Share this post on:

Situasi Terkacaukan

Penerjemah: The Berenike Knights

“Jadi? Beri tahu apa yang terjadi.”

Meninggalkan taman, Beatrice berpikir mereka hendak menjauh dari garis pandang Emilia, lalu langkahnya diperlambat. Meskipun niatnya untuk bicara, Subaru meraih lengannya dan menuntunnya semakin jauh.

“Subaru?”

“Maaf. Kita harus bicara di tempat sepi. Banyak hal yang ingin kudiskusikan secara menyeluruh, tapi tak ada waktu—malahan, waktu kita tinggal lima belas menit.”

“… aku mengerti, kayaknya. Jelaskan di jalan.”

Beatrice berjalan patuh ketika Subaru mengalihkan wajahnya, mencoba menyembunyikan kecemasannya.

Kehadiran rekan pengertiannya meringankan hati Subaru, dia hati-hati meringkas pemikiran yang melayang-layang dalam benaknya sesaat ingin disampaikan ke Beatrice.

“Kultus Penyihir akan menyerang alun-alun yang kita tuju, dan kita kudu menghentikan kejahatan mereka.”

“Kultus Penyihir … ah.”

Nafas Beatrice terhenti, mendesak Subaru melanjutkan.

Yang merepotkannya adalah aturan serta hukuman karena memberikan informasi yang diketahui dari Return by Death. Walaupun dia dapat menyampaikan berita rahasianya dengan aman ke Larkins, tak ada jaminan kepada Beatrice. Itulah sifat alamiah bayangan iblis yang mengikatnya.

Ketentuan dari Return by Death yang mencegah terkuaknya informasi akan menilai hukumannya setelah kejadiannya terjadi.

Jika bukan karena itu, hati Emilia takkan hancur tatkala dia mengetahui rahasianya. Inilah satu-satunya penjelasan yang dapat Subaru pikirkan.

Lantas Subaru harus berhati-hati pada apa yang dia informasikan ke Beatrice.

Tangan-tangan iblis itu, kala menggapai Subaru, menakutkan dan tidak tertahankan. Tapinya, bila tangan-tangan tersebut mencapai Emilia atau Beatrice, Subaru akan dilumpuhkan rasa bersalahnya.

Tangan-tangannya akan memaafkan Subaru, namun bagi orang lain rasanya tanpa ampun.

“Seperti biasa, kau tidak bisa bilang apa-apa?”

“… maaf. Aku sangat tidak beralasan.”

“Tidak apa, kayaknya. Aku percaya tanpa bukti apa pun. Ucapan Subaru, jadi Betty akan mempercayainya, kayaknya.”

Beatrice meraih tangan tak berguna Subaru.

Kehangatan telapak tangan memberinya kekuatan untuk menyampaikan kata-kata selanjutnya.

Sirius, Kemarahan, mampu menghubungkan indra serta jiwa pencuci otak, kemudian mempertimbangkan kesulitan komunikasinya, persepsi bahaya Beatrice akan dibengkokkan.

“Pertama-tama, Uskup Agung Kemarahan dari Kultus Penyihir yang nampaknya seorang Kemarahan, yang, anu … orang cabul.”

“Semisal itu informasi yang mesti diutrakan, maka Betty duga Subaru berpikir buruk, kayaknya.”

“Ngomong-ngomong ada sesuatu sangat penting yang harus kita tangani. Kemampuannya … dia bisa mengontrol emosi, atau membagikan perasaan antara orang-orang?”

“Mengontrol emosi dan berbagi perasaan?”

Beatrice mendongak.

Tidak bisa membayangkannya secara pasti. Tentu saja, Subaru juga tak bisa jelas-jelas memahami efek kekuatan itu.

“Menjelaskannya sedikit sulit … jika Wrath sangat gembira, lantas semarah apa pun aku, aku juga merasa gembira.”

“… aku tak betul-betul paham mana bahayanya, kayaknya.”

“Mengetahui bahayanya itu sulit. Seberbahaya apa pun situasinya, tidak ada ketakutan. Kau akan menerimanya dengan gembira dan takkan bisa benar-benar memahami situasinya, mengerti?”

Seorang anak yang menangis dan memohon-mohon tak ingin mati telah dihibur oleh masa.

Mereka menemukan kegembiraan pada semua halnya. Sebanding dengan ditusuk sebuah pisau, hingga nyawamu diakhiri pisau itu.

“Pembagian emosi, aku mengerti, kayaknya. Bagaimana pembagian indera?”

“Bukan itu saja. Ketika orang lain merasakan sakit, aku pun merasakannya. Misal kepala Uskup Agung Dosa Besar itu dipotong maka kepalaku terpotong juga … mendebarkan, bukan.”

Selagi Subaru semakin menjelaskannya, frustasinya kepada situasi tanpa harapan mulai muncul lagi.

Penjelasannya agak blak-blakan, jika Beatrice berubah pikiran, lantas Subaru juga. Laki-laki itu bisa saja kabur dengan Return by Death, namun semua orang yang hidup sebelumnya tak mungkin bisa menanganinya.

“Seandainya dia hidup, maka kemungkinan besar kau bakalan gila hanya dengan berada di dekatnya. Andai dia mati, kalau begitu kita semua ikut mati. Sungguh tipe musuh terburuk, mau mati atau hidup sama-sama menyusahkan.”

Pada kematian keduanya, Subaru ditelan oleh ketakutan dan menjadi gila. Asal ketakutan itu dari Lusbel yang mati-matian mencari pertolongan.

Pada saat itu, dia terus merasakan kegilaan Lusbel juga. Semangat mereka melemah, mendesak mereka ke keadaan tersebut.

Sulit mengatakan, ‘Aku harusnya bisa melakukan lebih baik,’ sukar juga membayangkan bahwa Lusbel, yang diajak bicara sebelumnya mampu melawan teror seluar biasa itu.

Namun sesuatu selain ketakutan semestinya telah membunuh Subaru di kematian keduanya.

Mencari strategi mengalahkan Sirius tentunya susah tanpa tahu apakah sesuatu itu.

“….”

Subaru tidak berbicara lagi, namun dia masih memegang tangan Beatrice.

Memang sudah mengikutkan gadis itu, tapi Subaru belum menemukan solusi satu pun. Karenanya, Beatrice mungkin terlibat dalam pertempuran tanpa peluang kemenangan.

Yang mesti dilakukan adalah menyuruh Reinhard menangkap Sirius hidup-hidup. Subaru berpikir hendak memanggil Reinhard seperti kali terkakhir dan bilang padanya untuk menangkap Sirius.

Sederhananya memberitahukan Reinhard rencananya sebelum bertarung melawannya.

Sebelum menghadapi serangan mendadak di alun-alun, dia akan berbicara sama Larkins lagi, sedangkan Reinhard akan dipanggil untuk mengurus krisisnya. Reinhard takkan menyerang secara langsung tanpa menanyakan rinciannya. Bahkan menjelaskan perlunya panggilan darurat, sekurang-kurangnya ada waktu beberapa menit hingga Sirius akan bergerak.

“Bego banget aku. Tidak, aku tolol. Kalau Reinhard dipanggil akibatnya Sirius akan segera bereaksi. Tidak ada waktu untuk menjelaskan, seperti saat terakhir-terakhir.”

Subaru harus memberi tahu Reinhard sebelum dia mulai melawan Sirius.

Bisakah Subaru melakukannya? Subaru tak yakin dia bisa mengemukakan isi pikirannya tepat waktu. Pada perulangan terakhir, meskipun dia ingin menyuruh Reinhard menangkapnya, mulut Subaru terpikat dan malah ikut berteriak, ‘BUNUH DIA.’ preseden tak tersangkal.

“Subaru. Masih ada kabar buruk, kayaknya.”

“… seriusan? Aku tidak pengen dengar kabar buruk lagi.”

“Aku mengerti, kayaknya. Tapi, harus kukatakan … Betty nanti tak berguna di medan perang dengan Reinhard. Nanti cuma jadi gadis kecil manis, kayaknya.”

“Hah?”

Beatrice tiba-tiba berbicara, matanya menunduk.

“karena fisiologinya, Reinhard sudah seperti mercusuar ke mana-mana. Suasana lingkungan akan mengikutinya tanpa pikir panjang, menyebabkan kerusakan ke sekitar, dan itu akhirnya membebani Reinhard. Roh dan pengguna sihir tidak dapat menggunakan kemampuannya, dan aku tak bisa apa-apa.”

“Apa-apaan … beneran … ada hal semacam itu ….”

Walaupun dirinya berkata demikian, Subaru mengingat saat-saat dia baru datang ke dunia ini.

Hari pertama kedatangannya, Reinhard dan Elsa bertarung memperebutkan lambang Pemilihan Raja milik Emilia.

Subaru ingat Emilia pernah menyebut bahwa sihir tak lagi efektif kala Reinhard mengungkapkan kemampuan sebenarnya.

“Sekiranya Reinhard bisa menyelesaikan masalah, maka tidak masalah jika Betty menjadi tidak berguna, kayaknya. Tapi, kalau bahkan Reinhard belum cukup ….”

“Beako benar-benar tidak berguna.”

Bayangan itu pun telah dibunuh.

Eksistensi Reinhard semata menyebabkan sihir kehilangan seluruh fungsinya. Memanggil Reinhard sekarang akan menjadi kontraproduktif.

—buruk, buruk, buruk, buruk, buruk, buruk, buruk, buruk, buruk, betul-betul bencana. Subaru tidak bisa melihat cahaya ap-apa.

Benar atau salahkah memanggil Reinhard? Bagaimana jika membawa Beatrice?

Mengabaikan Sirius dan selamatkan orang-orang di alun-alun. Dengan begitu, Sirius bakalan mencari tempat lain untuk melakukan hal serupa. Tidak ada faedahnya.

Sewaktu merenung, kegelisahannya mulai membakar benak Subaru.

Dia berusaha semaksimal mungkin mencari solusi, tapi tidak bisa menemukannya. Terlebih lagi, waktu terus berdetik tanpa ampun.

“… Subaru, kita sudah di alun-alun, kayaknya.”

“—ah.”

Mendengarnya, Subaru mendadak mendongak dan melihat alun-alun.

Mereka berdua tiba di tujuan, yang tak lama kemudian ditandai sebuah tragedy. Solusinya sama sekali tak ditemukan. Sisa waktu mereka menghilang sedikit demi sedikit. Menara jam putih. Alun-alun ramai.

Kurang dari sepuluh menit sampai tragedi itu terjadi. Bagaimana cara mengatasinya secara benar. Harus apa?

“Subaru, mungkin aku punya solusi, kayaknya.”

Tatkalah wajah Subaru kejang-kejang karena tegang, Beatrice angkat bicara. Pikiran kosong Subaru dikejutkan suara manisnya.

“Dapat solusi!?”

“Aku mungkin salah, namun deskripsi Subaru mengenai kemampuan Kemarahan kedengarannya tak asing … aku memikirkan sihir kelas atas bernama Nect yang efeknya sama pula.”

Nect …!”

Nect—bentuk sihir yang dialami Subaru di masa lalu. Dengan Nect, pengguna sihir bisa berbagi kesadaran dan perasaan orang lain. Memang mirip-mirip Wewenang Kekuasaan Sirius.

Sambil bertanya-tanya mengapa dirinya tak menyadarinya dari awal, Subaru berpikir keras.

“Apa ada cara untuk melawan Nect?”

“… biasanya, melawan Nect itu tak penting, kayaknya. Sebetulnya untuk menyatukan dan mengekspresikan perasaan rekan-rekan. Menjadikan Nect senjata sepertinya aneh, kayaknya.”

Beatrice memberi jawaban tak senang kepada Subaru yang resah.

Subaru pernah sekali enggan membagikan penglihatannya dengan Julius menggunakan Nect, demi mengalahkan Betelgeuse dan memperlihatkan Unseen Hand-nya.

Kemampuan Nect adalah sebagai pendukung antar sekutu.

Seratus persen bukan jenis sihir untuk menyandera orang.

“Normalnya, syarat Nect aktif adalah membutuhkan kontak melalui sirkulasi mana. Kemampuan Uskup Agung barangkali punya kekuatan tuk menolak syarat-syarat tersebut, kayaknya.”

 “Jadi Wewenang Kekuasaannya bisa secara paksa merapalkan Nect. Lebih pentingnya lagi ….”

“Cara menghadapinya—Shamak adalah jawaban paling jelas, kayaknya.”

Shamak-san datang! Mantap sekali!”

Subaru semangat setelah mendengar usulan Beatrice.

Shamak adalah sihir yang menakjubkannya serasa familiar. Dalam waktu-waktu menyakitkan, sulit nan berbahaya, situasi tanpa harapan, Shamak senantiasa melawan musuh bersama Subaru.

Sebelum mengontrak Beatrice, sumber kekuatan utama Subaru adalah Rem, Patrasche, dan Shamak.

Bahkan setelah penghancuran gerbang mana-nya, melalui kontrak dengan Beatrice, Shamak masih membantu Subaru.

“Begitu, Shamak, kayaknya … kalau Shamak, maka semuanya entah bagaimana pasti ….”

“Subaru rupanya terlalu mempercayai Shamak. Padahal itu sihir Bayangan paling dasar dan sangat tak terlalu berguna, kayaknya.”

“Bahkan Beako pun tidak boleh menjelek-jelekkan Shamak seperti itu …!”

“Kenapa Subaru membela Shamak sampai segigih ini?”

Beatrice menghembus nafas seketika mendengarkan ocehan tidak jelas Subaru, lalu memandang sekeliling sembari mengangkat satu jari.

Shamak fungsi awalnya adalah mengubah indra perasa—sihir yang secara paksa mematahkan kontak pikiran dengan lingkungannya. Subaru, aneh menggunakannya, kayaknya, tetapi Betty tidak mempermasalahkannya sama sekali.”

“Maksudnya …?”

“Tatkala sihir itu dirapalkan ke banyak orang, pikiran mereka semua akan dibutakan oleh Shamak, dan Uskup Agung Dosa Besar mestinya tak jadi masalah. Sekalipun aku risau bisa mengendalikannya atau tidak agar tak memengaruhi Subaru, kayaknya.”

Beatrice mengatakannya dengan penuh keyakinan dan Subaru mengepalkan tangan senang oleh secercarh harapan baru ini.

“Baiklah, bagus. Aku akan mengandalkan sihirmu. Kalau begitu … selanjutnya bagaimana?”

“Selain Reinhard yang sanggup mengalahkan Uskup Agung Dosa Besar?”

“….”

Andai kata mereka memanggil Reinhard lantas Beatrice tidak bisa menggunakan strategi Shamak-nya. Oleh sebab itu, Reinhard perlu dikeluarkan dari perhitungan mereka.

Akan tetapi, di saat-saat ini, Reinhard boleh jadi merupakan satu-satunya orang yang dapat mengalahkan Sirius.

“Ngomong-ngomong, karena Betty harus mempertahankan Shamak, Betty tak bisa bertarung, kayaknya.”

“Benar. Baiklah … kita kembali ke titik awal.”

Tanpa dukungan Beatrice, Subaru hampir tak mampu mengalahkan Kemarahan. Tanpa kartu asnya cambuk saja takkan bisa mengamankan pelariannya.

“Waktu itu, tampaknya ada tempat lain untuk bertarung selain alun-alun ….” pikir Subaru saat pertama kali datang di alun-alun.

Sesudah mendeteksi keberadaan mengancam di menara, beberapa orang langsung bereaksi. Seorang manusia hewan, wanita berpenutup mata, pengusaha yang nampak serius, juga Larkins.

Selain Larkins, bagaimana ketiga orang lainnya? Menambah Subaru totalnya akan menjadi empat, bisa jadi artinya ada jalan keluar lain.

“Sungguh rentetan pemikiran goblok, meminta orang lain mempercayaiku. Aku kira sudah memikirkan semua halnya ….”

“—nah, haruskah aku ikut karena tahu kekuatanmu?”

“…!?”

Suara mengagetkan dari belakang menembus pikiran tertekannya.

Mendengar suara akrab nian itu, Subaru dan Beatrice kelihatan terkejut. Berdiri di belakang sepasang rekan tersebut sambal tolak pinggang ….

“E-Emilia-tan? Kenapa kau di sini ….”

“Tingkah Subaru kelihatannya aneh, jadi aku khawatir kalau-kalau hal buruk kejadian. Nampaknya aku dikecualikan, itu salah satu ciri buruk Subaru.”

Seusai dikritik, Subaru menutup mulut.

Terheran-heran oleh kedatangan tiba-tiba Emilia, Subaru tidak sempat merespon. Beatrice menggantikannya dan menatap Emilia.

“Kau sepatutnya tinggal di taman saja. Kenapa kau datang?”

“… aku tak bisa menunggu saja. Subaru menyuruhku diam, tapi Priscilla bilang sebaliknya.”

“Wanita serba merah itu?”

“Dia bilang apabila tidak mengikutiku, maka aku pasti akan menyesalinya. Ketika aku menyusul dan melihat tidak terjadi apa-apa, aku hendak pergi diam-diam, tapinya kalian berdua membahas hal serius.”

Keputusan Emilia dipengaruhi sumber kejahatan yang menghantui benaknya.

Subaru menggertakkan gigi, mentalnya mengutuk Priscilla yang suka ikut campur serta kearoganannya. Tingkah buruknya dengan sempurna mengatur situasi yang paling ingin dihindari Subaru.

“Emilia-tan, aku bahagia. Aku lega banget, namun mulai dari sini ….”

“Kultus Penyihir akan muncul? Aku dengar, kok … meskipun Subaru memintaku kembali, aku tidak mau. Ini melibatkan diriku juga.”

“Emilia!”

Ada sedikit pedoman dari garis pemikirannya.

Subaru berteriak keras dan berusaha habis-habisan mengusir Emilia. Dia tidak boleh menemui Kultus Penyihir.

Subaru tak bisa mengartikulasikan alasannya, namun bukan semacam kelewat protektif. Nalurinya cuma paham Emilia tak boleh menemui mereka.

Emilia sangat tidak boleh bertemu Kultus Penyihir. Bagi Emilia, para pemuja adalah racun yang wajib dihindari. Walaupun sebagian besar orang di dunia ini berpikir demikian, Emilia kasusnya khusus.

“Meski begitu, andaikan Subaru terluka karena aku tidak di sana? Takkan kubiarkan terjadi. Seumpama Subaru bertarung, aku akan bertarung di sisimu. Semisal Subaru ingin melindungi sesuatu, aku berusaha membantu sebaik mungkin. Dan karena Subaru pasti akan melindungiku ….”

“….”

“Aku berjanji akan melindungi Subaru. Aku berjanji tidak akan menangis lagi.”

Ucap Emilia dengan keteguhan hati.

Demi menjauhkannya dari bahaya, Subaru kudu mengerahkan segenap tetes keberaniannya, menghadapi kesulitan bersama hati baja.

Akan tetapi, Subaru sekarang ini merasa takut. Takut bertarung. Tiga kali.

Tiga kali Subaru kalah melawan Sirius, dan tiga kali juga dia kehilangan nyawanya.

Entah seberpengalaman apa dirinya sama kematian, dia masih kebanyakan mati, dalam rentang waktu sesingkat itu.

Kematiannya mengerikan, tidak bisa diterima, dan tak peduli berapa kali dia alami, Subaru tak terbiasa.

Kehilangan nyawa teramat-amat tidak masuk akal. Menyangkal dirinya sendiri, menginjak eksistensinya, mengumpat jawabannya. Ia mencuri sesuatu darinya.

Walau Subaru berusaha menutupi semuanya, dia tidak bisa menghapus semua hal yang memengaruhinya.

Kendati dengan keras kepala mempertahankan bahwa dirinya punya orang-orang yang ingin dilindungi, Subaru takkan mampu membuang hati lemah yang takut mati.

