Share this post on:

Jack of All Trades

Mendapatkan Pengalaman, Mendapatkan Uang

Penerjemah: Darkstalker Kaathe

Aku sampai di hutan. Yah, hanya pintu masuknya. Aku takkan melihat orc jika tidak menyelam lebih dalam. Membicarakan orc, mereka dikenal sebagai monster yang terkadang merusak petarung wanita, dan bahkan di sini pun kadang kala menculik perempuan dari desa untuk dibiakkan, lalu membunuh semua prianya.

“Sarang para orc ini selalu brutal isinya. Wanita yang menjadi mangsa mereka dibiarkan hidup sebagai budak seks ….”

Akhirnya mereka cenderung menjadi gila. Jika mereka diselamatkan, para korban akan langsung masuk ke rumah sakit rehabilitasi. Agar pikiran mereka yang hancur dapat disembuhkan.

Aku ingat perkataan Gardo tentang para korban selagi mengumpulkan tanaman dan dimasukkan ke dalam tasku. Tumbuhan ini digunakan dalam ramuan restoratif, karena akarnya penuh sihir yang disedot dari bumi. Namun bukan berarti daunnya tidak berguna juga, dedaunannya punya kemampuan meredakan demam. Tanaman ini hampir bisa digunakan untuk apa pun … aku cuma perlu menjejalkannya dalam tas sampai penuh dan selesai sudah pencariannya. Segera setelahnya, aku menggores tanda di pohon dan pergi kian dalam menuju hutan.

Tentu saja tujuannya adalah membunuh goblin dan meningkatkan level. Syukurlah tidak ada serigala hutan di sisi hutan ini. Menurut Russel, ada kualitas sihir yang tak serigala sukai di sini. Di sisi lain banyak goblin bersemayam juga. Aku hanya harus memburu satu kawanan yang anggotanya sesedikit mungkin.

Berjalan was-was selama beberapa menit. Kemudian menemukan mereka. Satu kawanan goblin. Yang satu ini terdiri dari … enam. Lebih dari biasanya namun bisa dibantai jika mengejutkan mereka.

Pertama, amati. Mereka mendadak melihat ke arah lain, mencari-cari buruan …. Nampak sedikit gelisah namun penjagaan mereka lengah. Itu karena tidak ada predator di lingkungan ini. Walau orc tinggal di hutan, kau mesti masuk lebih dalam lagi untuk menemuinya. Lantas goblin di sini jadi kendur, dan alhasil sergapanku berhasil.

Pertama, melempar tombak kayu. Aku sudah terbiasa membuatnya sekarang, perlu waktu beberapa menit saja. Dan tombak itu menembus badan belakangnya. Cukup sudah untuk melumpuhkan mahluk lemah tersebut. Tapi aku berlari bahkan sebelum si goblin menyentuh tanah. AGI-ku yang anehnya tinggi memungkinkanku melakukannya. Benar-benar bintang stats-ku. Karenanya aku cepat. Menggunakan pedang pendek untuk lalu menusuk ke target berikutnya. Mati dua. Terlalu gampang.

Saat inilah semua goblin akhirnya tahu apa yang terjadi. Mereka murka sewaktu melihat kawan-kawan mereka terbaring di tanah dan salah satu mengayun senjata ke atas. Aku mengayunkan pedang untuk menampik tangan-tangan itu. Tombak yang terbebas saat ini menusuk si tolol di sampingnya. Lalu memotong kepala goblin yang menyerbuku. Kini hanya tersisa satu, dia balik badan dan kabur. Pasti berpikir aku ini lebih kuat darinya. Mengambil pedang pendek dan melempar ke arah goblin yang melarikan diri itu. Menikam punggungnya secara bersih, seakan-akan tersedot langsung ke dalamnya.

Sekarang selesai sudah. Tugas yang mudah. Dalam game RPG1 mereka adalah monster terlemah. Jadi inilah apa yang terjadi seandainya mereka menemuiku. Bercanda deh. Tidak boleh sombong. Aku menang karena ada persiapan.

Masih waspada dengan sekitaranku, aku mengumpulkan senjata goblin dan mengikatnya bersama-sama dengan tali sederhana dari tanaman merambat. Aku bawa ke pandai besi tua agar dapat sedikit uang. Silahkan tertawa sesukamu, tapi besi tetaplah besi berapa pun usianya. Sesudah melewati begitu banyak tangan pemiliki, besi-besi ini ujungnya akan menjadi senjata pribadiku. Dengan kata lain, biaya bahannya hampir gratis. Aku hanya membayar pembuatannya saja.

Menggantung kumpulan senjata di pohon persis seperti yang aku lakukan pada tanaman dan melanjutkan perjalanan ke hutan.

Segalanya berjalan lancar hari ini, totalnya sukses menghabisi dua puluh goblin. Dan mendapatkan lima belas bilah besi. Baguslah. Bisa aku tukar pedang lama ini dan pedang pendek untuk senjata baru sekarang. Aku ‘kan memprioritaskan kemudahan bergerak tatkala memilih baju zirah baru. AGI ini takkan kusia-siakan. Aku rasa tidak bakal bisa bertahan jika tak memanfaatkan stats itu.

Maka aku berjalan kembali ke Fhiraldo, ditemani dentang senjata entah dari mana dan perasaan lelah nan menyegarkan.

Hal pertama yang perlu aku lakukan setelah kembali ke kota adalah mengunjungi pandai besi dekat gerbang selatan. Entah mereka akan bilang apa kalau aku kembali ke Guild seperti ini. Yah, aku yakin mereka semua tahu … mustahil keparat-keparat itu tidak tahu. Barangkali akan mengusikku. Tapi aku takkan bertindak sampai pembantaian goblin ini jadi buah bibir. Lagian ini mata pencaharianku. Aku dapat makanan dari sini, jadi itu penting.

“Selamat sore. Apa Kepala ada?”

“Ho! Kaukah Asagi!”

Dari punggung penuh asap nampak seorang manajer bengkel ini, seorang kurcaci bernama Aragira. Aku pernah memanggilnya manajer dan dia berteriak, ‘Panggil aku Kepala!’ sejak saat itu aku panggil dia Kepala.

Bangsa kurcaci. Mereka biasanya menjadi seorang penempa, bukan? Tubuhnya gagah. Namun satu hal anehnya adalah dia tidak pendek. Kepala tampaknya blasteran manusia dan kurcaci. Lantas dia berotot dan tinggi. Massa kekuatan nyata. Meski kurcaci berdarah murni terlihat pendek di sini, seperti perkiraanmu.

“Aku membawa beberapa senjata lagi bila Kepala tak keberatan. Juga aku ingin pedang baru dan pedang pendek.”

“Kau bawa banyak di sini …. Baiklah. Senjatanya ada di sana. Pilih saja sesukamu.”

“Apa ini juga senjata uji yang dibuat murid Kepala?”

“Tentu saja! Terlalu cepat bagi seorang Batu sepertimu itu menggunakan salah satu pedangku!”

Selagi dia berteriak-teriak, percakapan kami biasanya seperti ini. Tidak ada maksud lain di baliknya.

Aku mengambil dan memeriksa pedang yang disembunyikan dalam tong serta pedang pendek terbaris di lemari. Ketebalan bilahnya, ketajaman, sensasi menyentuhnya. Aku mencari-cari yang tak kalah kualitasnya dengan pedang lamaku. Kendati aku punya skill Jack of all Trades, aku masih memanfaatkan tubuh untuk mempelajarinya. Seorang protagonis dapat berpuas diri soal skill mereka. Dan dalam dunia ini, tidak ada pengaturan khusus bagi protagonis.

“Kalau begitu aku akan mengambil dua-duanya.”

“Kau! Kau beneran akan mengambil dua barang kualitas terbaik, ya!”

“Aku sungguh-sungguh minta maaf.”

Tangan Aragira menyentuh kepalanya putus asa. Aku menyeringai dan menaruh bilah di sarung. Tingkatan senjatanya sama, jadi pas dengan sarungku yang sempurna. Dan aku tak perlu membeli yang baru lagi.

Menerima uang dari penjualan senjata goblin dan aku gunakan untuk membayar senjata baru. Tindakanku ini sebenarnya tidak berfaedah, tapi petugas toko yang sedih dalam hatiku tak mau tenang jika transaksi berjalan tidak semestinya.

“Kembalilah segera, Asagi.”

“Tentu saja, Kepala. Sampai nanti.”

Aragira adalah orang penting yang baik kepadaku. Dia mengamati senjata dan mengamati orang. Rupanya aku orang baik. Entah apa kriterianya, tapi aku tetap saja senang.

Jadi aku merasa cukup bahagia ketika berjalan ke Guild. Tapi belum cukup menutup perasaan takutku yang semakin meningkat ketika diriku kian dekat.

Catatan Kaki:

Permainan peran (bahasa Inggris: role-playing game disingkat RPG) adalah sebuah permainan yang para pemainnya memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita bersama. Para pemain memilih aksi tokok-tokoh mereka berdasarkan karakteristik tokoh tersebut, dan keberhasilan aksi mereka tergantung dari sistem peraturan permainan yang telah ditentukan. Asal tetap mengikuti peraturan yang ditetapkan, para pemain bisa berimprovisasi membentuk arah dan hasil akhir permainan ini.

Dalam sebuah permainan RPG, jarang ada yang “kalah” atau “menang”. Ini membuat permain RPG berbeda dari jenis permainan papan lainnya seperti Monopoli atau Ular Tangga, permainan kartu, olah raga, dan permainan lainnya. Seperti sebuah novel atau film, permainan RPG mempunyai daya tarik karena permainan-permainan ini mengajak para pemain untuk menggunakan imajinasi mereka. RPG biasa lebih mengarah ke kolaborasi sosial daripada kompetisi. Pada umumnya dalam RPG, para pemain tergabung dalam satu kelompok.

Permainan RPG rata-rata dimainkan seperti sebuah drama radio: ketika seorang pemain “berbicara”, dia berbicara sebagai tokohnya dan ketika si pemain ingin tokohnya melakukan sesuatu yang fisik (seperti menyerang sebuah monster atau membuka sebuah gembok) dia harus menggambarkannya secara lisan.

Ada pula sejenis permainan RPG di mana para pemain bisa melakukan gerakan fisik tokohnya oleh si pemain sendiri. Ini disebut Live-Action Role-playing atau LARP. Dalam permainan LARP, biasanya para pemain memakai kostum dan menggunakan alat-alat yang sesuai dengan tokoh, dunia dan cerita yang dia mainkan.

Permainan PC yang menggunakan unsur-unsur dan mekanisme permainan RPG disebut sebagai computer role-playing games atau CRPG. Selain di PC, RPG juga banyak diadaptasikan ke mesin-mesin permainan atau konsol, yang disebut console role-playing games, disingkat cRPG. Dengan meningkatnya popularitas RPG elektronik, industri permainan video telah membuat istilah RPG dikenal untuk RPG elektronik saja, dan mengakibatkan munculnya istilah RPG “pen and paper” atau “tabletop” untuk mendeskripsikan RPG tradisional.

Share this post on:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments