusuk tubuh kurus yang berdiri tegak—kristalnya pecah, trotoar berbatu terbelah, asap naik. Kejadian bencana di alun-alun besar terbuka ini telah membuktikan kekuatannya.

“Yah, menurutmu bagaimana.”

Menunjukkan kekuatan sihirnya, Beatrice beralih menghadap Felt dengan rupa kemenangan. Biarpun tingkah tak dewasa bagi Roh Agung usia empat ratus tahun, tapi Felt kelewat terdiam seribu bahasa untuk membalasnya.

“Y-yah, lumayanlah, kurasa.”

Tapi kendati tidak bisa berkata-kata, Felt menolak mengakui kekalahan dan kesalahannya.

“S-suaramu, gemetaran, Nona Felt.”

“Kau juga! Berhenti mengatakan omong kosong konyol, tetap melihat ke depan!”

Teriak Felt ke Gaston yang suaranya gemetaran, dia berteriak untuk menyembunyikan suara gemetarnya sendiri. Tapi, tak semua yang dia katakan tipuan.

Lagian, sosok Batenkaitos yang tidak berdaya, yang harusnya menerima serangan sihir Beatrice dan terperangkap dalam ledakan berikutnya, tidak ada di tempat mestinya.

“Dia datang—!”

Dynas berteriak, dan semua orang mengangkat mata mereka mengikuti arah tuju mata Dynas. Di sana ada Kerakusan yang keempat anggota tubuhnya menempel di tanah, bergerak bagai laba-laba.

Kerakusan tersenyum, menunjukkan taringnya sesaat darah mengalir dari matanya.

“Haha~! Beatrice-sama memang he~bat! Bagus sekali, bagus banget, cukup bagus, barangkali bagus, tentu saja bagus, bukannya bagus, tentu bagus, karena pasti bagus ~tsu!”

Sembari menggeleng kepala, merapikan rambut, Batenkaitos melompat dari tanah dan menerkam, sekali lagi menyerbu.

“—sisa lima tembakan lagi.”

Menanggapi serbuannya, Otto mendengar Beatrice menggumam sesuatu meresahkan sambil menjilat bibir.

Ketika El Minya digunakan, setelahnya serangan menimpa Batenkaitos, Beatrice merasakan pecahan batu sihir di sakunya.

Jumlah batu sihir yang tersisa bersamanya hanya enam—perihal penggunaan Beatrice, cuma lima yang dapat digunakan dalam pertempuran.

—dalam pertempuran di kota ini, pertemuan awal dengan Uskup Agung Dosa Besar Kemarahan dan Keserakahan serta pertarungan insidental berikutnya melawan mereka di alun-alun.

Hasil pertempuran itu, Beatrice menghabiskan mana-nya untuk menyembuhkan Subaru dan orang-orang di kota, sampai-sampai mengganggu kemampuan fisiknya.

Roh Beatrice adalah Roh Buatan yang diciptakan Echidna sang Penyihir.

Kekuatannya jauh lebih akbar ketimbang Roh normal, tetapi bayarannya dia punya beberapa kelemahan menyusahkan.

Dia yang tanpa kemampuan saat ini, adalah ganjaran gara-gara memainkan kartu yang harusnya tidak boleh dimainkan.

—sedangkan situasi sekarang, Beatrice memegang tujuh batu sihir.

batu sihir besar yang ditimbun mana selama bertahun-tahun. Di antara batu sihir, satunya sudah hancur, hanya enam yang tersisa. Batu sihirnya diberikan kepada Beatrice yang tertidur lelap, oleh Kiritaka—yang menyadari kejadian di alun-alun besar ini, tujuan tindakannya adalah memberi mereka bantuan.

“Tolong, aku minta dari lubuk hatiku, Roh Agung-sama. Tolong pinjamkan aku kekuatanmu, dan gunakan untuk bertarung melindungi kota ini. Di kota ini, ada orang-orang yang aku cintai.”

Semuanya kacau dan hampir menangis, tetapi Kiritaka tetap memohon pada Beatrice. Beatrice tak punya pilihan selain merespon Kiritaka yang menggunakan batu sihir tak ternilai harganya tanpa pikir panjang untuk membangkitkan tidur Beatrice.

Seandainya Beatrice ingin mengatakan kebenaran, dia pengen langsung cepat-cepat mendatangi Subaru.

Situasi kota telah berputar, dan Subaru pun sedang diancam. Seumpama dia tak di sisinya, bagaimanapun Subaru itu pria yang sangat meresahkan. Karenanya, sebab dirinya kini sudah bangun, dia akan mendedikasikan dirinya kepada Subaru—

“Bodoh, kayaknya. Tidak, faktanya bodoh.”

Beatrice menyerah pada keinginannya, begitu merasa bersalah sesudah menyadari kebahagiaannya berkedok resah.

Misalkan Subaru memilih bertarung, tanpa kehadiran dirinya, maka artinya Subaru punya cara bertarung tanpanya.

Subaru tidak ingin melebih-lebhikan dirinya. Sebaliknya, dia cenderung terlampau meremehkan diri.

Dia takkan dengan cerobohnya mengkonfrontasi lawan yang takkan bisa dia menangkan, dan andaikan menang melawan lawan bersama Beatrice, dia entah bagaimana akan membangunkan Beatrice.

Maka dari itu dalam pertempuran ini, Subaru tak membutuhkan Beatrice yang ditinggalkan sendirian.

Itulah sebabnya, seketika Subaru kembali dari pertempuran, Beatrice pun harus punya catatan kemenangan di ikat pinggangnya agar sebanding.

Bagi Beatrice yang sekarang menjadi bantuan, Kiritaka menawarkan tujuh batu sihir besar.

Tidak sanggup menggunakan mana dari sekelilingnya, Beatrice kini menggunakan mana dari batu sihir layaknya konduktor tak efisien sebagai pilihan terakhir.

Di saku gaunnya, ketujuh batu sihir mampu melakukan mukjizat, tetapi potensinya sekarang terbuang sia-sia karena penggunaan sihir belaka.

Kau normalnya yakin kekuatan batunya bisa digunakan untuk merapal bukan cuma sepuluh, tetapi ribuan sihir. Akan tetapi, walaupun tingkat sihir tidak ada batasannya, tapi entah serendah apa sihirnya, batu sihir akan hancur dalam satu rapalan. Karena salah satu dari enam batu mesti disimpan, cuma lima belaka yang bisa dimanfaatkan.

—dengan kata lain, Beatrice harus menuntaskannya dalam lima langkah.

“Reuni sama Bubby harus ditunggu dulu, kayaknya. Alih-alih reuni, faktanya, kau akan melihat neraka.”

Salah satu batu sihir besar yang Kiritaka berikan pada Beatrice awalnya dimaksudkan untuk ditempati Puck. Itu tujuan awal perjalanan mereka, namun ironisnya kini dihancurkan untuk bertempur.

“Kami lelah melihat neraka ~tsu! Lagi pula, yang dimakan kami, mereka se~mua mencicipi~nya di akhir!”

Meneriakkannya, Batenkaitos melompat mendatangi mereka.

Gerakannya biasa saja, namun tatapan tajamnya sangat berhati-hati soal Beatrice.

Dia tidak tahu fakta bahwa Beatrice akan kehabisan gas setelah lima serangan, bahwa dia akan kehabisan mana. Untuk mengesankannya, Beatrice telah melangsungkan serangan kuat ditukar satu batu sihir, strategi itu menggunakan barang terbaik di fakultas, dan kualitasnya sudah lulus uji.

Beatrice mengangkat tangan kiri, mengarahkan telapak tangannya ke Batenkaitos di tengah udara.

Al Minya!”

“— ~tsu!”

“Faktanya, bercanda doang.”

Ketika itu, memperkirakan sihir tingkat sangat tinggi, Batenkaitos menguatkan tubuh. Di hadapannya, Beatrice menjulurkan lidahnya dan melompat mundur.

Saat itu, Gaston dan Dynas terjun ke Batenkaitos yang tubuhnya dilengkung.

“Hyaaaaat!”

“Makan ini juga!”

Dua pria yang berteriak melancarkan serangan balik ke Batenkaitos, dengan dua pedang dan satu tinju.

Serangan berat dan tajam menghujam Kerakusan, tapi Batenkaitos menghindarinya dengan pengendalian tubuh terbaik, setelahnya balas mengarahkan belati sendiri ke kedua orang yang mendominasi.

Tepi bajanya bergerak ke sana-kemari, mengincar langsung menuju leher Dynas.

“Bahaya … uagh!”

“Maaf!”

Gaston menghalangi jalur belati, melindungi Dynas dan menerima serangannya sendiri.

Suara letusan kayu bergema dan kekuatan belati melemah, namun Gaston tertarik mundur, batuk hebat, dan darah merah merembes keluar dari bibirnya.

—batas kemampuan penggunaan mana-nya, atau disebut juga Flow Method.

Menanggung tubuhnya, cara Gaston bertarung melawan pedang dan pukulan menggunakan keterampilan yang disebut Flow Method, metode alternatif penggunaan mana selain untuk sihir.

Keterampilan yang melibatkan jauh lebih sedikit bakat dibanding sihir—hanya berlatih dan jumlah latihanlah yang berarti, pengguna pun perlu menumpahkan darah untuk menggunakannya.

“Tapi, faktanya, kelihatannya dia terlalu memaksakan diri.”

Di mata Beatrice, aspek dan bakat Gaston biasa-biasa saja.

Dia yang entah bagaimana sanggup menghadapi tombak Uskup Agung Dosa Besar dengan Flow Method, adalah karena Batenkaitos dari tadi kalem menghadapi Gaston.

“Ma~kan nih ~tsu!”

“Ugh, agh!?”

Berlutut, dia menendang ke atas tepat ke rahang bawah Gaston.

