Share this post on:

Tragedi di Mansion Roswaal

Penerjemah: DarkSouls

Melihat wanita berdiri di ambang pintu, keringat dingin menjalar ke seluruh tubuh baru.

Bahkan bagi Subaru, yang sudah mengalami begitu banyak keputusasaan dan kematian sejak dia datang ke dunia lain, mahluk yang satu ini memancarkan aura kengerian aneh.

Dengan mengenakan jubah berbulu hitam, tubuh lengkung seksinya diselimuti dengan pakaian hitam legam. Warna yang sama dengan rambut hitam Subaru, sangat jarang di dunia ini ada orang yang mengepang rambutnya. Ujung sudut matanya menatap ke bawah, sementara senyum menggodanya menghiasai wajah lembutnya.

Kalau bukan karena pisau berdarah-darah yang teruntai-untai di tangannya, dia pasti sudah langsung dianggap sebagai seorang wanita anggun—bukannya monster pembunuh yang merupakan mimpi terburuk Subaru. Pembunuh pertamanya. Pemburu Perut : Elsa Granhiert.

“Bagaimana bisa…kau ada di sini!?”

“Aduh, aduh, aku bertanya-tanya di mana aku pernah mengendus bau itu dulu? Apa tubuhmu sudah kau rawat sejak kita berpisah? Apa kau sudah menjaga baik-baik perutmu untukku?”

Seakan baru menyadari kehadiran Subaru yang diam seribu kata, Elsa mengangkat alisnya dan memiringkan kepalanya.

Hanya dari jawaban atas pertanyaan Subaru, sudah jelas bahwa tidak ada lagi yang bisa dibicarakan oleh mereka berdua. Menjaga perut bukanlah sesuatu yang disarankan seseorang. Mendengarnya meminta sesuatu semacam itu akan membuat kesan di benak Subaru bahwa wanita ini adalah orang gila.

Terlebih lagi, dia adalah wanita gila yang berbeda jenis dengan Petelgeuse Romanee-Conti.

Subaru merasa semua otot di tubuhnya menguat, saraf-saraf Subaru menegang pada setiap gerakan yang Elsa lakukan.

Tapi kekuatan tempur wanita gila ini sangat kuat, dia dipukul keras-keras oleh sang Pedang Saint, Reinhardt, dan dia masih hidup. Tidak peduli seberapa keras Subaru menajamkan sarafnya, kemungkinan besar Elsa masih tetap dapat membunuhnya sebelum Subaru bereaksi apa pun.

“—Siapa yang mengizinkanmu masuk kesini, kayaknya” tanya Beatrice.

Tiba-tiba, terdengar suara dari belakang Subaru, menanyai Elsa.

Orang yang menanyai pertanyaan ini adalah Beatrice. Dia masih sama seperti yang sebelumnya, menghadap Subaru, air matanya juga sudah menghilang dari matanya.

Mendengar pertanyaan gadis itu, Elsa menyibakkan rambutnya hitam panjangnya.

“Pintunya tidak terkunci atau semacamnya, yang kulakukan hanyalah membuka pintunya dan masuk kesini, jika kalian benar-benar sedang berbicara serius, lain kali seharusnya kalian mengunci pintunya.

“Bukan itu yang kumaksud. Ini adalah Perpustakaan Terlarang Betty, dan kau masuk tanpa izinku…selain pria ini, tidak banyak orang yang bisa masuk begitu saja, kayaknya. Bagaimana bisa kau masuk ke sini”

“Ah, sederhana sih” kata Elsa

Ketika Beatrice mengingat-ingat pengecualian Door Crossing (Lintasan Pintu) Subaru, Elsa mengangguk seolah memahami pertanyaannya. Lalu, Elsa menunjuk ke arah pintu yang terbuka.

‘Sihir ruang isolasimu…menggunakan pintu sebagai perantaranya kan? Mantra penghubung pintu yang menghubungkan pintu tertutup dengan pintu tertutup lainnya”

“Ya. Perpustakaan Terlarang berpotensi terhubung ke pintu mana pun di Mansion. Mustahil untuk menemukannya tanpa seizin Betty, kayaknya. Jadi bagaimana kau…”

“Kalau begitu gampang sih. Mengingat sihirmu menggunakan pintu yang tertutup sebagai perantaranya…jika aku buka semua pintunya, seharusnya menghilangkan kemungkinan lainnya kan?”

“—————–!” kejut Beatrice.

Elsa menjelaskan cara ampuh menyingkirkan Door Crossing pada Beatrice.

Persis seperti yang Elsa katakan. Door Crossing Beatrice merupakan sihir ruang isolasi yang menghubungkan pintu tertutup dengan pintu tertutup lainnya. Hanya itu saja, tidak bisa terhubung dengan pintu yang sudah terbuka. Karena pintu di Mansion terbatas, saat seluruh pintunya dibuka, pintu terakhir yang tersisa akan membawamu pada Perpustakaan Terlarang. Tapi, untuk melakukan ini.

“Kau harus membuka semua pintu di Manison…dan tak ada seorang pun yang menghentikanmu…?”

Ketika Subaru berkata begitu, dia menyadari betapa bodohnya dia.

Atau lebih tepatnya, Subaru tidak ingin menerima kenyataan yang sebenarnya.

“Di…pisaumu…darah siapa itu?” tanya Subaru

Bilah pisau Kukri Elsa dilapisi dengan darah kering. Menilai dari tetesan darah dari ujung bilahnya, seseorang pasti berpikir bahwa Elsa pastinya sudah memotong mangsanya. Karenanya, dikombinasikan dengan asumsi Subaru, sudah membuatnya membayangkan hal yang terburuk.

Melihat tirisan warna dari bibir Subaru, jari Elsa menelusuri bilah pisaunya, kemudian menjilat jarinya yang dilumuri darah sampai bersih.

“Siapa ya?” ucap Elsa

“Kau…”

“Kuberi kau petunjuk. Dia mengenakan pakaian pelayan”

Ada tiga orang di Mansion. Mereka semua mengenakan pakaian pelayan. Mungkin tidak semua, Rem tidur dengan baju tidurnya. Jadi Rem tidak termasuk. Jadi hanya ada dua.

“Petunjuk kedua, rambutnya tidak panjang”

Rambut Petra panjangnya sebahu. Rambut Frederica tidak panjang.

—Subaru menarik nafas, hendak berteriak.

“Petunjuk ketiga—‘Subaru, Subaru!’ Teriaknya sebelum mati”

“ELSAAAAAAAA–!!!” teriak Subaru.

Menggertakkan giginya sambil merendahkan kuda-kudanya, Subaru menyerbu Elsa dari depan. Elsa dengan santai melemaskan tubuhnya untuk menanggapi serbuan Subaru, menghunuskan ujung bilah pisau di tangan kanannya pada mata Subaru—

“—Ara?”

“Memangnya ada orang yang menyerbu monster sepertimu dari depan!”

Elsa mengerang seolah terkejut.

Di depannya, Subaru menjatuhkan tubuhnya, menekan tangannya ke lantai sebelum menempelkan tubuhnya ke permukaan. Yang terlihat di tangan Subaru adalah tumpukan-tumpukan halaman Kitab yang berterbangan.

Dalam sekejap, puluhan halaman putih menghalangi pandangan Elsa pada Subaru. Menarik nafas dengan cepat, Subaru memfokuskan setiap ons mananya ke pusat perutnya, dan.

“—SHAMAC!!!” rapal Subaru!!!!”

Asap-asap hitam mengepul, benar-benar menutupi jarak antara Elsa dan Subaru.

Meskipun lebih pekat ketimbang Shamac yang Subaru gunakan pada Julius, Subaru tahu dari pengalamannya bahwa Shamac akan berguna melawan Elsa. Tidak seperti yang terakhir kali dia gunakan, ketika Subaru menghabiskan seluruh mana di tubuhnya, kali ini, hanya mengakibatkan rasa lelah biasa, menunjukkan bahwa Subaru semakin ahli memanfaaatkan mananya.

“Beatrice!” panggil Subaru.

Dengan cepat berbalik, Subaru mengenggenggam tangan Beatrice yang sedang melongo. Meskipun untuk beberapa saat Beatrice menentangnya, dia tidak bisa melepaskan cengkeraman Subaru.

Dengan paksa menarik tubuh tanpa bobot itu, Subaru memeluk gadis kecil itu dan menenggelamkan dirinya ke Shamac.

—Kebingungan. Tidak bisa melihat apa pun, suara, sensasi, yang terlihat hanyalah kegelapan.

Subaru hanya bisa merasakan langkah kakinya, pijakan kaki pertama dan keduanyalah satu-satunya sesuatu di dunia yang Subaru rasakan, Subaru tearasingkan dari dunia. Kaki kirinya memijak. Subaru terhubung dengan dunia. Kaki kirinya terangkat. Subaru tidak merasakan apa-apa. Kaki kanannya memijak. Subaru terhubung. Subaru merasa ada sesuatu yang bergoyang-goyang di tangannya. Tapi Subaru tidak melepaskannya. Subaru tidak boleh meninggalkannya sendirian. Subaru terhubung. Dia terhubung. Dia terhubung.

