Share this post on:

Suara

Penerjemah: The Bridge Wyvern

Suara menusuk.

Seketika, gemetar, berat, kosong, jauh, dekat.

Aliran darahnya menumpul, seolah pembuluh darahnya tertambat arus lumpur, organ-organnya bergidik, ibarat diisi tanah liat, oksigen tidak sampai ke otaknya, benaknya berkabut dan tak dapat diandalkan.

Getaran tersebut ada di sekitarnya, suara mengguncang membran tengkorak, tersalurkan melalui tulang-tulangnya hingga tangan dan kaki.

Kegelapan yang terbiasa dia lihat memudar oleh cahaya putih mendadak, matanya tidak mampu beradaptasi. Dalam cahaya putih tersebut, banyak bentuk dan wujud bergerak, seakan anak-anak melemparkan cat ke mana-mana dalam sebuah ruangan berwarna putih.

Suara beratnya memudar, dan ketika matanya bergerak, tubuhnya terbakar speenuhnya. Disertai mual dan lesu, Subaru perlahan-lahan membuka mata.

Semuanya menjauh sesaat dirinya memasuki dunia tenang, dan sesudah sepeuluh detik, matanya kembali ke keadaan orisinilnya, sekejap ruang gelap dan jendela-jendela kotor terbuka. Merasakan nafas banyak tubuh yang bergerak dan sibuk di sekitarnya. Orang-orang mondar-mandir menjaga lingkungan sibuk, di tubuh mereka.

“Hei, kawan, kau sudah bangun!”

Telinga berdering bunyi nyaring, Subaru diserang suara kuat, dia fokus suara itu.

“Wanita muda bertelinga kucing, sebelah sini! Semua orang, teruslah bekerja! Maaf, tapi teruslah bekerja! Kita tengah melawan waktu!”

“Benar-benar deh, meong, kau menyebalkan. Orang-orang memerlukan ketenangan di sini, sana cepat kembali kerja.”

Menundukkan kepala, manusia hewan besar meminta maaf karena suara kerasnya selagi dihampiri wanita muda yang marah-marah, tidak, pria muda.

Mengenakan gaun terbuka, Felix yang berlumuran darah menatap lega Subaru.

“Karena kau sudah bangun, paham belum situasinya … bentar, kau bisa bicara sekarang?”

“… ah, Felix ?”

“Yap, Felix-chan favorit semua orang. Kaulah Natsuki Subaru, kita sedang berada di rumah sakit lapangan1, meong, karena kau terluka parah, paham?”

Felix cepat-cepat menjelaskan situasinya kepada Subaru yang suaranya parau. Walau enggan, otaknya mencerna kata-kata tersebut satu per satu.

Melihat sekeliling, Subaru mengidentifikasi lingkungannya. Akhirnya tersadar dirinya tengah berbaring di ranjang sederhana yang terbuat dari potongan-potongan kain.

Sesuai kata Felix , tempatnya kelihatan bak rumah sakit lapangan.

Semua orang berbaring, menggeliat-geliat kesakitan menunggu perawatan seperti Subaru.

Rasanya darah, raungan lirih menyedihkan. Sihir penyembuhan pun belum cukup, jarum-jarum dan jahitan-jahitan menemani luka.

“Apa … yang terjadi sesungguhnya?”

“Kelihatannya kacau, bukan? Pelan-pelan, mulailah mengingat apa yang terjadi sebelum kau pingsan. Jika kau mengingatnya, jawaban akan datang.”

Ucapan Felix tidak lembut, namun itu bukan karena suasana hatinya. Alih-alih dia tak punya energi untuk bersikap lemah lembut. Lengan bajunya digulung, kulit serta wajah putihnya berlumuran darah.

Membayangkan proporsi pekerjaan Felix, seorang penyembuh kelas satu yang perlu mengurus tragedi ini tidak sulit-sulit amat. Dan penyebab tragedi ini adalah—

“Kultus Penyihir ….”

“Benar-benar, deh, mereka memang terburuk. Pemahamanku tentang mereka kelewat naif … tidak kusangka mereka akan melakukan sesuatu semacam ini. Tentu saja tidak ada yang menyangkanya, meong.”

Mengigit bibir sambil merasa menyesal. Felix menurunkan dagunya.

Penyesalan dalam diri Felix jelas sekali. Meskipun Subaru memahaminya, namun ada ketidakpastian lain.

“E-Emilia!? Di mana Emilia? Apa dia di sini?”

“….”

“Si bangsat itu, Keserakahan … Uskup Agungnya menculik Emilia. Terus, aku ….”

Mengingat penyebab kegelisahannya membuat Subaru bergetar.

Dari tatapan hening menurun Felix, Subaru menemukan jawaban jelas. Kurang lebih, Emilia tidak di sini.

Lantas bila kesan pria itu sebelum pingsan benar, maka Emilia telah diculik Regulus.

“Dan Beatrice? Gadis kecil yang bersamaku? Wajahnya manis tapi angkuh, dan rambutnya keriting … Beatrice?”

Kemungkinan besar Emilia diculik Regulus.

Menilai sikap Regulus, bisa jadi dia akan menyakiti Emilia, kendati tidak pasti, kemungkinannya pasti rendah. Sekalipun Regulus tak termaafkan, namun masalahnya itu.

Tapi apa yang terjadi kepada Beatrice? Sirius dan Regulus sama-sama datang, Sirius menyimpan kebencian besar kepada Beatrice.

Karena Subaru dengan aman telah dibawa ke rumah sakit lapangan, mereka melarikan diri dari Sirius. Jadi siapa yang melindungi Subaru?

“Hei, tolonglah. Beri tahu aku. Beatrice ….”

“….”

Kegelisahannya tidak dijawab, Subaru mati-matian mencari jawaban dari Felix. Manusia hewan raksasa yang berdiri di sampingnya, Ricardo, kepala Iron Fang, melihat ke samping.

Subaru mengikuti tatapannya.

“Beatrice.”

Terbaring jauh dari orang-orang yang dirawat adalah seorang gadis sendirian tengah mengenakan gaun.

Melihatnya tidur di ranjang darurat. Subaru melepas handuk yang menutupi perutnya dan berusaha menghampirinya.

Namun bagian perut hingga kakinya terasa sakit. Terlebih lagi, kaki kanannya tidak menurut, dan seluruh sistem tubuhnya hancur.

Kepalanya berat karena kelelahan, kaki kanannya tidak mengerti kenapa tak mampu bergerak.

Buru-buru melihat, melihat kengerian kakinya sendiri membuat Subaru terdiam seribu bahasa.

“Oh ….”

“Subaru-kyun pasti sudah buntung tanpa penyembuhan Beatrice. Nanti kau harus berterima kasih kepada anak itu.”

Sekitar setengah daging kaki kanan Subaru menghilang, jelas ukurannya berbeda dari kaki kirinya. Kaki kanannya pun terbungkus beberapa lapis perban tebal, sebuah papan telah dipasang di tumitnya. Semua itu membuat Subaru hilang keseimbangan.

Dia menyentuhnya dengan jemari, dan tatkala itu suatu sambaran kesadaran menjentiknya.

“Aku ingat ….!”

Serangan terakhir Regulus sebelum dirinya pergi.

Membawa kabur Emilia, mengatakan omong kosong, dan menendang tanah semudah menendang pasir, kemudian kerikilnya menghantam daging Subaru.

Kala itu, kaki kanan Subaru terluka seakan-akan telah dianiaya cakar hewan buas. Alhasil demikianlah kondisi kaki kanan Subaru saat ini.

“Sewaktu aku melihat pemandangan tersebut, kakimu hanya terhubung beberapa urat daging. Seorang nona kecil susah payah menyembuhkannya sampai kami membantumu.”

“Setelahnya, Subaru dibawa ke sini dan dirawat Felix-chan. Walaupun perawatan Felix-chan tidak bisa menjamin bahwa kakimu akan sama seperti sebelumnya, sekarang, meong, tulang dan saraf sudah saling terhubung, dagingnya mulai beregenerasi, jadi jangan aneh-aneh sampai mengacaukannya.”

Pergelangan tangan menyilang, Felix membuat tanda X, bersiap-siap menghadapi Subaru yang tidak nurut, akan tetapi Subaru mematuhinya diam-diam, perhatiannya terfokus ke tempat tidur Beatrice.

Seketika Felix lega, sebuah tangan besar mendukung bahu Subaru, membiarkannya perlahan-lahan mendekati Beatrice.

“Adapun untuk membawamu ke nona kecil itu, bisa aku urus.”

“Makasih, maaf soal ini.”

“Jangan khawatir.”

Ricardo memindahkan seluruh tempat tidur Subaru ke dekat Beatrice. Dari sana, Subaru mendekatkan tubuhnya agar bisa lebih baik melihatnya. Gadis kecil sedang tidur nyenyak sekali sampai-sampai Subaru bahkan tak mendengar nafasnya.

Sekalipun dia roh, Beatrice tidur layaknya manusia. Tak seperti Puck, dia tidak sanggup dematerialisasi, jadi inilah caranya mengurangi beban materialisasi pada mana-nya.

Karena inilah, melihat wajah tidur Beatrice hampir tak biasa bagi Subaru. Hanya saja, ini kali pertama Subaru melihatnya tidur tenang.

“Dia cuma tidur … kan? Tapinya, aku masih resah ….”

Tidur bukanlah kata yang tepat. Saat ini, dia kehilangan fungsinya sebagai roh … keadaan penangguhan wujud barangkali lebih tepat.”

“Penangguhan wujud? Kenapa ….!?”

Menyentuh dahi Beatrice, dia terkejut ketika mengetahui rendahnya suhu tubuhnya. Mengelus bulu matanya tidak memancing reaksi, sesuai laporan Felix. Merespon ekspresi wajah Subaru, Ricardo berjongkok.

“Menurut si wanita bertelinga kucing, ini terjadi akibat penggunaan mana berlebihan, yang letak masalahnya memang di situ. Kawan, aku menemukanmu di alun-alun lokasi insiden. Semua orang di sana cederanya hampir sama, dan ditangani nona kecil ini sendirian.”

“….”

Ricardo berbicara sambil menghembuskan nafas, Subaru terdiam sebentar.

Luka yang sama dengan Subaru—itulah hasil dari ikatan yang ditransmisikan luka kaki Subaru oleh Regulus. Sirius tentunya punya masalah rumit. Wanita gila itu nampaknya telah meninggalkan tempat kejadian, dan pertarungan Beatrice dimulai waktu itu.

Beatrice memberikan perawatan menyeluruh kepada Subaru dan semua orang yang terluka.

Jelas sekali Subaru adalah pria serakah yang terlalu banyak meminta, dan anak yang menyertainya pun tidak membiarkan seorang pun.

Lantas Beatrice terus memeras setiap tetes terakhir mana-nya hingga kering untuk menyelamatkan semua orang, dengan bayaran mahal ini.

“Beatrice baik-baik saja, kan ….? Dia hanya perlu istrirahat sedikit ….”

“… sejujurnya, aku tidak teramat optimistis, meong. Felix-chan memang penyembuh kelas satu, tapi tidak tahu banyak mengenai roh. Dan anak ini bukan roh biasa pula. Jadi aku tidak tahu pasti solusi nyatanya.”

“Pasti … pasti ada jalan! Jika Beatrice tidak dapat diselamatkan, aku ….”

Baru setahun.

Subaru membebaskannya dari perpustakaan untuk membawakan kebahagiaan padanya, lantas hidupnya tidak boleh berakhir di sini.

Kebahagiaan, kebahagiaan, kebahagiaan, tak seorang pun layak mendapatkan kebahagiaan lebih dari anak ini.

“Sekiranya dia membutuhkan sihir untuk mengembalikannya, tidak bisakah mengambil dari sumber lain? Kalau kawan adalah kontraktornya, lantas mestinya dia bisa mendapatkan sejumlah mana darinya, kan?”

“Tentu saja, Subaru adalah sumber paling gampang, tapi idiot ini meremukkan gerbangnya, jadi si gadis tak bisa menggunakan mana kontraktornya.”

“Ohya, buah bocca. Dengan buah bocca, aku bisa mengembalikan mana-ku sendiri, dari situ bisa kuberikan kepada Beatrice ….!”

“Idiot!”

Felix membentak marah sesaat memelototi Subaru yang berputus asa.

Subaru terkejut oleh teguran tajam tak disangka-sangka itu, Felix langsung memasang tingkah segan dan kesal.

“Berapa kali harus aku katakan? Itu sungguh-sungguh berbahaya bagi tubuh Subaru-kyun. Sebaliknya bakal menjadi racun. Seandainya kau makan, kami malah punya dua korban … jadi tidak boleh.”

“….”

Kata-kata keras Felix ditemani kesedihan. Membaca pemikiran tulus itu, Subaru menutup mulutnya dan menelan penilaian sembrononya.

Felix pakar perkara penyembuhan, tentunya dia mempertimbangkan banyak cara untuk membantu Beatrice.

Pemikiran mendadak Subaru pastinya sudah dipertimbangkan.

“Aku memahami keresahan Subaru pada Beatrice-chan. Walaupun aku mengerti, tidak ada, meong, yang bisa kita lakukan saat ini, meong. Ada begitu banyak hal yang harus kita khawatirkan daripada anak itu seorang ….”

“Beatrice …. Benar, ada Emilia juga ….”

Kata-kata Felix mengembalikan Subaru ke kenyataan.

Memalingkan perhatiannya ke rumah sakit lapangan—mendapati sesuatu terasa janggal. Ada orang-orang yang kaki kanannya terluka, sama lukanya seperti Subaru, namun ada banyak orang pula dengan luka berbeda.

“Bagaimana situasinya? Tidak, ada apa lagi yang terjadi? Apa yang menyebabkan semua luka itu?”

“Kultus Penyihir ada di sini sesuai perkataanmu, kawan.”

“Tapi bukan hanya mereka, kan? Aku cuma melihat dua Uskup Agung. Tingkat kerusakan ini tidak cuma disebabkan dua orang saja. Dengan kata lain, mereka membawa para pemuja bawahan.”

Dua Uskup Agung saja sudah kuatnya bukan main.

Jadi Subaru berasumsi bahwa mereka adalah satu-satunya pemuja yang datang—namun wajar saja seperti aksi Betelgeuse, mereka membawa para bawahannya ke kota.

Itu satu-satunya penjelasan atas kerusakan sebesar ini.

“Dua Uskup Agung dan para pemuja bawahannya, apa mereka tengah menyerang kota sekarang?”

“Soal ini, ada berbagai ….”

Suara Felix memahit seketika dia mulai menjawab kesimpulan Subaru.

Namun sebelum dia sempat mengkonfirmasi ataupun menyangkalnya. Itu ….

“Halooo, haloo, halooo!”

Ruangan bergema oleh suara bernada tinggi.

Nada suaranya yang santai terlampau kontras dengan suasana suramnya, seolah-olah seseorang tanpa sengaja memutar saluran TV dari program hiburan, selama percakapan serius.

“A-apa?”

Mendengar suaranya, Subaru liarnya melihat-lihat sekeliling dan tidak mampu menemukan pemiliknya, dia segera menyadari sumbernya.

Kesan langsung Subaru tentang suara yang tiba-tiba terdengar itu sepertinya dari pengeras suara ataupun radio, sebagaimana yang dia dengar pagi ini.

“Siaran radio sihir kota?”

 “Halo, semua mahluk daging! Berapa kali pun kalain mendengarnya, bukankah suara indah nan riangku membuat kalian girang? Gahahahahahaha!”

Seakan memastikan ide Subaru, suaranya lagi-lagi terdengar, diperkuat oleh pengeras suara sihir.

Suaranya mendering bunyi kejam kekanakan, bak seorang gadis yang menolak berlaku baik dan menginjak-injaknya dengan cara bicara konvensional.

Tawa tajamya terasa mampu menembus isi benakmu, menyebabkan keengganan baik dari mental maupun fisik.

“Dasar suara tolol, ini ….”

“Ssssh, Subaru, diam.”

Felix menyiagakan telinganya dengan satu jari dan jari lain menyentuh mulut.

Felix yang serius kelihatan fokus sepenuhnya, Ricardo berwaspada. Semua orang yang terbaring di tempat tidur menutup telinga mereka.

Rupanya bukan kali pertama mereka mendengarnya.

“Baiklah, kalian mahluk-mahluk daging yang terpesona oleh suara memikat seorang gadis cantik, aku punya kabar baru untuk semuanya: kami semua lelah, jadi kami akan pulang sekarang. Bercanda, dong! Kekacauan siang dan malam sejatinya dimulai sekarang! Gahahahahaha!”

Suara keras di sebelah telinga bagaikan cermin yang tergores dicakar cakar tajam, penuh kegirangan sadis. Apa, apa, apa suara ini, wanita ini apa?

Dahi meneteskan keringat dingin, Subaru sangat menyadari kondisi abnormal tubuhnya. Seketika pikiran Subaru berubah, tubuhnya telah tertangkap.

“Kesampingkan guyon lucu penarik tawa, mari lanjutkan kabarnya. Seperti yang kubilang sebelumnya, kota sudah kami kuasai. Kalian semua merupakan burung terkurung … tidak, kalian semua serangga dalam kandang serangga.”

“….!?”

“Serangga hanyalah hama, dan pemilik kandang itu bebas memutuskan apa yang ingin dilakukan dengan kandangnya. Sayap serta kepala, bersiap-siap saja melepasnya …. Kahahahaha, betapa jeleknya, mengerikan sekali. Kalian semestinya berterima kasih karena sudah dirawat baik-baik olehku. Gahahahaha!”

Tawa jahat berulang-ulang.

Salah satu tawanya adalah eksistensi yang membenci orang lain dan senang merusak suka cita mereka.

Subaru mengetahui kehadiran semacam ini lebih baik dari siapa pun.

“Bentar, bentar, kalian orang-orang idiot tidak paham maksud sejati kata-kata berhargaku. Dasar orang-orang goblok tak kompeten, hanya memikirkan potongan daging di waktu luang mereka. Pribadi lembut pengasihku akan memperjelasnya. Aku kasih tau dengan ludah yang disukai para masokis seperti kalian.”

“….”

“Serangga dalam sangkar tidak boleh berbuat apa-apa soal suasana hati pemiliknya. Banter-banternya kalian cuma bisa menyenangkan kami dalam perbaringan penuh ketakutan kalian dalam sangkar. Seketika suasana hati kami buruk, kalian semata-mata gemetar ketakutan saat kami merobek sayap serta kaki kalian. Kala aku membawakan madu, aku sudah selayaknya ibu, membelai kepala kalian lebut-lebut. Begi~tulah~, kahahahahahaha!’

Menghadapi kekejaman tanpa akhir itu, Subaru meniru Felix dan mendengarkan dalam diam. Nafas, kata, perasaan keruh dalam dadanya tertahan, Subaru menyegel kehendaknya dengan besi. Kemudian, dia menyadari. Dia menyadarinya.

Apa, apa itu?

“Kelak, kami akan meminta lebih banyak dari kalian para sampah. Raut wajah kalian ‘kan jelek, menangislah seraya bilang tidakmaumatitidakmaumatitidakmaumatitidakmaumatitidakmaumatitidakmaumatitidakmaumatitidakmaumatitidakmaumatitidakmaumati lalu pikirkan cara ke luar dari kerumunan dan beri kami jawaban. Dengan begini, kebaikan tersentuhku akan mempertimbangkan kandang di tanganku. Gah—bukannya itu mudah dimengerti! Gahahahaha!”

Dengan senangnya, si pembicara bertepuk tangan, kaki di kursinya menginjak-injak.

Cara bicaranya, tindak-tanduknya, suaranya, Subaru mendapati seluruhnya menjengkelkan tak tertahankan—namun bukan itu masalah yang dihadapi.

Dari awal pun, dia mendengar suara itu.

Mengira sama asalnya dengan perangkat sihir tersebut. Yang mengikuti suara wanita itu adalah suara yang seratus persen ditangkap Subaru.

Akan tetapi Subaru tak yakin sebenarnya suara itu apa.

Paling buruknya adalah dia hampir, tapi belum, mencapai jawabannya. Tidak diketahui, tidak disadari, tidak disengaja.

Detak jantung berisik, aliran darahnya berisik. Menolak dan memahami, menolak dan memahami.

Suara mendengung samar, bagaikan kepakan segudang sayap.

Subaru sangat dekat, hampir-hampir dekat solusi tepat. Meskipun dekat, dia tidak di sana. Gumpalan bulu yang mengepak-ngepak, demikianlah suara yang tercampur dalam siaran.

Banyak fenomena magis yang tidak jelas bagi Subaru. Barangkali ini hanyalah imajinasinya saja. Namun akal sehat Subaru merasa ada yang ganjil.

Firasat suatu kejanggalan dan bulu-bulu tersebut tersangkut di kepala Subaru.

“Dan, berakhir. Kata-kata berhargaku berakhir di sini. Mahluk dan serangga daging metamorfosis mesti bekerja keras. Seperti yang kuucapkan sebelumnya … kami sudah mengendalikan empat menara yang mengoperasikan kanal. Pikirku sebaiknya jangan aneh-aneh, deh, ya? Wajah mati orang tenggelam sungguh-sungguh tak tertahankan! Gahahahahahaha—”

Tawa bernada tinggi kejam itu terputus sesaat suaranya memudar.

Suara sayapnya menghilang. Subaru akhirnya bisa melepas tubuhnya, seketika langsung beralih ke Felix dan Ricardo.

“Siaran barusan menurut kalian bagaimana?”

“Menurutku …. Anggota tubuh kita sudah diambil tanpa ampun, tersisa kepala saja, itu yang Felix-chan ketahui.”

Felix berparas pahit menggigit jari-jarinya dan menjawab Subaru yang mengerutkan kening.

Berbagai tempat telah menjadi panggung, tujuan akhirnya adalah dikuasai musuh.

“Jadi barusan, adalah Kultus Penyihir ….”

“Siaran pertama terjadi tatkala Subaru-kyun lagi tidur. Dalam siarannya, sang penyiar memperkenalkan diri ….”

Felix berhenti sejenak, tak yakin harus melanjutkan atau tidak. Subaru yang tidak tahu alasan keraguannya, dia memiringkan kepala.

Dalam Kultus Penyihir, sudah umum para Uskup Agung mengemukakan Dosa-Dosa mereka. Selanjutnya barulah nama.

Uskup Agung Dosa Besar Kenafsuan, Uskup Agung ketiga yang Subaru tak bayangkan akan datang. Namanya adalah ….

“Biarpun ini memuakkan, dan Felix-chan tidak percaya sedikit pun, ini nama yang dia perkenalkan.”

Felix berkata demikian, mengutarakan kesaksian yang dia ulangi amat lirih.

“Capella Emerada Lugnica—kendati mustahil, namanya adalah keluarga kerajaan.”

 

Catatan Kaki:

  1. Rumah sakit lapangan adalah sebuah unit medis besar bergerak yang untuk sementara menangani korban di tempat sebelum kemudian korban dapat dipindahkan secara aman ke fasilitas rumah sakit permanen.
Share this post on:
Subscribe
Notify of
guest
7 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Pier

yg di tunggu2, trima kasih min
makin penasaran

Fazana

Nah kan belum juga selesai masalahnya subaru sama uskup kemarahan sama keserakahan, sekarang malah ditambah uskup kenafsuan, emang menderita banget ni orang

Emilia

hmm gas keun uy

Kodai

ane kembali lagi ,, gak percuma nunggu udah banyak aja bab nya
tinggal ngepur

makasih min

フル君

Njir, kali ini banyak banget dong masalahnya.. yg sebelumnya aja belum kelar..
Makin menderita aja si subo..

Mantap min.. lanjut ..

anjir

Don’t give up, subaru the abnormal immortal

Dicky Dyan Nugraha

Hmm lust yg bakal dilawan al ya :3