Hidung Gaston berdarah kemudian pingsan tak bergerak, raksasa itu kini tidak mampu bertaurng. Dengan ini, kekuatan perang mereka dikurangi satu per satu.

“Kau be~neran berusaha keras, Gaston! Kau bertarung cu~kup berani—Kau berusaha dan berusaha, tapi kau ga~gal! Kami menilai layak orang seperti itu ~tsu!”

“—kau, bajingan!”

Melihat sosok Batenkaitos mengejek Gaston, darah Felt naik ke kepalanya, dan mengarahkan Meteor yang dipegangnya lurus ke kepala Batenkaitos.

Andaikata digunakan dengan cara seharusnya, mungkin kekuatannya sesuai kekuatan Penyihir. Tapi jika hanya sebagai dagelan semata, maka mustahil memanfaatkan potensi penuhnya.

“Uh, o~h! Aduh Felt-chan, ka~u me~mulai~nya ~tsu!”

“Ba, cot! Enyah, brengsek!”

Sambil berjuang keras memegang tongkat, Felt terus menggunakan kemampuan fisiknya untuk mencoba mendaratkan pukulan keras ke Batenkaitos. Batenkaitos menghindari semuanya, dengan gerakan elegan kakinya, seakan-akan menari luar biasa.

Meteor-nya memang mengontak rambut Kerakusan, namun tidak cukup menyakitinya. Keterampilan mereka kesenjangannya besar. Dia sungguh-sungguh memperlakukan Felt bak mainan.

“Kau! Minggir sekarang, kayaknya! Faktanya, pedagang kita sudah menyelamatkan si orang besar!”

“Kau kira aku ke sini untuk mengacau!”

Perbedaan kemampuan fisik mereka sudah jelas, sudah pasti Felt akan kalah kalau diserang balik.

Selagi Felt menyerang Batenkaitos, Otto buru-buru menarik Gaston yang pingsan keluar dari medan perang. Dynas pun memastikan tekstur kedua katana-nya, mencari-cari celah untuk menembus pertarungan Felt dan Batenkaitos, tapi tidak ada kesempatan.

Biarpun muncul perubahan, Batenkaitos mengisi kekosongannya sepenuhnya. Cara mengamati baik-baik untuk sebuah kesempatan dan menunggu perubahan, mengisyaratkan kenyataan bahwa Kerakusan yang kalah jumlah dan semestinya kalah unggul, malah yang memerintah tempat ini.

“Apa, ada apa, apa ini, apa yang terjadi, mengapa terjadi, apa yang mungkin terjadi ~tsu! Meskipun melompat membantu, akankah Felt-chan dengan menyedihkan meninggalkan pertarungannya?”

“Berisik banget! Kau, dasar bangsat, diam saja dan diserang …”

“Begitukah—tapi kami kebosanan se~karang.”

“Uh, hyaaahh!?”

Sewaktu Felt berteriak sambil mengayunkan Meteor, kala itu, Batenkaitos sudah melangkah maju. Jarak di antara mereka berdua menjadi nol, dan telapak tangan Kerakusan membelai dada langsing Felt.

Kala itu, kejutan yang berdampak pada tubuh gadis muda melemparnya dengan lembut ke belakang, menjeritkan nada tinggi, Felt terguling menuruni trotoar batu.

Serangannya cukup kuat hingga melempar ke belakang tubuhnya, tetapi masalahnya di sini bukan itu.

“Oh tidak! Dia sudah disentuh secara langsung!”

Otto berteriak, melihat Felt batuk-batuk yang dadanya terkena serangan. Melihat wajah pedihnya, Beatrice mengerti alasan gelisahnya Otto.

Makanan Kerakusan sudah disiapkan.

“Felt-ch~an—Ayo makan.”

Mengikuti prinsip tak asing, tangan kiri yang menyentuh Felt, dia jilat dengan lidah menjulurnya.

Ibarat ada hal penting, seperti gadis muda bernama Felt, yang hadir di sana.

Menempatkannya ke lidah seolah menyukainya, membelai tekstur kasarnya, merasakan setiap bagiannya bak dipanen, kemudian dijatuhkan ke keranjang roti tanpa ampun mencernanya.

Seketika selesai, makanan Kerakusan berakhir, dan Namanya akan menetap bersama si penghujat.

Selanjutnya semua jejak gadis muda bernama Felt menghilang dari dunia—

“Ugh, hoek~ … ~tsu.”

“Ha~h? Kenapa, bajingan. Orang itu bisa sampai setidak sopan apa.”

Felt menggeleng kepala, melihat Batenkaitos yang jatuh berlutut dan muntah-muntah.

Tentu saja eksistensi Felt tidak menghilang, dia cuma memiringkan leher marah.

—tatkala itulah, tatkala makanan Kerakusan telah gagal sampai-sampai tak enak dipandang.

Share this post on:
Subscribe
Notify of
guest
3 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Satou

Mantap min…lanjutkan?

IhsanWeeb

Re: Zero!
YES
THAT’S WHAT I NEED

Muhammad Irfan bakti

Terbaik penterjemah