Share this post on:

Bonus Pemain Gim

Penerjemah: Y’shtola

“—cukup sudah. Serahkan sisanya padaku.”

“… maaf.”

“Kita tidak bisa berbuat apa-apa. Selamat tidur.”

Claymore, pasukan pertahanan pertama di area pertempuran Ke-28. Raiden Shuga, sang wakil kapten, berdiri dari kursi yang berderit.

Dia keluar dari kamar lusuh di barak, menyadari sesuatu, kemudian berbalik.

“Walaupun ada masalah, jangan masuk koneksi. Kalau masuk di kondisi kacau ini, nantinya membuat semua orang kebingungan.”

Tangan dekat selimut melambai lemah mengartikan dirinya paham, lalu Raiden menutup pintu.

Dia tiba di hangar, tempat beberapa anggota pasukan bersiap menghadapi serangan, mereka semua berbalik menghadapnya.

Tingkat kematian Prosesor teramat tinggi, dan di skuadron manapun, mereka harus bertarung dengan jumlah yang kian berkurang. Kali ini ada sedikit, bukan karena sebagian besarnya terbunuh dalam pertempuran, namun mereka memang sedikit, Shin sebagai anggota paling penting sedang terbaring di tempat tidur gara-gara flu. Bagi para Prosesor yang besar di lingkungan buruk dan perkembangan fisik tidak sempurna, flu sudah biasa kapan pun musim dingin datang.

Mengesampingkan para pemula tidak bisa diandalkan yang tak dianggap sebagai kekuatan tempur, Raiden sendiri sedikit terganggu sebab Shin dan Daiya tidak ada, meskipun wajahnya tak mengkhianati gagasan itu.

Oleh karenanya, mereka cuma bisa istrirahat sejenak. Tapi untunglah banyak veteran di sana.

Tak seperti mereka, kebanyakan skuadron mesti mengirim semua orang ke pertempuran, termasuk yang terluka dan yang sakit, praktisnya hukuman mati. Faktanya, sebagian besar orang yang dipaksa menghadapi serangan dalam kondisi seperti itu tidak pernah kembali dari medan perang.

TIba-tiba, dia mendapati seorang anak laki-laki yang tatapannya gelisah.

“… kita akan baik-baik saja, kan … meskipun pemimpin kita tidak ada …”

Anak itu barangkali tak bermaksud demikian, tapi Theo meringis, karena mereka masih dalam masalah sekalipun pemimpinnya hadir. Kurena yang seumuran anak itu, tiba-tiba sangat murka.

Pemimpin peleton anak bocah itu, Anju, tersenyum ramah.

“Sedikit nasihat untukmu karena kau suka dekat-dekat dengannya, Rito … kaulah yang pertama kali mati jika terlalu mengandalkan Shin dalam pertempuran.”

Ehhh, demikian Rito melebarkan mata. Di medan perang ini, pemimpin skuadron mereka adalah sekutu yang menakutkan.

“Kau harus mengutamakan perintah dan peringatan berdasarkan situasinya. Dan lagi, kau selalu saja dibantu. Bagaimanapun juga, anak-anak yang membuat keputusan sendiri dan tidak mengandalkan orang lain tidak bisa bertahan. Tapi … Shin, dan kami, tidak bisa selamanya melindungimu.”

Wajah kecil yang terlihat lembut dari seorang anak lelaki sebelum puber itu telah membeku, mengingat kenyataan yang mereka hadapi.

Medan perang yang mereka tinggali adalah medan perang yang setiap orang bisa mati semudah mereka berbohong.

Rito mau nangis, lalu Raido mengelus kepala kecil yang jauh lebih pendek darinya. Normal bagi wakil pemimpin melakukan itu, jadi dia tak lebih banyak bicara lagi …

“Yah, hari ini kita sudah cukup orang … jadi santailah, kami takkan membiarkanmu mati. Dia kelihatan tidak pedulian, tapi sebenarnya khawatiran.”

Jangan berkomunikasi kalau keadaanmu tidak baik, bung. Raiden betulan pengen mencekik Shin dengan kabel.

Seperti halnya perkataan Raiden, semua orang kembali dengan selamat sesudah mengalahkan Legion. Shin barangkali megnetahuinya, sebab dia sudah meninggalkan tempat tidur, dan tengah menunggu mereka. Raiden memberengut.

“Bukannya sudah kubilang kau harus istrirahat sedikit lebih lama lagi, idiot?”

“Perasaanku sedikit lebih baik. Lebih baik memberi tahu semua orang kabar buruk.”

Ucap Shin, kelihatan lebih segar ketimbang kondisinya di pagi hari, tapi masih menderita. Hal penting apa? Begitulah yang dipikir Raiden, setelah menelan suaranya.

“Kabar buruk?”

“Kita diberi tahu tempat pengerahan selanjutnya.”

Daiya yang ikut terbaring di tempat tidur, segera bangun. Mata biru riang biasanya sungguh-sungguh terjaga.

Pengerahan setiap area akan berlangsung setengah tahun, sebagai tindakan pencegahan terhadap para Prosesor yang berkonspirasi makar. Begitu jangka waktu tersebut berakhir, mereka akan dibubarkan sementara waktu kemudian dikelompokkan ulang. Shin dan Raiden sudah berada di skuadron ini selama lima bulan, dan tidak aneh mereka dikumpulkan kembali berikutnya dikerahkan ke tempat lain.

Raiden diam-diam balas menatap dengan tampang skeptis, dan Shin berkata dengan nada datar tak tergoyahkannya.

Mata merah darahnya sedikit beku.

“Termasuk aku, semua pemimpin peleton dan di atasnya ditugaskan ke pasukan pertahanan pertama, area Ke-1.”

Rito yang menguping tersentak. Raiden menyipitkan mata muram.

“Area pertempuran pertama, pasukan pertahanan pertama.”

“… Spearhead?”

Skuadron pertahanan yang letaknya paling depan, medan perang paling keras di seantero front timur.

Medan perang yang jumlah gugur dalam tugasnya paling tinggi dalam perang tanpa kematian.

Pemimpin skuadron mereka, diberi julukan Pencabut Nyawa, tersenyum tragis nan dingin, biarpun hanya sesaat.

Share this post on:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments