Share this post on:

Makan Malam nan Damai

Penerjemah: Dusk of Oolacile

 Halaman sederhana Seasylph Lodge bertabur kerikil, serba Jejepangan. Meskipun mengharapkan kolam mewah terlalu berlebih, tanaman mirip bambu di sisi jalan batu merupakan pelengkap bagus.

“Sayang sekali, Wilhelm-san tidak ikut kita.”

Subaru duduk di koridor yang menghadap halaman, jemarinya mengambil kerikil.

Subaru memikirkan pria tua rambut putih yang menolak undangan Subaru dengan wajah menyesal. Wilhelm sedang apa?

Sendirian dalam kamar, dia pasti merasa bosan sampai jam makan malam.

“Biarlah, sepertinya bukan tipe pria yang mempedulikan cara orang lain menghabiskan waktu mereka.”

“Bilang begitu seolah-olah kita ini mata-mata, sekalipun kita diundang di sini.”

“Aku di sini bukan berarti mau di sini … padahal sudah terlanjur di sini ….”

Subaru menjawab sarkasme tanggapan Julius yang duduk di sebelahnya sambil dengan elegan menyilangkan kaki di lorong. Julius mengangguk sembari tersenyum seakan bilang, ‘Masa.’ akan tetapi pria yang duduk di sisi lain Subaru tidak mengakuinya secara terang-terangan.

“Oh, ayolah. Hahh, menurutmu Felix-chan di sini karena pengen melihatnya? Subaru-kyun menyeretku ke sini dan dia menyebalkan banget sampai-sampai aku tidak protes.”

“Yaahh, maaf, kurasa. Kau mestinya di sini kalau-kalau hal buruk terjadi. Biarpun rasanya tidak perlu.”

Subaru memicingkan mata ke Felix yang menggeleng telinga kucingnya dengan gelisah, kemudian melihat lebih jauhh ke depan dan mendapati pertarungan skala cepat di halaman.

Terus terang, pertarungannya cepat sekali sampai mata Subaru tidak sanggup mengikuti. Meski begitu, dia jelas bisa menegaskan ….

“Beneran, deh, Reinhard tuh monster.”

“Walaupun sulit menyangkalnya, aku tidak suka menggunakan kata tersebut untuk menggambarkan teman.”

“Sulit menampiknya dalam keadaan normalmeong.”

—pemandangan di depan memastikan kesimpulan mereka.

Halaman berlantai kerikil, pertarungan sengit antara remaja rambut pirang berapi-api dengan pahlawan rambut merah yang menahannya.

Sang penantang, Garfiel, terbara motivasi tiada habis saat menyerang Reinhard dari setiap sudut. Namun, entah menggunakan cakar, taring, kaki, siku, atau lutut, setiap serangannya terbaca dan dengan mudahnya dihindari.

Belum lagi ….

“Orang itu, diam tak bergeming?”

“Itu syarat sejatinya. Reinhard takkan berani melanggarnya. Namun demikian, gagal membuatnya bergerak barangkali memalukan Garfiel.”

Anak itu terus-terusan melancarkan serangan ke Reinhard dari berbagai arah, mencoba mengincar peluang titik buta tumit Achilles1. Tapi tidak peduli sekeras apa dia berusaha, Garfiel tidak menemukan kelemahan yang memang tak ada. Bukan cuma itu, Reinhard menghindar dengan gerakan minimal.

Reinhard berdiri di tempat serupa semenjak awal tantangan gegabah ini, tidak bergerak satu inci pun.

Kala Garfiel menyerbu berkali-kali, dua kaki Reinhard masih setia di tempat.

—awalnya, ketika Garfiel datang ke kamar Reinhard untuk menantangnya, Subaru menyimpulkan bahwa itu langkah ceroboh.

Kalau dipikir kembali, Reinhard itu bahkan menyetujui tantangan tak terduga Garfiel.

Terus terang, motif pertarungan tersebut semata-mata keinginan Garfiel. Menerima tantangan tanpa memberi keuntungan apa-apa kepada Reinhard. Jikalau kau mempertimbangkan perbedaan kekuatan antara keduanya maka Reinhard tak punya sifat kekanak-kanakan.

Apabila kau menganggap hubungan rumit Reinhard, para kesatria keluarga kerajaan, dan musuh politisnya, maka melawan Garfiel sama saja mencari-cari bahaya tanpa faedah. Meskipun Reinhard yakin tidak ada yang menyiapkan trik atau jebakan, menerima tantangannya tidak perlu.

Mempertimbangkannya, pertarungan mustahil terjadi dan Subaru tentu saja berpikir untuk menolak mentah-mentah gagasan tersebut.

Akan tetapi, dari lubuk hati terdalam, Subaru ingin menyaksikan rasa puas Garfiel.

Seseorang yang mengemban tanggung jawab kekuatan tempur fraksi Emilia tidak lain adalah Garfiel Tinzel. Namun di luar itu seringkali dapat mempengaruhi hasil suatu konflik, sehingga mencapai kemenangan dari pertempuran jelas tidak mungkin. Selain itu, Garfiel pun punya kekurangan yang tidak sedikit.

Fraksi Emilia meraih banyak ketenaran sepanjang tahun lalu dan juga banyak perhatian diarahkan kepada si bocah harimau.

Sebab semua orang dalam fraksi Emilia mengenal dan memuji kekuatannya, Garfiel sendiri sudah cukup arogan. Selalu mampu memenuhi harapan itu dengan hasil serta prestasi.

Sayangnya, pertimbangan sepihak Garfiel ini juga menimbulkan fakta meresahkan. Garfiel belum menghadapi cukup banyak lawan sekuat dirinya semenjak meninggalkan Sanctuary.

Satu-satunya orang yang menyetarai kekuatannya ialah Elsa si iblis pembunuh selama pertempuran di mansion tua, dan Garfiel menang. Semenjak itu dia tak merasakan pertempuran sengit yang mendesaknya untuk mengerahkan kekuatan penuh.

Walau Garfiel pernah kalah sekali oleh Subaru, Otto, dan Ram, kondisi kemenangannya adalah berkat trik-trik kotor mereka.

Dalam hal pertarungan jujur dan adil, Garfiel Tinzel adalah seseorang yang belum pernah kalah dari lahir.

—karenanya, meski tahu itu kejam, Subaru penasaran akan pertarungan antara Reinhard melawan Garfiel.

Berkembang tanpa kalah, dan tak menyadari batas kemampuannya. Bukanlah jalan mustahil untuk ditempuh.

Namun bila Garfiel terus tidak menyadari batasnya dan semata-mata mengandalkan keberuntungan yang mempertemukan dirinya dengan musuh-musuh lemah, Garfiel itu takkan tahu letak kekuatannya.

Reinhard van Astrea, sang pahlawan yang Subaru lihat aksinya sekali. Subaru lebih mempercayai kekuatannya.

“Aku mempercayai kekuatannya … tapi tidak kusangka perbedaannya akan sebesar ini.”

Situasi beralih ke arah yang tak dikira-kira Subaru. Tapi dia tidak seterkejut kala dia terheran-heran, sampai-sampai kelewat bereaksi akan dianggap berlebihan.

Setelah mengantar Garfiel yang bersemangat ke kamar Reinhard, Subaru langsung mengajukan permintaan dan Reinhard dengan senang hati menyetujuinya. Subaru sungguh-sungguh terkejut sampai terdiam seribu bahasa.

Setelahnya, menanggapi saran Garfiel untuk keluar kota agar terhindar kerusakan, Reinhard tersenyum dan berkata, “Halamannya sudah cukup luas,” biarpun harus menginformasikan terlebih dahulu bahwasanya kita takkan merusak tanahnya.”

Kata-kata Reinhard barangkali tidak membawa kebencian apa-apa, tetapi bagi Garfiel itu cukup memprovokasi.

Garfiel menerima permintaan Reinhard, memancarkan aura amarah sangat kuat hingga Subaru yang tatkala itu berdiri di samping Garfiel, nyaris tidak bisa tenang ketika amarah itu menusuk Reinhard.

Kemudian mereka berjalan menuju halaman hotel yang ditetapkan beberapa aturan. Senjata tidak diizinkan, ataupun berkat berbahaya. Melukai pihak lain juga dilarang.

Seketika itu, Subaru juga memanggil Feris seandainya ada cedera. Subaru pun mengundang Julius dan Wilhelm sebagai komentator pertarungannya sendiri. Sayang sekali Wilhelm menolak, lantas hanya Julius dan Felix yang menonton. Di samping itu Otto masih belum pulang-pulang juga.

“Ngomong-ngomong, aku tidak menyebutkannya kepada Tuan Rumah atau Mimi bersaudara.”

“Aku pikir itu bijaksana. Jika Anastasia-sama tahu ini, maka beliau akan segera mengubahnya menjadi ajang tontonan. Semisal kabar ini sampai pada Hetaro atau Tivey, maka Mimi nanti sebal.”

Julius setuju dengan Subaru saat mereka mengamati halaman. Tentu saja, sewaktu terjadi pertempuran mantap, orang-orang pasti akan heboh.

Berkumpulnya sejumlah spektator sudah diperkirakan Garfiel sejak awal pertarungan. Daripada menyesal karena tidak sanggup bertarung habis-habisan, dia ingin bertarung di suatu tempat yang memprioritaskan kemampuan.

Halaman hotel memang luas, dan pemandangannya patut diapresiasi, tapi kalau dimanfaatkan sebagai tempat pertempuran sengit lantas tempatnya belum cukup luas. Dan Reinhard juga mengangkat syarat, ‘Jangan merusak lingkungan.’

Syaratnya dimaksudkan agar Garfiel jadi perhatian atau menyesal dikuasai kemarahan, sebagaimana yang biasa dirasakan anak laki-laki.

Apa hasilnya?

“Hei Julius, boleh tanya satu hal?”

“Kau boleh bertanya lebih dari satu, soal aku menjawabnya atau tidak itu lain cerita.”

“Jangan mengatakan hal-hal ambigu seperti itu. Karena itu aku membencimu.”

Membenamkan wajahnya ke salah satu tangan, dan mulai berbicara serius.

“Menurutmu, Garfiel ini bagaimana?”

“—dia kuat. Berdasarkan rumor, dialah perisai yang menjaga Emilia-sama. Reputasi yang layak. Kendati tahu hubungannya denganmu, ekspektasiku secara psikologis turun drastis.”

“Kuhajar kau.” ancam Subaru.

“Dia kuat. Talentanya nyata. Dalam hal pertarungan belaka, aku tidak tahu bisa mengalahkannya atau tidak. Dan masih banyak ruang pertumbuhan untuk dirinya.”

Penegasan Julius mengungkap bahwa dirinya penasaran akan kemungkinan dan potensi yang terlelap dalam diri Garfiel ialah sungguhan.

Dia nampaknya juga merasakan kekaguman sekaligus iri terhadap bakat Garfiel. Julius juga seorang petarung.

“Taapiii, walau masa depannya cerah, menyedihkannyameong dia sekarang cuma dipermainkan.”

Felix mengutarakan fakta kejam.

Tapi tak seorang pun menyangkal. Semua orang tahu. Garfiel sendiri tahu lebih jelas daripada orang lain.

Bisa jadi suatu hari kelak Garfiel berjalan di antara orang-orang kuat. Boleh jadi dia yang terkuat.

Tapi saat ini, berhadapan dengan seorang pria terkuat di dunia, yang tengah dia lalui saat ini hanya gambaran dipermainkan.

“—cih.”

“Sayang sekali. Terlalu tergesa-gesa.”

Sang Pedang Suci maju, menangkap tangan Garfiel. Dan ayunan raksasanya melempar tanpa ampun hingga menabrak kerikil keras.

Awan debu berselimut, menerbangkan angin yang melingkupi Garfiel. Bocah itu berusaha bangkit kembali dan mendadak tangan Reinhard menyasar dahinya, anak itu tidak bergerak dan menarik nafas ….

“Aku kalah.”

Bahkan sedang dikritisi orang lain, Garfiel mengaku kalah.

Pengakuan itu kemungkinan besar lantaran Garfiel masih memegang harga dirinya, bahkan jika itu paling minimal.

Subaru berharap tingkah itu paling tidak akan menghibur Garfiel, sekurang-kurangnya.

 

 

Malam itu Garfiel tidak menghadiri sesi makan malam.

“Kenapa kau pergi sendiri dan menyembunyikan hal semenarik itu dari kami?” Anastasia melotot ke seorang pria seraya mengeluh pahit.

Alih-alih memakai pakaian bulu putih standarnya, dia malah mengenakan pakaian mandi, rambut ungu meneteskan air. Kulit putih tertutup yukata berkilauan, pesona kekanakannya masih nampak jelas.

“Saya pikir kelak segalanya akan berbeda sesuai penggambaran Anda, tapi saya secara spesifik tidak mengundang Anastasia-sama sebab Anda sekiranya sedang membicarakan urusan internal dengan para kandidat lain.”

Julius merespon ucapan sederhananya dengan seringai dan membungkuk. Orang-orang itu selesai membersihkan halaman pertarungan dan baru saja kembali.

Mendengar ucapannya, wajah cantik Anastasia tersenyum nakal.

“Aaahh. Kesatriaku nampaknya lagi-lagi piawai berbicara. Tidak bisa kita hubungkan semuanya dengan uang, benar? Tapi, roh Kararagi aku yang menyukai kesenangan lagi kekacauan, masih sedikit kesal.”

“Roh tameng terkuat kami lebih sakit lagi, jadi jangan tambah dibesarkan. Ah, dia nanti baik-baik saja setelah semalaman ini bersedih-sedih, tapi sampai saat itu, tolong biarkan dia memulihkan diri dengan tenang.”

Mengikuti ucapan Anastasia, Subaru menyampaikan permintaan ini sebab khawatir pada adik laki-laki terhormatnya yang sedang diterpa masalah emosional. Semua orang yang hadir mengangguk setuju. Akan tetapi ….

“Ngomong-ngomong, apa itu kejadiannya? Kesatria ini tanpa ampun tidak tahu cara bersikap baik kepada lawannya. Maaf soal itu, bang.”

Setelah mendengar kejadiannya, Felt cekikikan sembari menepuk-nepuk punggung Reinhard, kesatria rambut merah yang duduk di sebelahnya tersenyum masam.

“Felt-sama, berbicara demikian kelak melahirkan kesalahpahaman. Saya tak memberikan tekanan tak semestinya dalam pertarungan tersebut, dan saya beberapa kali terpojok. Tubuh dan pikiran saya diperkaya sensasi itu.”

“Sama sekali tidak meyakinkan mengingat betapa takutnya Larkin dan kawan-kawan darimu. Kau betulan harus menakuti mereka di kali pertama bertemu?”

“Entah siapa pun yang saya hadapi, saya tidak boleh sombong. Jikalau saya menjadi terlalu percaya diri dengan kemampuan pribadi, maka hasilnya akan keliru.”

Dihadapkan tekad besi Reinhard, Felt mendesau tak tertarik.

Kendatipun dialog mereka mencerminkan transisi status antara master dan bawahan, imbuh Reinhard lebih diperhatikan Subaru.

Menyaksikan pertempuran di halaman, jelas-jelas sadar akar keprihatinan Garfiel. Pencerahan singkat, Subaru tersadar tukas Reinhard tidak mengandung ironi maupun kemunafikan.

Reinhard mengatakan apa yang dia yakini sebagai kebenaran. Walaupun pidatonya mungkin terdengar tidak menyenangkan, keaslian kata-katanya sepertinya mencegah siapa pun berpikir seperti itu.

Mungkin itulah kemampuan paling berbahayanya.

“Omong-omong, Felt-sama. Perihal pakaian itu.”

“Apa, nih, kau komplain? Aku baru mandi sama orang-orang, dan semuanya memakai ini, jadi aku juga pakai. ‘Memalukan,’ ‘Mengecewakan,’ itu yang ingin kau sampaikan?”

“Sama sekali bukan itu, saya hanya ingin bilang itu cocok untuk Anda.”

“Menyebalkan!”

Kata-kata manis kesatria paling dijunjung, dihormati, dan terkuat.

Banyak wanita tak terhitung jumlahnya akan sangat iri dengan karangan ucapan indah yang Felt hancurkan dengan wajah frustasi. Caranya mengenakan jubah mandi menunjukkan dirinya punya kekurangan.

—sebagaimana tukas Anastasia sebelumnya, para wanita berada di kamar mandi sedangkan terjadi pertandingan luar antara Garfiel dan Reinhard.

Atas alasan tersebut, semua wanita makan malam sambil memakai yukata.

Bukan hanya Anastasia dan Felt, tapi Mimi, Crusch, Emilia, bahkan Beatrice memakai pakaian mandi.

“Beako, kau mendadak mau mandi ….”

“Setelah Subaru meninggalkan Betty sendirian di hotel, aku ditangkap Emilia. Dia memaksa Betty buat ikut, kayaknya.”

Tanpa diduga mengenakan pakaian mandi biru pucat, Beatrice imut kelihatannya kesulitan mencari tahu cara memakai yukata dengan benar. Anehnya, rambut basah Beatrice masih membentuk kuncir bor normal. Seumpama rambut keritingnya dipegang maka kuncirnya akan memantul-mantul seperti biasa.

“Jadi, itu testimoni Beako, tapi bagaimana kebenarannya?”

“Hmm? Beatrice terlihat sangat kesepian saat bilang Subaru meninggalkannya, dan karena aku baru saja diajak mandi, aku menyertakannya juga. Pikirku dia akan senang, sih ….”

“I-itu bohong, kayaknya! Jangan mengubah kebenaran! Betty atau Emilia, Subaru lebih percaya siapa!”

“Aku anggap pengakuan.”

Menggabungkan alibi tidak menarik Beatrice dengan penilaian asersif Emilia, Subaru mencapai kesimpulan masuk akal.

Melihat Beatrice tidak menyerah-menyerah, Emilia tersenyum senang. Dia juga memakai mantel mandi, rambut perak yang baru mandi dikebelakangkan. Subaru diam-diam gembira melihat putih lehernya.

“Subaru, nafasmu berat. Kau demamkah?”

“Itu cuma panas cinta. Emilia-tan, boleh aku kepang rambutmu?”

“Boleh, tapi makanan akan segera disajikan. Setelahnya bagaimana?”

Emilia menunjuk meja, Subaru enggan menarik tangan yang keburu membelai rambutnya. Orang-orang menatap aneh.

Subaru memiringkan kepala ke orang-orang yang berdiri berseberangan, dan orang itu Felt.

“Ada yang aneh?”

“Aku tidak amat mengenalmu bang, atau kau, mba, tapi aku masih merasakan jarak antara kalian berdua. Interaksi semacam ini sepenuhnya tidak terasa aura-aura erotis. Tampaknya hubungan kalian masih belum berubah sejak kali terakhir kita bertemu.”

“Bukan berarti godaan erotis akhir-akhir ini tidak datang! Dan tidak usah lagi menceritakan kejadian Ibu kota, dadaku sakit jadi tolong hentikan!’

Demikianlah reaksi Subaru kepada Felt. Sepanjang tahun lalu, memainkan peran kesatria Emilia, kesadaran diri Subaru meningkat sampai ke titik cukup, dan dia pun tahu hubungan pria dan wanita antara mereka.

Sejujurnya, hubungan romantis mereka di titik terendah ketimbang sebelum Subaru menjadi kesatria.

Sebagian besar disebabkan usia mental Emilia. Kedewasaan emosional Emilia belum tumbuh ke tingkat di mana dia bisa menerima peningkatan keromantisan Subaru. Jadi dirinya yang iya-iya saja bukanlah perubahan drastis.

Cinta Subaru tak memudar, tapi niat dibalik interaksinya berubah. Selama emosional dalam diri Emilia terhadap Subaru tidak berubah, hubungan mereka akan utuh seperti ini.

Setidaknya, Subaru paham biarpun dia beraksi duluan, tidak ada yang berubah.

“Begini, perasaan ini mungkin sesuatu yang mirip-mirip hubungan Crusch-san.”

“Hubunganku, apa?”

Tanpa sadar Subaru menghela nafas dan tangannya mengelus rahang. Crusch menatap, raut wajahnya ragu.

Tentu saja dia ikut mandi bersama para wanita, jadi turut mengenakan mantel mandi. Dada yang disembunyikan pakaian lelaki sebelumnya kini menekan tipisnya pakaian mandi.

Tanpa aura berwibawa, Crusch berparas cantik nan polos selagi mengikuti panduan Felix cara memakai yukata.

Crusch melirih ke samping, jari Subaru menggosok hidung.

“Yea. Sekalipun Felix selalu nempel dengan Crusch-san, bisa jadi orang-orang tidak menganggap mereka pria dan wanita, betul? Dan pertemuan awal kalian berdua sedikit sebelum kami, jadi mungkin kami memperlakukan orang yang kami sukai dengan cara serupa.”

“Wah, ucapanmu sedikit memalukan. Haha. Benarkan, Felix?”

“Felix-chan tetap setia, biarpun Crusch-sama menolak hatiku.”

“—”

Sejenak, ruangan membeku oleh perkataan Felix.

Senyum Crusch menjadi kaku, Felix menyambut jawabannya dengan senyuman.

Kebetulan Felix ikut memakai mantel mandi, seakan-akan berkompetisi dengan para gadis. Pokoknya, bukan waktu yang tepat untuk memikirkan itu.

“Aku sungguh lapar sampai mengungkap rahasia yang kusembunyikan. Baiklah, waktunya makan.”

“Jangan kabur setelah menjatuhkan bom seperti itu!”

Subaru mencoba mengubah topik ke makanan, ide yang langsung ditolak teriakan Crusch.

Ini masalah nyata, dan Subaru tidak menyangka akan menjumpainya. Hmmm, harus apa. Dia tidak bisa menatap sekeliling.

“Felix. Berusahalah untuk tidak menakuti Crusch-sama. Sisi riang dan bahayamu serasa lebih menonjol dari sebelumnya.”

Sebelum heningnya menjadi canggung, Wilhelm menyela, dan suasana hati lagi-lagi berubah.

Wilhelm adalah satu-satunya pria yang memakai mantel mandi. Rupanya dia pergi mandi tepat setelah para wanita selesai mandi. Baik postur dan yukata-nya berjasa dalam memulihkan suasana harmonis dari ketegangan sebelumnya.

Felix juga seorang pria … eh?

Andaikan terdapat pedang di pinggangnya, citra Felix akan sempurna.

“Apa, kenapa Wil-jii ngomong gitu?”

“Cinta penuh hormat, cinta berharga, cinta romantis. Cinta kerap kali dilimpahkan. Bingung menyembunyikan perasaan tidak baik tuk hati tanpa dosa. Haruskah aku tidak berbicara kasar soal ini?”

“Haaameong. Jangan bilang begitu, sedikit berlebihan.”

Mendengar khotbah berat Wilhelm, Felix bergumam lirih dan meringkuk di bahu Crusch.

“Tidak apa. Tentu saja lelucon, jadi jangan terlalu tersindir. Andai Felix-chan hendak membuat Crusch-sama sebal, bisa jadi masalah besar.”

“I-itu benar, bukan? Fyuuh, aku agak takut karena tidak terbiasa dengan itu, tapi nyatanya aku salah paham tentagn benak Felix.”

“—tidak sama sekali.”

Crusch menghela nafas lega, emosi sekilas melintas di mata Felix selagi Subaru memperhatikan, dia merasa tidak yakin.

Emosi kompleks tersebut adalah sesuatu yang mudah diutarakan.

Setahun ini, Felix pastinya orang yang menangani amnesia tuannya.

Dalam waktu-waktu itu, dia tentu berusaha yang terbaik tetapi masih merasa resah dan bersalah, sebagaimana Subaru. Meskipun demikian, masternya yang kurang ingatan mesti mengandalkan Felix, dan dia tidak boleh menampakkan kebingungan.

“Persiapan makan malam selesai. Siap disajikan, apa ada yang keberatan?”

Saat percakapan berakhir, pengaturan waktu pegawai hotel sempurna. Joshua duduk tanpa melakukan apa-apa di sudut hingga kini, dan barisan makanan dibawa oleh manajer sendiri.

Semua orang menyaksikan makanan mereka diatur di meja panjang, tatapan mereka terheran-heran. Akan tetapi Subaru lebih terkejut daripada orang lain.

Emilia dan kawan-kawan kaget oleh variasi hidangan yang sebagian besar belum pernah terlihat, sementara Subaru terkejut oleh makanan-makanan familiar.

Karena dunia ini tidak punya lautan, hampir mustahil menemukan hidangan seperti itu, tetapi Subaru segera memusatkan perhatiannya pada sashimi di depan.

“Ini, boleh aku makan apa adanya?”

“Aku rasa kau tidak terbiasa lantaran tak pernah menyicipi makanan semacam ini tanpa hidup dekat air. Seasylph Lodge sebenarnya terkenal karena ini.

Sashimi bukan satu-satunya sesuatu yang dikenali Subaru. Ada beberapa makanan Jepang yang diletakkan bersamaan di atas meja. Di tengah-tengah seluruh kebingungan, Anastasia mulai memasukkan makanan itu ke mulutnya, dan Subaru anggap sebagai isyarat dimulainya sesi makan malam.

Subaru langsung nyosor mencicipi sashimi dan kecap asin. Emilia dan Beatrice yang duduk di sampingnya menutur, ‘Ah!’ gelisah perihal spesies parasit yang mungkin muncul ketika dia telan, tapi memperhitungkan kelas hotel dan tuan rumah, kegelisahannya tidak masuk akal.

Subaru malah hanya fokus menikmati rasa.

“Nikmat! Ah sudah lama aku tak makan sashimi!”

“N-nikmatkah?”

“Bukan masalah enak atau tidak, lezatnya tepat. Mungkin karena kesegarannya, tapi kemungkinan sebab itu makanan ini jadi daftar teratasku. Andai kata ada cuka dan nasi sushi di sini, aku bisa menunjukkan kalian cara membuat sushi yang tepat.”

“Maaf. Aku tidak mengerti perkataanmu. Tapi, aku bersyukur rasanya enak.”

Mendengarkan sebagian pidato Subaru yang bagaikan kereta, Emilia meniru dan mencelupkan sashimi ke dalam kecap. Saat dia cicipi, mata kecubungnya melebar dan mencengkeram tangannya dengan penuh gairah lalu menyeru, “Mmmm.”

Melihat reaksi master dan pelayan, yang lainnya mulai mencicipi.

Anastasia yang kecewa menjauh, tatapannya merileks selagi melihat Subaru dan Emilia, bergumam, “Ahh, sia-sia saja.”

Walaupun beberapa orang melewatkan makan malam, para hadirin dapat bersenang-senang di tengah keresahan mereka.

—malam ini, dengan rembulan cerah, dunia penuh kasih dan pengampunan memperkenankan kedamaian jatuh membentang.

 

Catatan Kaki:

  1. Menurut puisi Achilleid yang ditulis ole Statius, ketika Akhilles lahir maka Thetis berusaha untuk membuat Akhilles menjadi abadi dengan cara mencelupkan bayi Akhilles ke sungai Styx. Hal ini yang menyebabkan tumit Akhilles menjadi lemah karena di tumit itulah Thetis memegang bayi Akhilles. Versi lain dari cerita ini adalah Thetis mengoleskan bunga Ambrosia pada siang hari, kemudian membakar bayi Akhilles pada malam hari agar bagian tubuh manusianya lenyap, tetapi usaha Thetis dihentikan oleh Peleus, sehingga tumit kiri Akhilles masih berupa tumit manusia biasa. Thetis kemudian meninggalkan suami dan anaknya dengan kemarahan.

Intinya, tumit Achilles adalah sumber kelemahan.

Share this post on:
Subscribe
Notify of
guest
4 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Vica

Dimana ada reinhart, disitu ada saia:’) //paansi

Fazana

Nah ini pasti yang dibilang cerah sebelum badai

Kodai

Para kesatria sudah berkumpul yang artinya perang akan segera tiba
mantul

Botolgas_Romane_Kontol

KELAMAAN GK GELUD”