Share this post on:

Suasana Mencekam dalam Ruang Teh

Penerjemah: Royal Rat Vanguard

Semua orang yang berkumpul di ruang teh tidak ada yang tidak penting.

“Biar begitu, mengejutkannya Reinhard dan Wilhelm saling berhubungan. Tak heran jika mereka berdua pendekar pedang terampil.”

“Tentu saja kita tidak tahu, tidak ada alasan juga untuk tahu. Jika keluarga didasarkan pada kesamaan maka mereka akan terlalu banyak, Emilia-tan.”

Lantai kayu di bawah meja panjang tertutupi tikar, bergaya ruang tamu tradisional Jepang. Emilia dan Subaru duduk bersebelahan, bisik-bisik tanpa mendiskusikan hal penting. Mengobrol untuk menenangkan diri.

“Betty sudah waspada dan tak membiarkan seorang pun melakukan hal aneh-aneh. Subaru tidak bisa berhenti menatap waspada semua orang, kayaknya.”

“Kau tahu tampang kejam ini sudah dari lahir, aku tidak menatap waspada siapa-siapa. Lagian, aku tahu rasanya ditatap dingin.”

Beatrice pun duduk dekat Emilia, berjaga-jaga. Emilia menduduki kakinya yang dilipat, Subaru menyilangkan kaki, sedangkan posisi duduk Beatrice kaku. Posisinya demi Subaru, walau tidak bisa menahan gelisah sedikit.

“Pokoknya, Garfiel di sini bersama kita kalau-kalau terjadi sesuatu. Lagipula, di sini tidak ada orang yang bertindak gegabah.”

Tatapan Subaru berlaih dari Beatrice yang kakinya gemetaran dan tertuju pada sudut ruang teh, tempat Garfiel duduk. Walaupun menyadari Subaru dan ingin melambai, tangannya kerepotan dipeluk Mimi.

Saat ini, beberapa tokoh kunci dalam Pemilihan Raja sedang berkumpul di meja, sementara yang lainnya mengawasi situasi dari sudut ruangan. Dengan kata lain, Garfiel serta Mimi duduk bersama. Hetaro dan Tibby hadir, melotot jahat pada Garfiel.

Joshua juga duduk di ruang teh, terlihat sangat tidak nyaman.

“Saya sangat berterima kasih atas keramah-tamahan ini. Felt-sama mungkin agak terlambat sebab beliau berada di luar Pristella, namun tak lama lagi pasti akan datang.”

“Tidak usah seformal ini, terutama karena kau menerima undanganku dalam waktu singkat. Oh, tapi anehnya kalian semua sampai dalam waktu dekat.”

Pendekatan Anastasia lembut sebagai tanggapan etiket Reinhard. Pemuda itu mengangkat kepala dan menatap Julius yang berada di samping Anastasia.

“Lama tak jumpa, Julius. Kali terakhir bertemu di Kamar Dagang.”

“Ah, benar itu. Maaf meminta semua orang datang sesingkat ini. Namun hati saya tenang seketika tahu semuanya sehat wal’afiat.”

Setelah menyapa temannya, Reinhard kembali ke tempat duduk. Sekiranya tempat duduk di meja mencerminkan posisi fraksi, maka Reinhard berada di paling bawah. Di puncak adalah sang tuan rumah, Anastasia. Setelah Anastasia adalah Emilia dan fraksinya Reinhard yang mewakilkan fraksi Felt duduk di sebelah Emilia. Di seberang Anastasia adalah ….

“Rasanya lama sekali semenjak semua orang berkumpul seperti ini.” pembicaranya memasang senyum bermartabat, dialah wanita cantik berambut hijau.

Mata kuning yang nampak berisi gambaran harmoni, mengenakan gaun biru feminim militer, mencerminkan aura-aura bangsawan. Walaupun kau tahu kepribadian sebelumnya, sulit menganggapnya sebagai orang yang sama.

“Kami lama belum bertemu Crusch-sama. Sepertinya kau baik-baik saja.”

“Ya, itu benar. Sebelumnya aku membuat banyak masalah, jadi izinkan aku mengucapkan terima kasih. Aku juga mendengar aksi-aksi yang melibatkanmu. Saat aku menerima beritanya, aku rasa itulah hal-hal yang dapat kau lakukan.”

Nada lembut Crusch membalas Emilia. Watak desisif dahulu nampak menghilang disertai ingatannya, dan belum pulih. Dia bukan lagi seorang politisi cerdas dan berani, melainkan seorang wanita bangsawan cantik.

Seandainya peristiwa-peristiwa yang disebutkan Emilia terjadi di pihak Crusch sama sendiri, lantas tak salah lagi akan berakhir dalam tragedi.

“Sungguhan, mendengar orang-orang membicarakanmu, meong~ beneran mengejutkan. Membasmi Kelinci Besar dan menjadi spiritualis, siapa sangka Subaru-kyun bisa begitu?”

Di sebelah Crusch, seorang pria muda feminim bertelinga kucing dan sikapnya malu-malu. Dialah Felix, kesatria Crusch dan penyembuh terbaik Lugnica.

Tak seperti tuannya yang berbeda, Felix masih sama persis. Rasanya menenangkan, tetapi di saat yang sama sulit dimengerti.

“Yah menjadi seseorang yang dapat diandalkan adalah tujuan terbesar dalam hidupku. Soal kontrak dengan Beako, barangkali membuatmu sebal, tapi hidupku dalam bahaya waktu itu jadi tidak ada pilihan lain selain menyusun kontrak.”

“Meskipun sudah aku peringatkan baik-baik? Subaru-kyun kelak akan mati karena penggunaan gerbang berlebihan. Tanpa Beatrice-chan, gerbangnya akan retak terbuka dan duar, jadi kau kudu berhati-hati.”

“Aku tahu. Dan tidak ada pria lain lagi yang bisa lebih membahagiakan Beako.”

Sekalipun nada bicara mereka santai, peringatan Felix dimaksudkan sebagai nasihat serius dan sepenuh hati. Tangan ditaruh di bahu Beatrice, dia anggap sebagai uang SPP.

“Meski begitu …. Aku tidak menyangka Crusch-san dan fraksinya juga diundang. Aku sudah terkejut mendapati Reinhard di luar, sekarang aku mau mimisan.”

“Ugh. Itu kelewat dramastis. Tapi cukup mengejutkan kita semua sampai di hari yang sama.”

“Karena tiada tanggal spesifik dan ketentuan waktu, kita yang sama-sama sampai adalah hasil perhitungan masing-masing. Jarang-jarang kita berkumpul bersama, anggap saja ini keberuntungan.”

Inilah anggota terakhir fraksi Crusch. Duduk di sebelah Crusch adalah Felix, posisinya seperti wanita. Di sampingnya adalah Wilhelm yang menyeruput teh. Dia memakai pakaian kepala pelayan seperti biasa, tapi cocok dengan penampilan minum tehnya.

Karena pengaturan tempat duduk, Reinhard dan Wilhelm akhirnya bersebelahan. Namun mereka yang tahu hubungan keduanya akan merasa terganggu.

“Mereka bahkan belum bertatap mata ….”

Subaru membisikkan pengamatannya ke Emilia yang diam-diam setuju.

Wilhelm dan Reinhard statusnya adalah kakek dan cucu, kerabat langsung, tapi mereka tidak pernah bersenang-senang, mengenal satu sama lain saja tidak.

Ruang teh hening, dan Subaru memanfaatkannya untuk memikirkan situasi mereka. Para anggota fraksi entah karena sikap, sifat, atau kekanak-kanakannya, tidak piawai membaca suasana.

Sukar juga bagi Joshua yang kembali setelah dipanggil lagi, ketakutannya menutur, ‘Hiiihh,’ kala menghadapi situasinya.

Keluarga Astrea. Namanya sangat terkenal sampai-sampai Subaru tahu sedikit mengenai sejarah keluarga mereka. Pedang Saint adalah gelar yang diturunkan dari generasi ke generasi, garis keturunan Pedang Saint berarti keluarga Astrea memiliki sejarah kekuatan tempur terbesar di seluruh Lugnica.

Obsesi Wilhelm kepada Paus Putih jelas berasal dari kekalahan istrinya, sang Pedang Saint sebelumnya. Menghubungkan fakta-fakta tersebut mengarah ke satu pertanyaan.

—kenapa Wilhelm malah meminjam kekuatan fraksi Crusch, alih-alih kekuatan keluarganya sendiri?

Meneruskan pertanyaan, mengapa Reinhard tak berpartisipasi dalam perang Paus Putih?

Wilhelm bilang bahwa dirinya mencari-cari Paus Putih sekitar empat belas tahun yang lalu. Bila Pemilihan Raja sedang berlangsung, lantas dia tak bekerja sama dengan Reinhard yang pasalnya merupakan anggota fraksi lawan. Masuk akal.

Namun tatkala Wilhelm memulai perburuan Paus Putihnya, Keluarga Astrea tidak ada hubungannya sama Pemilihan Raja. Tentu saja karena Reinhard masih anak bocah, dan kurang mampu mengalahkan Paus Putih Namun mengingat pertumbuhannya, kenapa Reinhard tak pernah mencari Paus Putih?

Sentimen dan pemikiran Reinhard, Subaru pun tidak tahu.

—jikalau mereka bersedia membahasnya, Subaru akan senang mendengarkan.

Tapi bertanya langsung sudah seperti menabur asam pada luka dan mengungkit luka lama.

Biarpun Natsuki Subaru sangat-sangat penasaran, satu tahun terakhir ini dia tumbuh. Mulai paham bila menekan topik, orang-orang akan menganggap buruk dirinya.

Reinhard serta Wilhelm, kendati fraksi mereka berlawanan, keduanya adalah orang-orang berharga dan berbakat yang hubungannya stabil dengan Subaru. Di samping rasa ingin tahu, tingkat kepercayaan mereka padanya hampir tak rendah.

Lantas Subaru hanya berharap orang yang berhubungan akan mengungkitnya.

“Omong-omong, Anastasia-san, kenapa kau mengumpulkan semuu orang di sini? Aku rasa kau punya beberapa tujuan … kan?”

Tak menyadari keasyikan Subaru, Emilia mengarahkan pertanyaan ke Anastasia yang memiringkan kepala sambil tersenyum.

“Tentu saja, aku punya hal yang ingin didiskusikan kepada kalian semua, tapi untuk menjawab pertanyaan Emilia-san, aku harus berpikir keras untuk memperoleh sesuatu yang memikat semuanya.”

“Kami datang untuk batu sihir, tapi yang lainnya bagaimana?”

“Semua orang punya hasrat dan keperluan masing-masing. Memanfaatkannya untuk mengumpulkan semua orang di sini cukup mudah … namun ada kelompok-kelompok aneh yang keinginannya misterius.”

“Aku tidak mengerti ….?”

Emilia mengerutkan kening dan menyilangkan tangan sambil memikirkan masalahnya, walaupun masalahnya tidak sulit. Amati saja siapa yang tak hadir dan jelas sudah fraksi mana yang menolak berkomunikasi.

“Apakah Priscilla-sama dan Al-dono tidak diundang?”

“Mereka berdua betul-betul menempuh jalur masing-masing dan aku tak tahu mesti mulai dari mana mencari keinginan mereka. Jujur, bahkan Felt-san menganggap tanah dan uang tidak relevan sama sekali.”

“Mengenai itu, Felt-sama sejatinya ikhlas melakukannya. Demikian, saya memang lebih mempedulikan hal itu.”

Anastasia dan Reinhard membicarakan masalah tersebut jelas-jelas dan pendapatnya sama. Mendengar ucapan mereka, Emilia yang hanya dapat setuju mengangkat tangan.

“Aku juga ingin tahu lebih tentang keadaan semua orang. Meski aku belajar keras, susah memahami posisi semua orang.”

“Kalau begitu jangan bicarakan kejadian hari ini ….”

“Hmpf, Subaru jahat.”

Pipi Emilia dicubit oleh tangan kanan Subaru. Tangan kirinya masih bersandar di bahu Beatrice, entah sebagai hadiah atau hukuman karena kelamaan duduk.

Pokoknya posisi fraksi Priscilla dan Felt jelas sekali. Lantas sisanya hanya tujuan saja, mungkin kelemahan yang menuntun Crusch sampai ke sini.

“Perihal mengapa kami datang ke Pristella, mungkin karena Anastasia-sama tampaknya punya beberapa informasi perkara Kerakusan.”

“….”

Seakan membaca pikiran Subaru, Crusch menjawab.

Kata-kata Crusch menghantam Subaru layaknya peluru, dan hal itu tak dapat dia abaikan. Sementara itu Anastasia mengelus syalnya dan tersenyum masam.

“Aku tidak menyimpan apa-apa dari Natsuki-kun, tapi ini masalah prioritas. Dalam situasi ini menyelesaikan masalah Crusch harus diutamakan. Benar?”

“Gah, gr …. Diem, b-b-baiklah, tidak masalah.” “Sepertinya kau sudah tumbuh sedikit.”

“Bacot! Aku sudah mau meledak nih.”

Menjualnya kepada penawar tertinggi adalah dasar pengambilan keputusan.

Subaru yang untungnya berhasil menghentikan amarahnya terhadap penjelasan Anastasia, karena Julius mulai merasa resah.

“Kau siapa, orang tuaku? Kalau membahas topik itu, ayah akan menghajarku sepuluh kali lipat!”

“Eh …. Felix takut ….”

“Jangan goyah dengan mudah! Apa kau takut dengan keluarga sendiri!?”

Subaru membentak Felix yang meringkuk di Crusch, namun Subaru hanya bercanda alih-alih marah. Ayahnya, Kenichi, benar akan bilang begitu.

Alasan Anastasia dapat diterima. Sayangnya akan ada soal lain jika informasinya cuma diberikan kepada Crusch dan bukan Subaru. Informasi tentang Kerakusan sangatlah penting untuk memulihkan Rem yang masih tertidur dalam mansion Roswaal.

Walaupun Subaru menerima alasannya dia takkan mudah terombang-ambing.

“Kendati wajahmu menakutkan kau akan senang setelah mendengar cerita lengkapnya.”

“Lantas … benarkah itu?”

“Bukan dusta, dan aku yakin fraksi Crusch tidak berniat menyimpan informasi ini sendirian.”

Subaru menghadap Crusch yang nampak kesulitan mempertahankan wajah tenangnya.

“Wajar saja. Tentu demi mengembalikan ingatan, aku menginginkan informasi tentang kerakusan. Akan tetapi aku juga tahu bahwa Subaru berniat mengalahkan Kerakusan demi gadis muda itu. Dalam keadaan tersebut aku tak berkeinginan memonopoli informasi.”

“Crusch-san ….”

“Selain itu banyak rekan satu tujuan semakin baik. Makin banyak orang yang melawan para pendosa seperti Kultus Penyihir, kian besar pula peluang kemenangan kita.”

Crusch yang bicaranya tenang memberi Subaru ketenangan pikiran.

Keinginan sebenarnya adalah mengembalikan ingatan dan memperbaiki kekurangannya. Tetapi tak mengintervensi niat baiknya untuk Subaru.

Mengemban sifat terhormat yang takkan redup sama sekali oleh amnesia adalah wanita bernama Crusch Karsten.

“Aku berterima kasih, Crusch-san. Aku hargai kesempatan yang telah kau berikan padaku. Jelas.”

“Baiklah, informasi itu adalah prioritas kita. Kami menyerahkannya.”

Merespon tekad Subaru, punggung Crusch menegak dan tatapannya saling bersilangan.

Tentu saja. Kompetisi mereka sengit. Tapi senyum penuh kebaikannya tak cocok dalam kesempatan ini, jadi dia dan Subaru tertawa bersama.

Orang yang menyela adalah kesatria Crusch.

“Meong. Melihat Subaru dan Crusch-sama betul-betul menyebalkan, hentikan. Dasar Subaru pria serakah. Apa dua orang di sisimu belum cukup? Beneran, meong!”

“Felix, itu tidak sopan. Subaru bukan orang yang terpikat oleh godaan macam itu.”

“Ya, jangan ngomong gitu. Tentu saja, Crusch-san setiap harinya cantik dan sangat manis tapi hatiku loyal … sekalipun sekarang sudah terbagi dua, tapi—awawawawawawaw!?”

“Berarti namanya tidak setia. Kau harusnya diam saja dan renungkan perkataanmu, kayaknya.”

Subaru yang mau setuju dengan Crusch telinganya dijewer oleh Beatrice. Matanya berair protes, menyadari Beatrice menunjuk Crusch.

Mengikuti jari Beatrice Subaru mendapati si wanita merona. Memikirkan ucapan aneh apa yang dia ucapkan?

“Oh tidak, Emilia-tan, apa aku ngomong aneh-aneh?”

“Hah? Hmmm, aku tidak yakin. Subaru, bicaramu biasa-biasa saja denganku ….”

“Itu benar. Lantas aku melakukan apa? Menggenggam tangan Emilia-tan membuatku berpikir lebih baik, kan?”

“Ya, ya. Berusahalah sekuat tenaga.”

Subaru menepuk dahinya dengan tangan yang menggenggam Emilia, dan tatapannya kian suram. Sementara itu, Felix mencuri-curi kesempatan dan berbisik ke Crusch ….

“Lihat, seperti itu. Subaru-kyun secara tidak sadar sangat ramah ke semua orang yang dia temui dan selalu berusaha sok keren dan tampan. Ibarat kepalanya kanker. Jangan dipedulikan.”

“Ya, aku akan hati-hati. Ha, sedikit kaget saja.” tangan Crusch diletakkan ke dada dan bernafas lega.

Subaru merasa tindakan feminimnya sangat lucu. Crusch dan Felix yang tak menyadari pikirannya, memegang tangan seakan-akan saling membuat janji. Siapa pun yang tersandung skandal ini akan berasumsi mereka pacaran.

Sekarang semua orang sudah mengungkap motif masing-masing ke Pristella.

“Ehhh, semua orang sudah datang. Awalnya dengar-dengar mesti menemui seorang wanita dari Kararagi.”

Pintu kertas terbanting terbuka, memperlihatkan seorang gadis yang berdiri di belakangnya.

Seorang gadis pirang cantik nan lincah dan mata merah kastanye besar, senyumnya miring. Wajah mungilnya serba pesona nakal dan fisiknya langsing namun lincah dan nampak feminim. Seperti sebelumnya, dia mengenakan pakaian yang mendukung kecepatannya, pakaian tersebut juga memamerkan pusar dan kaki tereksposnya.

“Ada apa, kaget aku masih begini? Sudah satu tahun, tahu.” “Felt-sama.”

Semua orang merendahkan pundak mereka ketika melihatnya, Felt tahu mereka kecewa. Akan tetapi Reinhard berdiri menyambut tuannya yang mendekat.

“Saya yakin sempat meninggalkan baju ganti di kereta naga, apa yang terjadi?”

“Bah! Aku mau jalan-jalan mengenakan sesuatu yang nyaman. Dari katamu, kau ingin aku ganti baju di hotel, tapi siapa juga yang mau memakai baju gatal itu? Harusnya sekarang kau sudah mengenalku!”

“Persis seperti Anda ….”

Reinhard menepuk dahi, tidak berdaya. Felt yang mempermainkan pahlawan terkuat kerajaan nampak senang saat masuk ruangan.

“Nah, aku datang—aku berterima kasih atas keramahanmu hari ini dan berharap diskusinya berjalan baik. Salamnya sudah, ya.”

Sejenak, Felt menyerupai putri bangsawan. Tersenyum nakal dan membungkuk hormat tanpa rok, kemudian segera kembali ke dirinya yang biasa.

Subaru cukup sadar kalau dia tidak menyukai komunitas bangsawan, namun tingkah Felt kepada mereka setahun ini makin buruk.

“Wah, gedungnya aneh banget. Aku belum pernah melihat arsitektur ini sebelumnya, aku jadi penasaran dan sedikit ingin bereksplorasi sebelum datang ke sini.”

Felt duduk di atas tikar yang awalnya ditempati Reinhard, kesatrianya memindahkan tikar lain dan bersedia duduk di sebelahnya.

Kebetulan Felt kini berada di samping Wilhelm, memisahkan kakek dan cucu.

“Yah, lama tidak bertemu, Felt-chan. Apa kabarmu?”

“Aneh ditambah akhiran -chan di namaku. Tapi, yah, aku baik. Kau, mbak, sedikit … ceria, kan? Aku mendengar banyak rumor-rumor menyeramkan.”

TL N: Felt manggil Emilia Nēchan.

“Yang ceria itu Subaru, bukan aku. Kalau aku, cuma beruntung karena diselamatkan kerja keras Subaru.”

“Ah! Benar juga!”

Setelah mendengar jawaban Emilia, Felt berdiri dan menepuk tangan, matanya menatap lurus Subaru.

“Aku dengar banyak desas-desus konyol tentangmu, bang. Aku baru tahu saja, memangnya rumor-rumor itu benar?”

“Sepertinya kau sudah tahu itu palsu bahkan sebelum ditanyakan. Tingkat kepercayaanmu rendah amat.”

“Karena rumornya kelewat liar! Dengar-dengar kau membelah dua Paus Putih dengan kekuatan sendiri, kau menghancurkan tengkorak Uskup Agung sampai berkeping-keping dengan dua tanganmu, bahkan memanggang terus makan Kelinci Raksasa—”

“Aku beneran terlibat semuanya, tapi kabar burung itu ratusan kali lipat lebay!”

Apabila Subaru betul-betul sesuai rumor tersebut, maka dia dicap sebagai pahlawan kerajaan dan bahkan mungkin diberi tahta. Atas otoritas itu, dia bakal menjadikan Emilia ratu dan hidup bersama.

“—heh.” kata Julius dan Wilhelm.

Reaksi Subaru mengundang tawa kecil para hadirin. Ada dua sumber tawa dari orang-orang yang duduk di seberang ruangan, Julius dan Wilhelm.

Mereka berdua nampaknya merasa malu terhadap reaksi bawah sadar mereka, menghadap satu sama lain dan sama-sama responnya. Mata Felt menatap bingung bolak-balik, kemudian bertanya ….

“Kenapa pak tua dan kesatria itu ketawa? Aku, apa aku mengatakan hal aneh?”

“Semua yang kau katakan itu aneh! Kreditku kebanyakan. Misalkan kreditku sebanyak itu, lantas aku layak mendapatkan Nobel Peace Prize1!”

Sekalipun Subaru tidak sepenuhnya paham dia memperoleh apa, dia tahu itu adalah simbol kehormatan. Tatkala Subaru disuguhkan medali tersebut, laki-laki itu belum seratus persen memahami nilai aktual dan simbolisnya, jadi dia tidak pernah secara pribadi merasakan jasa yang terkait dengannya.

Padahal medali yang dia terima cukup berharga di kerajaan.

“Keberadaan Subaru-dono sangat penting selama pertempuran Paus Putih. Seumpama beliau tidak di sana, saya tidak ragu semuanya akan binasa. Kedengarannya dilebih-lebihkan, tapi soal ini tidak patut ditertawakan.”

“Hal serupa berlaku dalam pertempuran melawan Kultus Penyihir. Orang yang mengembangkan taktik melawan mereka tidak lain adalah dia. Semisal dia tidak di sana, saya dan pasukan lain takkan sanggup menjatuhkan Uskup Agung Dosa Besar.”

“….”

Kepercayaan besar dari Wilhelm dan Julius.

Dukungan secara langsung untuknya membuat Subaru membisu. Suasana meriah membuat segenap tubuhnya terbakar malu. Seluruh wajahnya merah, darah bisa saja tersemprot dari matanya kapan pun juga.

“J-jangan, hentikan! Jangan terlalu memujiku! Semakin kau membesar-besarkanku, egoku malah tinggi, bukannya kalian tahu itu!?”

“Tidak, tidak sama sekali. Biarpun benar di awal-awal Pemilihan Raja kau berbuat hal bodoh, berkali-kali lagi kau membuktikan kelayakanmu. Kau sudah lebih dari menghapus aib tersebut. Kau sungguh-sungguh layak dipuji.” kata Julius.

“Tidak usah merendah diri. Anda ikut andil mencapai hal-hal besar. Kesuksesan tersebut takkan terjadi jikalau Anda tidak ada. Saya merasa bangga telah bertempur bersama hingga hari terakhirku.”

“—Ahhh, ummm.”

Sejauh ini Subaru acapkali meninggal dengan cara menyakitkan nan mengerikan.

Akan tetapi, hal ini paling buruk. Yakni dihujani pujian.

Subaru yang malu setengah mati memandang Emilia dan Beatrice, meminta bantuan. Tapi mereka tersenyum manis.

“Benar itu. Subaru bekerja sangat keras. Aku betul-betul bangga dia menjadi kesatriaku.”

“Y-yah, karena dia rekan Betty, wajar saja dia sangat sukses. Nanti dia akan lebih hebat lagi, kayaknya. Terbiasa dipuji itu kebiasaan baik!”

Situasi menuju ke arah tak terduga, Subaru panik. Semua orang lanjut bergiliran bicara.

“Luar biasa, Subaru. Semua orang memuji perbuatan menakjubkanmu, sesuatu yang tak sanggup dilakukan orang lain. Aku senang memanggilmu temanku.”

“Aku akan kehilangan begitu banyak pasukan loyal tanpa bantuan Subaru-sama, bahkan Wilhelm yang sampai saat ini mendukungku. Biarkan aku berterima kasih lagi.”

“Walaupun kau tidak punya kemampuan tempur apa pun, kau tak sedetik pun menyerah melawan Paus Putih. Karenanya Crusch-sama bisa melancarkan pidato yang mengubah gelombang pertempuran. Singkatnya, terima kasih banyak.”

“Berkat Natsuki-kun, aku dan banyak pengusaha tak terhitung jumlahnya takkan terganggu kabut Paus Putih lagi. Terima kasih banyak.”

“Oooooh! Apa bergiliran memuji kakak? Dia kuatnya bukan main! Dia ganteng! Dia hanya kurang Mimi saja! Giliranmu, Garf!”

“Yaa, gua kagak tau apa yang terjadi, tapi dia pantas dipuji, itu Kapten. Bro hebat gua, ketenaran datang dengan cara dan waktu yang benar.”

Orang-orang memanfaatkan suasana dan menumpuk sanjungan Subaru yang merah padam sebab pujian hangat. Felt tertawa.

“Kedengarannya itu benar, tapi … kelihatannya sifat abang belum berubah. Melegakan!”

“Kalian, hentikanlah! Semua orang mengeroyokku!”

Seusasi Felt merangkum pertunjukannya, Subaru tidak bisa lagi menahan tawa dan meledak. Suasana yang tadi diselubungi ketegangan kini melelehkan teh oleh suara tawa.


“Ah, bangsat, aku beneran mau hancur dan mati ….”

Setelah senang-senang ruang teh habis, Subaru yang lelah pergi ke kamarnya.

Semua orang entah bagaimana memuja-muji Subaru, dan sibuk mengobrol antar fraksi, seolah melupakan oposisi mereka.

Tentu saja, juga tidak bisa dibilang tidak ada yang berniat menggali rahasia-rahasia fraksi lain, tetapi sebagian besar pembicaraan hanyalah obrolan iseng menyenangkan.

Kendati para kandidat kapan saja bisa-bisa berkonfrontasi, menurut sudut pandang lain, mereka semua wanita berusia sama, sehingga pembicaraan topik-topik selain keadaan kerajaan secara alamiah mengalir begitu saja.

Faktanya, Emilia teramat-amat menantikan kesempatan berbicara sama gadis-gadis lain seusianya.

“Yah, perbincangan Emilia-tan dan Beako gitu-gitu saja ….”

“Jangan ungkit usia sejati. Kau mau memulai perang, kayaknya?” suara tajam Beatrice menegur Subaru yang seenaknya.

Beralih dan mendapati sumber suara, Beatrice duduk di atas tumpukan selimut kamarnya, berusaha meringankan kakinya yang mati rasa.

“Meskipun kau ini roh, kau bisa tidur. Bukankah roh harusnya tak punya sirkulasi hidup?”

“Aku punya, tubuh Betty didesain menyerupai tubuh manusia nyata semirip mungkin, kayaknya. Betty akan merasakan sakit yang dapat dirasakan manusia. Jika aku kelamaan menyelam, nanti bakal pingsan, kayaknya.”

“Jadi kau bernafas juga?”

“Tentu saja … hei, jangan coba-coba menghirup nafas Betty!”

Kala hidung Subaru mendekat, Beatrice yang agak malu menarik selimut di sekelilingnya. Subaru mengambil kesempatan menggerakkan kaki lumpuhnya yang terasa kembali hidup. Mata Beatrice berarir.

“Itu sakit banget, kayaknya … aku mau nangis … Subaru jahat, kayaknya ….” “Oke, oke, salahku, salahku. Sini, sini.”

Menepuk lutut sambil nyengir-nyengir sembari duduk, Beatrice pindah ke pangkuannya. Membelai kepala kuncir dua Beatrice, Subaru sekali lagi bergumam, ‘Tapi lagi-lagi ….’

“Dekorasi interior memperbagus kamarnya, nampaknya para pegawai berusaha sebaik mungkin agar sejajar dengan hotel-hotel lain … tapi di sini ada sedikit kekurangan.”

Barangkali disebabkan teknologi perkayuan yang perkembangannya berbeda daripada dunia aslinya.

Desain Seasylph Lodge terasa mirip dengan desain hotel dunia asli Subaru, walaupun ada balok kayu dan pintu kertas, ada sesuatu yang rasa-rasanya aneh.

Tempat tidur bisa jadi paling menyusahkan sebelum desainer memutuskan bagian letak kulit binatangnya.

Rasanya tidak buruk, kurang sedikit dari yang biasanya dirasakan Subaru.

“Aku sungguh-sungguh tidak setuju tidak tidur di lantai semata-mata karena norma sosial menentukan selimut wajib diletakkan di tempat tidur.”

“Menaruh selimut di lantai tanda-tanda orang miskin. Betty tidak memaafkan rekannya menjadi seorang pria tanpa penghasilan, kayaknya.”

“Aku selalu bekerja keras untukmu.”

“Maksudnya apa?”

“Kalian berdua ngomongin apaan?”

Beatrice yang terlibat dalam bacotan Subaru, pria itu melompat seketika terdengar suara orang ketiga. Sayangnya kaki masih mati rasa jadi Beatrice goyang dan jatuh ke bundel selimut di lantai. Subaru cepat-cepat menangkap dan membenarkan posisinya.

“Garfiel? Apa petualanganmu sudah selesai?”

“Bocil ntu akhirnya ngelepasin gua seharian ini. Beatrice, kenapa lu jadi gila?”

“Dia belum pernah sejauh ini dari rumah sebelumnya, jadi dia semangat banget! Dia bahkan sulit tidur, bukannya itu imut?”

Berdiri di pintu masuk kamar, Garfiel tertawa keras-keras sampai memperlihatkan gigi-gigi tajamnya.

Sebab ruang tamu juga dari pintu kertas, Beatrice tidak mendengarnya terbuka dan takut oleh gangguan mendadak ini. Di sisi lain Subaru menghadap pintu masuk dan mendapati Garfiel.

“Jadi, ada apa? Makan malam?”

“Nah, masalah makan malam bisa entar. Cuman gua gabut aja di kamar sendirian, Kapten, Brotto masih belum balik.”

“Yah, Otto bukan anak-anak, jadi jangan terlalu khawatirkan. Meskipun kita berhutang di sini, aku ragu dia memberi kita masalah ekstra untuk menyelesaikannya.”

“Benar.”

Otto pergi beberapa jam untuk melunasi hutan. Garfiel tidak keberatan karena bagaimanapun, dia tahu kepribadian Otto.

Tentu saja soal meminta bantuan, dirinya bisa diandalkan nian.

“Tapi itu masalah lain.”

“Lu ngomong apaan?”

Jelas Garfiel terbiasa mendengar Subaru bergumam sendiri. Anak itu menunjuk koridor dengan dagu.

“Kalau kagak ada urusan, kenapa Kapten kagak ikut gua?”

“Mengikutimu? Oh, mandi? Mandi, kan? Maksudmu mandi? Mandi di udara terbuka kelewat bagus untuk dilewatkan. Tadi melihat-lihat dan menemukan pakaian mandi, membayangkan Emilia-tan mengenakan pakaian mandi sudah cukup membangkitkan semangatku! Sudah bangkit!”

Tatami dan gaya arsitektur hotel sulit sekali untuk direproduksi, namun pakaian mandi rupanya sudah dikomersialkan. Subaru memberikan penghargaan mental kepada mereka orang-orang Kararagi yang membuatnya.

Berdiri di depan Subaru yang begitu semangat, Garfiel memasang wajah serius, wajah suram sampai-sampai Subaru tidak dapat bercanda terus. Muka Subaru jadi risau.

“Garfiel. Ada apa? Apa kau ingin melakukan sesuatu?”

“Gak, gak jadi masalah besar sih, tapi ….”

Menyentuh bekas luka putih di dahi, Garfiel terdiam sebentar. Selanjutnya menatap tajam Subaru.

“Gua pengen tahu aja sekuat apa pahlawan terbesar dunia ini.”

 

Catatan Kaki:

  1. Penghargaan Nobel Perdamaian (Norwegia, Denmark dan Swedia: Nobels fredspris) adalah salah satu dari lima Penghargaan Nobel yang dibuat oleh industrialis, penemu dan produsen persenjataan Alfred Nobel, bersama dengan penghargaan-penghargaan dalam bidang Kimia, Fisika, Fisiologi atau Kedokteran, and Sastra. Sejak 1901, penghargaan tersebut diberikan secara tahunan (dengan beberapa pengecualian) kepada orang-orang yang telah “memberikan upaya terbesar atau terbaik bagi persaudaraan antar bangsa, bagi penghapusan atau pengurangan angkatan bersenjata, dan bagi pelaksanaan atau promosi kongres perdamaian”. Sesuai dengan kehendak Alfred Nobel, penerimanya dipilih oleh Komite Nobel Norwegia, sebuah komite lima anggota yang dipilih oleh Parlemen Norwegia. Sejak 1990, penghargaan tersebut diberikan pada 10 Desember di Balai Kota Oslo pada setiap tahun. Sebelumnya, penghargaan tersebut diberikan di Atrium Fakultas Hukum Universitas Oslo (1947–89), Institut Nobel Norwegian (1905–46), dan Parlemen (1901–04). Karena alam politiknya, Penghargaan Nobel Perdamaian, pada sebagian besar sejarahnya, menjadi subyek kontroversi.

Share this post on:
Subscribe
Notify of
guest
3 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Kodai

sankyuu minn
up terus

Dany

Lanjut

Botolgas_Romane_Kontol

TERIMAKASIH BANYAK