Natsuki Subaru, apa pun yang terjadi, tidak bisa melampaui kelemahannya.

“… Subaru. Menyerah saja, kayaknya.”

“Beatrice ….”

“Emilia ini keras kepala. Dia tidak mau merubah pikirannya, kayaknya. Betty pun memahami perasaan Emilia. Betty ingin melindungi Subaru dengan cara yang sama … Betty tidak dapat menyangkal hal itu, kayaknya.”

Beatrice adalah kunci strategi sekaligus bagian pembuat keputusan. Jika dia mengibarkan bendera putih, maka Subaru tak bisa menolak.

Emilia menatap tulus Subaru dan tatapan Beatrice ramah. Dihadapkan sorot mata mereka, Subaru akhirnya menyerah.

“… para pemuja akan membidikmu, prioritaskan dirimu sendiri.”

“Mmmn, aku mengerti. Kendati aku tertangkap, Subaru tentu akan menyelamatkanku. Aku percaya padamu dan aku akan melakukan yang terbaik.”

“Jangan mengangkat bendera kematian … jadi, sejauh apa kau mendengar percakapan kami?”

Diterima Subaru, Emilia tersenyum santai.

Jari-jarinya menyentuh bibir.

“Aku mendengar intinya. Kultus Penyihir akan mendatangkan malapetaka menggunakan Nect, Beatrice ingin mengimbanginya dengan Shamak. Selama itu, aku harus berupaya memarahi penjahat tersebut.”

“Caramu memahaminya mirip anak kecil, tapi berhasil. Emilia, bisakah aku mengandalkanmu?”

“Serahkan padaku. Aku sangat kuat.”

Emilia berpose berani dengan tangannya. Tingkahnya terlihat kurang tegang, namun dia sepertinya paham. Subaru merasa gelisah dan tidak berguna karena sudah mengandalkan Emilia.

Terlebih lagi, tenggat waktu sihir Beatrice sulit dimengerti Subaru, yang artinya sumber kecemasan baru. Namun ….

“Emilia-tan dan Beako sama-sama berada di sini, jadi aku tidak boleh gagal ….!” alih-alih merasa gelisah, dia menggunakan penyemangat untuk memicu tekadnya.

“Selain itu, waktunya hampir habis.”

Antara permintaan Beatrice dan bergabungnya Emilia, lebih dari separuh waktu berlalu. Mereka akan berjuang sekuat-kuatnya kala Sirius datang.

Bila memungkinkan, menghindari lokasi Lusbel dan menjatuhkan menaranya bakalan lebih baik.

“Emilia-tan. Tak lama lagi orang asing akan muncul di menara. Serang dia dengan tembakan besar. Bagusnya dia jatuh dari menara. Setelahnya, Beako akan mempersiapkan mantra, jadi ketika sinyalnya datang, kita akan mulai bertarung.”

“Hmm, aku mengerti. Biarpun tidak tahu apakah semuanya akan berjalan lancer atau tidak, tapi aku usahakan.” ekspresi Emilia menegang dan Subaru juga Beatrice saling mengangguk. Rencananya ditetapkan.

“… dia di sini!”

Terlihat seseorang bergerak di jendela menara jam.

Tubuhnya terbalut mantel hitam, kepala terbungkus perban. Ujung-ujung rantainya bergantungan di tangan, menabrak tanah dan terdengar suara-suara berderak ketika melihat ke bawah alun-alun.

Orang-orang di sana belum menyadari kehadiran aneh itu.

Sirius berdiri di atas panggung, mengguncang tubuhnya dan membuka lengan seakan mengagumi orang-orang yang tidak siap menghadapi ancaman seketika.

Kemudian dia mulai bertepuk tangan—orang-orang yang mendengar suara tepuk tangan akan memerhatikannya, lantas pidatonya dimulai.

“….”

Menelan ludah, Subaru menyaksikan momen itu.

Gerakan mengagumkan, Sirius membusungkan dada dan hendak berbicara lantang—

Ul-Huma!”

Sebongkah es besar muncul di depan menara, melayang di udara dekat Sirius.

Es tebal berukuran sekitar lima orang, menusuk menara dengan tabrakan dahsyat. Tombak-tombak es menyebar ke bagian depan menara, dindingnya terbelah. Rahang Subaru menganga takjub.

“E-Emilia-tan?”

“Subaru bilang kita harus beraksi duluan, jadi aku ikuti … apa aku mengacau?”

“Enggak, KERJA BAGUS. Aku hanya tidak menyangka kau menyerang tanpa basa-basi.”

Subaru belum memberi isyarat untuk bertindak, terkejut karena Emilia sudah mengetahui ancamannya sekali tatap.

Karena Sirius pun tidak siap. Mungkin serangan itu mengejutkannya. Intinya, kerumunan yang panik tetap baik-baik saja, mungkin Sirius memang telah dilumpuhkan.

Sepenuhnya dari kontribusi besar Emilia.

“Beako, menurutmu bagaimana?”

“Pertama-tama, pikirkan cara mengatasi kesalahpahaman orang-orang di sekitar kita, kayaknya.”

Ketika keterkejutan Beatrice berubah menjadi kebanggaan, Subaru ingin bertanya apakah mereka berhasil mengalahkan Sirius atau tidak.

Emilia mengamati luluh lantaknya menara sementara Subaru perlahan berbalik menghadapi kumpulan orang yang gelisah. Manusia hewan dan wanita berpenutup mata di sana—sangat disayangkan, orang-orang itu ingin Subaru menjadi sekutunya.

“Uh, yah, aku harus apa sekarang? Menjelaskan kita tidak bermaksud buruk?”

“—mmmn. Sebaiknya kau melakukannya, Subaru.”

Selagi Subaru menggaruk kepalanya, merenungkan penjelasan, Emilia seketika meraih bahu, menempatkan dirinya di depan banyak orang.

Saat ini, terdengar suara retak-retak di udara, sebuah pedang es biru terbentuk di tangan Emilia. Memasang kuda-kuda tempur, menghadap kerumunan banyak orang.

“Emilia-tan? Tak usah sampai begini ….”

“Bukan itu. Lihat baik-baik, Subaru. Tidak ada tanda-tanda kewarasan.”

“… eh?”

Takut oleh suara Emilia yang mendadak tegas, Subaru memerhatikan orang-orang di sekitar mereka, dia hanya bisa berteriak. Sebagaimana perkataan Emilia, mata mereka sama sekali tidak sadar.

Orang-orang di sekitarnya memerah dari leher hingga atas, pembuluh darah di wajah hampir-hampir meledak, mata semerah darah memelototi kelompok Subaru.

Pandangan mereka bersimbah amarah.

“Beako! Shamak-nya bagaimana!?”

“… gagal, kayaknya.”

“Apa?”

“Sihir ini tak seperti Nect … tidak, ini jahat, kayaknya. Seratus persen bukan sihir. Kutukan … sihir, kayaknya!”

Beatrice mengangkat suara marah dan jawaban Subaru hanyalah cemberut belaka.

Dia tak tahu hal spesifiknya, tetapi Shamak tidak berhasil. Dia mengerti masalah ini tanpa solusi.

Selanjutnya massa masyarakat mulai dikuasai kegilaan.

“Bau. Bau. Bau. Bau. Bau. Bau. Bau. Bau. Bau. Bau. Bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau, bau.

Suara mengerikan intens yang menyumpah dunia.

“….”

Diikuti suara ledakan, menara jam runtuh.

Sisa-sisa menara pecah, hancur berkeping-keping, menghabisi peninggalannya sekaligus es-es yang tertanam dalam menara. Berkilauan, es mengkristal bermandikan sinar mentari, disertai suara langkah kaki samar.

Langkah-langkah kaki kekejian.

Dia tak terluka. Setengah perban yang melilit wajahnya ternoda darah, cairan merahnya pun menetes dari tangan kiri dan rantainya.

Serangan terencana Emilia memang berpengaruh. Hanya saja, hasil akhirnya tak diinginkan.

“Menjijikkan, bau busuk wanita itu, kotor nan memuakkan, bau orang yang mencuri suamiku, bau-bau belatung, kotoran tiada habis. Benci, aku sangat membencinya, membakarnya sampai jadi abu juga belum cukup.”

“… maksudmu?”

“Dan wanita lainnya, jelas-jelas bukan orang itu, namun dirinya punya bau yang sama, sungguh tak tahu malu, bau busuk serangga busuk, ah, ah, ah, ah, aaaAAAAAAAAH! Benar-benar penuh kebencian! Tengik sekali! Sungguh hina!”

Wanita aneh tersebut memegangi kepalanya yang berdarah seraya berteriak keras. Ludah terbang dari mulutnya sesaat dirinya dengan kasar menghentak-hentak kaki. Subaru mengenal perilaku aneh ini. Liar seperti biasanya, tetapi tujuannya jelas berbeda.

“Duh! Apa kau menguji cinta suamiku, roh?! Apakah kau tak puas mencuri suamiku, DASAR LONTE BLASTERAN PENYIHIR!?”

Menggertakkan gigi, berteriak murka sambil melompat maju.

Sirius yang terjatuh dari menara, melipat tangannya di depan wajah, nyala api merah menyala. Apinya menyala-nyala dari kedua lengan, garis api telah terbentuk sewaktu dirinya mendarat di alun-alun.

Anggota tubuh pemanasan, bersenjatakan api, wanita sinting itu mendongak.

Emilia memegang pedang es siap siaga dan berdiri di depan Subaru serta Beatrice, menjaga mereka. Pandangannya berpindah-pindah, Sirius berteriak geram.

“AKULAH! Uskup Agung Kemarahan dari Kultus Penyihir!”

Api merah menyembur keluar, memandikan kerumunan dengan panas tatkala mengangkat tangannya.

Dalam krisis kerusuhan yang berbeda jauh dari harapan Subaru, wanita gila ini memperkenalkan dirinya.

“—Sirius Romanee-Conti! Roh dan setengah elf sialan, akan kuhanguskan mayatmu dan kusebar abumu di makam suamiku!”

Share this post on:
Subscribe
Notify of
guest
22 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Vica

gada reinhart uwu lagi rame malah bersambung, but its ok:)) ditunggu apdetnya♡

mpik

bangsat emng adminnya
baperan asu

Kodai

mantul, emang ini novel yg paling gw tunggu
mokad lagi kah subradun ?
baru lawa satu pemuja penyihir udah mati berpa kali

belom yg pemuja yg ngincer emilia buat di jadiin istri

geber terus min semangat

Dany

Min… cuma mau ngasih saran…klo gk merepotkan… bisa bak di bagian lagi ngomong…dikasih keterangan siapa yg lgi ngomong gtu..kadang suka bingung soalnya… thanks

yyyy

lol

sam

sip makasih min, btw ini mau ngebut nyusul engnya min? atau sebisanya aja?

yah pokoknya mantep lah min semangat,

dan itu yang diatas bilang suruh tambahin nama disetiap kalimat yang diucapin karakter dia suruh baca naskah drama atau skrip film aja jangan novel itu mah, ngerusak literasi soalnya

Si bacot

Bisa kok min kalimat yg ngucapin dikasih nama siapa yg ngucapin, itu ada contohnya di witchculttranslation blablabla apa itu link nya..
Bisa min bisaaa

si bacot

Hadehh iya min iyaaa mangap :’
Tempat baca cuman ini doang dan eneg baca yg englishnya, aku berterimakasih min /terharu/
Tapi ini sumpah adminnya greget :v
Ngga masang iklan, ngga terima donasi, dan ngga pura2 baek ama reader buat nambah viewers.. hooohhh greget

Sirius

Mantap mantap

Teletubies Asep

Nice min, orgnya humble tapi pukimak juga :v

Lye batenkaitos

Adminnya baperan anying

betelgeus

uskup kemarahan itu kan si fortuna , emak angkatnya si emilia ..

フル君

Mantap min.. semangat terus..

Suka gemes dah baca komenan si Mimin .. XD

Mihoyo

Buah mangga buah manggis
Lanjutkan manis