Share this post on:

Panggung Liliana Masquerade

Penerjemah: DarkSouls! DarkSouls! DarkSouls!

“Gah! Beneran bencana! Apinya kepanasan! Terlalu panas! Tujuh kali lipat lebih panas dari api biasa! Dibakar oleh api ini artinya mati menderita tujuh kali lipat!”

Dinding putih api didirikan di depan mataku! Karena api yang takkan terbakar jika disentuh, tapi ajaibnya serasa memberikan gelombang panas, sebenarnya rasa sakitnya yang bisa ditahan artinya apinya dapat ditembus.

Maka dari itu, agar kebenarannya tetap tersembunyi dari semua orang yang teramat takut untuk maju, aku mati-matian pura-pura jadi seseorang yang menderita karena terkena ledakan api, berarti aku memberi tahu semua orang di sekitar kanal akan bahayanya api!

Yah, walaupun kondisi mental semua orang sedikit berisiko, nampaknya mereka tak punya insting dan menganggap apinya berbahaya. Jadi tindakan mati-matianku barangkali takkan berguna, meski begitu, tidak melakukannya tak dapat kubenarkan.

“Walaupun Priscilla-sama bisa dengan mudah merebut kembali semangat orang-orang dengan menyanyi dan menari.”

Sejujurnya, merebut kembali semangat aaaaarrghh! Suasana hati yang berubah-ubah tentu jadi hambatan, dan dasarnya pun sudah bertentangan sama prinsip lagu.

Mengira sesuatu dibuat-buat dari hasil nyanyian panik tertinggal dalam hati para pendengar adalah maksud alami surga. Lalu merasakan sesuatu dalam maksud surga tersebut, kemudian menyentuh pucuknya akan menjadi dunia indah!

Awalnya bersikap ingin tersentuh, selanjutnya hasrat akan mencari jalan menuju lagu. Tetapi lagu yang mempunyai hasrat di dalamnya tidak aku inginkan.

Jadi bukannya rencana ini bisa dibilang mati sebelum perang!

“Mengingat kembali hidup yang meskipun berumur pendek ini, tetapi hari-hari penuh keributan telah kualami. Ayah-sama dan Ibu-sama, biarpun ada benci ketika diusir ke dunia kejam pada usia tiga belas tahun setelah mendeklarasikan kemerdekaan, namun kini yang tersisa hanyalah rasa syukur sebab dilahirkan sangat manis. Sekalipun selama ini aku merupakan putri tak berbakti, rasa syukur serta kemarahan yang aku rasakan kepada kalian berdua (dengan hormat) adalah sesuatu tak terpisahkan pada setiap jalan hidupku …. Agh! Aaaaa, panaspanaspanas, musim panas tanpa akhir!”

Seraya berterima kasih kepada orang tua dan bertingkah aneh lain, aku merasa seakan-akan orang-orang di sisi lain dinding api hendak mendekat dan sekali lagi pura-pura kepanasan. Benar-benar berharap reaksi kalian tepat dasar orang-orang tidak bisa baca suasana!

Tapitapi, serealistis apa pertunjukanku cepat-lambat akan hancur. Kemudian jika ketahuan, tak mungkin lagi menahan taktik bertahan ekstrem Priscilla-sama.

Baiklah sudah selesai! Berakhir sudah!

“Aduh, aduh, kau masih sempatnya melihat? Anak yang kau harapkan, wajahnya seolah-olah tak punya jalan maju. Aku jelas-jelas dapat merasakan kesedihan dan kelelahan yang melanda jiwa anak itu. Bolak-balik, bukannya agak menyedihkan?”

“Tak sedikit pun.”

Tidak memedulikan aku yang sedang mendekap kepala dan menghitung mundur detik sampai akhir, di tengah halaman yang dikepung kanal terbakar, pertukaran dialog antara Priscilla-sama dan Sirius aneh itu sedang berlangsung.

Demikian, dialognya betul-betul berisikan Priscilla-sama tanpa ampun menyerang nada kukuh Sirius dan tidak menghiraukan kata-katanya! Mengesampingkan cara bicara Sirius sekarang, sosok itu yang memutar-mutar rantai dengan kedua tangannya tidak bisa dibilang kukuh sedikit pun.

Udara ditebas, suasana diiris, jalur rantai logam diayun bebas ke udara! Menurun, menaik, depan-belakang-kanan-kiri menghantam Priscilla-sama ibaratnya ular logam!

Rantai diulur dan ditarik membuat suara menusuk telinga, terus berlanjut hingga kelihatannya Priscilla-sama telah dikekang sangkar besi. Sampai-sampai menjadi penjara.

Batu pijakan yang diserang langsung oleh rantainya meledak tanpa ampun membentuk bolongan, pengupasannya membicarakan jumlah kekuatan tersebut. Seandainya kontak langsung dengan kulit terjadi, hasilnya menjadi bentuk tak enak dilihat ibaratnya dihasilkan taring dan lidah ular! Andai yang diserang adalah seseorang seperti Priscilla-sama yang kulitnya putih dan lembut, menyebutnya siksaan paling ekstrem tidaklah cukup!

Tapi tapi, Priscilla-sama malahan gencar menyerang rantai logamnya—!

“Suara rusuh dan tak jelas, tak hentinya mengerahkan segala cara tanpa tanda-tanda pelepasan, senjata dasar yang bahkan tidak dirasakan sedikit pun keanggunannya, datar dan sepele … sungguh beruntung sejumlah cara tuk mengurangi kemarahanku telah dipersiapkan agar bisa menunjukkan belas kasih. Terhadap kata-kata kotor ini, faktanya hanya tersisa kekaguman.”

“Priscilla-sama kereeeeeeeeeeeennn!!”

Priscilla-sama belum menampakkan ekspresi lesu seperti bicara beliau, mengayun Pedang Yang untuk menyambut rantai yang mendekat paksa dari segala arah. Jangankan depan-atas-bawah-samping, bagaimana mungkin mencegat serangan dari suatu arah tak terlihat seperti dari belakang.

Selain itu barangkali kekuatan ini unik bagi Pedang Yang, tapi kapan pun Pedang Yang membelokkan rantainya, titik kontaknya akan hangus putih, dengan daya serangan yang nampaknya tak boleh dibiarkan, tetapi rantainya akan terbakar dan berangsur-angsur memendek! Misal dilanjutkan maka rantainya pasti akan kehilangan volumenya!

“Heheheh—! Priscilla-sama, tolong singkirkan singkirkan singkirkan itu—!”

“Anggap demikian, pemikiran jujurmu yang lupa menutup mata. Biarpun tindakan setingkat ini bagi seorang rakyat jelata agak sulit, pasti menghilhami lebih banyak kesenangan alih-alih teori membosankan yang terus-menerus berubah. Yah, sekalipun satu orang semata di dunia ini saja sudah cukup.”

“Eh!? Barusan pujian buat saya, pujian ‘kan!? Menganggapnya pujian tak apa, kan? Saya mau merasa senang tahu!! Luar biasa betulan luar biasa. Yey!”

Biarpun aku dikasih tahu itu bukan pujian, aku sudah senang sampai terlambat mengetahuinya!

Menerima dukunganku, Priscilla-sama pun mengangkat martabat beliau. Beliau terus maju, terus membakar rantainya. Suasana mengesankan nampaknya bahkan mengungguli Uskup Agung aneh, dan kini sepenuhnya menunggu semata! Selayaknya ubi dalam oven.

“Tidak tunggu sebentar, Priscilla-sama tak dapat menyelesaikannya begitu saja! Kalau seperti ini melakukannya, usaha kita pun nantinya tanpa hasil eeeeeeh!?”

“Mmn, memang begitu. Terlalu bersenang-senang.”

Berbahaya sekali! Misal tadi aku tidak menghentikan beliau, orang itu akan mati dengan mudah! Sirius yang kewalahan memanfaatkan kesempatan Priscilla-sama yang terhenti untuk melompat jauh ke belakang.

Barangkali lebih baik bilangnya walaupun sikap patuh tanpa komplain Priscilla-sama agak merepotkan, tetapi musuh yang bisa menandingi beliau tidak lain adalah Uskup Agung Dosa Besar, bisa jadi pertanyaan apakah manusia mampu bergerak demikian?

“Mulut jelas telah bekerja sangat keras, namun seorang tuan yang begitu keras kepala tuk membuka hatinya memang jarang ada. Atas alasan apakah jiwamu tertutup rapat.”

Setelah menjauh, Sirius berkedip ke kedua tangannya seraya bicara. Rantainya betul-betul sudah dicukur pendek, namun orang aneh itu bicara sambil memutar pergelangan tangannya untuk mengembalikan panjangnya. Tampaknya banyak rantai melilit kuat tangannya sampai terluka, entah sampai menahan peredaran darah atau tidak.

“Semua hati terlepas dari yang memilikinya. Hidup berarti punya perasaan, tapi tak peduli warna perasaan macam apa yang muncul dari hatinya adalah sesuatu yang setiap orang miliki … bahkan bilang perasaan yang bersikeras kau emban selama ini, selama diungkapkanlah baru bisa dimengerti?”

“…”

“Kau pun punya jiwa yang bisa menderita, perasaan yang disorientasi, sekalipun tanpa ragu menyembunyikan kelemahan dari orang lain adalah syarat untuk hidup kuat … tetapi itu semata-mata bukan tujuan untuk orang kesepian. Yang bisa dicapai orang kesepian ada batasnya. Sesudah menyatu dengan orang lainlah baru menemui kejadian baru untuk pertama kalinya. Agar orang lain mampu melihat tempat tersebut, saling mengerti dan berbagi perasaan itu penting.”

Sirius menggoyang tubuhnya, berkata demikian kepada Priscilla-sama terdiam.

Suaranya ibarat mendarah ke dalam jiwa. Tingkah penuh kasih sayangnya seolah kepribadiannya. Kelakuannya lembut seolah membuat orang lengah. Isi kata-katanya seakan memikat orang lain.

Jelas bak racun manis yang meleleh cair, namun bahkan ekstremitasku pun serasa mati rasa.

“Dapatkah kau mengizinkanku membantumu agar memahami orang lain? Sungguh cinta itu dalam, dan dicintai dunia. Menantikan tuk dicintai. Aku memahaminya. Dan berharap orang-orang selain diriku bisa paham. Agar kau tak menghabiskan malam sepi kesepian.”

“Terlampau memalukan mengandalkan khayalan dan terkaan serta ocehan tanpa henti belaka. Bila kata-katamu tak punya keraguan, kau persis dikenal sebagai orang sinting.”

“Aduh, terima kasih banyak. Gelar itu sepadan dengan suamiku. Seorang kriminal yang tak sanggup sedikit pun memahami betapa luar biasanya orang itu, menuturkan kata-kata liar, kagum, iri dan cemburu kepada orang itu.”

“Tak layak dibahas. Yang dimiliki diriku adalah milik diriku sendiri. Kelakuan mirip bercerita seperti monolog adalah kata-kata liarnya. Bagi orang sepertimu, bahkan permukaan teka-tekiku takkan bisa disisihkan.”

Priscilla-sama dengan keyakinan diri beliau gamblangnya menolak proposal memikat manis itu. Akan tetapi, dalam hal kepercayaan diri Sirius tak kalah. Kepala orang aneh itu memiring seolah mengharapkan penolakan Priscilla-sama …

“Bilang bahkan permukaannya tak bisa disisihkan, ini contoh keras kepala … bukan. Kalau begitu, bagaimana kesignifikannya terdengar? Iris dan Raja Duri.”

“…”
“Atau mungkin Kesatria Mawar dari Tieros? Guillotine Maglitza.”

Aku tak mengerti kesignifikan kata-kata Sirius. Juga maksud di balik orang aneh yang mengatakannya.

Akan tetapi, timbul efek langsung.

“—mati aja.”

Saat mengira tengah mendengar gumam lirih, sosok Priscilla-sama menghilang dari pandangan.

Seraya mengungkap kebingunganku, jarak yang tadinya tercipta antara Priscilla-sama dan Sirius kini menjadi nol. Priscilla-sama mengayun Pedang Yang dari atas, melaju tanpa ampun ke leher Sirius. Sekejap dunia melamban sampai meragukan kebenarannya, bahkan aku mampu melihat jalan yang dilintasi pedang Priscilla-sama.

Mengincarnya semata sudah bagaikan mengelus leher ramping Sirius.

Kalau itu terjadi, leherku, dan leher semua orang terdekat akan putus dengan cara yang sama.

Mungkinkah, itu karena aku memahami ini sampai-sampai terjadi begitu lambat? Menurutmu, andai bahaya yang mengancam nyawamu hendak menghampiri, manusia akan memperlambat persepsi dunia dengan fokus intensnya.

Biarpun demikian yang terjadi, ketika skala selestial hidupku sendiri dimiringkan orang lain, aku dan banyak orang di sekitarku dapat berbuat apa.

Sinar merah tua Pedang Yang dengan mengagumkan mengiris suasana—

“—eh?”

Dikarenakan tak memahami pemandangan di hadapanku, aku bersuara seperti orang tolol kebingungan.

Leherku yang menyuarakannya masih melekat erat di tubuh kecil ini.

Tentu saja. Leherku belum terputus. Entah milikku, atau Sirius.

Sebagai gantinya, tubuh Priscilla-sama yang semestinya melompat menuju Sirius telah terhempas mundur paksa.

Menahan serangan depan sambutan rantai logam Sirius, Priscilla-sama terhempas mundur dengan posisi berbahaya.

“Priscilla-sama!?”

Aku menjerit pada sosok yang jelas-jelas takkan melompat sendiri.

Seumpama Priscilla-sama terbunuh maka situasinya menjadi bangkai kapal tak terbaiki—aku bahkan nyaris tidak mampu memikirkan gagasan itu, menangis semata-mata sebab sadar akan bencananya. Namun, Priscilla-sama dari tengah udara mendadak berbalik, menghentikan dampaknya dengan menusukkan Pedang Yang ke batu bulat.

“Hentikan ribut-ributmu, dampak sebenarnya belum datang.”

Demikian membalas jeritanku, Priscilla-sama mendarat dengan langkah bergema. Tapi, tiba-tiba kalung Priscilla-sama mulai berubah. Awalnya adalah kalung tiga permata hijau, namun salah satu permatanya telah hancur menjadi abu.

Seakan-akan menggantikan Priscilla-sama dalam serangan sebelumnya.

“Bayaran kembali kalungku, biayanya agak tinggi tahu.”

“Jadi begitu. Itukah luka yang kau derita dipindahkan ke sesuatu berharga bagimu. Itu betul-betul sikap yang layak untuk Kebanggaan … tidaktidak, tak mungkin itu tak mungkin.”

“Spekulasi yang sengaja merendahkan martabat, sangat ekstrem berbahaya, kejahatan gila setingkat ini tak bisa diampuni walaupun mati sepuluh ribu kali. Cara kematianmu paling pas dengan dibakar panas membara namun tak pernah padam.”

Menghadap Sirius yang sikapnya tidak goyah sedikit pun, amarah Priscilla-sama bersinar. Alih-alih bilang Pedang Yang di tangan beliau telah meningkatkan sinarnya, barangkali panasnya yang meningkat? Pakaian agung Priscilla-sama bagiku terlihat bagaikan melambai disinari cerahnya matahari.

Sekalipun menatapnya, betulan tidak mungkin Priscilla-sama kalah unggul … tapi barusan ada sesuatu yang tidak dapat dipahami.

Sirius beserta kata-kata tak terjelaskannya nampak ibarat bermaksud mengejek Priscilla-sama.

Kendati Priscilla-sama nampaknya bergegas maju seakan termakan provokasinya, karena gerakan beliau sudah bisa diprediksi sehingga disambut dari depan—masalahnya bukan itu.

Sebaliknya ini adalah pendapat orang luar sepertiku, menurutku gerakan Priscilla-sama terlalu cepat sampai-sampai menghilang dari pandangan, tapi mungkin bagi Sirius masalahnya bukan itu. Kendatipun kemungkinan ini tak dapat dipungkiri, tapi seharusnya bukan itu masalahnya.

Sebab saat Pedang Yang menyerang, gerakan Priscilla-sama terhenti.

Terjadi seakan-akan ditangguhkan, walau kata-kata semacam itu memang untuk mengutarakan gagasan umumnya, tetapi beda tingkatan makna dari gagasannya, lebih tepatnya seakan-akan gerakannya membeku sepenuhnya.

Posisinya membeku tak wajar, aku tidak menganggap itu keinginan Priscilla-sama, hasrat Priscilla-sama, atau manusia yang secara sadar melakukannya. Bila demikian, penghentiannya mesti terhubung sama semacam kemampuan tak terjelaskan, tetapi apakah kemampuan itu?

“Tolong jangan marah-marah seperti itu. Meski nampak ibarat terus-terusan meningkatkan amarahmu soal sesuatu, tetapi hal semacamnya melelahkan, dan hanya akan membakar jiwa? Sesuatu seperti Kemarahan, adalah makam perasaan yang harusnya paling dijauhi di dunia ini … jika benar konstan muncul di hati pastinya merupakan perasaan ekstasi dan kegembiraan.”

“J-jelas memegang filosofi seperti itu, semua orang di luarnya tak kelihatan kelewat senang, k-k-kan?”

Hah!? Barusan, mungkinkah suaranya terdengar!?

Sirius aneh menatap langsung diriku, mata yang terlihat dari celah di perban erat melingkari diriku. Hiii, benar-benar bencana, melakukannya pada diriku!

“Memang, dalam hati semua orang di luarnya dikuasai kecemasan dan keluh-kesah. Biarpun ini pun tragis, semata-mata hanyalah hasil hati manusia yang dialiri kelembutan serta kasih sayang.”

“Maksud, maksudmu apa?”

“Setelah berada dalam lingkupku sepenuhnya, orang-orang menjadi sanggup membuka hati mereka kepada satu sama lain dan beresonansi. Lantas, perasaan yang tidak dapat diucapkan mulai terungkap. Menjadi manusia artinya bisa berempati, eksistensi berharga yang perasaan muncul darinya. Jikalau cinta lembut dirasakan pada hati orang lain, seketika menyaksikan kesedihan, dalam hati seseorang pun akan muncul kesedihan. Lalu kesedihan juga akan merekah di hati orang-orang yang menyaksikan kesedihan tersebut. Selagi siklusnya berulang, tetes-tetes kesedihan akan menjadi kolam, menjadi danau, menjadi sungai.”

Orang ini mulai membicarakan hal-hal berat.

Artinya, makin banyak orang berkumpul di sisi orang ini akan membuat hasil yang kian memburuk.

Hal semacam itu bisa membuat berang dan menyebarkan penderitaan kepada semua orang di kota … tidak berhenti menciptakan keresahan semata.

Orang ini menyebutnya koneksi hati.

“Sekiranya ini terlihat seperti sebuah tragedi, bagaimanapun caranya memimpin penyelamatan semua orang. Memilih tak berbuat apa-apa dan mendesah belaka, itu suara menjengkelkan bagi seorang rakyat jelata tahu.”

“Mmn, aku paham perkataan itu. Aku hanyalah korban tidak berdaya serangan sepihak. Tetapi, aku punya cara untuk menyelamatkan semua yang diselimuti kesedihan!”

Sirius menyatukan kedua tangannya dengan sikap yang menyatakan, ide luar biasa!.

Sekalipun ragu gagasan ide bagus orang aneh itu mampu membuat situasi menjadi lebih baik, tapi aku maupun Priscilla-sama tak bicara. Biarpun tidak tahu tentang Priscilla-sama, amarah mendidih dalam hatiku.

Perasaan tak terjelaskan oleh kata-kata melonjak dalam dadaku—menyulut.

“Cara untuk menawarkan keselamatan kepada semua orang yang dilingkupi kesedihan … adalah dengan kegembiraan, gunakan kegembiraan tuk menyapu kesedihannya. Artinya, aku yang harus menjadi penyalur keselamatan mesti menemukan kebahagiaan!”

“…”

“Aduh aduh aduh. Dalam kota ini ada suamiku yang telah lama berpisah dariku. Untuk memastikan cinta kepada suamiku itu, kepada orang itu, untuk membalasnya. Pasangan menikah bahagia merupakan lambang kebahagiaan. Andaikan hatiku penuh suka cita, semua orang yang menangis berkeluh-kesah akan diselamatkan.

Sirius mengimbuhkan ceramahnya, Priscilla-sama menampakkan ekspresi tak tertarik sama sekali, dan aku yang berkedip melirik beliau tengah memikirkan banyak hal.

Aku mengerti ini kesempatan satu kali, sewaktu tidak dapat melarikan diri dari kenyataan dengan dalih pura-pura tidak mengerti. Atau tepatnya bisa dibilang, aku mengerti. Sepenuhnya dan seluruhnya dipahami, fakta Sirius Romanee-Conti orang aneh ini adalah musuh kami.

“…”

Aku mengangkat kepala, menatap kanal sekitar yang dibungkus api.

Di sisi lain dinding api berwarna putih, sosok orang berdiri di tempat tanpa tahu cara untuk menyeberangi kanal. Mereka terpikat perasaan, tidak sadarkan diri.

Aku bisa mendengar suara mayat mereka.

Berkat telinga aneh penyairku, hanya suara dan pendengaranlah keahlianku, bagiku suara-suara itu kedengarannya bergema tanpa henti.

—terlampau menakutkan, sangat menyedihkan, selamatkan aku, sakit banget, kenapa, mengapa, jangan.

Kebencian menyapu seolah-olah dalam pusaran, ratapan diungkapkan seakan-akan selamanya aku sanggup mendengar suara-suara tersebut.

Apakah ini hasil yang disebut empati itu. Apakah ini hasil yang disebut-sebut menyatu itu. Yang disebut persatuan, itukah.

“Harus, terbebas …”

Menyatu, dan memiliki segalanya lalu menjadi identik tidaklah sama.

Laki-laki, perempuan, dewasa, anak-anak, bayi, orang tua, manusia, manusia hewan, semuanya jelas berbeda.

Untuk menyingkat semuanya, membuatnya berantakan dan menyebutnya, dengan ini semua orang akan paham satu sama lain dan menyatu—kata-kata itu, tentu bukan candaan.

Bukan candaan sama sekali!

“Kau tak usah senang. Tutup mulut cerewet pandaimu selagi bisa, dan mati kesepian.”

“Jangan. Jangan ngotot menggunakan kesepian karena tak berhubungan untuk menghibur dirimu sendiri. Seandainya kau orang yang tak mampu mengenal bentuk kebahagiaan, melihat kebahagiaanku dan memberinya kesempatan lumayan-lumayan saja, bukan? Atau mungkinkah jika kau paham kebahagiaan terhubung sama orang dalam hatimu, maka kau akan mengerti kebahagiaan menjadi pengantin wanita, begitu ‘kan.”

 “Sayangnya, diriku sudah berjalan melewati lorong tujuh kali. Setiapnya tidak mendekati sesuatu semacam kebahagiaan. Jangan terapkan standar anehmu pada diriku, ini memuakkan.”

“Tujuh kali … heeeh …”

Priscilla-sama menganggap canda perkataan Sirius, kemudian mengayun ke bawah Pedang Yang. Akan tetapi, Sirius memulai serangan ganasnya sendiri dengan rantai besinya. Percik-percik api menyala dan menyebar, rantai terputusnya terbang jauh, lalu sosok keduanya didepak menjauh dari pusat halaman karena bentrokannya.

Rantainya dibelah dua. Diwarnai putih, nyala api tak terbedakan. Orang-orang yang meratap kesakitan sedang tidak bisa bicara.

Dalam diriku, perlahan-lahan berkumpul. Mungkinkah tercapai sudah?

Kalau situasi yang diteorikan benar menjadi kenyataan, dalam hal ini, semestinya tidak bisa diraih.

“Meskipun jelas aku menghabiskan banyak waktu cuma untuk mencapai hati satu orang itu … kau punya tujuh peluang, dan menyia-nyiakan kesemuanya.

“Jangan salahkan kurangnya daya pikatmu kepada diriku. Dalam situasi ini, bahkan pria menyedihkan yang sah bersamamu, menolak bertemu denganmu—”

“Aku terhubung secara intim dengan orang itu, karenanya sangat jatuh cinta—!!”

Inilah kemarahan yang menginspirasi sentakan teror.

Segera setelahnya, ular api membara merah membagi dua halaman! Begitu Priscilla-sama menghadang rantai dari lengan Sirius yang menyerang, api mengikuti rantai dan memacu lengan Sirius, lalu nyala api menggelora menelan tubuh Priscilla-sama.

Ular api tersebut membuka rahangnya, memakan tubuh ramping Priscilla-sama diawali kepala. Tak punya cara melawan taktik berapi-api itu, Priscilla-sama tertelan, kemudian terlempar ke luar halaman yang kini diresap api. Seketika beliau akan jatuh, mendadak dengan tenang menstabilkan diri menggunakan pedang. Namun setelah tenggelam dalam nyala api tubuh Priscilla-sama tetap—sama sekali tak terluka.

Tetapi terdengar suara, permata kalungnya sekali lagi hancur. Dua jepit kalung terlepas bersama-sama, mendarat ke tanah membuat suara keras.

“Aku berbagi cinta mendalam bersama orang itu! Orang adil nan tulus itu belum menyelesaikan yang dimulainya! Menyalahartikan ketulusannya sebagai cinta murni itu terlalu cabul! Aaaah! Aaaaaaah! Menyebalkan sekali!”

Priscilla-sama sekali lagi selamat atas bayaran kalung itu, tetapi tindakan beliau menghadapi Sirius telah berubah total. Si orang aneh membuka mulut laksana memamerkan taringnya, meludah kata-kata buruk sembari mengekspresikan emosinya. Lengannya menyapu pusaran api merah.

“Kenapa kau begitu tak peduli telah sebegini menggoncang hatiku! Getaran hati kejam ini, cara lain menamai Kemarahan adalah gairah! Gemetarnya panas, menghanguskan orang-orang berdosa! Inikah yang kau inginkan untuk dirimu sendiri, dasar orang sombong kesepian aaaaaaa!”

“Dengan mulut itu, mata itu, kepalsuan semacam itu …”

Kemarahan mendidih itu menyulut dirinya sendiri, pusaran api dibangun di atas Sirius yang pelan-pelan mengangkat tangannya. Sepasang ular kembar kecil yang barusan menyerang Priscilla-sama muncul dari lengan si orang aneh. Ketika lengannya disilangkan, wujud kedua makhluk bergabung menjadi satu ular kuat.

Lengannya menghantam vertikal ke bawah, lalu ular api terlampau besar menyerbu Priscilla-sama. Daripada mengelak, Priscilla-sama memasang kuda-kuda menghadapi serangannya.

Pedang Yang mengayun ke bawah dari atas, diletakkan di atas ular raksasa.

Terdengar suara yang bukan suara benturan pedang dengan rantai, ular tersebut melengkung lebar meleset dari targetnya!

Akan tetapi, Priscilla-sama terbang oleh dampak dan tidak bisa melancarkan serangan lanjut!

Setelah Sirius merasa risau memanggil ular itu, aliran serangan serta pertahanan telah berbelok tajam.

Priscilla-sama dipaksa bertahan, dan rantai logam serta nyala api mengejar sosok mundurnya.

Kenapa demikian? Meski sekilas jelas kemampuan Sirius tak boleh diremehkan, tetapi analisa pertarungan takkan menunjukkan Priscilla-sama dalam posisi kurang menguntungkan. Beliau bilang Pedang Yang cepat memakan mana, tetapi apakah yang teramat-amat menekan beliau?

Atau mungkinkah, barangkali, spekulasi semata.

Bukan berarti Priscilla-sama tidak bisa menyerang—

“Itu karena aku!”

Akhir cepat, bukan hanya untukku namun juga untuk semua orang di sekitar.

Demi menghindari hasil itu, apakah pertempuran ini untuk mengulur waktu!?

Tunggu, tunggu sebentar bagaimana mungkin, Priscilla-sama arogan yang cuma mengutamakan hal pribadi melakukan hal seperti itu!?

Kau siapkan lagumu—Sekiranya satu bayangan pun mendatangi Pedang Yang, diriku tak peduli apa yang terjadi akan memotong kepala penuh kekejian itu. Sebelum terjadi, lakukanlah.

Pada saat itu, sesuatu bergetar di otakku!

Tepat sebelum medan perang benar-benar terurai, Priscilla-sama bilang.

Sebelum Pedang Yang mencapai batasnya, aku mesti menyiapkan lagu. Dan beliau menambahkan kalau saat itu mendekat, kepala Sirius dan semua orang akan terputus bersama beliau.

Tapi bisa dibilang, sebelum saat itu datang, menunggunya saja—artinya ada hal lebih lagi dari dugaan semula.

Kalau begitu, Priscilla-sama sedang menunggu. Menungguku menyiapkan lagu.

Paling tidak, untuk bertanggung jawab sebelum kata-kata itu.

“Uuh, uuuuh! Hmmm! Hmmmmmmmm!”

Merepotkan banget! Orang itu, merepotkan bener! Kalau ada perasaan, akui sajalah! Orang itu, betul-betul punya perasaan padaku. Tidak, karena diberitahu aku ini disukai, tentu sudah dikatakan sebelumnya. Aaah merepotkanlah, bodo amat, ini mengerikan, apa tidak ada cara lain—!

“Priscilla-sama—!”

Misal situasinya sesuai dugaanku, maka bertarung di kondisi kalah unggul merepotkan, beliau pun pasti paham yang aku pikirkan saat ini.

Aku menunjuk menara batu yang dinyalakan api Sirius.

Priscilla-sama menoleh terhadap suaraku, melihat tempat yang kutunjuk—

“—hoh.”

Beliau memperlihatkan raut wajah dan tatapan menakutkan, tetapi mengilhami perasaan seolah bisa diandalkan, Priscilla-sama tertawa.

Tawa beliau jahat nian, ekspresi yang sulit membedakan siapa sebenarnya Uskup Agung di sini!

“Berhenti berpaling—!!”

“Musuh sepertimu, berpaling tidak jadi pengalih. Jangan mengajari diriku.”

Priscilla-sama melompat mundur, sambil di waktu yang sama pedang beliau menangkis rantai yang mendekat. Tubuh Priscilla-sama mengumpulkan momentum, dengan kecepatan yang kelihatan melebihi batas, Priscilla-sama mendarat di menara terbakar.

Priscilla-sama menatap menara terbakar sambil mengarahkan ujung Pedang Yang-nya ke pangkal ….

“Api tak sedap dipandang. Sungguh cahaya indah nan mempesona sedemikian ini.”

Perbedaan estetika antara cahaya api dan semacamnya tidak dimengerti bagi orang luar sepertiku.

Meski tak dimengerti, bahkan mata orang luar pun dapat jelas-jelas melihat api berbeda kini mengelilingi Menara Pengendali!

Api warna putih yang bergelora sama sebagaimana api yang mengelilingi kanal.

Biarpun ular dari rantai Sirius pun merah membara dan hangus oleh cahaya panas mengejutkan, api yang terpancar dari Pedang Yang punya semacam kesucian yang kesannya tak tersentuh.

“Panggung sudah dipersiapkan—Pastikan, kau tampil terbaik.”

“Iya iya! Dimengerti!”

Setelah meliputi Menara Pengendali kebakaran dengan lapisan api lain, Priscilla-sama mengujar satu kalimat. Aku jawab penuh keyakinan, buru-buru menuju Menara Pengendali.

Suasana yang terbentuk oleh segala yang sedang terjadi, Sirius mengedipkan matanya oleh pemandangan ini sembari melebarkan kedua tangannya ke arah kami

“Kau melakukan apa pada api yang aku nyalakan sebagai lambang cinta kepada orang itu!”

“Kek membakar seluruh gedung cuma untuk ngegombal, kupikir sebaiknya kau tak mengatakan hal-hal konyol semacam itu!”

Aku mengatakannya aku mengatakannya! Wah ~hyahya!

Cepat-cepat berbalik lalu berlari seraya bicara, aku merasa rantai aneh Sirius menurun dengan satu gerakan halus! Rantai terbakar! Gelombang panas, gelombang panas!

Sewaktu diserang, aku tahu sebelumnya api dinyalakan agar kepalaku terbang, tetapi tanpa memerhatikan belakangku! Kemudian alasannya adalah:

“Apa pun yang terjadi akan muncul situasi yang diriku takkan selamat hingga akhir.”

“Hiiiiiiiiiiiiih!”

Seakan-akan menggantikan diriku yang kabur, Priscilla-sama mendarat di tempat yang diincar rantai. Pedan Yang mengiris ke bawah seolah menjilat, membelokkan seluruh lidah api!

Mendengar suara putus-putus Priscilla-sama dan orang aneh yang berbentrokan lagi, aku akhirnya sampai di tujuan menara batu yang terbakar.

“Haah, haaaaah …”

Sekalipun jarak yang ditempuh tak panjang, menarik napas itu menguras tenaga, tubuhku terasa lelah! Sejujurnya, saat ini tiada yang lebih baik ketimbang meminum air es sebelum roboh ke tempat tidur. Sekalipun ini sepatutnya tidak dimiliki seorang penyair, namun sesudah menghabiskan banyak sekali waktu di lingkungan baru, apa pun kecuali ranjang empuk takkan berfungsi!

“Aaah, sungguh … bukankah ini semua salah Kiritaka-san dan semua orang—”

Membolehkanku tinggal di kota ini, di samping itu menawarkanku keramahan hangat. Baik White Dragon Scales atau warga kota, semuanya mengungkapkan cinta mereka, juga orang-orang semacam Kiritaka-san yang antusiasmenya tinggi sampai-sampai aku kaget, itu semua salah mereka! Salah tinggal di kota ini, hingga kemampuanku tuk tetap menjadi penyair pengelana telah dihilangkan!

Baiklah, sedikit usaha ekstra saja—ingat tekad kejam pinggang dan kaki sebelumnya!

“A, aaaaaaaaaah!”

Sadar tercerahkan, gigi terkatup, aku memegang baik-baik kecapiku, kemudian bergegas menuju menara terbakar! Panas banget, panas banget, panas banget, panas banget gila—!

Antisipasi rasa sakit menyengat menyentakku.

Akan tetapi, kendati jelas mengalami gelombang panas luar biasa, antara kulit serta rambut dan kecapi, tidak satu pun terbakar api. Biar panas api jelas dirasakan, tidak ada yang terbakar.

Sebagaimana api di atas kanal, ada panasnya tapi tidak ada yang terbakar. Maka dari itu aku mengenali api ini sebagai api palsu Pedang Yang.

Namun demikian, berbeda. Tentu berbeda.

Pedang Yang yang dimiliki Priscilla-sama memang membakar rantai logam. Pedang jelas menggunakan api serupa, tetapi hanya membakar hal-hal tertentu.

Api Priscilla-sama, bisa memilih apa yang akan dibakar. Artinya, juga bisa memilih yang tidak boleh dibakar.

“Oooh—!”

“Okelah! Api putih yang menyelubungi Menara Pengendali ini, pastinya takkan membakarku!

Meskipun panasnya bukan main sampai meluruh, begitu menyakitkan hingga rasanya fatal, rasa sakit yang membuat semua orang yang mengalaminya pingsan dan berguling-guling di tanah, apinya takkan membakar, takkan melukai, takkan mematikan!

Bola mata meleleh, lidah layu, rambut rontok, kulit bernanah, kecapi terbakar, tulang retak, daging hangus, kesadaran dikikis habis, semuanya ilusi—!

Tidak panas, panas banget, panas banget, panas banget, tidak panas, tidak panas, panas banget, mau mati, tidak mau mati, panas banget, panas banget, panaspanaspanas walaupun tidak panas banget—!

Belari cepat maniki tangga Menara Pengendali, lantai pertama, lantai kedua, berapa banyak sih lantainya!? Mana atapnya!? Apinya merayap keluar memperlebar jangkauannya, melihat ke kanan-kiri hanya menunjukkan pemandangan api putih, panasbangetpanasbangetpanasbanget, kok bisa ada penderitaan ini, panas banget, panas di atas panas, aku—

“…!”

Aku ingin meratap tetang intensitas panasnya, mau menjerit sampai tenggorokan terbelah seketika ini.

Tentu saja tidak. Kalau penderitaan ini diutarakan, sekali teriak akan menodai tenggorokanku. Tenggorokan ini tidak boleh habis suaranya. Jari-jari juga. Ingin menggaruk, ingin mengungkap penderitaan bagaimanapun caranya. Tapi tidak, tentu saja tidak, seumpama jari-jari ini digunakan, nantinya takkan dapat memetik melodi.

Entah mata, kulit, atau rambut, jika sampai meleleh, yasudah.

Namun bukan tenggorokan ini, bukan jari-jari ini, telinga ini pun pula, tidak boleh, karena semuanya penting buat apa yang terjadi setelahnya.

Naik tangga paksa, membanting terbuka pintu amat berat dengan tendangan, yang muncul sekarang adalah langit malam—angin menderukan hiruk-pikuk, panas terus mengalir dari bawah kakiku, tetapi tiada lagi dinding, berlari menuju titik tertinggi kemudian melirik ke bawah.

Angin naik-turun, di bawah terdapat sosok merah dan putih mengayunkan benda-benda berbahaya, api putih dikepung kerumunan menderita.

Walau aku kepanasan banget, kepanasan banget, rasanya ibarat mau mati kapan pun.

Sekarang ini, panasnya belum hilang sepenuhnya, telapak kakiku masih terbakar, dan api putih bergoyang tertiup angin masih berangsur-angsur mengintens, penderitaan mendadak naik dalam hatiku, dan air mata hendak mengalir—

“Eeh, eeerm, baiklah, ini penampilan sekali seumur hidup!”

Sampai tempat yang kutuju meski panas dan penderitaan membawakan keinginan mau mati, dari sini semuanya kelihatan, suara bisa terdengar dari mana-mana.

Bahkan perasaan terkuras sampai ke titik mematikan, sebelum aku mati masih ada sesuatu yang wajib dilakukan, jadi.

“Datanglah, datanglah, yang jauh dengarkan suaranya! Yang dekat lihat tariannya! Yang lebih jauh lagi aku akan berteriak agar kalian dengar! Liliana Masquerade di sini bernyanyi dan menari serta tampil untuk kalian, jadi dengar baik-baik!—Datanglah, langit yang melampaui tengah hari!”

—kumpulkan saja semua perasaan panas itu, kemudian keluarkan seluruhnya sekaligus!

Share this post on:
Subscribe
Notify of
guest
2 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
nom

sejujurnya , saya merasa pusing membacanya sejak chapter 63 ?

Chise

Ninggalin jejak dulu… Btw si liliana lemot bgt otaknya 🗿