Share this post on:

Sigma

CH 95.jpg

Penerjemah: AshSeekethEmbers

“Barusu. Rencana jahatmu ada kemajuan?”

Membiarkan Emilia tidur setelah menangis, Subaru berpapasan dengan Ram begitu keluar dari bangunan.

Tangannya masih memegang kenop pintu, Subaru memicingkan matanya pada Ram, yang tampaknya sedang menunggu kehadirannya.

Rencana jahat kedengaran super jelek dan agak menakutkan jadi bisa kau berhenti mengucap dua kata itu?”

“Dua orang pria dewasa yang kelayapan jelas merencanakan sesuatu, memangnya mau dibilang apa lagi? Karena Roswaal-sama setuju, aku tidak akan mengomentari pedagang mondar-mandir secara bebas di Sanctuary, tapi .…”

Pedagang yang dibicarakan Ram barangkali Otto.

Meskipun mereka berdua tinggal dalam Sanctuary, Ram, yang menghabiskan sebagian besar waktunya merawat Roswaal, tidak punya banyak waktu untuk berbasa-basi bersama Otto. Menunggu Emilia kembali dari Ujian pastinya satu-satunya peluang untuk berbicara satu sama lain.

Bagi Otto, dia berada di sini sebab Subaru membawanya. Jadi, tanpa betul-betul tahu kepribadiannya, Otto sungguh kurang kredibilitas sebagaimana perkataan Ram.

Bahkan Subaru pun demikian, selain kepribadian, kekompetenan Otto sebagai pedagang keliling masih dapat diperdebatkan. Hanya lewat pertemuannya dengan Roswaal, jelas-jelas dia lebih cocok memerankan pria blak-blakan ketimbang seorang pedagang.

Walau begitu, memang benar Roswaal sendiri yang memberi izin Otto tinggal di Sanctuary. Tidak dapat mengusirnya secara terbuka, pandangan Ram terhadap Otto senantiasa keras.

“Yah, urusan itu sih dia cuma harus memperjuangkannya saja. Soal itu aku tidak keberatan.”

“Yah, tutur itu semestinya tidak dituturkan seorang teman.  Padahal dia begitu gigih untuk membantumu, paling tidak kau harus membayar usahanya, Barusu.”

“Teman … ya. Maksudku, aku tidak mengatakan hal yang berkontradisi, apakah betul kami terlihat seperti sepasang teman bagimu?”

“Kau menampik sikap formal dan berinteraksi dengan gaya gaul nan dekat itu … kau pikir Otto dan dirimu tidak berteman? Jika begitu caramu berinteraksi dengan semua orang tanpa memandang hubungan kalian, pemikiran itu cukup mengerikan.”

Ram memeluk bahunya dan gemetaran. Dihadapkan kata-kata serta reaksinya, pipi Subaru sedikit melemas dan tertawa ikhlas.

Seolah heran oleh tawa Subaru yang ditahan-tahan, Ram mundur selangkah masih memegang pundaknya, memperlebar jarak di antara mereka ….

“Nah, Barusu, kuulangi lagi pertanyaanku. ――Rencana jahatmu ada kemajuan?”

“Yah bisa dibilang … sedikit sih, tapi masih ada beberapa persoalan yang harus diselesaikan.”

Tidak menjelaskan detailnya, niat Ram sudah transparan.

Orang ini Ram, kartu yang dikontrak musuh Subaru, Roswaal. Meski Subaru sendiri tidak tahu seberapa besar kepercayaannya kepada gadis itu, kemungkinan besar, dia melaksanakan tugasnya sebagai mata dan telinga Roswaal yang tengah terbaring di tempat tidur.

Masuk akal bila dia tertarik pada pergerakan mereka. Soal dia membicarakan langsung masalah tersebut, betul-betul sifat asli Ram.

“Kau bagaimana? Kau datang ke sini untuk menemui Emilia, kan? Seharusnya tidak boleh membuang-buang waktu berbincang denganku.”

“Karena Barusu sudah keluar, pasti kau sudah meninabobokannya, bukan? Tertidur setelah menangis deras, bangunnya akan lama.”

“…… Pendapat yang sangat kasar.”

“Pendapat ini terang-terangan dan objektif. Sudah sepatutnya kau menyimpan referensi itu dalam benak.”

Menceploskan pernyataan itu, Ram menatap sisi wajah Subaru.

Merasakan tekanan tatapannya, Subaru kembali mengalirkan hembusan oksigen ke dalam dadanya.

――Akhir kontrak Emilia dan Puck terjadi sekitar dua setengah jam yang lalu.

Walaupun sudah membahas masalah ini bersama Puck sebelumnya dan telah bersiap-siap menenangkan Emilia yang bingung, sedih, serta terheran-heran setelah mengetahui akhir kontrak, saat Subaru secara langsung melihat adegannya, penyesalan yang dia rasakan tak tergambarkan.

Seolah-olah kehilangan satu-satunya hal esensial yang dimilikinya, Emilia setengah gila dan sangat merana.

Rambut peraknya yang indah berantakan, kukunya menggaruk kulit indahnya, dan dia tanpa pandang bulu melemparkan semua benda di sekitarnya, mengeluarkan semua emosinya layaknya bocah kecil mengamuk.

Keberuntungan di tengah kemalangan dia tidak menggunakan sihir dalam amarahnya, baik kepada dirinya sendiri maupun untuk orang-orang di sekitarnya.

Bagaimanapun, mengetahui hal yang akan datang, Subaru menunggu di luar, dan ketika dia mendengar Emilia menjerit, Subaru merengsek masuk dan langsung mendekapnya erat-erat.

Setelah dua setengah jam berlalu, Subaru sendirian menemani Emilia yang menangis terisak-isak, pilu dan Gangguan Ledakan Amarah1 minim, sampai akhirnya membaringkannya kembali ke tempat tidur lalu pergi.

Tepat tatkala dia ingin meminta Ram untuk menggantikan pakaian Emilia dan membersihkan tubuhnya, Subaru bertemu langsung dengan orangnya persis di luar kediaman. Barangkali Ram memikirkan hal serupa dan menunggu Subaru keluar. Sewaktu Subaru melihatnya di sana sambil membawa-bawa ember air dan handuk, bocah itu tentu merasa lega.

Selagi Subaru sibuk dengan kelegaannya, Ram bergumam lirih.

“――Apa kau betul-betul menaruh harapan padanya?”

“……….”

“Melihat kondisi Emilia-sama hingga tadi malam, jelas dia tidak akan berhasil menghadapi Ujian. Dan tepat ketika aku berpikir tidak akan lebih buruk lagi, hal ini terjadi. Jadi Roh Agung-sama telah meninggalkan Emilia-sama?”

“… Kau tahu itu juga, ya.”

“Dalam teriakannya, berulang-ulang kali, kelewat keras sampai-sampai terdengar dari luar kediaman, orang idiot pun mengetahuinya. Dan kalau Barusu juga tahu, lantas Ram juga tahu. Bukankah sudah jelas?”

“Rasanya aku disamakan dengan orang idiot ini, tapi perkataanmu tidak bisa kubantah. Kondisi Emilia memburuk, kenyataan itu tidak bisa dipungkiri ….”

Sejujurnya, kekhawatiran yang disuarakan Ram persis dengan kekhawatiran Subaru.

Kendati Subaru tidak sampai menelan keseluruhan kata-kata Puck, laki-laki itu menyetujui usulannya. Itu adalah kebenaran.

Puck mengutarakan bahwa keberadaannya menghalangi Emilia menghadapi masa lalu nyatanya, lebih dari sekedar perubahan dalam Perulangan-Perulangan kecil serta kewaspadaan Subaru akan Kitab Roswaal, jeritan Beatrice, kesaksian Emilia, dan eksistensi Puck ――

Gabungan semua faktor ini membuat Subaru menerima permintaan Puck, melempar Emilia ke dalam penjara kesendirian. Hasilnya adalah, kali pertama dalam hidupnya, Emilia betul-betul sendirian.

Demi keluar dari penjara itu, yang dia perlukan hanyalah waktu dan kesempatan.

Namun kini dia tidak mempunyai keduanya. Keadaannya tidak memberinya penangguhan hukumannya semata-mata demi perasaan, dan kekuatan untuk keluar dari penjara hanya ada dalam dirinya sendiri.

Tergantung Emilia apakah dia menemukan jalan keluarnya atau tidak. Ram memahami hal tersebut, dan tidak percaya perubahan ini nyata terjadi.

Selain bagian terakhir itu, Subaru setuju penuh pada Ram.

“Biar begitu, aku masih menaruh harapan padanya, dan masih percaya padanya.”

“… Benar-benar wajah optimis. Apa pula yang mendasari harapan tinggimu?”

“Aku memutuskan untuk percaya pada apa yang mesti kupercayai, itu saja. Dan berkat Teman yang berusaha keras untuk membantu dan seekor naga yang senantiasa menyelamatkanku …. Perlahan-lahan aku mulai percaya diri.”

“Dan apa hubungannya dengan Emilia-sama ….”

“Karena aku sudah percaya pada diriku sendiri, apa salahnya percaya pada gebetan? Aku sayang Emilia, dan aku ingin menjadi kekuatannya. Aku menyukainya, sebagian karena dia terlampau cantik dan lain-lain … tapi alasan sebenarnya … jauh dari hal itu.”

Balas menatap sorot Ram yang mencurigakan, Subaru mengangkat bahu.

Pertama kali Subaru mulai menyimpan perasaan kepada Emilia adalah ketika dia pertama kali dipanggil ke dunia lain ini―― dibiarkan tanpa harapan tanpa pegangan, Emilia adalah orang pertama yang baik padanya.

Emilia menyelamatkan hidup Subaru, dan seiring waktu yang dihabiskan bersamanya, Subaru mulai mengenal gadis bernama Emilia dan mulai ingin membantunya. Sebagian hal itu alasannya adalah ingin membayar hutang budi, tetapi, saat itu, Subaru malah tidak tahu alasan pastinya.

Kemudian, Subaru kehilangannya, dan tatkala laki-laki itu kembali dengan Return by Death lalu mengulang kembali dunia, ingatan tentang pertemuan mereka hilang sudah. Tapi, Subaru mengubah masa depan dan menyelamatkannya dari takdir kematian.

Segala sesuatu yang terjadi di Mansion, Ibu Kota, dan dalam pertempuran melawan Kultus Penyihir―― semuanya dimulai dari hasrat perasaan pertamanya yang terus membara dalam dirinya lewat setiap langkah yang diambil.

Emilia menyelamatkannya di Ibu Kota.

Emilia menyelamatkannya di Mansion ketika dia hendak hancur.

Dan karena sudah menyelamatkan nyawa dan hatinya, Subaru mesti membayar hutang budi itu, tetapi, karena keangkuhannya, Subaru justru melukai Emilia.

Waktu-waktu yang mereka habiskan, sebuah hubungan mulai terjalin di antara mereka. Tapi, diberi kesempatan untuk merenungkan tindakannya, Subaru sekali lagi berdiri.

Mengalahkan Paus Putih, mengalahkan Betelgeuse, bahkan detik ini pun tengah bertarung, semua itu untuk apa?

Menyadari dia punya hubungan dalam dengan sang Penyihir, melepaskan masa lalu kemudian mengucapkan selamat tinggal kepada orang tuanya, mengapa Subaru masih berjuang, bahkan kini terdorong oleh kekuatan tak masuk akal?

“Karena aku mencintainya.”

TL N: Bocah ini terlalu setia. Tidak cocok di kota-kota besar.

“――――”

“Gadis yang kucintai … adalah gadis tekun, keras kepala, tidak bisa jujur dengan perasaan, dan tidak ingin mengakui dirinya ingin menangis walau sangat menginginkannya … gadis baik yang tidak akan ragu untuk mempertaruhkan nyawanya demi orang lain.”

“Yang meyakinkan dirimu akan hal itu tidak lain kau sendiri, Barusu. Memang, Emilia-sama cenderung mengutamakan orang lain di atas dirinya sendiri … tapi secara naluriah memang begitulah caranya untuk melindungi dirinya dari hinaan orang lain, bukan? Kau terus saja jatuh cinta padanya, jangan-jangan kau dimanfaatkan saja, merisaukanmu gak?”

“Enggak.”

Mendengar pertanyaan panjang dan dijawab satu kata saja, Ram terbungkam.

Puas terhadap reaksi langka Ram, Subaru melihat bangunan di belakangnya.

Benaknya beralih ke Emilia, yang saat ini tertidur di tempat tidurnya.

“Aku tidak keberatan dimanfaatkan. Dan walaupun, amit-amit deh, menganggapku sebagi alat yang takkan rusak tidak peduli mau digunakan seberapa banyak, aku oke-oke saja.”

“Kau tidak keberatan diperlakukan sebagai alat?”

“Bukan itu maksudnya. Selama dia memanfaatkanku, berarti dia masih punya tekad untuk berdiri dan bergerak maju … dan itu membuatku lega. Selama dia punya kekuatan untuk mengangkat kepalanya … akan kulakukan apa pun untuk membantunya. Maka dari itu dia bebas memanfaatkanku.”

“――――”

Terhadap paparan Subaru, Ram menyipitkan matanya tanda tidak senang.

Sebaliknya bagi Subaru hal ini agak segar karena jarang-jarang melihat gadis ini menampakkan emosi. Tanpa ragu bersedia digunakan sebagai alat, sebagaimana dirinya sendiri――

“Kukira kau mengerti.”

“――Apa yang membuatmu berpikir demikian?”

“Aku cuma tahu saja, dari sikap dan tindak-tandukmu sampai sekarang … kau sendiri tidak jauh berbeda. Aku kira kau paham ketika orang lain satu rasa.”

“Ketika kau menceritakan masalahmu sendiri yang belum selesai kepada orang lain, kau pikir semua orang semua orang satu perasaan denganmu. Apalagi kau tahu pasti lawan bicaramu telah menyelesaikan masalah yang kau sendiri tidak bisa selesaikan.”

Melawan semburan api itu cepat-cepat, Ram memalingkan wajah, seakan malu dengan apa yang baru saja dikatakannya. Kemudian, dia mendesah kecil lalu melambai agar Subaru menjauh dari pintu ….

“Yah, sudah cukup. Kalau memang kau berkenan menjadi alat, maka jadilah alat dan berusaha yang terbaik demi tuanmu. Sedangkan, Ram akan suka-suka sendiri. Itu kebebasan Ram, benar?”

“Betul. Terserah kau. ――Hanya saja.”

Selagi Ram lewat di sampingnya dan memegang kenop pintu, Subaru kembali memanggilnya. Ram terhenti dan melihatnya sekilas, mengangguk seakan melanjutkan ….

“Aku tidak mengabdikan diriku kepada Emilia tanpa mengharapkan imbalan apa pun, tahu.”

“………”

“Ada beberapa hal yang coba kudapatkan dari Emilia. Hal-hal yang aku inginkan, dan itu tidak akan diperoleh tanpa bantuan Emilia. Sebelumnya, aku bilang oke-oke saja sekiranya menggunakanku, tapi …. Aku berencana untuk menggunakannya juga.”

Perumpamaannya buruk, tapi berinteraksi dengan orang tanpa dilatarbelakangi motif adalah mustahil.

Ujung-ujungnya, masa depan yang dikehendaki Subaru adalah kehendak semua orang di tempat ini. Dengan kata lain, saat Subaru mencapai masa depan itu, dia harus memanfaatkannya secara maksimal.

Dia bersedia digunakan oleh Emilia. Sebagaimana berusaha mencapai masa depan bahagia, dia akan menggunakan Emilia pula, memeluknya erat-erat dan tidak akan pernah melepaskannya.

“――――――――”

Tanpa sepatah kata pun, Ram berbalik dan masuk ke dalam rumah.

Sebelum pintu tertutup rapat masih memperlihatkan sosok kecilnya dari belakang ――

“Banyak hal yang memencong dari tulisan Kitab. ――――Dalam dunia ini, Roswaal telah bebas.”

Tidak ada jawaban sebagai pemastian apakah Emilia mendengarkan kata-kata terakhir itu.

Suara pintu tertutup, Subaru terpotong dengan segala hal yang terjadi di dalam.

Begitulah, sangat tidak mungkin Emilia akan terbangun dan bertingkah kasar kepada Ram. Hal yang mendasari sebagian karena firasat, menangis sampai tidur, Emila semestinya tidak punya kekuatan untuk melakukan itu. Tetapi yang lebih pentingnya lagi, adalah karena, akan perlu waktu yang lama nian, sampai tubuhnya bersiap untuk bangun.

“Besok adalah hari yang sibuk. Lusa setelah kontrak … entah bagaimana, semakin mendekat.”

Pada akhir batas waktunya, Roswaal akan menurunkan salju, dan Kelinci Besar akan datang. Mengakhiri Sanctuary. Perulangan ini akan berakhir kegagalan, dan, lebih buruknya lagi, Subaru akan terikat dengan kontrak ini.

Menurut kontraknya dengan Roswaal L. Mathers, Natsuki Subaru terpaksa mengorbankan segalanya demi menyelamatkan yang terpenting baginya.

―――Dan pemikiran itu, Subaru bertanya-tanya mengapa dia baru menyadarinya.

“Bertarung demi satu masa depan yang tidak boleh berhenti kugapai … itulah yang kulakukan, benar.”


Pertempuran Subaru di dalam Sanctuary memasuki hari ketiga.

Batas waktu kontraknya dengan Roswaal adalah hari keenam. Pada hari keenam itu turun bencana tak terbendung yang secara bersamaan mengancam Sanctuary serta Mansion, batas waktu yang sebenarnya adalah malam hari kelima.

Yang berarti, termasuk malam ini, Emilia hanya punya tiga peluang tersisa untuk menantang Ujian.

Akan tetapi, yang pertama dari tiga peluang minim tersebut――

“Malam ini barangkali gagal.”

Setelah tahu Puck meninggalkannya dan menangis sepanjang hari, saat dia pingsan karena kelelahan hari sudah hampir siang. Tidurnya begitu berat sampai-sampai tidak menunjukkan tanda-tanda untuk bangun.

Meskipun Emilia bangun sebelum tengah malam, berapa banyak lagi waktu yang dia perlukan hingga mampu menghadapi kenyataan Puck telah tiada? ――Ikatan yang dia miliki dengan Puck tidaklah dangkal untuk dilupakan selama beberapa jam.

Tepat ketika mereka tidak punya waktu banyak, muncul masalah yang cuma dapat diselesaikan waktu. Tidak ada gunanya mengumpat kepada ciptaan Dewa, namun Subaru tetap mengutuknya.

“Melihatnya sangat sedih karena kehilanganmu … sebetulnya membuatku sedikit cemburu, tapi aku masih membencimu seratus kali lipat lebih besar, Puck.”

Kucing abu-abu kecil yang tiba-tiba berbicara dalam kepala, Subaru menggeleng-geleng dan sekali lagi melihat ke depan.

Untuk saat ini, dia tidak bisa berbuat apa-apa kepada Emilia yang tengah tertidur. Yang paling bisa dia lakukan hanyalah memegang tangannya. Andaikan itu bisa melindunginya dari mimpi buruk, lantas Subaru akan senang hati melakukannya.

Tapi, sebagaimana Emilia yang tidak punya waktu, Subaru pun sama.

Dia belum mendapatkan apa pun dari pertaruhan ini.

Rencananya melibatkan beberapa faktor yang tidak pasti, bahkan setelah mengumpulkan semua potensi dan memperkuat kekuatannya sampai batas, peluangnya tetap 50-50. Nah, segitu pun masih optimis.

“Nah, aku sungguh-sungguh mengandalkan percakapan ini, Lewes-san.”

“Aku pun menaruh harapan tinggi padamu, Su-bo. Dua orang sebelum aku memberitahu banyak mengenai dirimu.”

Dengan suara kerikil yang berderak di bawah kaki, muncul sosok kecil―― Lewes, muncul di pintu tempat pertemuan mereka.

Memasang wajah masam sangat tidak cocok dengan fitur mudanya, dia melihat-lihat daerah yang dipilih Subaru, lalu, walau enggan ….”

“Memilih tempat ini sebagai tempat pertemuan kita … kau bisa tidak baik juga, Su-bo.”

“Kupikir akan sangat bagus jika kita tidak diinterupsi. Bila mana kita bertemu di depan kristal, aku akan sangat terganggu untuk berbicara. Dan tidak peduli berapa kali aku kembali ke sana, aku takkan pernah terbiasa dengan baunya.”

Subaru mencubit hidungnya, mengekspresikan rasa jijik terhadap bau menyengat dari Tanah Percobaan. Lewes tidak bilang tempat itu rumahnya, namun sepertinya para Leweses saling berbagi tempat. Cekikikan setelah mendengar kata-kata Subaru, mengakui “Barangkali kau benar.” Lewes mengangguk.

“Tapi aku tidak bisa bilang senang bahwa kau memilih basis rahasia Gar-bo sebagai penggantinya. Semisal kau ingin tempat rahasia … pastinya banyak pilihan lain.”

“Tapi jikalau di desa, kita tidak tahu siapa yang akan mendengarkan. Rumah masa kecil Garfiel dan Frederica, walau … mungkin sedikit kejam, tapi aku yakin masalah akan menerpamu sebagaimana menerpaku jika ada orang yang menguping.”

“Bener sih.”

Subaru mengangkat bahu, ikut setuju, sedangkan Lewes mengangguk sambil tersenyum singkat. Dengan ini, Lewes melangkah ke kabin kecil nan jelek yang terbuat dari sisa-sisa kayu bobrok.

“Maaf aku tidak menyiapkan sofa nyaman. Terlepas dari pertimbangan mendalamku kepada para lansia, aku sedih karena tidak punya kursi untuk ditawarkan.”

“Ya ampun, jadi kau membuatku berdiri seraya berbincang? Menyusahkan orang tua saja, bocah-bocah zaman sekarang memang songong.”

“Aduh, kalimat itu benar-benar kedengaran tua. Kau tidak kekurangan satu hal pun dalam ciri-ciri lansia, ya.”

Subaru menyerngai saat melihat Lewes mengetuk punggung mulusnya seolah-olah akan berderit saja. Lalu, Subaru mengundangnya ke tengah pondok kecil itu sedangkan dia menyilangkan tangan sambil bersandar di dinding.

“Sebenarnya, dari yang aku tahu, bergosip bersama seorang gadis cantik tidak terlalu buruk.”

“Hummm. Agak terlalu maju jika dipanggil seorang gadis, bukan begitu?”

“Kalau membicarakan usiaku, pahlawan utama ini sedikit senior. Usia mental dan tubuhnya tidak sejajar dengan usia sebenarnya, jadi aku baru tahu sekarang.”

Usia sebenarnya: ~100 tahun.

Usia tubuh: 18.

Usia mental: 14.

Pribadi Emilia rumitnya bukan main, sampai Subaru tidak bosan-bosan memamerkan fakta tersebut. Awalnya dia mengira Lewes adalah Loli Nenek, ternyata jadi Nenek Loli.

Kini Subaru akhirnya mengerti mengapa Emilia tampak begitu tidak dewasa, pemalu, dan kukuh kepada penampilannya tetapi cenderung mengatakan sesuatu seperti nenek-nenek.

“Dan demi Emilia juga, aku ingin berjuang sekuat tenaga. ――Jadi, aku akan bertanya banyak hal padamu, Lewes Sigma-san.”

“Sig … apa?”

“Maaf, terbesit dalam benak belaka. Memang bisa agak membingungkan jika aku memanggil kalian berempat Lewes-san, jadi aku labeli Alpha, Beta, Sigma, Theta agar mudah untuk membedakannya.”

“…………”

Mendengar penjelasan Subaru, Lewes menyentuh bibir sambil berpikir.

Subaru mengerutkan alisnya terhadap reaksi yang tidak bisa disebut tidak senang, dan, melihat Lewes tidak keberatan, Subaru mengangkat satu jari.

“Ngomong-ngomong, aku senang kita akhirnya punya kesempatan untuk berbincang-bincaing. Lagi pula, mempertimbangkan posisimu, Sig … hari ini Lewes-san, kupikir kau mungkin tidak ingin berbicara.”

“Panggil Sigma boleh-boleh saja asalkan mempermudahmu. Melihatmu ingin merujuk kami sebagai individu, pantas saja memanggil kami nama yang berbeda-beda …. Walaupun sampai kini tidak diperlukan amat.”

“Benarkah? Kalau begitu seneng banget deh. Bila ingin nama yang lebih imut, aku bisa memikirkan nama lain dengan ketiga Leweses.”

“――Tidak, Sigma sudah bagus. Malahan, panggil saja Sigma.”

Lewes merevisi jawabannya dan tidak merubah banyak perubahan nuansa.

Berkedip pada respon itu, Subaru menduga bahwa Lewes tidak tertarik untuk melanjutkan topik. “Sekarang.” Lewes melanjutkan, mengganti topik pembicaraan.

“Aku cukup yakin diriku yang lain sudah tahu … kau ingin membicarakan apa, Su-bo? Seberapa banyak pengetahuanmu tentang keseluruhan Sanctuary ini?”

“Yah, sepertinya aku ingin mengetahui yang belum kuketahui … tapi, untuk sekarang, aku ingin tahu kau lihat apa dalam Makam, Sigma-san. Dengar-dengar dari Alpha-san kemarin lusa bahwa ada dua Leweses yang menantang Ujian. Sigma-san salah satunya, benar?”
“Benar. Aku salah satu Leweses yang telah memasuki Makam. Tapi kesampingkan itu, aku hanya masuk sekali, dan sesaat pula … semata-mata demi mencari Gar-bo kemudian menyeretnya keluar karena dia mengabaikan perjanjian dan pergi ke dalam Makam.”

Yang Lewes Sigma hendak sampaikan seperti cerita yang diberitahu Frederica sebelumnya.

Berharap membebaskan Sanctuary, Garfiel masuk Makam, tetapi ketika dia tidak kembali, saudara perempuannya pergi meminta bantuan Lewes. Lewes yang Frederica minta pastilah Sigma, orang itu berdiri di depan Subaru sekarang.

“Kau baru saja masuk ke dalam … tapi, kau tentu melihat sesuatu setelah masuk ke dalam, kan? Seperti, masa … masa lalumu, mungkin.”

“Apabila Makam membencimu sebagaimana membenci Roswaal, tubuhmu akan terdorong tatkala masuk ke dalam. Roswaal juga hampir meledak, dan Patrasche dipenuhi luka ketika dia memaksa masuk untuk mengeluarkanku. Jadi pergi ke sana tanpa kualifikasi tentunya diperlukan kebulatan hati orang yang menantang Ujian.”

“Sangat mungkin bahwa aku siap terluka jika ingin masuk, bukan?”

“Cerita itu pastilah indah … namun bagaimana penjelasanu atas fakta bahwa Sigma-san tidak setuju Sanctuary dibebaskan? Itu tidak masuk akal.”

“――――”

Informasi itu tidak pernah diberitahu Leweses―― Entah Lewes Sigma maupun Theta tidak pernah secara terbuka melawan pembebasan Sanctuary. Tetapi Sigma justru tetap diam tanpa menyangkalnya.

Dan diamnya berarti setuju ….

“Kau melihat masa lalumu dalam Makam. Dan karena itu, kau tidak suka Sanctuary dibebaskan. Pokoknya, kau lihat apa?”

“………”

“Kemungkinannya … kau melihat kala-kala kelahiranmu, mungkin? Bisa jadi ketika kau dilahirkan dari kristal, atau bahkan ….”

“Maksudmu masa lalu Lewes Meyer?”

Sebelum dapat Subaru selesaikan, Sigma menyentuh inti masalah ini.

Diam seribu bahasa, Subaru mengeratkan bibir, membiarkan jawaban itu berlanjut.

Diberi nama Lewes Meyer sejak kelahiran mereka, keempat replika Lewes ini mengambil peran sebagai perwakilan Sanctuary. Mana kala terdapat sesuatu di masa lalu mereka yang patut disesali, Subaru membayangkan pastinya terjadi sebelum masa kini―― sebelum mereka menjadi para Leweses sekarang.

Dan Subaru dapat tahu dari reaksi Sigma bahwa dia tidak salah dalam pemikiran ini.

“Jikalau masa lalu yang kau lihat adalah masa lalu Lewes-san asli dalam kristal … masuk akal kalau kau takut, Sigma-san. Alasan dia disegel dalam kristal pastilah latar belakang hal demikian, benar?”

“………..” Sigma terdiam.

Orang yang menyegel Lewes Meyer dalam kristal adalah Penyihir Keserakahan, Echidna.

Mengingat Peristiwa penyegelannya oleh Penyihir semestinya lebih dari cukup untuk membuat Sigma menyerah pada Ujian.

Tetapi ….

“Aduh aduh, Su-bo, kau tahu sampai mana, sih?”

“………..”

“Yang terjadi pada Lewes Meyer di dalam kristal hanya diketahui beberapa orang terpilih Sanctuary. Dan aku sangat ragu orang pilihan itu ‘kan mengungkapkannya kepadamu, Su-bo.”

Ekspresi Sigma menunjukkan suatu keraguan. Tanpa mengalihkan sorot matanya kepada Subaru yang terdiam, Sigma melihat langit-langit.

“Kurasa bahkan Ros-bo pun, atau Lewes lain yang mengetahui seluk-beluk Makam … akan memberitahumu. Lantas kau tahu dari mana, Su-bo?”

“――――”

Subaru tidak yakin dia harus merespon apa.

Pertanyaan yang agak mendesar, tapi tidak sederhana.

Lehernya merasa ada yang menggelitik padahal cuma perubahan udara. Itu adalah suasana berbahaya yang Subaru alami beberapa kali sebelumnya―― sekalipun masalahnya tidak menyangkut hidup dan mati, namun Momen yang akan menentukan hasil dari perhitungan fatal setelahnya.

Sensasi yang mengingatkan akan pemandangan dalam Mansion Crusch saat Subaru meminta bantuannya untuk bertempur melawan Paus Putih.

Dengan kata lain, hasil pertukaran instan ini akan memiringkan seluruh masa depan Sanctuary.

“――――”

Lagi-lagi kembali sunyi, Subaru mati-matian memikirkan jawaban.

Jawaban yang Sigma minta dari Subaru akan menentukan hal-hal setelahnya.

Subaru tidak pandai membaca emosi orang lain. Malah, dia teramat tidak paham inti-intinya. Lantas bukan hanya memutar beberapa roda gigi dalam kepalanya, tetapi mental yang perlu diatur setiap kali sel otak menyala agar putaran pemikirannya sampai pada tingkat orang normal.

Dalam hal ini, jawaban yang Subaru berikan adalah――

“Aku mendengarnya dari Echidna. Dalam Makam.”

“――Dari Penyihir-sama sendiri?”

Mendengar nama Sang Penyihir, wajah Sigma sedikit menegang.

Seiring waktu yang dihabiskannya dalam Sanctuary, Subaru jadi sangat mengerti makna penting nama Echidna.

Roswaal tidak suka mendengar dia disebut sebagai Penyihir Keserakahan, sementara Garfiel dan Lewes-sama berusaha untuk tidak memanggilnya Echidna.

Nama Echidna kemungkinan besar tabu bagi mereka. Dan soal artinya baik atau buruk, tergantung pada masa lalu yang dialami mereka.

Subaru mengambil risiko tentang reaksi Lewes ketika bocah itu melanggar tabu, tetapi Subaru telah menetapkan pilihannya.

“Yah, saat ini kualifikasiku telah dicabut, tapi pada suatu kala aku terkualifikasi untuk menantang Ujian. Alhasil mengetahui satu atau dua hal perkara Ujian. Sesuai rencana Echidna, latar belakang dia membangun Sanctuary, dan alasan mengapa membuat replika bak Sigma-san.”

“…. Firasatku bilang kau amat-amat banyak mendengarnya dari Ros-bo.”

“Dan itulah sebabnya aku lebih tahu banyak tentang beberapa hal daripada yang kau perkirakan, Sigma-san. Kini setelah aku memberitahu semuanya, aku sedikit berharap itu membantumu untuk memutuskan apakah diungkap atau disimpan baik-baik dariku.”

“Dasar perayu.”

Sigma menyeringai sebagai balasan pernyataan Subaru. Kemudian, dia menyentuh dahinya dengan telapak tangan lalu menghela nafas panjang. Kebiasaan ketika tengah mengambil keputusan.

“Karena kau sudah tahu koneksi Penyihir-sama dengan Sanctuary dan tentang diriku serta Lewes Meyer, barangkali aneh kalau terus menyembunyikannya darimu ….”

“Jadi ….”

“Jangan terburu-buru. Aku paham perasaanmu, Su-bo … tapi tidak sesederhana itu. ――Yang hendak kau tanyakan padaku adalah Apa yang dilihat Lewes dalam Ujian, benar?”

Subaru baru saja akan menjawabnya dengan Ya namun sebutir perasaan sedih menghentikan kata itu.

Barusan Sigma bilang Lewes alih-alih Aku. Seketika Subaru mengerutkan alis, merenungkan niat sejatinya, Sigma secara bersamaan melirih “Tajam juga instuisimu.”

“Jika pertanyaannya mengenai Masa lalu yang aku saksikan dalam Makam, maka jawabannya adalah Aku tidak tahu. Lagian, aku tidak menantang Ujian dalam Makam. Walau 100 persen pernah keluar hidup-hidup dari Makam.”

“… Dan … apa pula artinya itu?”

“Gampang sih. Bukankah aneh, Su-bo? Seharusnya hanya ada satu kesempatan bagi Lewes untuk memasuki Makam dan menyeret Gar-bo keluar. Tetapi, ada dua Lewes Meyer yang pernah memasuki Makam. Jumlah peluang dan orang yang menantangnya sama sekali tak berimbang.”

“Eh ….”

Baru saat diberi tahu, Subaru sadar betapa goblok dirinya. Bener, Sigma benar sekali. Ada dua Leweses yang memasuki Makam, namun cuma ada satu peluang untuk mengikuti Ujian―― tentunya ada penjelasan perkara kontradiksi ini.

“Lewes-san yang masuk … bukanlah Lewes-san yang keluar ….”

“Tepat. Sepengetahuanmu …. Lewes yang keluar adalah Sigma, diriku. Dan Lewes yang masuk, adalah Theta. Orang yang melihat masa lalunya adalah Lewes Theta, di sisi lain aku semata-mata membawa keluar Gar-bo. Adapun keputusanku, bukannya tidak setuju akan pembebasan Sanctuary, tapi netral-netral aja.”

“――Jika ada sesuatu yang bisa kuberitahukan, lantas mengenai hal yang habis-habisan disembunyikan Gar-bo. Masa lalu yang disaksikan bocah itu … atau potongan-potongannya, mirip-mirip deh.”

Catatan Kaki:

  1. Gangguan ledakan amarah dalam dunia psikologi lebih dikenal dengan nama Intermittent Explosive Disorder (IED). Kondisi ini ditandai dengan episode ledakan amarah dan kekerasan berulang yang membabi buta, tidak terencana, dan tidak beralasan setiap kali terpicu oleh provokasi (yang biasanya sangat remeh). Individu yang memiliki IED menggambarkan ledakan kemarahannya sebagai rasa kehilangan kontrol atas emosi dan tubuh mereka, dan terasuki oleh kemarahan. Mirip seperti yang dialami Emilia saat ini.

Share this post on:
Subscribe
Notify of
guest
2 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Unknown H

Nah chapter selanjutnya langkah besar soebadroen dimulai :v

RAMA

Thx min ?