Share this post on:

Jack of All Trades

Hidup yang Transparan

Penerjemah: Capra Demon

Aku meninggalkan bengkel Kepala dan berjalan ke Guild. Kau hanya perlu mengikuti jalan depan bengkel dan menuju utara lurus saja hingga sampai. Kakiku terasa agak berat setelah tahu suasana apa yang menungguku di sana, tapi aku tidak boleh menahan ramuan ini selamanya. Kesegaran tanaman-tanaman ini penting.

“Aaaahhh … aku lelah …. Aku benci saat-saat ini ….”

Menggerutu tanpa sadar. Namun kehidupan seorang petualang adalah bagaimana diriku mendukung diri sendiri, penting untuk hidup.

Dan yang paling utama, segala hal tentang pindah ke dunia lain adalah sesuatu yang aku impi-impikan.

Tentu saja soal membunuh itu tidak termasuk. Hidupku di Jepang cukup damai. Jadi tak terlalu mengejutkan bila ada tantangan. Tapi setelah mesti bertahan hidup di hutan dan dataran tanpa peradaban, aku menyadari pentingnya bersikap rasional di mana pun berada. Begitulah kata hati kecilku. Namun sebabnya adalah aku tak berniat mengubah cara hidup ini. Walau hatiku terasa sedikit lebih berat.

Berdiri di depan Guild. Kau bisa mendengar suara mabuk bar dari luar. Aku menutup hati dan berjalan ke dalam.

“Ho, Asagi. Jadi kau kembali.”

“Gardo. Aku tidak tahu kau sudah balik.”

Keburuntunganku sepertinya bagus hari ini. Gardo ada di sini. Para petualang melotot kejam tapi aku abaikan saja. Nyatanya mereka tidak suka betapa akrabnya aku berbicara dengan Gardo.

“Semenit yang lalu, sungguh. Kau juga?”

“Yea. Aku memetik beberapa tanaman herbal.”

“Hehehe. Dasar pembohong.”

“Nggak bohong. Nih herbalnya.”

“Aku yakin kau melakukannya.”

Sial. Bahkan Gardo pun tahu. Oh, ya. Itu penting sih.

Misalnya, apabila aku cuma memetic tanaman dan meningkatkan level takkan cocok dengan peringkatku. Jika aku pergi dari hutan atau dataran di negara bagian ini, aku malah dihajar. Dalam hal ini memang tidak ada salahnya meningkatkan level dan cara bertarung di garda depan. Aku berspekulasi bahwa pemikiran ini adalah yang memisahkan Batu dari Permata.

Setelah Gardo melambaikan tangan dan pergi, aku ke sebelah Hadiah dan membuka ikatan karung yang aku ikat di pinggang lalu kuletakkan di atas meja.

“Aku Asagi. Baru saja kembali dari misi pencarian Tanaman Obat-Obatan.”

“Kerja bagus. Aku akan mengambil tanamannya dan kartu statusmu sekarang.”

Aku mengambil kartu itu dari saku dan menyerahkannya. Bendanya ringan nian.

“Ya, aku mengerti. Mohon tunggu sebentar.

Setelah ini mereka akan memeriksa keadaan tanaman dan menentukan harganya. Aku menunggu sampai selesai, mungkin juga makan makanan ringan bar. Tatapan para bangsat itu menggangu, tapi setidaknya hari ini mereka diam. Kalau dipikir, Ness tidak di sini.

“Permisi, apa kau punya makanan ringan?”

“Tentu.”

Duduk di konter bar dan memesan sesuatu yang dikunyah dari pelayannya. Beberapa pasang mata menoleh ke arahku tapi aku hampir tak memperhatikan. Ness betul-betul tidak di sini, ya.

“Ness tidak ada.”

Gardo memanggil dari meja. Tampaknya memperhatikan pencarian kecilku.

“Kelihatannya begitu. Agak jarang.”

“Yah, si bangsat itu dapat bayaran bagus hari ini. Jadi dia pergi ke rumah bordil.”

“Aye, hari ini dia cukup bertekad, soal akan memenangkannya hari ini …. Wah, aku yakin tanpa kau sadari dia akan kembali.”

Begitu … aku sedikit tertarik sama orang yang diminati Ness, tapi rumah bordil ini tidak. Penyakit itu bukan lelucon. Ini dunia sihir, mungkin ada semacam kontrasepsi dan obat ajaib, tapi aku tidak tahu terpercaya atau tidak …. Ditambah lagi, kedengarannya menyusahkan. Terlibat dalam masalah orang lain yang sepertinya sudah jadi aturan tersendiri menurut cerita-cerita mengenai dunia lain. Yah, aku tak dapat kondisi khusus sebagai seorang protagonis, mungkin aku aman-aman saja. Tetap saja ekstra berhati-hati adalah trik bertahan hidup.

“Ini!”

“Terima kasih.”

Aku menerima makanannya. Hidangan hari ini ayam panggang bertabur herbal, ya … aku suka yang satu ini. Mudah dimakan sebab tidak ada tulangnya. Lebih lembut pula daripada daging serigala dan berair sekali. Bumbu tajamnya merangsang perut lelah dan kosongku. Dalam waktu singkat kuhabisi.

“Tuan Asagi. Hadiahmu sudah siap. Apa kau di sini?”

Aku mendengar pekerja Guild memanggilku, aku buru-buru menyeka tangan dan mulut lalu meninggalkan sejumlah uang di meja kasir.

“Tuan Asagi.”

Pekerja Guild datang jauh-jauh ke bar dan melihat ke kiri dan kanan kemudian melihat diriku dan memanggil. Kami berjalan kembali ke konter.

“Tuan Asagi. Kau cukup dekat dengan peringkat berikutnya.”

“Beneran?”

“Ya, kau naik peringkat setelah menyelesaikan lima belas misi peringkat G. Jadi ada enam misi lagi. Walaupun ada metode berbeda.”

“Misi macam apa yang paling menonjol di peringkat berikutnya?”

Aku ingin tahu metode berbeda ini, tapi aku bisa menunggu. Ingin lebih efisien lagi saat mencapai peringkat F. Dan mencari tanaman mulai jadi sedikit membosankan.

“Misi yang paling menonjol di peringkat F adalah membunuh goblin. Para goblin menyukai mana di sekitar bagian selatan hutan. Kau tidak diizinkan pergi sampai sana sebelumnya.”

Setelahnya, dia menatapku dan tersenyum nakal. Manis sih, tapi ada makna di baliknya, ‘Aku tahu semuanya.’ aku tidak bisa bilang apa-apa jadi hanya tersenyum canggung dan menggaruk pipi.

“Hehe. Yah, aku akan membawakan hadihanya, jadi tolong tunggu sebentar.”

“Ahahahaha … terima kasih.”

Sungguh tidak menenteramkan. Aku menunggu dengan gelisah sampai karyawan Guild kembali membawa nampan yang atasnya kartu status beserta hadiah.

“Ini, hadiah setelah menyelesaikan misi. Seluruh tanaman yang kau kumpulkan mutunya sangat bagus. Pemilik toko obat selalu senang karenanya, jadi aku menambahkan sedikit bonus untukmu.”

“Terima kash banyak. Aku berniat mengumpulkan tanaman herbal lagi di lain waktu, jadi aku akan menjaga kualitasnya.”

“Baguslah. Petualang peringkat G lain hanya membawa kembali tanaman layu dan robek-robek ….”

Kenapa juga aku repot-repot memilih tanaman herbal! Mungkin itu yang ada di kepala mereka saat mengumpulkannya …. Idiot. Jauh lebih baik melakukan jenis pekerjaan santai ini dengan kehati-hatian.

“Terima kash sudah datang hari ini. Kami mengharapkan kedatanganmu lagi nanti.”

“Ya, terima kasih.”

Hadiahnya adalah empat puluh keeping tembaga dan bonusnya satu perak. Aku memasukkannya dalam dompet dan meninggalkan meja.

“Baiklah, hari ini tidak ada apa-apa lagi. Barangkali aku mesti kembali ke penginapan …. Demikian isi kepalaku dan begitu keluar Guild mendadak dikepung.

“Hei, Kelinci Hitam. Akhir-akhir ini bukannya kau jadi arogan?”

Seorang petualang tinggi yang pipinya terdapat bekas luka mengatakannya sambil menatap.

“Aku terbiasa ditanya-tanya dan aku bangga karena itu. Aku tidak sabar memetik tanaman herbal lagi besok!”

“Apa kau menghinaku, anak bocah!”

Tangan si pukimay itu mengulur dan dan hendak meraihku. Dia pelan. Jack of all Trade mengajarkanku bela diri melawan orang-orang ini. Aku menghindari lengan seperti yang ditunjukkan layar dalam kepalaku. Bergegas menyusup ke belakang dan kakiku menendang punggungnya sampai dia jatuh ke tanah. Sesudahnya, aku berbalik dan berlari ke kota.

“Aku kejar kau!”

“Setan, dia cepat amat ….!”

Mungkin mau memintaku menunggu, tapi tidak ada orang goblok di semesta ini yang melakukannya. Aku berlari ke kerumunan orang di tengah jalan menuju penginapan.

Selagi berlari, aku sekelebat melihat Ness berlinang air mata di jalan, mungkin hanya perasaanku saja.

Share this post on:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments