Share this post on:

Tawaran Mutualisme

CH 93.png

Penerjemah : Meneiys

“Tatkala kontrak antara aku dan Lia berakhir, dapatkah aku mempercayakan padamu semua hal yang nantinya akan datang?”

“… Itu tergantung alasanmu.”

Menjilat bibir, Subaru menahan hasrat untuk menentang kata-kata itu sambil terus menatap Puck.

Di dalam kristal, ekspresi Puck tetap tak nampak. Tapi, dari campuran emosi dalam suaranya, Subaru bisa tahu bahwa dirinya tidak menganggap enteng perkataan demikian.

Namun mereka tengah membicarakan kontrak.

Terlebih lagi, kontrak antara Roh dengan Pengguna Teknik Roh, yang lebih dijunjung tinggi dari kontrak-kontrak lain.

Membicarakan Melanggar sebuah kontrak oleh seorang pihak―― Subaru tidak memahami rencana Puck.

“Kontrak antara kau dan Emilia … adalah kontrak antara Roh dan sang Pengontrak, kan? Melanggarnya akan mendatangkan penalti yang sesuai, kan?”

“Ya, tentu saja.”

“Kalau gambaranku benar. Sang Pengontrak yang mematuhi kontraknya akan mendapatkan kekuatan yang mereka pinjam daripada Roh … dan tanpa kontrak, takkan ada helat bagi Roh untuk memberikan kekuatannya pada sang Pengontrak … jadi melanggar kontrak akan ….”

“Intinya, hubungan antara aku dan Lia akan terputus.”

Tanpa menyangkal atau mengubah spekulasi Subaru, Puck menegaskan pemikirannya.

Namun, penegasan itu berarti――

“Tanpa kekuatanmu … Emilia sama sekali tidak berdaya. Tertinggal sendirian, dia cuma gadis biasa.”

“Semestinya tidak terlalu mengkhawatirkanmu, bukan? Perkara Lia memiliki kekuatan atau tidak, kaulah orang yang ingin dirinya tidak bertarung. Walau aku tidak tahu apakah sama dengan pemikiran Emilia.”

“Gh … kau … tidak salah tentang hal itu. Namun perasaanku bukan letak masalahnya. Dan semua pembicaraan mengenai pertarungan juga bukan intinya. Yang penting sekarang adalah … apa yang akan terjadi pada Emilia tanpamu.”

Bagi Emilia, kehilangan Puck sama saja kehilangan sinar di hatinya.

Dan apabila Puck sampai detik ini benar, berarti dia tahu, jauh di lubuk hati, bahwa Puck tidak benar-benar tidur, dan ikatan di antara mereka belumlah terputus.

Sergio Ramos

Namun, walaupun ikatan mereka masih utuh, Emilia terdesak dan goyah sampai-sampai bergantung sepenuhnya pada Subaru, memohon untuk tidak meninggalkannya.

Tetapi jikalau ikatannya dengan Puck benar-benar terputus――

“Aku takkan terkejut bila mana itu menghancurkan ketetapan mental Emilia saat ini … itu adalah hal terakhir yang kau lihat. Rencanamu ini apa sih ….”

“Aku tidak merencanakan apa pun. Aku hanya akan menyokong Emilia dengan cara terbaik. Aku takkan, dan tidak bisa pula, melakukan sesuatu yang tidak sekehendak dengannya. Kata Puck.

“Dan … Emilia ingin kau mengakhiri kontrak?”

“Tidak, Subaru. Kehilangan kontraknya denganku semata-mata produk sampingan dari hasrat Lia. Harapan Lia masa kini adalah untuk menembus Ujian Makam. Santai saja, hal itu seratus persen benar.”

Subaru juga tidak pernah meragukannya.

Menurut hipotesis Puck―― itu karena ketidakmampuan Emilia utnuk menghadapi masa lalunya sehingga dia berulang kali tersandung pada masa lalu palsu dalam Ujian.

Akan tetapi, Emilia jelas-jelas bukanlah orang yang mahir Berpura-pura seolah-olah telah mengatasi masa lalunya. Maka dari itu, Subaru yakin.

Keyakinan itu dalam benak Subaru tidak pernah disampaikan kepada Puck melalui tutur. Tapi, seolah-olah pemikiran itu sendiri yang menghampirinya, nada suara telepati Puck melirih.

“Ketika Lia tahu aku telah pergi, barangkali dia akan berantakan. Menangis layaknya anak kecil, tersedu-sedu, sedih tak berujung sekaligus takut.”

“――――”

“Tapi itu yang terbaik, pikirku. Keadaan di mana permukaan hatinya yakin bahwasanya diriku telah pergi sedangkan lubuk hatinya masih percaya berada di sini tak kasat mata. Seketika luar dan dalam hatinya menyadari aku telah pergi … belenggu yang mengikatnya dari masa lalu akan terlepas, dan, untuk pertama kalinya. Lia akan siap menghadapi hatinya sendiri.”

Ucapan Puck tenang, namun terkemas banyak kalutan emosi.

Ada kelembutan, kesedihan, suka cita, serta paling pentingnya lagi, kesediaan besar untuk mengorbankan segalanya demi orang tercinta.

“Lantas dia pastinya hilang ikatan denganmu … untuk menghadapi dirinya sendiri dan melangkah maju?”

“Ya, aku percaya akan begitu. Kuyakin akan sangat menyakitinya, tetapi aku tahu Lia adalah gadis yang mampu bertahan dan melaluinya.”

“Tapi kau tidak lagi menemaninya. Tidakkah kau risau? Bukankah kau ingin tinggal bersamanya dan melindungi putri yang kelewat baik hati? Itu ‘kan yang kau mau?”

Subaru tidak yakin dia hendak mengatakan hal apa lagi.

Seandainya tawaran Puck benar-benar dapat memberikan hasil yang mereka inginkan, maka lebih baik dari apa pun yang diharapkan Subaru. Sebagaimana yang Puck tunjukkan, kemampuan bertarung Emilia tidak relevan karena Subaru sudah berusaha sebaik mungkin untuk menjauhkan mereka dari medan perang.

Jadi Subaru harus, dengan segala cara, menerima usulan Puck ketimbang mencoba untuk menghalanginya.

“Wah-wah kupikir akhir-akhir ini kau tidak senang karena aku dekat-dekat Emilia?”

“Soal itu kau benar … dari semua hal yang terjadi di antara kita, anggapanku mengenai dirimu sangat-sangat rendah, dan takkan berbalik secepat itu. Satu keputusan untuk mengorbankan dirimu sendiri untuk Emilia takkan menghapus semua kesan buruk yang kau tinggalkan, tahu.”

“Jahatnya tukasmu itu … membuatku agak sedih.”

“Tapi.”

Kesan mutualisme mereka sudah diatur, kendati Subaru menerima apa pun yang dikatakan Puck, masih tidak mampu mengubah kesan negatif semudah itu.

Jadi Subaru tidak berbohong ketika dia mengatakan demikian. Jadi ….

“Aku bisa melihat wajah pilu Emilia saat kau pergi. Dan, sebenci-bencinya aku, aku tahu lebih dari siapa pun betapa berartinya kau bagi Emilia. Itu karena kau … bahwa aku ….”

“――――”

Imbuh Subaru tidak lagi berlanjut, tetapi pikiran tak tentu itu takkan meninggalkan Subaru. Puck juga diam saja, dengan sabar menunggu konsep samar-samar Subaru teramu.

Tapi, Subaru semakin kuatir, makin-makin tidak yakin akan jawabannya.

“Bahwa aku … aku ….”

“Eksistensimu memainkan peran besar dalam keputusan ini, Subaru.”

Gumam Puck sebelum Subaru sempat selesai menenun kata-katanya. Mendengar suara itu sampai masuk ke dalam tengkoraknya, Subaru mendongakkan kepala, bengong terhadap kristal hijau yang bersinar.

“Seperti yang kau katakan, Lia lebih berarti bagiku daripada apa pun di dunia ini. Aku ingin senantiasa mengawasinya dan memberikan kekuatan di sisinya. Tapi, biarpun begitu, aku masih yakin hal terbaik untuk dilakukan sekarang ini adalah meninggalkannya.”

“Tapi, kenapa begitu ….”

“Karena kau ada di sini.”

“――――”

Mendadak, Subaru merasa nafasnya terhenti.

“Di tempat ini … tidak, di dunia ini, kau dan aku adalah satu-satunya orang yang bersedia mempertaruhkan hidup demi Lia. Sepanjang waktu yang kita habiskan bersama, kau telah membuktikannya. Lia, dia … selain diriku, kau adalah orang yang paling dia percayai. Tidak salah lagi. Itu tak dapat disangkal. Kau sendiri mengetahuinya.”

“T-tapi ‘kan …. Aku tidak punya kekuatan besar sepertimu, dan aku tidak bisa meledakkan rintangan yang menghalanginya dengan kekuatan. Yang paling bisa kulakukan adalah berjaga-jaga di sampingnya dan mendengarkan keluhannya …. Sekedar itu saja. Sekalipun tahu hal itu, kau betul-betul ingin menyerahkanku segalanya setelah kepergianmu?”

“Kau tampaknya salah paham mengenai sesuatu. Aku tidak bilang ingin kau menggantikanku. Hal yang bisa kulakukan, ya cuma aku saja yang bisa melakukannya. Sebaliknya pula, dan aku berharap kau akan membantu Lia dengan hal-hal yang cuma kau seorang bisa melakukannya.”

Di depan Subaru yang terbungkam seribu bahasa, Puck menumpuk kata-katanya.

Menutup semua argumen, Puck tidak membuang-buang waktu dan memaksakan keputusan tersebut pada Subaru.

“Bahkan tanpaku pun, Lia masih lebih kuat darimu. Ingatlah, itu sejatinya ‘Kekuatan’ yang kau bicarakan. Tapi, sebagaimana yang kau ketahui, gadis itu lemah jua. Dan Kelamahan yang aku bahas sungguh-sungguh ada. Aku ingin kau menutupi kelemahan itu.”

“….. Sesudah memutus kontrak dan meninggalkan ikatanmu dengan Emilia, kau bagaimana?”

“Aku bisa mewujud seperti sebelumnya karena Lia masih ada hubungan denganku. Setelah koneksi itu terputus, aku harus tetap mewujud untuk menjaga keberadaan ini. Namun …. Untuk mempertahankan wujud, aku akan terus-menerus mengkonsumsi aliran-aliran mana di sekelilingku. Mana kala kau melihat wujud sejatiku, pasti akan mengejutkanmu, Subaru.”

Wujud Sejati yang dibicarakan Puck pastilah sebuah sosok yang menjulang tinggi megah sampai-sampai laki-laki itu mesti medongakkan kepala untuk melihatnya. Hewan raksasa berkaki empat, monster badai yang mengamuk. Hewan Pembawa Kiamat.

Memang, seumpama Puck mesti mempertahankan terus wujud itu, tidak mungkin dia bisa bertahan selamanya.

“Jadi … maksudmu akan terhapus?”

“Sedikit berbeda dari terhapus. Aku akan kembali ke kehidupan mungil yang dahulu kumiliki sebelum mengikat kontrak bersama Lia. Tempat yang sangat terhubung dengan diriku … kemungkinan besar di Hutan Besar Elior. Di sanalah, aku akan tidur di dalam sesuatu yang bisa digunakan sebagai jangkar, dan menunggu waktu aku dibangunkan lagi.”

“Dibangunkan ….?”

“Tentu saja, pastinya oleh Lia. ――Kala inilah waktu-waktu kontrakku dengan anak itu berakhir. Namun, jika tiba suatu momen ketika dia memerlukan kontrak baru dan tengah mencari roh untuk diikat kontrak …. Aku yakin dia akan memilihku lagi. Begitu keyakinanku.”

Mendengar keceriaan dalam suara Puck, Subaru menela nafas.

Keputusan yang bisa-bisa menghapuskan keberadaannya sendiri, namun tak ada ketidaknyamanan dalam suara Puck. Kepribadiannya senantiasa optimis, tapi, entah bagaimana tidak jadi alasan kurangnya perhatian dalam suaranya.

Dia tidak ragu sedikit pun bahwa Emilia akan memilihnya lagi.

Setelah kontraknya dengan Puck rusak, Emilia terpaksa menghadapi masa lalunya. Dan Subaru takkan mampu membayangkan sedetik mungkin bahwasanya Emilia akan gagal menerima masa lalu itu sepenuhnya.

Hanya, setelah Emilia melampaui masa lalunyalah dan sedang memerlukan kontrak lain, Emilia pasti memilihnya lagi.

Dalam benak Puck, itu sudah mutlak pasti.

Subaru tidak pernah meragukan kekuatan Emilia, atau pun meragukan segala hal yang pernah mereka bagikan bersama. Dan karena inilah, Puck mampu memutuskan untuk memutus hubungannya.

“――――”

Subaru yang selalu bimbang, ikatan itu terlampau kuat nan erat sampai-sampai berkilauan.

Sebab cinta dan kepercayaan mendalam Puck pada Emilia, hati Subaru ditempat baja.

“Dan kau menyerahkan tugas untuk menghibur Emilia yang patah hati padaku?”

Dan itulah sebabnya jawaban Subaru begitu penuh keputusasaan dan penyesalan.

Menerima pertanyaan demikian, Puck berdeham lirih, menandakan seakan-akan dirinya tersenyum.

“Sungguh menyakiti hatiku untuk melakukan ini. Tetapi … karena aku mempercayakan putri tersayang padamu, kuharap kalian berdua mampu menghalau rintangan bersama.”

“…. Bisa kuanggap sebagai ijab kabul pernikahan di antara diriku dan Emilia-tan?”

“Kau akan kumusnahkan langsung di sini, aku mesti memikirkan ulang semua hal lagi.”

“Kenapa tanggapanmu selalu seseram itu, dasar kucing sialan!!!”

Menyemprot balik jawaban yang ekstrimnya bukan main itu, Subaru sebatas meringis.

Kedalaman perasaan Puck kepada Emilia tidak lagi dapat disangkal, dan fakta bahwa mereka dapat melakukan hal ini berulang-ulang terlepas keraguan di antara mereka membuat kepala Subaru jadi santai, meski sedikit saja.

Kemudian, ada juga sesuatu yang dipikirkan Subaru barusan ketika dia mendengar bahwa pemutusan kontrak Puck dengan Emilia akan mengusirnya dari tempat ini. Andaikan itu berhasil―― tentunya akan membalikkan keberpihakan taruhan.

“Kini aku memahami rencanamu. Meski masih gundah tentang keberhasilannya …. Aku akan pura-pura tidak tahu dan membantu tipu muslihatmu.”

“Aku ingin tahu bagaimana rasanya … mendustai gadis yang kau cintai.”

“Aku sedang dihujani rasa bersalah nih, hentikan dong. Lagian, dari dalam hati sebenarnya Emilia paham betul … nah ketika semua ini berakhir dan selesai, barangkali barulah dia sadar telah ditipu.”

“Andai kata itu terjadi, kita berdua akan dibenci sebagai sesama dalang konspirasi. Takut ‘kah engkau?”

“Kagak mungkinlah! Dibanding ‘Jangan cuci cucianku dengan cucian kotor ayah!’ Kebencian seorang gadis remaja, kebenciannya terhadapku akan berbeda, tahu.”

Jikalau kebencian Emilia kepada Puck terhitung sebagai masalah keluarga, kebenciannya kepada Subaru akan jauh lebih parah. Walaupun, dia nantinya akan paham sendiri sekiranya Subaru menjelaskannya setulus mungkin.

Nah, meskipun Emilia dapat memahami latar belakangnya, Emilia masih tidak senang bahwa hatinya dipermainkan. ――Tentu saja, Subaru takkan dimaafkan atas hal itu.

“Tapi sudah sedikit terlambat, ya. ――Setelah semua perbuatan tak termaafkan yang kuperbuat dan setiap kali aku membuatnya menangis … bagaimana bisa aku tidak bertekad untuk menanggung rasa bersalah itu sekarang?”

“――――”

“Kuterima tawaranmu, Puck. Akan kubereskan kekacauan ini. Esok pagi, ketika Emilia menangis tersedu-sedu … dia akan menangis dalam dekapku.”

“――Bagus. Kalau begitu, kuserahkan padamu. Biarpun akan menimpamu banyak masalah di tengah-tengah jalan.”

Melihat Subaru menerima tawarannya, hampir ada rasa malu dalam balasan Puck.

Mendengar ini, Subaru memejamkan mata dan dengan “Nah ….” Subaru melanjutkan lagi ….

“Apa kau bersedia mempertimbangkan tawranku juga?”

“…. Sebuah tawaran?”

“Ya, tawaran. Tidak usah dipikirkan. Seperti tawaranmu, tindakanku demi kepentingan Emilia.”

Memukul dadanya sendiri, dan menganggap Puck yang terdiam sebagai setuju, Subaru lanjut mengoceh ….

“Masih ada sesuatu yang ingin aku tanyakan, dan sesuatu yang ingin aku coba tergantung jawabannya. ――Emilia bisa bangun kapan saja, jadi persingkat, ya.”

Share this post on:
Subscribe
Notify of
guest
5 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Unknown H

Saat lu dan mertua lu berjuang bersama buat kebahagiaan pasangan lu :v

Unknown H

Saat lu dan mertua lu berjuang bersama buat kebahagiaan pasangan lu

M J

Saat tiba tiba gua baca ada salah satu nama pemain bola . Capter belumnya city vs chealsea . Mimin lagi ngidam bola ?