Share this post on:

Ankoku Kishi Monogatari ~Yuusha wo Taosu Tameni Maou ni Shoukansaremashita~ 

Volume 1 

Bab 4

[Ksatria kegelapan yang misterius]

 

Penerjemah : DarkSoul

Sudut Pandang Rekan Pahlawan, Sage Chiyuki

“Sedikit ke kanan, Chiyuki-senpai”

Sasaki Rino, dikenal sebagai Rino, mengatakan itu sambil menari-nari mengitariku.

Rino suka bernyanyi dan berdansa, dan sebenarnya bercita-cita untuk menjadi seorang model dansa dan bernyanyi di dunia kami.

Mungkinkah alasan itu adalah karena akhir-akhir ini dia tahu dia sering dipanggil sebagai Dewi dansa?

Dia selalu menjadi pusat perhatian kemana pun dia pergi karena dia terus berdansa selagi berjalan-jalan di tengah kota.

Masalahnya adalah pakaian yang tampak seperti rok mininya.

Karenanya, banyak kejadian dimana dia ditatap tidak senonoh oleh para pria.

Ketika aku memberitahu hal itu padanya, dia bilang dia tidak peduli pada hal-hal semacam itu karena dia sudah terbiasa, sepertinya orangnya sendiri tidak peduli pada hal itu.

Permodelan adalah pekerjaan yang tidak bisa orang lain lakukan kecuali mereka terbiasa dipandang oleh tatapan-tatapan tidak senonoh seperti itu.

Aku pasti tidak akan mampu menahannya, kalau aku jadi dia.

“Ya, sedikit lagi, Rino-san”

Aku mengangguk pada Rino.

Kastil Raja Iblis sudah tidak jauh lagi.

Kami bisa kembali ke dunia asal kami saat mengalahkan Raja Iblis Modes, yang tinggal di kastil itu.

Dan mengakhiri petualangan panjang ini.

“Ya, petualangan panjang nan menyakitkan ini pada akhirnya akan berakhir”

Reiji berkata begitu dengan suara yang dalam.

“Itu bohong, kaulah orang yang selalu menikmati petualangan ini bukan?”

“Apa aku kelihatan seperti itu bagimu?”

Ketika aku berkata hal itu padanya, dia balik menertawakanku.

Bagi dirinya, yang dipanggil sebagai Pahlawan cahaya, mungkin menikmati semua kejadian ini.

Atau tidak, bukan hanya dia.

Rino dan Nao juga menikmati ini.

Kami datang ke dunia ini sekitar enam bulan yang lalu.

Kami dipanggil oleh seorang wanita bernama Rena yang mengaku sebagai seorang Dewi.

Rena meminta kami mengalahkan Raja Iblis.

Situasinya mirip seperti yang ada di manga-manga.

Sejujurnya, kami merasa tidak enak. Yang dia lakukan adalah menculik. Tentunya merupakan sesuatu yang tidak dapat dimaafkan.

Tapi, Rena memberi tahu kami bahwa kami tidak bisa kembali ke dunia asal.

Dimintai permintaan oleh wanita cantik seperti dirinya, Reiji dengan mudahnya setuju untuk membantunya dan pergi mengalahkan Raja Iblis.

Karena alasan itulah, gadis-gadis lain juga terlibat dengannya.

Tapi, pada akhirnya, akulah satu-satuya orang yang tidak puas dengan situasi yang sekarang, Reiji, Nao, Rino, dan yang lainnya sangat menikmatinya, berkesempatan datang ke dunia yang seperti game ini.

Dan seperti itulah, petualangan kami dimulai.

Awalnya, aku merasa cemas.

Aku merasa cemas apakah kami bisa hidup di dunia ini.

Tapi kecemasanku seketika berakhir.

Di dunia ini kami kuat.

Setelah kami datang ke dunia ini, kekuatan fisik kami meningkat tajam bagaikan seorang superman.

Menurut penyelidikanku, kekuatan fisik kami yang meningkat sebanding dengan kemampuan kami di dunia asal.

Karena Reiji dan Nao, yang sejatinya mempunyai kemampuan fisik terbesar di antara kami semua di dunia asal, sekarang juga memiliki kemampuan fisik tertinggi setelah datang ke dunia ini.

Namun, bahkan Sahoko, pemilik dari kemampuan fisik terlemah dari kami semua, dapat dengan mudah melempar laki-laki dewasa dunia ini.

Hal lainnya adalah sihir.

Sepertinya hanya segelintir manusia di dunia ini yang bisa menggunakan sihir.

Dan kami, kami semua bisa menggunakan sihir. Terlebih lagi, kami bahkan bisa menggunakan sihir tingkat tertinggi yang tidak bisa digunakan oleh manusia di dunia ini.

Ngomong-ngomong, peringkat dari jumlah kekuatan sihir adalah aku, Sahoko, dan Reiji yang tertinggi, serta Nao yang terendah dari kami semua.

Aku masih tidak mengerti kenapa kami tidak bisa menggunakan sihir di dunia asal kami.

Tapi mengenai sihir, kami semua tidak bisa menggunakan sihir bertipe sama.

Aku tidak terlalu ahli dalam menggunakan sihir petir atau api seperti Nao dan tidak bisa menandingi sihir penyembuhan Sahoko. Malahan, Rino dan Sahoko tidak bisa menggunakan sihir perpindahan.

Rino adalah seorang pengguna sihir tipe Roh dan Sahoko pengguna sihir tipe penyembuh, Seperti yang dikatakan Nao. Lalu, aku adalah seorang pengguna sihir tipe kekuatan.

Kami, yang dapat dengan mudah mengendalikan kekuatan ini menjadi yang terkuat di dunia.

Khususnya Reiji, kemampuan bertarungnya sebagai seorang Pahlawan Cahaya yang dipanggil itu mengerikan. Sekali pun kami berlima membuat party, masih belum cukup untuk mengalahkannya.

Menurut Rena, tampaknya kekuatan bertarungnya sendiri sudah setingkat dengan Raja para Dewa, Oudith.

Meskipun tempat ini berbahaya untuk para gadis seperti kami, kami dapat dengan mudah melewatinya, semuanya berkat Reiji.

Petualangan ini tak lama lagi akan berakhir.

Kalau kupikir-pikir lagi aku rasa tidak apa-apa menjadi sedikit lebih serakah.

Bukankah itu wajar karena kami pada dasarnya dikembalikan ke dunia asal kami tanpa meminta upah?

Reiji tidak bisa meminta upah karena dia sudah siap menerima permintaan Rena, tapi masih belum terlambat biarpun kami meminta upahnya belakangan.

Mungkin kelemahan Reiji pada wanita cantik cepat atau lambat akan berdampak buruk padanya.

Kupikir merupakan hal yang bagus jika dia juga baik pada laki-laki, tapi sepertinya dia tidak tertarik sama sekali pada kaum Adam.

Sesuai dengan apa yang dia katakan, seorang pria harus menyelesaikan masalahnya sendiri, apa lagi dia hanya membantu gadis-gadis.

Tapi dari sudut pandangku, melihatnya menyelamatkan gadis-gadis imut pada waktu dan akurasi yang super tepat, hanyalah imajinasiku kan?

“Aku melihat kastil Raja Iblis~”

Nao yang baru saja pergi menganalisis situasi telah kembali.

Dia itu ahlinya melacak dan anggota eskul ladang di akademi kami, kemampuan fisiknya satu level dengan Reiji.

Terlepas dari nama panggilannya sebagai anak liar akademi, dia sebenarnya adalah gadis yang imut saat kau mengenalnya.

 

Kalau dalam game, job yang diambilnya adalah Pencuri atau Penyerang, jadi soal mengintai seperti ini serahkan saja padanya.

“Bagaimana situasinya, Nao-san?”

“Uh~n, tidak ada jebakan dan mereka bahkan tidak memperkuat pertahanan mereka dengan pasukan tambahan. Kurasa oke-oke saja meneruskan perjalanan”

“Tapi ini kan benteng pertahanan terakhir mereka, bukankah itu aneh?”

“Apa mereka berlindung di dalam karena takut pada kita?”

Ucap Rino dengan nada yang tidak meyakinkan.

“Sederhananya, mungkin tidak ada tentara yang melindungi bentengnya, kan? Maksudku, bukankah kita baru saja mengalahkan pasukan yang mengaku-ngaku sebagai Ordo Ksatria Kegelapan kemarin. Kendati kemunculan mereka begitu, kau mungkin menyangka bahwa mereka adalah yang terakhir……..”

Kata Shirone pesimis.

Keluarga Shirone mendirikan dojo Kendo, dan dia juga mempelajari Kendo.

Dia sudah menjadi salah satu ahli pedang terkuat di dunia ini, dan dia adalah orang kedua terkuat setelah Reiji, kalau kami semua bertarung tanpa menggunakan sihir sih.

Ketika aku melihat sosoknya bertarung, rambut kuncirnya melambai-lambai seolah sedang berdansa.

Ditambah lagi, dia mengenakan armor ringan sehingga gerakannya lebih cepat.

Reiji menyarankannya untuk mengenakan armor bikini, tapi hasilnya sudah jelas, Shirone langsung menolak saran itu.

Ngomong-ngomong, dia menyebutkan Ordo Ksatria Kegelapan yang kami lawan empat hari silam.

Reiji mengambil langkah yang berbeda saat itu dan persoalan kami yang tidak mampu bertarung tanpa Reiji adalah masalah besar.

Khususnya orang yang dipanggil Runfeld – atau seseorang yang mengaku sebagai pemimpinnya, dia kuat, ilmu pedangnya setara dengan Shirone, dan mempunyai daya tahan sihir yang tinggi, saat itu kami terdesak.

Reiji, yang menyadari situasi kami, tiba-tiba mengalihkan badannya lalu segera menyelamatkan kami. Runfeld melarikan diri sambil mempertahankan hidupnya.

Ordo Ksatria Kegelapan hampir dibantai oleh serangan balik Reiji dan hanya beberapa dari mereka yang bertahan hidup.

“Aku merasa seakan kita bukanlah yang terbaik, tapi……….”

Sahoko berkata begitu.

Dialah orang yang paling benci bertarung, di antara kami.

Dia adalah gadis lembut yang akan menyembuhkan luka atau penyakit kapan pun dia punya waktu luang.

Dia disebut-sebut sebagai ‘Saint Penyembuh’

“Ya, mereka sepertinya tidak mempersiapkan perlawanan apa pun, dan akan merepotkan kalau hanya Iblis-iblis lemah saja yang mendatangi kita”

Aku setuju dengan Sahoko.

“Nah, seharusnya kita akan mengetahuinya tak lama lagi. Semuanya, ayo pergi!!”

“O~h!”

Rino dan Nao berteriak setuju terhadap ucapan Reiji.

Kami pergi ke kastil Raja Iblis.

Beberapa menit kemudian.

Kami sampai di Gerbang Utama kastil tanpa menemui masalah apa pun.

Tidak ada tentara. Tapi, ada seseorang yang mengenakan baju zirah hitam pekat sedang berdiri di tempat itu.

“Ksatria…Kegelapan?”

Soskoknya hampir menyerupai Ksatria Kegelapan yang kami lawan sebelumnya.

Meskipun kami tidak bisa melihat wajahnya karena kepalanya ditutupi dengan helm, sepertinya dia bukan Runfeld.

Tapi, kenapa dia sendiri?

Semua orang memiringkan kepalanya, kecuali aku.

Ksatria Kegelapan yang berdiri sendiri di sana adalah musuh kami.

Apa sih yang dipikirkan Raja iblis.

Ksatria Kegelapan menarik pedangnya.

“Namaku adalah Diehart, sang Ksatria Kegelapan ! Pahlawan Reiji, aku manantangmu berduel denganku!”

 

Sudut pandang anak muda yang menjadi Ksatria Kegelapan , Kuroki

 

Aku berdiri di depan mereka dan mengenalkan diriku sambil mengenakan baju zirah Ksatria Kegelapan yang membungkus tubuhku.

Aku mengayun-anyunkan pedang di tanganku.

Pedang ini adalah pedang terkutuk yang diberikan oleh Modes. Aku diberitahu bahwa tingkat ketajamannya tergantung pada kekuatan sihir pemiliknya.

Bilah pedangnya berwarna hitam dengan beberapa pola-pola merah yang ditempa di bagian luarnya.

Memegang pedang beneran rasanya berbeda dengan memegang Shinai.

Rasanya mirip seperti memegang Katana di Jepang.

Pedang ini, pedang yang terhunus ini, berbeda dari Katana yang saat itu kupegang, pedang ini mungkin benar-benar bisa membunuh orang.

Pada akhirnya, aku tidak bisa menolak permintaan Modes.

Aku hanya tidak bisa menolak permintaan dirinya yang menyedihkan.

Terlebih lagi, aku ingin menertawai diriku ketika aku menyatakan diriku sebagai Diehart.

Diehart. Itu adalah nama antagonis anime yang aku tonton dulu.

Dia adalah badut sombong yang dapat dengan mudah dikalahkan oleh sang Pahlawan.

Nama itu cocok dengan aku yang sekarang.

Aku menyamakan namaku sendiri dengan nama antagonis anime, karena aku tidak ingin orang-orang menyadari bahwa aku adalah Kuroki, apa lagi Shirone.

Helm yang diberikan oleh Modes adalah helm yang digunakan sebagai perlengkapan pertahanan Ksatria Kegelapan dan tipenya menutupi seluruh wajahku.

Aku memilih yang satu ini agar Shirone tidak mengetahui bahwa itu adalah aku.

Sepertinya helm ini dilengkapi dengan sihir yang tak akan menghalangi suaraku meski aku memakai helm.

Lalu, sihir ini juga sedikit mengubah suara normalku.

Suaraku yang biasa akan terdengar sebagai suara yang berbeda oleh orang lain selama aku mengenakan helm ini.

Dan, ada batu permata merah yang tertempel di bagian mata helm ini. Sepertinya berefek melindungi mataku dari serangan sihir yang mempengaruhi pandanganku.

Terlebih lagi, walaupun permata merah itu menutupi mataku, jarak pandangku lebih lebar dari yang biasanya, karena sihir.

Aku bisa melihat mereka dari helm ini.

Orang dengan rambut yang mempesona dan panjang adalah Mizuouji Chiyuki.

Gadis dengan kecantikan yang menyejukkan di sana adalah teman masa kecil Reiji, Yoshino Sahoko.

Salah satu dari dua adik kelasku, seorang model, Sasaki Rino.

Yang satunya lagi adalah anak liar akademi dan juga ketua eskul melacak dan eskul ladang, Todoroki Naomi.

Kemudian, teman masa kecilku, Akamine Shirone.

Mereka semua membuat pasukan yang berisikan cewek-cewek cantik. Mereka mengelilingi Reiji.

Shirone berdiri disamping Reiji.

Jujur saja, aku tidak ingin melihatnya berdiri di samping Reiji.

Maka dari itu aku tidak ingin melihatnya.

Tidak kusangka aku akan melihat adegan itu hari ini.

Aku melihat Reiji.

Pola-pola emas terukir di depan baju zirah putih murninya.

Dia mengenakan cincin emas dengan permata biru yang tertanam di atasnya.

Ada mantel merah tua mewah yang terlampir di punggungnya.

Benar-benar sosok ideal Pahlawan Cahaya yang dipanggil oleh sang Dewi.

Sejujurnya, kurasa dia keren.

Di sisi lain, aku yang merupakan bawahan Raja Iblis. Berdiri sendirian tanpa seorang pun rekan di sampingku.

Apa-apaan dengan perbedaan ini. Situasi tragis ini membuatku ingin menangis.

“Semuanya, mundurlah”

Sudah kuduga, Reiji menyuruh gadis-gadisnya mundur.

Sepertinya dia mengabulkan tantangan bertarung satu lawan satuku.

Aku sangat tertekan saat aku berdiri di hadapannya.

Sekarang, aku mulai menyesali keputusanku.

Kenapa aku tidak membatalkannya saja.

Ini bukan sebuah pertandingan tapi pertarungan sampai mati.

Meski begitu, aku tidak mau mati.

Aku ketakutan.

Firasatku mengatakan aku akan dibantai dengan menyedihkan.

Tolol, aku benar-benar tolol.

Bahkan pada saat ini pun, aku masih bisa membuang pedangku dan memohon ampun pada musuhku.

Tapi, kenapa aku malah makin mempererat genggaman pedangku.

Reiji juga menarik pedangnya.

Bilah pedangnya memancarkan cahaya terang. Sepertinya musuhku juga memiliki pedang sihir.

“Akan kuakhiri dengan satu serangan”

Reiji tersenyum segar. Senyum itu merupakan bentuk kepercayan dirinya yang paling maksimal, percaya bahwa dia pasti tidak akan kalah.

Ini adalah pertarungan kedua kami. Aku rasa senyumnya mirip dengan senyum di pertarungan pertama kami.

Kami menatap satu sama lain selama beberapa detik.

“Jika kau tidak menyerang, maka aku yang akan menyerang!”

Yang pertama bergerak adalah Reiji.

Reiji menghentakkan tanah dan dengan sekejap memperpendek jarak di antara kami. Kecepatannya jauh lebih cepat dari Runfeld.

