Share this post on:

Jack of All Trades

Akhir Kegemparan

Penerjemah: Dragon Slayer Ornstein

Kabar baik. Asagi Kamisyashiro bisa menggunakan sihir. Es dan air. Sedikit api juga. Tidak dapat dipercaya, ini luar biasa. Seorang petugas toko sederhana sepertiku bisa menggunakan sihir. Jadi bagaimana cara menggunakannya? Kau hanya membayangkannya saja?

“Yang penting adalah memvisualisasikannya. Gambar yang terbayang dalam pikiranmu adalah bahan bakar untuk energi dan terjadilah fenomena internal barusan. Rapalan pun berfungsi sebagai semacam pendukung. Apabila bisa kau bayangkan baik-baik, maka tak perlu lagi merapal. Karena aku pun tidak.”

Aku rasa tidak ada cheat-nya. Seorang penyihir harus bekerja sangat keras hingga mencapai poin itu. Akan kucoba.

Mari kita lihat … harusnya aku piawai dalam es, mungkin aku akan mencoba mendinginkan kelembahan udara dan menurunkan suhu.

“Mmmm … mmmmmm ….”

Aku membayangkan bahwa diriku memancarkan energi sihir yang menyebar ke seluruh ruangan. Lalu merampas uap panas dan mulai mendinginkannya.

“Asagi.”

“Mmmm ….!”

“Mmmgg … apa?”

“Dingin.”

Oh. Nafasku jadi putih. Sukses. Tidak susah-susah amat. Tidak lama juga. Menyenangkan, sih, kalau bisa langsung membuat es.

Berpikir mengembalikan suhunya ke kondisi normal saat menggunakan sihir api, sampai nafasku tidak kekelihatan udaranya. Lalu aku hentikan sebelum menjadi hangat.

“Asagi, belajarmu cepat. Kau dapat membayangkannya dengan baik. Pikirku kau bisa menggunakan banyak sihir berbeda daam waktu singkat.”

“Kuharap.”

Faktanya sihir ini dipengaruhi Jack of all trades.

Karena merupakan kekuatan yang tak kasat mata, aku tidak melihat tipikal layar terbelah dalam kepalaku. Sulit percaya kalau aku bisa menggunakannya dengan mudah padahal ini percobaan pertama. Bukan berarti aku punya kekuatan spesial sebagai protagonis.

Mungkin artinya aku cuma bisa menggunakan mantra yang sangat umum. Tapi tidak ada gunanya dikeluhkan. Ini sihir. Seakan-akan aku lagi bermimpi.

Setelahnya, aku dan Daniela membicarakan sihir sampai dia perlahan-lahan mengantuk. Lantas dia pergi ke tempat tidur dan terlelap, sementara aku pergi ke meja. Sepertinya aku cukup lelah. Walaupun malam itu aku tak bermimpi.

Ada semacam perasaan depresi ketika menyaksikan matahari terbit dari balik jeruji. Seratus persen tidak membangkitkan semangatmu. Seolah aku dijebloskan ke penjara karena kejahatan yang tak ingat pernah kulakukan.

Menghembus nafas, aku berdiri dan meregangkan anggota tubuh. Daniela masih meringkuk di tempat tidur, tidurnya nyenyak. Melihatnya terlelap seperti itu aku merasa lega memberikannya tempat tidur, kemudian tersenyum. Karena sendi-sendi kakuku mulai mengendur, bertanya-tanya hendak melakukan apa selanjutnya, pintu diketuk dari luar.

“Ya.”

“Asagi? Selamat pagi. Tidurmu nyaman?”

“Pagi, Russel. Uh, mejanya nyaman sekali, ya.”

“Hahahahaha, senang mendengarnya. Dengar. Kami tuntas menangkap semua pria yang mengganggumu pagi ini. Mereka semua sudah dilempar ke penjara saat ini.”

“Aku tahu kau pasti menyelesaikannya.”

“Orang-orang itu, kami harus mengejar mereka ke seluruh kota. Ujung-ujungnya mereka lelah dan kami menghajar habis, lalu mengikat masing-masing orangnya. Kaga ada kerad-keradnya!”

Dia tertawa berisik. Sang Kapten berbeda dari anak buahnya. Penjaga semalam bisa belajar satu sampai dua hal darinya.

Tak lama Daniela bergerak.

“Mmmm … apa … suara itu ….”

“Selamat pagi, Daniela.”

“Mmmmmm …. Asagi … selamat ….”

Tampaknya dia tidak cocok dengan pagi. Kecantikan nan memikat kemarin sama sekali tidak kelihatan. Kini tersisa rambut acak-acakan dan mata kantuk menyipit.

“Ayo bangun. Kita harus mandi.”

“Mmmm ….”

Meraih tangannya dan membantunya berdiri. Kami menuju sumur di belakang yang aku gunakan kala pertama kali tiba di kota ini. Rasanya cukup familiar.

Seusainya kami mengunjungi ruangan Russel dan memberitahunya bahwa kami akan kembali ke penginapan buat sarapan. Rupanya Daniela tidak punya tempat tinggal, jadi dia menemaniku.

“Maaf … niatnya mau cari penginapan setelah kau pergi semalam.”

“Yah, bukan salahmu. Aku yang harus minta maaf lantaran melibatkanmu dalam urusanku.”

“Tidak. Yang penting kita berdua baik-baik saja.”

Katanya sambil tersenyum, mahluk malas pagi hari yang bersemayam dalam dirinya kini menghilang.


Menjelaskan situasinya kepada Maris di penginapan Spring Wind. Dia sangat-sangat senang orang-orang itu tidak menggangguku lagi. Selanjutnya memperkenalkan Daniela dan diputuskan bahwa ia akan tinggal juga.

“Aku berikan kesepakatan bagus sebagai teman Asagi!”

Diskon perkenalan biasa memudahkan keputusan Daniela.

Kami sarapan di sana, lanjut menuju pos penjagaan. Meskipun kali ini bukan dekat gerbang selatan. Namun pos pusat yang menghadap Guild Petualang di sentral kota. Tempat ini punya penjara bahwa tanah yang isinya si pemimpin kontol dan para pengikutnya mendekam, agar bisa menikmati malam bersama-sama. Kalau begitu kami wajib datang mengidentifikasi mereka.

Menjelaskan kejadian kemarin malam di konter kantor, cepatnya ada hubungan dengan Russel dan kami dituntun kepada orang-orang tersebut. Setelah melewati beberapa pintu, kami menyusuri lorong panjang yang mengarah ke tangga menurun. Udara mendadak sangat dingin.

“Asagi, kau yakin beneran orang-orang ini?”

“Ya. Mereka semua. Mereka hendak menyakitiku dan Daniela.”

Dari balik jeruji besi tebal duduklah para petualang, diikat tali dan memasang komuk pahit. Di sisi lain aku merasa kelewat gembira. Aku suka ini!

“Sial, goblok dah … hahahaha … kita apakan mereka?”

“Uh, maksudmu apa?”

“Aku punya wewenang tuk mengirim orang-orang ini ke tiang gantung. Mereka menghunus pedang. Semisal mereka siap membunuh, mereka harus siap mati juga.”

“Aaaahh ….”

Sejujurnya, hukuman kematian terlihat agak keras menurutku? Beneran. Aku tahu kami berada di dunia membunuh atau dibunuh. Tetapi masih ada rasa kemanusiaan yang tak dapat kukesampingkan.

“Apa tidak ada hukuman lain?”

“Ada sistem perbudakan bagi para kriminal. Tambang di Gunung Alessa selatan.”

Begitu. Sistem budak. Hidupku berada di abad dua puluh satu, bukan pemikiran yang baik. Tapi paling tidak tidak setuntas kematian. Yah, aku mengubah pikiran.

“Daniela. Bagaimana menurutmu?”

“Benar … aku pun lebih setuju menghindari pertumpahan darah tak berguna. Sekiranya kau satu paham, aku rasa dijadikan budak lebih memadai.

“Ya. Aku juga berpikir demikian. Maka itulah keputusan kami, Russel.”

“Dimengerti. Lisensi Petualang mereka akan dicabut dan atas belas kasih Asagi serta Daniela, dikirim bekerja di Alessa selama sepuluh tahun.”

Menghadap kami dan memberi hormat gagah sebelum nyengir-nyengir.

“Kau ini orang biak. Tapi berhati-hatilah kepada orang-orang yang mau memanfaatkannya. Dan datanglah padaku kapan pun kau memerlukan bantuan. Karena aku ‘kan selalu menjadi sekutumu.”

Share this post on:
Subscribe
Notify of
guest
2 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
dragon

min sekarang jarang update ada apa dengan mimin terutama yg ln ini