Share this post on:

Tombak Cinta

Penerjemah: Undead Dragon

—Situasi yang sudah buruk drastisnya semakin parah, puncaknya adalah kondisi terburuk nan mengerikan.

Subaru terguncang ditatap mata terpesona dan berkilau-kilau Sirius, nafasnya mencepat.

Wanita sinting itu tidak mempedulikan api membara yang membakar perban wajahnya, perhatiannya hanya fokus melihat Subaru—tidak, bukan hanya melihat, namun menatap.

“Sayang … Betelgeuse?” tanya Subaru.

Nama orang gila yang tak ingin Subaru dengar lagi. Ketika Sirius Romanee-Conti meratapi cintanya, Subaru sama saja berbohong jika tidak bilang teori khusus ini tak terlintas di benaknya.

Meski begitu, dia enggan mempertimbangkannya secara benar, karena melakukannya sama saja menggabungkan keberadaan gila Betelgeuse dan wanita sinting Sirius.

Subaru tak ingin memikirkan penyatuan mereka, pasangan terburuk, dua sejoli Romanee-Conti.

“Pasangan dua orang Uskup Agung Dosa Besar betul-betul malapetaka konyol … walaupun memang benar dia memilih pengantin seperti itu ….”

Beneran, deh, Kultus Penyihir tidak punya satu pun anggota normal.

Betelgeuse yang sok benar, Sirius yang memaksakan cintanya tanpa izin, Regulus yang memperlakukan cinta laksana takdir supersifial—mereka semua sampah.

“Contohnya semua nama kalian sedikit mirip. Apa huruf akhirnya diakhiri S?”

Subaru menggantikan pikirannya yang berputar cepat dengan pikiran sepele dan tak berguna.

Sekarang ini, Subaru merasa seakan-akan dia mendapati sesuatu yang serba salah, kendati dia dapat dengan mudah mengetahui sesuatu apa itu. Berusaha segenap jiwa, Subaru tak menemukannya.

“Tolong jangan diam saja, Betelgeuse. Kau ini orang yang kejam. Tuh ‘kan, sudah bersikap dingin seperti biasa … membuatku sangat gelisah!”

Sirius yang tak mengetahui penyebab kesunyian Subaru, malah mengartikannya sendiri selagi mendekap wajahnya dan pinggangnya berputar-putar. Adegan mimpi buruk menyebar tatkala kerumunan di sekitar Sirius memasang tampang kasih sayang dan delusi aneh.

“… sungguh, aku tidak bisa mengurus kalian lagi. Walaupun triknya barusan memberimu pemikiran semacam itu, tapi masih saja tragis. Hubungan takdir yang benar seharusnya menyatukan kalian bersama-sama, apa pun hambatan yang dihadapi. Seperti aku dan pengantinku. Akan tetapi, pemisahan hidup dan mati sebelum membuahkan hasilnya bukan hanya sedih, namun tak sedap dipandang pula.”

“Ya, terima kasih banyak. Aku sangat minta maaf. Sekarang permisi, aku sedang sibuk. Kau tahu, kan? Pemahaman bersama itu penting. Konsesi bersama tak kalah pentingnya. Tujuanmu telah tercapai, jadi bisakah kau pergi secepat mungkin? Lagian, aku punya urusan pribadiku sendiri.”

“Memang, tujuanku adalah mencari pengantin, dan itu telah terpenuhi.”

Kegilaan Sirius mulai condong ke arah rasional, Regulus mengabaikan implikasinya ketika memandang Emilia, gadis itu masih dalam dekapannya. Kemudian berbalik menghadap Subaru.

“Tetapi orang yang ingin membunuhku dan pengantinku, dan sejak awal sudah menjengkelkan, belum memperkenankanku membalaskan dendam atas terlanggarnya hak-hakku. Aku tak suka main kasar, tapi kali ini, alasannya hanyalah balas dendam. Ya, tindakan ini benar. Sekalipun bisa aku tahan dan pergi membiarkannya. Lantas hak sahku tidak dihargai. Demikianlah, pergi sama saja tidak menerapkan keadilan. Semestinya tidak mengatur preseden itu.”

“Jangan menuturkan kalimat berlebihan itu. Jelas-jelas kau mau membunuhku karena tidak menyukaiku. Jangan membenarkannya dengan doktrin sampah.”

“Sebetulnya disanggah balik sudah cukup mengejutkan. Berbicara seakan-akan aku yang salah malah lebih mengejutkan. Kau, adalah tipe orang yang tak menyetujui lawan mereka? Kalau begitu, satu-satunya hal yang bisa kukatakan adalah dirimu berpikiran sempit dan superfisial. Aku rasa orang semacam ini yang tidak tulus mendengarkan kata-kata orang lain, suatu hari kelak akan terkena batunya, menurutmu bagaimana?”

“Memangnya kau berhak mengatakan itu?”

Mata Regulus membelalak seakan terkejut.

Mungkin dia sungguh-sungguh meyakinkan bahwa deklarasinya dibenarkan. Tidak, dia sudah sangat yakin. Jika tidak, Regulus tak mungkin menjadi bawahan terkemuka dalam kultus abnormal tersebut.

Percakapan logis hanyalah ilusi. Kendati mereka bercakap-cakap menggunakan bahasa manusia, mahluk-mahluk itu termasuk ekosistem alien.

Melupakan faktanya akan membuat seseorang termakan kata-kata manis mereka.

“Sirius. Kau tampaknya mengecualikan dia dari wilayah kekuasaanmu. Apa yang terjadi?”

Alih-alih menghadap Subaru yang terdiam, Regulus mengalihkan perbincangan ke Sirius.

Mengerutkan kening oleh ucapannya, Subaru mendapati ketakutan yang mencengkeram hatinya telah sirna.

Fakta Beatrice masih sedikit gemetar di pundaknya membuktikan bahwa mereka belum meninggalkan jangkauan lingkup pengaruh.

Dengan kata lain, cuma Subaru yang dikeluarkan. Alasannya adalah:

“Bukannya jelas? Karena aku tahu dialah orang itu, andai aku terus membagikan perasaanku, mereka barangkali tidak sengaja menyalurkannya kepadanya.”

“Jangan malu-malu begitu, rasanya merinding. Setelah menyatakan cinta, cinta, cintamu, tak usah lagi pura-pura tidak berdosa. Aku teramat-amat tidak memahamimu.”

“Bukannya kau pikir membiarkan perasaan yang tak bisa dijelaskan kata-kata dirasakan dengan cara demikian rasanya hambar? Hingga akhir pun aku bersatu bersamanya, akan kusegel perasaan itu dalam diriku. Sudah kuputuskan. Ya, demi cinta!”

“Sebab ketidakjujuranmu, perasaan pentingmu takkan pernah tersampaikan, tahu? Kau, Sirius Romanee-Conti, hanya dapat merindukannya dengan pemikiran sepenuh hati. Bukannya menggunakan nama keluarga orang lain agak menjijikkan? Aku rasa dalam artian tertentu, semacam peninggalan Betelgeuse. Yah, lagipula dia sudah mati, jadi tak jadi soal.”

“Aku jatuh cinta kepada orang itu!”

Mendengar pernyataan menakjubkan Regulus, Sirius meledak.

Wanita gila tersebut menjambak rambutnya gila-gilaan, kata-kata yang diteriakkan pada Regulus terbang ke luar dari mulutnya.

“Bagaimanapun, kapan pun aku menatapnya, dia selalu balas menatapku! Sewaktu aku menyentuhnya, dia tak memarahiku! Kala aku berbicara dengannya, dia memberiku perhatian! Sesaat diriku menghirup nafasnya, dia tak pernah mengusirku! Aku diizinkan tidur bersamanya! Aku bebas meminjam barang-barangnya! Dia membiarkanku membakar blasteran penyihir! Dia memberikanku nama! Tersenyum untukku! Hanya untukku! Hanya untukku, hanyauntukkuhanyauntukkuhanyauntukkuhanyauntukku!”

Nafasnya kian lebar selagi menangisi air mata cinta tak terbalas.

Sirius sudah memperjelasnya.

Eksistensi Sirius adalah cinta murni sinting yang gelap.

“Ah, aduhhh—menangani keyakinan subyektif yang terlampau kuat itu rumit.”

Mengangkat bahu, Regulus angkat bicara seakan-akan menunggu persetujuan Subaru.

Subaru barusan membalas, ‘Memangnya kau berhak mengatakan itu,’ agar Regulus tidak menyerang. Subaru perlu meredam keseimbangan antara dua ekstrimis bodoh di dekatnya.

Melawan kedua pemuja, Subaru tidak melihat secercah harapan pun untuk menembus kebuntuan. Malahan situasinya kian buruk sebab campur tangan Sirius.

Meskipun Subaru telah terlepas dari ketakutan bersama, kekuatan bertarungnya tidak ada yang meningkat. Tentu saja Beatrice adalah keuntungan utamanya, namun kondisinya tidak menguntungkan, keputusan tajamnya tumpul oleh teror.

Setidaknya, dia bakal membantu kalau menghadapi Regulus.

“… hei, Sirius.”

“Ya, ada apa, sayangku?”

Sirius dengan senang hati menjawab panggilan Subaru.

Walaupaun dia heran oleh respon serius tak disangka-sangkanya ….

“Aku punya sedikit urusan pribadi dengan Regulus di sini, jadi bisakah kau menunggu dengan sabar sebentar? Tolong.”

“Kau ingin aku menunggu?”

Memanfaatkan kesalahpahaman Sirius dapat memberi Subaru kesempatan kemenangan.

Sirius nampaknya menganggap Subaru Betelgeuse karena The Unseen Hand-nya, yang menyerupai Wewenang Kekuasaan Kemalasan. Kendati menempuh jalan kegelapan, Subaru kudu menginjaknya.

Betelgeuse adalah roh. Seandainya dia masih hidup, sangat mungkin dia mengincar Subaru sebagai inang berikutnya.

Biarpun masalahnya sampai saat ini Subaru belum mengenali Sirius, namun kondisi pikiran wanita itu saat ini sepertinya tak memperhatikan masalah itu.

Memikirkannya, Subaru berharap mampu menembus kebuntuan ini. Alhasil ….

“Maaf aku tidak bisa melakukannya. Tolong izinkan aku menolaknya sekalipun itu sangat penting bagimu.”

Sirius serta-merta menolak permohonan Subaru lagi.

Melihat tatapan kecewa Subaru, Sirius menundukkan kepalanya.

“Tentu saja awalnya aku ingin menurut. Namun dirimu yang berapi-api pasti sudah memutuskannya selagi aku menunggu, kau akan menyelinap pergi dari jemari terulurku. Aku mengenalmu. Mau bagaimanapun, kita sudah lama sekali bersama. Kau akan berjuang sekuat tenaga berlebihan sendirian sampai mencapai hasil yang kau inginkan … lalu ….”

Sejujurnya, Subaru merasa kagum atas cinta tulus Sirius.

Biar begitu, anggapan Sirius mengenai sifat kerja keras Betelgeuse adalah perspektif yang agak buta. Lagipula, pekerjaan Kultus Penyihir hanyalah merusak.

“Akhirnya, akhirnya kita bisa bertemu lagi. Sudah setahun lamanya, setahun penuh sejak aku menemani sisimu. Abad ini adalah waktu terpanjang perpisahan kita! Bahkan sesudah setahun tidak menemuiku … kau menyuruhku pergi? Aku tidak mau. Tidak bisa. Saat kau tidak ada, di saat itulah aku pengen pengen pengen pengen pengen pengen pengen pengen pengen pengen pengen pengen menyatu bersamamu!”

“….”

“Terlebih lagi, kau ingin aku menunggu!? Dan kini kau punya roh yang belum pernah aku lihat sebelumnya! Kau menemukannya di mana!? Apa menariknya wanita semacam itu!? Dia kecil, wajahnya pongah, apalagi dia tak punya dada maupun bagian bawah seorang wanita! Apakah karena dia roh!? Karena kau sendiri roh, wanitamu harus roh juga? Waktu yang kita habiskan bersama menghilang sudah lantaran alasan lemah itu? Akan kubakar kau.”

Arah kata-katanya menyimpang, aneh, sorot mata berkilau tergila-gila nan bergelora tak terkekang lagi-lagi tampak.

“Dan apakah alasanmu adalah mengurus si setengah penyihir di tangan Regulus? Blasteran penyihir kotor itu! Blasteran penyihir rambut perak itu! Kenapa kau sangat-sangat memihaknya!? Hentikan segera, bukankah seharusnya kau sudah paham dahulu kala? Penyihir sampah, tercela, memuakkan, penuh kebencian, dan menjijikkan ….! Apabila kau membangkitkannya, akan kubakar di depan matamu!”

“Kau … jadi semakin tidak bisa dimengerti, kau ….”

Si wanita gila menjerit haus darah, mengungkapkan permusuhannya kepada Emilia dan Penyihir Kecemburuan.

Bukankah tujuan Kultus Penyihir adalah kebangkitan Penyihir Kecemburuan? Subaru tidak mengerti kebencian Sirius kepadanya.

Sebaliknya, Sirius sama sekali tidak beresonansi dengan Betelgeuse yang dia damba-dambakan.

Kendati awalnya Subaru pikir mereka tidak bisa rekanan, mereka ternyata musuh.

“….”

Kebuntuan di antara ketiganya sekali lagi muncul. Regulus hendak membunuh Subaru dan Sirius.

Sirius akan bertahan melawan Regulus dan Betelgeuse tak nyata dalam diri Subaru.

Subaru ingin menyelamatkan Emilia dari Regulus dan membebaskan Tina dari Sirius, dan bila memungkinkan, membunuh kedua Uskup Agung.

Tentu saja. Namun situasi Subaru saat ini kelewat keras.

Mencari solusi sedemikian rupa sampai Subaru tak punya kemampuan untuk mencapainya, dahi pria itu mulai berkeringat.

Return by Death, disertai penampilan Sirius dan debut Regulus. Seusainya, pertarungan jarak dekat antar dan melawan Uskup Agung. Perulangan ini yang paling panjang.

Selama itu, meskipun Subaru mendapatkan informasi berguna, hanya hal-hal buruk belaka yang terjadi.

“… Beako.”

“Sebenarnya kau bisa mencoba keduanya, kayaknya.”

Dari punggungnya terdengar suara segan pendukung Subaru.

Subaru yang memegang Wewenang kejadian selanjutnya, membuat keputusan. Dan pada saat itu.

“… oh.”

“—ah.”

Secara bersamaan, Regulus dan Sirius mengubah sikap mereka.

Masing-masing merogoh mantel, dan tangan mereka mengambil buku.

“Itu ….”

Buku familiar berjilid hitam tebal.

Dari jarak sedekat itu, tidak mungkin Subaru keliru. Itulah yang dipatuhi Kultus Penyihir di atas segalanya, Kitab.

“….”

Mengabaikan Subaru yang kembali waspada, kedua Uskup Agung membuka Kitab mereka dan menyurvei tulisannya.

Lalu, biarpun waktunya indentik, ekspresi mereka kontras satu sama lain.

“Aku anggap isinya sama, benarkah itu, Sirius?”

“Diamlah, Regulus. Mengapa … mengapa sekarang? Ketika akhirnya, akhirnya aku menemukannya lagi ….”

Regulus memperlihatkan sedikit senyum, dan Sirius menggertakkan gigi kemudian cara bicaranya penuh penyesalan. Bahkan jika sang pemangsa dan wanita gila itu punya perasaan bertentangan, kehendak mereka bersatu.

Keduanya menatap Subaru.

“Sekalipun maaf sekali, waktunya telah tiba. Waktu luangku bersamamu telah berakhir. Semestinya kau berterima kasih kepada Kitab … yah, itu tidak benar. Tidak masuk akal. Lagipula, apa gunanya mensyukuri secarik kertas? Bagusnya kau berterima kasih kepadaku yang mengikuti Kitab dengan setia.”

“Terima kasih atas kepercayaanmu … tapi waktu yang kau maksud apa? Kalian membicarakan apa!?”

“Sebagaimana yang kau dengar. Kami diberikan waktu luang sebelum melakukan sesuatu yang harus dilakukan. Aku memanfaatkan waktu luang itu tuk menjemput pengantinku.”

“Aku merasa tidak lengkap … di hadapan orang itu, harusnya aku tak mengalami perlakuan semacam ini. Terlalu kejam. Aku terhanyut kesedihan, tahu?”

Regulus bebricara tenang, sementara Sirius dengan paksa mengungkapkan kesedihannya. Kerumunan orang kolaps, dan Beatrice menahan air matanya.

Akan tetapi, Subaru dan Regulus sama-sama tak terpengaruh.

“Maaf, namun cinta kecil nan superfisialmu tidak menyentuh pribadi sempurnaku sama sekali. Selebih-lebihnya, membuatku merasa sedikit kotor.”

Suaranya seakan menghina, Regulus masih menggendong Emilia, kemudian memunggungi Subaru.

Satu miliar persen dia kelihatannya hendak berencana untuk melepaskan mereka. Jikalau Regulus pergi sendirian, tidak apa. Tetapi ….

“Hentikan, dasar bangsat! Jangan lari begitu saja! Kalau tidak, aku akan ….”

“Aku mempertimbangkannya.”

“….!”

Regulus berhenti dan menoleh cuma untuk tersenyum.

Dari senyuman itu, Subaru merasa bagaikan pisau menyentuh punggungnya, Subaru menelan ludah, seluruh tubuhnya kaku.

Mustahil mencegah langkah Regulus selanjutnya.

“Nampaknya misalkan pengantinku mendapati penyertanya tiada, dia akan kesepian, dan sekiranya aku tidak mengundang cukup banyak orang, suasana hatinya bakal berubah-ubah—jadi aku takkan membunuhmu.”

Jari-jari Regulus mengetuk tanah pelan.

Meski gerak-geriknya menenangkan, ibarat sedang menyesuaikan sepatu, kakinya menembus lempengan batu layaknya sekop yang menggali tanah lunak.

Kerikil-kerikil batu terbang ke arah Subaru.

Peluru tanah kelihatannya menentang gravitasi. Beberapa menyapu bagian luar kaki kanan Subaru.

—dan detik berikutnya, kaki Subaru menghilang.

“—eh?”

Cakar binatang jelas-jelas telah merobek kakinya. Di kaki kanannya, tulang putih, daging merah muda, sumsum kuning dipamerkan secara rapi dengan bagian bengkok bersilangan. Seluruh nadinya terputus, darah bermekaran.

Sebelum Subaru tahu apa yang terjadi, rasa sakit telah menghujamnya.

“—ah!? Gah, aahk! AaaaaahhhhHHH!?”

Dunia terlihat putih bersih, kepalanya bagai diselingi jarum tajam tak terhitung jumlahnya.

Tenggorokannya berteriak, Subaru tak sanggup menahan berat badannya sendiri tatkala dia jatuh ke tanah. Jari-jari terentangnya dengan lemah memegangi kaki kanannya. Lukanya terlalu besar sampai-sampai telapak tangan kanannya tidak bisa menutupnya.

“Subaru!? Subaru! Subaru, tunggu! Saat ini!”

Beatrice buru-buru jongkok setelah tahu Subaru terluka parah, panik sewaktu dia mulai merapalkan sihir penyembuhan. Regulus mengangguk puas di tempat kejadian.

“Inilah pembalasan yang layak atas tingkah cerobohmu sampai sekarang, jadi aku biarkan saja. Kendati aku memikirkan kemungkinan kau melakukannya lagi, rasanya aku masih ingin tahu masa depanmu. Rasa sakit ini pastinya cukup menghentikanmu jika ingin menyakiti orang lain lagi. Jangan berterima kasih padaku. Selamatkan saja orang lain di lain waktu.”

“AaaAAaaa—aahhkk! Kaaah, gah, tidak bisa, uuugh, arggh!”

Rasa sakit, kesakitan, penderitaan, sakitsakitsakitsakitsakitsakitsakitsakitsakitsakitsakitsakitsakitsakitsakit—!

Kabut kepedihan. Gigi geraham digertak-gertakkan ke tanah hingga menciptakan debu. Dunia yang berkedip-kedip. Apakah dia tidur? Ataukah masih hidup? Atau barangkali mati?

Kebingungan. Ketidaktahuan. Tidaktahutidaktahutidaktahutidaktahutidaktahutidaktahu. Meski begitu, ada sesuatu yang perlu dia ketahui.

“E-Emili … a! Waa, aghh—uuhk, t—ahk.”

“Subaru, jangan banyak bergerak! Kalau ingin muntah, bergeraklah ke samping. Kalau tidak, tenggorokanmu akan ….”

Menahan sakit dan kegilaan, Subaru menggerakkan kepalanya. Jantungnya berdetak bagaikan alarm bel, dia mulai tersedak sesuatu yang terasa seperti organnya.

Beatrice kecil yang susah payah menopang tubuh Subaru, berusaha sebaik mungkin merapalkan sihir penyembuhan. Namun seseorang menertawakannya.

“Mustahil.”

“Maafkan aku. Tetapi ini bukan candaan. Jelaskah itu?”

Di belakang Beatrice, bisik-bisik mengerikan, suara gelap Sirius menjawab.

Di sekitar Sirius, banyak orang berguling-guling sambil menjerit kesakitan.

Mereka semua, tangan memegangi kaki kanan, mati-matian mencari suaka. Seperti Subaru, kaki kanan mereka dirobek oleh binatang buas.

“Betelgeuse tercintaku pasti mengatakan bahwa merasakan sakit sama saja hidup, perasaan-perasaan itu memudahkannya merasakan cinta. Aku tahu itu lebih baik dari semua orang. Tapinya, aku yakin ada cara lebih baik untuk merepresentasikan cinta itu. Terima kasih. Representasinya adalah menjadi satu insan. Mau bagaimanapun, cinta adalah doa penyatuan! Melihat kejadian yang sama, merasakan emosi serupa, sama-sama menjalani hidup, diakhiri satu kematian, itulah cinta!”

Melebarkan tangannya, Sirius bertepuk tangan.

Sirius menghembuskan nafas intens sembari menatap tajam Beatrice.

“Siapa pun dia, semua orang harus mengalami perasaan yang sama. Namun hanya kau dan blasteran penyihir kotor itu yang menolak pengalaman tersebut. Siapa yang ‘kan melimpahkan kehormatan sebesar itu?”

“Tidak ada wanita lain di luar sana yang gilanya secemburu dirimu. Tapi tidak masalah, karena Betty telah lama menjadi orang terdekat Subaru. Betty adalah milik Subaru.”

Beatrice tak gentar oleh kata-kata kejam Sirius.

Wanita gila dan roh saling melotot, hingga Sirius balik badan, memutus interaksi.

“Kini aku hanya dapat mempercayakannya kepadamu. Apa pun yang terjadi, aku mesti memprioritaskan perintah Kitab. Ya, tidak ada jalan lain. Maafkan aku. Maafkan aku. Kau tahu aku tak menginginkan apa-apa selain kembali kepadamu sesegera mungkin.”

Detik ini pun perangai Sirius masih tergila-gila jatuh cinta kepada Subaru. Si wanita sinting meninggalkan alun-alun berlumuran darah.

Mengejutkannya, Beatrice tidak mengejar. Gadis itu mengerti bahwa tidak melarikan diri hanya akan mengakibatkan lebih banyak pengorbanan.

“—Subaru.”

Mata berkaca-kaca, gelembung-gellembung kuning menyembur ke luar dari mulut Subaru.

Beatrice menekan telapak tangannya ke luka. Berusaha menghentikan aliran darah. Luka Subaru terlampau mematikan, kesalahan konsentrasi sedikit saja dampaknya adalah kematian Subaru.

Bagi Beatrice, menyelamatkan Subaru tentu saja adalah prioritas terbesarnya. Namun ada prioritas lain yang harus diikuti Beatrice.

“Seandainya kau tak merawat orang lain yang terluka ….”

Naas jumlah orang yang berguling-guling di alun-alun sekitar lebih dari tiga puluh.

Luka mereka semua sama seperti Subaru, hal kejamnya penyembuhan Subaru tidak mencapai mereka. Beatrice wajib menyembuhkan setiap korban satu per satu.

Itulah beban Beatrice. Tetapi andai dia kehabisan simpanan mana, Beatrice takkan mampu menanggungnya.

“—Subaru, dibanding ….”

Habis-habisan berusaha menyembuhkan luka Subaru, membulatkan hati untuk menjaga raut wajah tabah, suara Beatrice serak.

Alirarn air mata mengalir dari pipi putihnya. “Maafkan aku. Maafkan aku.”

Suara Beatrice terus menyuarakan serangkaian permintaan maaf tanpa henti.

Padahal tahu suaranya tak akan menggapai Subaru yang pingsan karena kesakitan. Bahkan tahu betul Beatrice tidak mampu membenarkan apa-apa.

“Maafkan aku, Emilia.”

Sirius menciptakan banyak sekali korban dan meninggalkan alun-alun. Regulus bersama kekuatan maha besarnya telah menculik Emilia.

—kedua Uskup Agung Dosa Besar berjalan-jalan di kota Pristella.

Share this post on:
Subscribe
Notify of
guest
6 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Kadal

Miris bat si subaru, dah kaki ilang, pacar jg diembat org laen:( Makaci apdetnya minn

sok tau

lawan paus ama 1 anggota kultus yang katanya paling lemah aja (betelgeuse dianggep ga layak dapetin tahkta kemalasan) butuh persiapan ratusan orang ama selang waktu beberapa hari

lah sekarang lawan 2 anggota besar, dengan jeda waktu 15mnt persiapan, korban 30 orang terluka parah aja masih untung sih

kalo soal emilia yang keculik regulus ga bisa diitung karena kemungkinan ttp kejadian sekalipun posisinya berubah kalo kali ini didepan sirius, perulangan sebelum sebelumnya diculik pas lagi bareng priscilla karena emilia ga ikut jadi ga keitung kerugian karena ttp bakal kejadian walau subaru menang dari sirius tanpa emilia disana

Kodai

mantep bener
gas terus min

season 2 nya pun menghitung bulan,
moga-moga langsung dapet season 3 (ngarep)

フル君

Semangat min.. lanjut..

Xxrckk

Pertempuran mereka mulai dari Emilia nyerang menara sampe para uskup pergi cukup lama anjiir. Perkiraan gue mungkin adalah 10-15 menit. Setelah kekacauan sehebat itu, kenapa ga ada satupun petarung/kstaria yg lewat :v

Dicky Dyan Nugraha

Trio tochinkan mana bukannya bawain reinhard hadeuh