Tapi, aku tahu gerakannya tidak jauh berbeda dari gerakan yang aku tonton di gambar Mona.

Reiji tiba-tiba menghilang saat dia tepat berada di depanku.

Aku juga sudah memperkirakan gerakan itu. Itu adalah gerakan yang mengalahkanku dulu.

Aku memegang pedang di tangan kananku.

Gelombang kejut mengalir di bilah pedangku. Pedangku menangkis serangan Reiji dengan memutar pergelangan tangan dan pinggangku sembari menyeret kakiku ke samping.

Walaupun kuda-kuda Reiji goyah karena tangkisanku-

“Oops!”

Kuda-kuda seseorang pasti akan tumbang jika sedang berada di situasi yang sama dengannya. Reiji ini memulihkan kuda-kudanya dengan memutar tubuhnya…

Betul-betul mirip seperti gerakan monyet. Reflek macam apa yang dia punya?

Ketika Reiji memperoleh keseimbangannya, dia mulai menyerang dari depan.

Aku tak akan menghadapi serangan itu dari depan, aku menangkisnya dengan memutar pedangku lalu bergerak menyelip ke samping supaya keseimbanganku tidak goyah.

Gerakan selip samping adalah sesuatu yang aku pelajari baru-baru ini setelah latihan sulit nan panjang.

Reiji, yang keseimbangannya mulai goyah, bergerak ke samping.

Tepat seperti itu, pedang kami mulai bersilangan lagi.

Setiap kali pedang kami saling berbentrokan, pikiranku makin kosong.

Suara dari pedang kami yang berbentrokan satu sama lain terdengar keras dan jelas.

“Kuh!”

Lalu, dalam keadaan serangan bertubi-tubi yang dilancarkan Reiji padaku.

Serangan ceroboh Reiji tertuju padaku disertai suara tidak sabar.

Aku dengan alamiah mengayunkan pedangku sambil menghindari serangan ceroboh itu, pada saat-saat terakhir.

Perasaan dari pedangku yang mengiris sesuatu, mengalir ke dalam tanganku.

Aku merasa seolah-olah saat itu waktu telah berhenti.

Pedang yang aku ayunkan mengiris tubuh Reiji dari bahu kanannya sampai pinggang kirinya.

Mungkin luka yang fatal, namun, tidak bisa membelah tubuhnya jadi dua.

Darah mengucur dari lukanya.

“E~h…..”

Wajah Reiji tampak tidak percaya ketika dia melihat tubuhnya sendiri.

Kemudian, perlahan-lahan roboh kebelakang.

“Reiji-kun!”

“Reiji-kun!”

“Reiji-senpai!”

“Reiji-kun!”

“Reiji-kun!”

Lima teriakan terdengar secara bersamaan.

Gadis-gadis itu bergerak.

Aku mundur ke belakang saat merasakan naluri membunuh mereka.

Saat itu juga, bongkahan api besar mendarat pada tempat dimana aku berdiri barusan.

Tanpa kusadari, Raksasa yang terbuat dari api besar itu berdiri dihadapanku.

Yang berdiri disampingnya adalah Sasaki Rino.

“Majulah, Raja Api!!!”

Ketika dia meneriakkan hal itu, raksasa api itu datang menyerangku.

Aku merasakan bahaya yang datang ke arahku, mengulurkan tangan kiriku yang sedang tidak memegang pedangku, ke depan.

“Wahai Api Hitam!!!”

Api hitam keluar dari tanganku, melindungiku dari serangan raksasa itu.

Itu adalah satu-satunya sihir yang aku ingat sebelum pertarungan ini.
“Rei-kun!! Sembuhkan lukanya, Teknik Penyembuh”

Yoshino Sahoko bergegas pergi ke sisi Reiji yang pingsan.

“Semuanya!! Berkumpullah di sebelah Reiji-kun!!”

Gadis-gadis itu berkumpul ke sebelah Reiji ketika mendengar suara panik Mizuouji Chiyuki itu.

“Pindah (Teleport)!”

Serangan Raksasa api itu berhenti hampir pada saat yang sama ketika aku mendengar suara Chiyuki.

Ditambah lagi, aku tidak melihat jejak mereka, padahal mereka tadi ada di depanku.

“Apa aku menang…”

Tubuhku gemetaran ketika aku menggumamkan perkataan itu.

Hanya itu saja, aku jatuh berlutut.

Share this post on:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments