Share this post on:

Jack of All Trades

Dimulainya Rutinitas Sehari-hari

Penerjemah: Ornstein and Smough

Dua minggu berlalu semenjak pertama kali aku mendaftarkan diri.

Sejak saat itu aku diejek dan dipanggil Kelinci Hitam setiap harinya. Setelah itu, Ness pastinya sudah tahu tempat menginapku, karena dia datang berkunjung.

“Asagi, uh … maaf … aku, anu, tidak menyangka akan jadi seperti ini ….”

“Tidak apa. Tidak ada orang yang tahu lanjutan suatu hal.”

“Mungkin benar, tapi ….”

Permintaan maafnya kelihatan tulus sekali. Tidak ada budaya berlutut di tanah, tapi dia menunduk menyesal. Aku tidak bisa marah padanya setelah melihatnya seperti itu. Tiada niat jahat di wajah Ness, meskipun dialah perintisnya. Walaupun awalnya jelas ada sedikit hinaan.

Yang menghina cuma orang-orang bego kemarin. Guild berdamai saat Gardo dan Ness di sana, tapi para pemabuk itu akan mengejek dan menganggu ketika mereka pergi.

Ya, datang hari tatkala Gardo dan Ness tidak ada di Guild. Wah, baru-baru ini akan lebih banyak lagi hari tanpa mereka. Kedua orang itu adalah satu tim dan melakukan misi tingkat lanjut bersama-sama. Misinya di sebelah selatan kota … mereka pergi jauh ke dalam hutan dari gerbang berbeda yang kumasuki, dan membunuh beberapa orc. Semuanya memerlukan lima hari, lantas Guild adalah lingkungan terburuk di waktu-waktu itu. Tidak peduli sampai mana mereka mengejek atau tertawa, Guild takkan campur tangan. Mereka tentu saja akan nimbrung dalam perkelahian yang mengakibatkan cedera, tapi mereka punya aturan untuk tidak ikut-ikutan dalam hal lain. Seseorang mesti membangun posisi mereka sendiri. Itulah aturannya. Aku tahu fakta ini karena si kutu buku di sebelah PERTANYAAN DAN LAIN-LAIN bilang begitu. Flo adalah namanya. Dia tidak benar-benar memperkenalkan diri, tapi tertulis di tanda pengenalnya.

“Kau ingin apa hari ini?”

Aku sedang berdiri di Konter Misi, yang aku kunjungi cukup sering. Memegang selembar kertas robek yang aku peroleh dari pemberitahuan yang dipaku di papan pencarian.

“Ah, Mengumpulkan Obat-Obatan lagi, begitu. Jadi kau akan bekerja di hutan. Tolong tunjukkan aku kartu mu.”

Sudah aku pegang di tangan, dan aku letakkan saja di atas meja.

“Ya, terima kasih. Tunggu sebentar …. Ya, informasi misi kini sudah terdaftar. Semoga beruntung dan selamat jalan.”

Pekerja Guild tersenyum senang hati sambil mengembalikan kartu statusku. Aku terima kartunya dan mengulang kata yang sudah akrab.

Nama                         : Asagi Kamiyashiro
Ras                             : Manusia
Job                             : Petualang (Peringkat: G)
LV                               : 10
HP                              : 180/180
MP                             : 70/70
STR                             : 58
VIT                             : 50
AGI                             : 190
DEX                            : 90
INT                             : 44
LUCK                          : 11
Skills                           : Jack of all trades, master of none
Sihir                            : Tidak ada
Misi Saat ini                : Pengumpulan Obat-Obatan

Seluruh perlengkapan

Kepala                        : Tidak ada
Tubuh                        : Baju zirah kulit
Tangan                       : Sarung tangan kulit
Kaki                            : Tidak ada
Telapak kaki                : Sepatu kulit
Senjata                       : Pedang besi, pedang besi pendek
Aksesoris                    : Tidak ada

Yah, misinya sudah terpasang. Aku berterima kasih dan berbalik. Tentu saja hinaan biasa datang melayang.

“Woi, si Kelinci Hitam itu hari ini vegetarian lagi?”

“Aaowkaowkaowkaowkawk! Dia suka banget ama daun!”

Berpetualang matamu. Mereka datang ke bar siang hari dan minum-minum. Tidak pernah bertanya sekali kapan mereka bekerja, dan katanya uang minum-minum itu dari orang lain. Tapi bukan berarti mereka tak pernah bekerja. Dengan kata lain, Klan yang mereka daftarkan diri, secara bergiliran menghasilkan uang. Sudah aturan tetap bagi mereka yang nampaknya mencegah pertarungan uang siapa yang dibelanjalan. Kumpulan para bajingan. Mereka semua. Aku membenci mereka semua.

“Tanaman itu bisa digunakan untuk apa saja, dan cukup bermanfaat.”

“Kita sungguh diberkati Kelinci Hitam atas hobinya kepada daun! Hahahahaha!”

Aku tidak berniat adu bacot dengan mereka, tapi urat nadiku berteriak-teriak ingin menghantamnya paling tidak sekali. Tapi tidak ada gunanya melawan kembali. Sedikit mendesah dan meninggalkan Guild.

Menuju daerah pengumpulan tanaman obat yang selalu aku datangi. Satu-satunya misi yang kuambil semenjak menjadi petualang. Walaupun agak membosankan, hasil uangnya bagus. Namun penampilan benar-benar berarti sesuatu di sini, dan sedikit orang yang menerima misi tersebut. Kecuali untuk seorang petualang tingkat Batu sepertiku.

Akan tetapi, pencarian ini sekadar alibi diriku untuk pergi ke hutan. Target utamanya adalah goblin. Aku lihat levelku menyentuh angka sepuluh saat barusan memeriksa status. Kala mencapai level 6 dan pergi ke Konter Hadiah, pekerja Guild bertanya tentang levelku yang mendadak meningkat? Aku bilang saja berpapasan dengan goblin dan pilihan satu-satunya adalah melawan. Pembunuhan goblin minimal adalah peringkat F, mereka biasanya dilarang dilawan Peringkat G sepertiku.

Jadi menggunakan obat-obatan sebagai alasan menyerang hutan. Tentu saja aku juga mengumpulkan tanaman. Bisa menggunakan uang yang aku dapatkan untuk membeli sejumlah perlengkapan. Baju besi yang aku gunakan dijual di toko zirah. Pedangku adalah pedang percobaan yang dibuat penempa amatiran dan harganya kelewat murah. Gunting kebun tua dilebur dan dijadikan pedang pendek. Bersama pedang biasa dan pendek dibantu skill unik Jack of all Trades …. Aku tipe petarung bersenjata ganda.

“Ho Asagi. Kau pergi ke hutan?”

“Russel.”

Dia berdiri tepat di pintu gerbang. Kurasa bertanggung jawab di sebelah sisi selatan hari ini.

“Iya. Aku akan kembali sebelum matahari terbenam.”

“Ah, kau berjalan melalui bukit itu. Aku yakin kau bertahan hidup di malam hari, ya?”

Dia tertawa serak. Kemudian menghembuskan nafas.

“Aku tak ingin tidur di pohon lagi ….”

“Hahaha! Cerita itu klasik!”

Beberapa waktu yang lalu, Russel datang berkunjung memeriksa keadaan, selama makan malam di penginapan. Aku mengisahkan seluruh ceritaku sebelum sampai ke Fhiraldo, dan rupanya bagian tidur di pohon membuatnya geli. Tertawa terbahak-bahak sampai matanya berair. Dia masih tertawa saja, namun waktu-waktu itu aku merasa nyaman.

“Duh …. Pokoknya, lebih baik aku pergi.”

“Aye, berhati-hatilah!”

Tangannya menepuk punggung. Rasa sakit itu adalah tanda kepercayaan. Sikapnya kepadaku belum berubah-rubah meskipun orang-orang mengejekku sebagai Kelinci Hitam. Dia orang biak. Maris si pemilik penginapan juga orang baik yang senantiasa tersenyum sewaktu menyapaku. Dia bahkan menawarkan diskon lima puluh persen setelah satu minggu berlalu dan aku minta memperpanjang masa tinggalnya. Tentu saja aku menolak tawaran itu ….

Bagaimanapun juga, aku sekarang menuju hutan. Untuk meningkatkan level sembari mengumpulkan tanaman herbal.

Share this post on:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments