Share this post on:

Solusi Optimal

Penerjemah: Giant Cat

Return by Death kedua Subaru memukulnya dengan kelelahan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Terkena mantra sinting dua kali telah menempatkan beban mental super besar kepadanya.

Terutama yang kedua. Ketakutan luar biasa itu tertanam dalam dirinya, dia sadar betul pada momen-momen kematiannya.

Sensasi merinding asalnya langsung dari inti sukma, rasa takut tanpa akhir, seseorang bernama Natsuki Subaru hancur, arwah rapuhnya remuk menjadi bubuk.

Kematian ini mungkin disebabkan serangan jantung sinting oleh rasa takut. Sirius senang sekali melihat Subaru ngeri, membuatnya menjadi mesin yang kerjanya mengeluarkan cairan.

Dia ingin menyelamatkan Lusbel dan menantang Sirius, kemudian usaha sia-sia itu bayarannya mahal.

Akan tetapi, meskipun Subaru mati dua kali dalam waktu kurang dari tiga puluh menit, dan belum menghasilkan materi, waktunya tidak sia-sia belaka.

Sirius barangkali ingin sedikit menghibur Subaru sebelum kematiannya, secara tulus dan penuh hormat menjelaskan tepatnya apa yang terjadi kepadanya dan Lusbel.

Itu ….

“Ketakutan kita, kian bertambah ketika semakin merasakan perasaan satu sama lain … mungkinkah prinsipnya sama seperti resonansi?”

Subaru merasakan ketakutan Lusbel, dan Lusbel merasakan ketakutan menjadi-jadi Subaru, lalu ketakutan Lusbel ditransfer ke Subaru. Siklus ketakutan tiada ujung mengalahkan kondisi ketakutan sebelumnya dan pada akhirnya meningkat ke skala ekstresm hingga berakhir fatal.

Kematian ini pati terjadi karenanya. Kematian pertama, kini kematian kedua.

Perkembangan sampai sekarang, pernyataan Sirius, dan status Kemarahan. Petunjuk-petunjuk itu mengarah ke suatu kesimpulan.

Kejadian yang semestinya membuat orang jijik atau marah alih-alih menarik senyum dan tawa dari mereka.

Ketakutan yang dimiliki Subaru berpindah ke seorang anak, membuatnya makin-makin ketakutan, lalu Subaru menerima ketakutannya dua kali lipat.

—Kemarahan, Sirius, dengan garangnya dapat memanipulasi perasaan orang lain untuk kesenangannya sendiri.

Kemungkinan sebuah bentuk sihir khusus yang tak dimiliki secara alami di dunia ini, seperti halnya Unseen Hand Betelgeuse. Kekuatan itu dimiliki Kultus Penyihir.

Walaupun Subaru akhirnya menyatukan fakta-faktanya setelah dua kematian, cuma ini satu-satunya informasi yang dia punya.

Sekarang, perkara kondisi mengaktifkan kekuatannya—dengan kata lain, metode untuk membuka suatu koneksi.

Tatkala trik di balik Kemalasan Betelgeuse diketahui, dia menjadi cukup mudah dikalahkan. Subaru bisa melihat Unseen Hand dan menahan Betelgeuse yang berusaha mengambil alih jiwanya.

Meskipun dapat Subaru tahan, dia tak tahu cara menahannya. Biarpun sekarang memiliki Wewenang Kekuasaan Unseen Hand, Subaru masih bingung mengapa dia dapat menggunakannya.

Malahan, memikirkan bau-bau eksistensi Penyihir yang menyelimuti Return by Death serta kebal terhadap manipulasi memori kabut Paus Putih, Subaru optimis menganggap bahwa bisa jadi Wewenang Kekuasaan Kultus Penyihir tak mempengaruhinya. Kematiannya di tangan sang Kemarahan tampaknya menyangkal teori itu.

Mengingat dua pertemuannya melawan Kemarahan, kemungkinan terburuknya, syarat pemicu bahkan mungkin kontak dengan Sirius.

Kala mendengar Sirius berbicara, begitu melihat sosoknya, Subaru boleh jadi sudah terjebak ke dalam mantranya. Memperhitungkan hal itu, mencari cara melawannya akan sangat sukar.

Solusi paling mudah dan andal tapi paling ekstrim, menaranya bisa dihancurkan dari jarak jauh menggunakan sihir.

Takkan ada kontak dengan Sirius, dia tidak perlu menatapnya. Tahu lokasi kemunculannya, Subaru bisa mencari kesempatan untuk melancarkan serangan preventif, sekaligus tidak usah memicu kekuatan Return by Death lagi.

Hanya, dia perlu mengabaikan pengorbanan seorang anak pemberani, dan Subaru tak pernah serius mempertimbangkan pilihan itu.

Pengorbanan memang penting, namun orang benar mana yang akan mengatakan hal ini?

Memilih pilihan lebih baik dengan mengorbankan nyawa orang lain, menurut orang-orang yang dikorbankan, mereka akan kehilangan dunia. Subaru tidak mentolelir kematiannya, bagaimana bisa dia teganya memberi label harga pada nyawa orang lain?

Tujuannya adalah sebagaimana yang dia tekadkan. Perlu menyelamatkan Lusbel, dan mencegah pengorbanan tak penting. Yang menyusahkan adalah mencapainya sekaligus.

“Andai demikian, untuk menyelamatkan Lusbel … satu-satunya cara paling manjur adalah mengalahkan Sirius.”

Situasi yang sama seperti kali terakhir pasti akan terjadi jika dia mencoba menyelamatkan Lusbel sendirian. Tak peduli seberjuang apa dirinya, berupaya melawan Sirius sendirian sama saja bunuh diri.

Kemampuan bertarung Sirius jelas tidak dapat diremehkan. Apalagi dia memegang rantai, bahkan membelokkan serangan mendadak Subaru sangat mengesankan.

Biarpun Subaru amatiran soal pertarungan, serangan cambuknya masih kelewat cepat untuk diikuti mata tak terlatih. Reaksinya yang begitu cepat terhadap serangan kejutan, kemudian ditangkis dengan rantai, seahli apa dia?

Subaru bahkan tak bisa membayangkannya.

Dalam artian lain, yang Subaru butuhkan adalah seseorang yang sanggup menandingi Sirius dalam pertarungan, yang cukup mempercayai Subaru sampai bersedia membantunya, dan bisa melawan kekuatan Kemarahan Sirius.

“Mukjizat macam apa kalau aku menemukan seorang pria yang kebetulan memenuhi seluruh persyaratan itu ….?”

Subaru mendesau selagi mempertimbangkan garis pemikiran oportunistik ini.

Akan tetapi, teori seseorang yang tak terpengaruh oleh kekuatan Sirius bukan tidak berdasar.

Kehadiran seseorang seperti Subaru yang mampu melihat kekuatan Kemalasan, kebal pada Kemarahan Sirius masih terbayangkan.

Lagian, akreditasi Subaru sebagai pembunuh Betelgeuse adalah karena perlawanan uniknya terhadap kekuatan Betelgeuse.

Karnea semua orang di alun-alun telah termakan pidato Sirius, asumsinya adalah tidak seorang pun di sana yang memiliki resistensi terhadap Wewenang Kekuasaan Sirius.

Di alun-alun, empat orang termasuk Subaru sudah siap melawan Sirius, tetapi lawannya sudah menandai mereka semua. Setelahnya, Subaru akhirnya menyadarinya.

Larkins juga ada di alun-alun.

“Reinhard!”

Sekalipun Subaru orangnya oportunis ekstrem, mencoba tak berpikir normal, akhirnya dia mengingat seorang laki-laki puncak oportunisme.

 


 

Biarpun Subaru tidak ingin membenarkan reaksi tertundanya, alasan kepalanya memakan banyak waktu untuk menghubungkan Larkins dengan Reinhard bisa dibilang karena waktu interval pendek antara Kematiannya.

Kematian sesudah Kematian, kegilaan sesudah kegilaan, semuanya terjadi dalam rentang waktu lima belas menit.

Dalam keadaan itu, secara tenang mengidentifikasi krisis dan menjelajahi pilihan-pilihan tindakan pencegahan sebelum memilih solusi terbaik hampir mustahil. Seandainya orang lain meremehkannya, respon Subaru adalah komplain tentang Return by Death.

Subaru tidak mau menyulut Return by Death.

Semisal keadaan memungkinkan, dia lebih suka hidup damai bersama Emilia, Rem, dan Beatrice.

Sayangnya, dunia ini takkan mengizinkan Subaru hidup bahagia. Ditakdirkan menempuh hidup yang kesehariannya penuh perjuangan.

Jadi pada saat ini, Subaru habis-habisan membuat argumen.

“Akhirnya aku menemukanmu, takkan kulepaskan kau semudah ini! Tolong, panggil Reinhard sekarang! Ini darurat!”

“Menyebalkan banget! Kenapa juga aku mau diceramahi si bangsat rambut merah itu? Kau pasti bercanda!”

Kerumunan ramai berkumpul di sekitar dua orang yang berteriak marah satu sama lain.

Kerumunan itu sepertinya menikmati suasana tegang, mengharapkan perkelahian kapan pun juga.

Baru hidup kembali, baru mendapat pencerahan, Subaru langsung bertindak.

Seperti terakhir kali dia meninggalkan Beatrice menjaga Emilia, dan memanfaatkan tugasnya sebagai dalih meninggalkan taman. Sesampainya di alun-alun, dia mati-matian mencari Larkins. Kini dia sampai di tahap negoisasi.

Pencarian Larkins betul-betul memakan waktu, lantas ketika melihatnya, Subaru mencengkeram kasar punggungnya, dan berujung pertengkaran sekarang.

Larkins yang balas memukul lebih membuat Subaru khawatir .

Kalau sudah begini, adu bacot pun tak bisa dicegah. Subaru berbicara cepat dan cemas selagi ditatap tajam Larkins.

“Kau bisa dengar? Tenanglah dan dengarkan. Aku tidak bermain-main. Misalkan kau tidak mau mati, cepat panggil Reinhard sekarang.”

“Hah? Dasar bocah iblis, kau meremehkanku? Kau pikir bisa mengalahkanku? Lupakan Reinhard si keparat itu, aku sendiri bisa membunuhmu.”

“Ah, bukan itu yang aku maksud …>!”

Larkins menganggap ucapan Subaru sebagai tantangan, amarahnya mulai tak terkendali.

Bagaimanapun, Subaru dan Larkins tidak pernah berhubungan baik. Selain itu, rupanya Larkins punya pandangan buruk soal Reinhard yang harusnya seorang rekan. Seseorang yang memang enggan dia hubungi diminta kontak oleh seseorang yang tak Larkins suka, jelas dia kukuh menolak permintaan Subaru.

“Dasar idiot keras kepala tanpa perasaan ….!”

Subaru menggertak giginya dan memeluk kepalanya.

Tentu saja, Subaru yang gagal bicara dengan tenang dan jelas berhak disalahkan. Namun melihat negoisasinya ditolak sedemikian rupa, Subaru hanya ingin mengeluh.

Walaupun bagi Larkins, Subaru pasti kelihatan bak orang gila yang mengoceh-ngoceh. Subaru habis akal karena tidak boleh mengungkapkan informasi di perulangan sebelumnya.

—terlepas darinya, situasi masih belum berubah, Subaru kehabisan pilihan.

Subaru menyentuh dada, berjuang menekan rasa takutnya.

“Larkins. Ini bukan lelucon. Alasan kenapa aku ingin kau memanggil Reinhard adalah karena ada musuh kuat yang tak bisa kutangani.”

“Seseorang yang tak bisa kau tangani? Jangan terlalu menilai tinggi dirimu.”

Larkins mendengus ejek.

Melihat ekspresinya, pandangan Subaru turun, menarik nafas dalam-dalam dan membuka suara.

Jangan datang, jangan datang, tutur Subaru selagi mengutarakan harapannya.

“… Kultus Penyihir akan datang di sini.”

“….!”

Subaru membuka matanya oleh tutur mengganggu itu, wajah Larkins membeku.

Selesai, Subaru segera melihat ke bawah dadanya, namun rasa sakit itu tidak datang. Yakni, hukuman karena mengungkap informasi yang berpotensi memberitahu Return by Death-nya.

Pertama-tama, dia jelas lega mengenai hal ini.

Biarpun Subaru belum memicu Return by Death selama satu tahun, penaltinya masih ada.

Secara khusus, sewaktu dia mencoba menyampaikan semuanya kepada Beatrice, Subaru terlanjur terserang rasa sakit.

Seakan-akan penyihir hitam itu melupakan perpisahan baik di pesta teh Sanctuary. Kejam banget.

Lantas Beatrice tidak berbeda dari orang lain, dan Subaru tak dapat membahas pertanyaan atau hal-hal tersebut bersamanya.

Mau bagaimana lagi, harapannya bisa berbagi informasi dengan rekannya, Beatrice, tanpa dihukum telah sirna.

Tapi ceritanya panjang sampai-sampai tak sempat memikirkannya sekarang ini.

Pokoknya, Subaru sudah berhasil memberi tahu Larkins alasan sahnya memerlukan Reinhard, tanpa dihukum tangan-tangan hitam.

Malah mendengar Kultus Penyihir, Larkins langsung mengkalkulasi ulang pendiriannya, tatapan jatuh dan mata menyipit merenung.

“Hei, bocah.”

“Namaku Natsuki Subaru. Berhenti memanggilku bocah, Larkins.”

“Namaku Larkins. Subaru jancok. Semeyakinkan apa pernyataanmu itu? Menggunakan Kultus Penyihir sebagai gertakan tak boleh dianggap remeh, tahu.”

Suara Larkins melirih, tatapannya ke Subaru ganas.

Dalam dunia ini, nama Penyihir Kecemburuan dan Kultus Penyihir terlampau berat entah disebut di belahan dunia mana.

Sumbernya dari suatu gagasan bahwasanya Penyihir adalah perwujudan Kejahatan Absolut dari sejarah yang sudah turun-temurun berakar.

Bahkan Larkins memasang wajah serius yang biasanya tidak dia ungkap. Akhirnya menganggapnya serius, lantas sekarang Subaru merespon sama hati-hatinya.

“Aku tidak bercanda atau berbohong. Kultus Penyihir akan datang ke sini. Banyak orang bakal dalam bahaya.”

“Kau tahu dari mana …. Ah, sial. Benar juga. Faksimu menyingkirkan Uskup Agung Dosa Besar Kemalasan. Anjing, rupanya perkataanmu ada benarnya ….”

Sebelum Subaru sempat menanggapi, Larkins sudah menyimpulkan. Biarpun sebenarnya spekulasi, jasa Subaru rasanya efektif untuk mendapatkan kepercayaan Larkins.

“Mereka menargetkan kota? Atau alun-alun ini saja?”

“Kau percaya, nih?”

“Kau sendiri yang bilang jangan bermain-main, kan? Dengar, Subaru kontol. Biarpun aku tidak mau dibacotin Reinhard bajingan itu, aku juga tidak mau ketemu masalah yang bisa membunuhku. Karena selanjutnya tergantung suasana hatiku, kau sebaiknya waspada.”

Meskipun Larkins masih ragu-ragu, dia ingin mendengar detailnya. Kaget oleh penilaian masuk akalnya, Subaru langsung melanjutkan pembicaraan.

“Aku paham, maaf. Uskup Agung Kemarahan rencananya ingin menyerang alun-alun ini. Nanti dia muncul di menara jam itu, targetnya semua orang di alun-alun, bukan individu tertentu.”

“Konsisten sama gaya Kultus Penyihir. Sialan, kita punya waktu berapa lama lagi?”

“Mungkin hanya lima menit lagi. Jadi, seriuslah, panggil dia sekarang.”

“Lima menit!? Kau bercanda! Kenapa tidak bilang lebih cepat!?”

“Niatku begitu lima menit lalu!”

Walau Larkins marah karena kurang waktu, Subaru kehabisan waktu sepuluh menit untuk mencarinya dan meyakinkannya. Bila memungkinkan, Subaru tak ingin berjalan di atas tali seperti ini.

Berlari mengelilingi kota dan memanggil Reinhard lebih efisien ketimbang berbincang bersama Larkins. Namun demikian, waktu tak mengizinkan Subaru.

“Omong-omong, tolonglah, bisa berhenti basa-basinya dan panggil Reinhard? Menurut pembicaraanmu kemarin, semacam kembang api, kan?”

“Kembang api, apa itu? Aku menembakkan sihir ke udara, dan Reinhard keparat itu bakal melihat dan mengenali sinyalnya.”

“… itu sederhana dan jelas, bagus memang, tapi bagaimana jika ada orang lain mendadak menembak sihir ke udara?”

“Tak usdah khawatirkan. Nyatanya rambut merah pukimay itu tahu siapa yang menembakkan sihirnya.”

Rincian yang absurd nian, Subaru catat dalam kepalanya. Nampaknya, tentu saja dalam setahun terakhir, Larkins bertujuan mempelajari dasar sihir.

Berdasarkan pertemuan awal Subaru dengannya, sulit membayangkan dia dapat menggunakan sihir satu tahun lalu.”

“Aku bukan pemain, jadi minggir, dasar menjengkelkan!”

Larkins akhirnya nurut pada bujukan Subaru, bersiap-siap memanggil Reinhard.

Kerumunan yang mulai berbisik, ‘Apa mereka sudah mulai?’ ‘Akhirnya mulai?’ malah menjauh kecewa, tatkala Larkins mengangkat tangan dan mulai memanggil bola api.

Melihat pusaran mana merah atribut api, Goa, Subaru mendeteksi firasat aneh tak sesuai.

Kali ini, situasi berubah drastis.

Sekalipun kasus meyakinkannya ekstrim, Subaru masih risau apakah dia bisa bekerja bersama Larkins seperti ini, meski keputusan akhirnya adalah perlindungan diri.

Bisa dibilang sebagian dari pertumbuhan Subaru setahun lalu, dan kekalahannya melawan Betelgeuse. Larkins pula telah berubah dari tahun kemarin.

Baik Subaru ataupun Larkins, jika tiada yang berubah, maka kolaborasi ini tak akan terjadi.

Sebabnya, hasil ini ada dari pertumbuhan pikiran optimistik berkelanjutan tapi realistis. Reinhard akan datang ke sini.

Alhasil, mengurus Kemarahan pastinya mudah. Seberapa kuat musuhnya, mereka macam kerdil di hadapan Pedang Suci. Kekuatan Kemarahan tidak berfungsi pada Reinhard. Entah karena alasan misterius. Sebesar itulah keyakinan Subaru kepada Reinhard.

Goa!”

 Larkins merapalkan mantra dan nyala api merah tersembur dari tangannya yang terangkat. Nyala api meroket, segera meledak dan terdengar suara kerak di langit biru.

Sebut saja kembang api atau sihir, kedengarannya sedikit buruk, tapi sinyalnya barangkali sudah lebih dari cukup untuk pahlawan yang semestinya bisa menjangkau.

Boleh jadi kejadian selanjutnya karena kelegaan samar tersebut.

Subaru yang menyaksikannya mulai lengah.

Berpikir Reinhard akan datang membuatnya santai sekali sampai-sampai lalai memperhatikan lingkungannya?

“—aduh. Kayaknya ada bola api di langit. Sungguh cahaya indah nan menyilaukan.”

Tentu saja musuh tahu ada keributan dekat menara.

 


 

Sirius muncul di menara, mengenakan perban biasa yang selalu menutupi wajahnya.

Akan tetapi ekspresi di wajahnya jelas-jelas senyuman, sesuatu tentang nada suaranya mencerminkan kicauan seekor burung kecil di musim semi cerah.

Sirius mengangkat tangan ke atas matanya dan memicingkan mata ke arah cahaya bola api.

Kelihatan terkagum-kagum memperhatikan api merah tersebut merupakan tanggapan kebanyakan orang mengenai kembang apinya.

“Ini hebat! Yah, semuanya, maaf. Selamat pagi!”

Suara tinggi tak biasa itu menarik perhatian banyak orang dari bola api, kemudian mereka menghadap Sirius.

Bahkan Subaru melakukannya. Jadi, dia tak bisa menyalahkan reaksi mendadak mereka.

“Tidak, jangan lihat!”

Melihat senyum ganasnya, yang terbalut perban dari sudut matanya, Subaru segera mengeluarkan peringatan keras.

Sayangnya tak satu orang pun mengindahkan dan memalingkan muka. Tentu saja. Subaru sendiri punya perasaan serupa tentang Sirius saat kontak kali pertama.

Walaupun Subaru mengalihkan wajahnya, pipi kirinya masih merasakan intensitas itu. Ada gelombang keji berbahaya yang hendak mengancamnya.

Menghadapi karnivora haus darah itu, bagaimana mungkin orang lain dapat memalingkan pandangan? Memalingkan muka dari sepasang taring tajam nan berbahaya cuma dapat dilakukan oleh mereka yang terlanjur menyerah untuk hidup.

Menolak mati, insting manusiawi mereka menatap Sirius.

“Aduh. Heningnya lebih cepat dari perkiraanku. Pasti berkat dua orang yang menarik perhatianmu sebelum aku muncul. Terima kasih. Tolong salut kepada dua pemuda di sana.”

Sirius menepuk tangannya seraya bicara, rantai yang melekat padanya berdentang di lantai, ketika menatap Subaru dan Larkins dia masih merentangkan tangannya.

Subaru merasakan angin sejuk bertiup di raut wajahnya, mengepalkan gigi dan berusaha menahan diri untuk tak bereaksi pada tatapan Sirius.

Mengembalikan perhatian Larkins sudah mustahil. Dia sudah terperangkap Sirius. Entah apa yang Subaru lakukan, mustahil dia bisa menghubungi Larkins, lalu Sirius nanti akan menjebaknya juga.

Malahan sekarang Subaru terpaksa menutup telinga.

Menduga eksistensi Sirius membuat pesonanya tak tertahankan. Karena itulah Subaru awalnya berniat langsung memalingkan mata dan menutup pendengaran. Biarpun hal demikian membuatnya tak berdaya, mental Subaru takkan termanipulasi.

Akan tetapi, tindakan pencegahan spontan itu tak berfungsi saat matanya terkena.

Dan mengapa dia menutup telinga? Sebab tidak mau mendengar suara Sirius. Namun demikian, kenapa dia begitu enggan mendengar suara nyamannya?

“….”

Perhatian Subaru tertuju ke Sirius, Subaru lupa diri dan menoleh lanjut memandang Sirius.

Sirius memperhatikan tingkah Subaru, bertepuk tangan girang dan tubuhnya gemetaran. Derak-derak suara logam menggesek tanah, berdentang-dentang, laksana hati Subaru menabrak tanah.

“Baiklah! Butuh waktu 19 detik agar semua orang melihatku di sini. Maaf. Tapi aku senang sekali. Biarpun tidak tahu kenapa, nampaknya ada seorang anak yang mencintaiku lebih dari yang kutahu. Okelah, aku harus memperkenalkan diri.”

Saat dia bicara, Sirius menunduk hormat, menghadap pusaran mata khawatir. Mengangkat kepala, menikmati sorot mata semua orang.

“Akulah Uskup Agung Dosa Besar Kemarahan. Namaku Sirius Romanee-Conti.” Mendeklarasikan nama menakutkannya.

Gelarnya semestinya menjadi simbol muak dan teror, seharusnya menjadi respon sangat negatif.

Malahan kala dia membuka pengumumannya, reaksi semua orang seakan-akan diperkenalkan tetangga dekat yang ramah.

“Oh, terima kasih. Maaf mengambil waktu semua orang seperti ini. Namun, tolong tenang karena aku ‘kan mengakhiirnya segera.”

“—masa? Untung saja aku ke sini secepat mungkin.”

“….”

Tatapan Sirius sekali lagi turun, Subaru dan kerumunan lain menghadap ke samping.

Mereka semua melihat kanal yang membentang di belakang alun-alun. Aliran air merebah terbawa angin seseorang yang bergerak luar biasa cepat.

Di sanalah, nyala api merah bergelora, mata sejernih langit berkedip.

Wajah santai dan tenangnya dihormati semua orang yang menatapnya.

Seorang pahlawan adalah manusia yang didambakan semua isan dari dalam hati mereka, dan keberadaan pahlawan itu kini menjadi kenyataan.

“Mencari jalan pintas menghabiskan waktu sedikit. Maaf terlambat.”

Sang pahlawan tak sampai membutuhkan lima menit, tapi tiga puluh detik saja, kemudian minta maaf.

Berlari melewati jalan—tidak, menempuh kanal setibanya dia.

Pedang Suci menyeka matanya cepat-cepat di tengah-tengah kerumunan, sebelum menatap Kemarahan dan mendesau.

“Aku paham kenapa dipanggil. Keputusannya tepat, Larkins. Atau kaukah itu, Subaru?”

Melompat dari air ke tanah, setelahnya alun-alun, Reinhard membebaskan Larkins yang melumpuh, lanjut menepuk bahu Subaru.

Menyadari sentuhan telapak tangannya nyata, Subaru bernafas terengah-engah kala seluruh tubuhnya bergetar.

“Rei, Reinhard?”

“Ya, ini aku. Kelihatannya, ini cukup darurat. Berdiri di puncak menara itu … kau Uskup Agung, kan?”

Reinhard mengangguk yakin, berdiri di bawah sorotan mata.

Subaru melihat alis indahnya memberengut saat mendapatinya sengaja tak menghadap Sirius. Reinhard tampaknya juga paham bahayanya.

“Dia punya kemampuan cuci otak. Kendati sekarang rasanya sedikit lebih baik … jika mendengar suaranya atau menatapnya sekarang, aku akan langsung termakan kekuatannya.” kata Subaru.

“Aku tahu. Bukan hanya suara dan penglihatan. Malah eksistensinya sendiri sudah memberikan efek. Kalau kelamaan di dekatnya, aku tidak tahu bisa tenang atau tidak.”

“Kau bercanda, bahkan kau ….!?”

Mendengar kata-kata tak menenangkan Reinhard, Subaru terbungkam seribu bahasa.

Meskipun Subaru tidak punya bukti untuk mempercayainya, dia yakin selama Reinhard di sini, semuanya bakal baik-baik saja. Akan tetapi, Reinhard sendiri bilang tak akan terpengaruh Sirius.

Dalam hal ini, bahkan berpikir mengalahkan kehadiran jahat itu secara eksponensial lebih sulit.

“Maaf semisal aku salah, mungkinkah kau Pedang Suci terkenal itu? Kalau benar … indah sekali hari ini!”

“Sebagaimana perkataanmu, aku Reinhard van Astrea, pewaris gelar Pedang Suci saat ini. Sayangnya, aku pikir gelar itu keberatan untukku sekarang.”

“Omong kosong! Tapi itu tidak jadi soal! Baguslah kau di sini. Karena negeri punya kepercayaan terbesar dan harapan tertinggi kepada dirimu yang seorang kesatria. Semua orang mencintaimu, dan kau mencintai semua orang. Kaulah perwujudan harapanku, Cinta idealku!”

“Benarkah?”

Tangan Sirius memang gemetaran dan menari gembira. Reinhard, meski tak menghadapnya malah sedang mengobrol santai.

Jika berkomunikasi akan membuatnya jatuh terlahap mantra, lantas Reinhard yang diam saja sama saja bunuh diri.

Subaru berbicara cemas.

“Hei, hei, Reinhard … terus seperti ini tidak bagus. Tidak bagus sama sekali. Bakalan buruk entar. Walau tidak tahu alasannya.”

“… benar memang. Tapi tidak berlaku padaku saja. Mempertimbangkan orang lain, harusnya tidak kuperlama.”

Subaru semestinya merasa resah, namun lambat laun tidak sadar kenapa dia resah. Reinhard menghembus nafas bingung, dan maju selangkah.

Sesudahnya ….

“Reinhard?”

“Tidak bisa kutahan lama-lama—Jadi, aku selesaikan masalahnya secepat mungkin.”

Seketika ucapannya memudar, Reinhard menegang sedikit, dan melompat maju.

Gerakan yang sama seperti saat melompat dari kanal—namun kali ini, ada getaran gelombang air, dan semua orang tersentak sesaat merasakan dampaknya menyebar di tanah.

Merasa takjub, Reinhard mengubah energi itu menjadi momentum.

“Hahahahaha! Ah, sungguh mengesankan—”

Sang Pedang Suci menghentak tanah, dan dengan luwesnya menabrak Sirius hingga keluar menara, jauh ke langit atas.

Share this post on:
Subscribe
Notify of
guest
1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Kodai

mulai seru nih
lanjut terus min

sankyuu