“Phahhh—–!”

Di saat berikutnya, seakan memunculkan kepalanya dari kedalaman air, kegelapan tiba-tiba mmebuyar.

Penglihatannya jelas, Subaru mendapati dirinya berada di lorong Mansion. Karpet merah yang menghiasi aula mengartikan bahwa mereka sudah keluar dari Perpustakaan.

Mereka sudah melewati Elsa di pintu Perpustakaan dan berhasil kabur.

“Aku tahu itu akan berhasil—!”

Subaru tahu ketika dia masuk ke dalam Shamac dari depan, Elsa pasti akan melemparkan senjata-senjatanya ke Subaru dari tabir asap, menyangka bahwa Subaru pasti melarikan diri. Melampaui perkiraan Elsa, Subaru melewatinya dan pergi menuju pintu yang terbuka.

“Ingin kuberkata, “berhasil”, tapi…”

Ini bukanlah waktu untuk merayakan keberhasilannya.

Subaru tidak tahu berapa lama Shamac akan bertahan, tetapi begitu Elsa menyadari bahwa Subaru tidak ada di depannya, dia akan kembali mengejar Subaru.

Dengan kasar menendang pintu yang tertutup di belakangnya, Door Crossing terputus. Tapi tergantung Beatrice sendiri, Subaru tidak yakin apakah Perpustakaan Terlarang masih terhubung dengan daerah sekitarnya.

“Beatrice! Hubungkan pintunya dengan ruangan mansion yang berbeda…”

“Sudah kulakukan sebelum kau memberitahuku, kayaknya. Juga, tutup pintu-pintu di sekitar kita, itu akan mengulur waktu”

“Oh, benar juga!”

Menjawab kata-kata penuh hina gadis di tangannya itu, Subaru bergegas menutup pintu yang ada di dekatnya. Selagi menutup setiap pintu, Subaru mengintip ke dalam, tapi tidak menemukan catatan apa pun.

Subaru tidak tahu apakah perkataan Elsa bisa dipercaya, tapi—

“Harus melakukan apa…harus melakukan apa harus melakukan apa harus melakukan apa harus melakukan apa—” keluh Subaru

Pertanyaannya tidak ada habisnya.

Kenapa Elsa datang sekarang? Dari semua kematianku, hanya kali ini dia paling cepat datang ke Manison. Ini adalah hari keenam, dulu keempat, dulunya lagi kedua—tidak peduli kapan pun, serangan Elsa selalu terjadi pada hari Subaru datang ke Manison.

Subaru sudah mencurigai ini sebelumnya. Tapi sekarang, mendengar pernyataan Elsa di Perpustakaan, kecurigaan itu sudah berubah menjadi keyakinan.

Tapi kalau itu masalahnya, terus kenapa—

“Kenapa tidak tunggu saja satu hari kemudian…atau tunggu beberapa jam lagi!”

Malam itu, Petra seharusnya sudah kembali ke desa.

Subaru sudah berfirasat bahwa Elsa akan menyerang Mansion. Pemandangan mayat tak bernyawa Petra masih terbayang-bayang di matanya. Jadi kali ini Subaru memutuskan untuk menempatkannya jauh dari pusat pembantaian. Meski demikian, sang Iblis tiba lebih cepat dari rencana penanggulangannya, dan gadis itu tidak bisa menghindari takdirnya.

“Masih belum berakhir. Tidak boleh menyerah sekarang. Walaupun Elsa punya kekuatan yang OP. Bagaimana bisa aku kehilangan harapan…!”

“Itu bukan harapan, karena kau tidak bersedia untuk melepaskannya, kayaknya …”

“Bacot! Diam dan biarkan aku membopongmu! Si gila itu ingin membunuhmu juga tahu. Dia adalah wanita mesum yang akan membelah perutmu dengan pisaunya dan sange dengan melihat apa yang ada di dalamnya!”

“Ingin melihat usus seorang Roh…seleranya buruk”

Selagi Subaru bergumam setuju, Beatrice tiba-tiba terlepas dari tangannya dan mendarat di lantai lorong. Dia dengan lembut menepuk-nepuk gaunnya, dan,

“Sekarang, rencanamu bagiamana, kayaknya?” tanya Beatrice.

“Bukan soal apa yang kurencanakan. Prioritasnya adalah untuk memeriksa apakah Petra dan Rem aman. Setelah itu…pokoknya, kita akan kabur dari Mansion bersama. Kecuali kau ingin melawannya”

“…Kalau dia datang untuk membunuh Betty, dan aku tidak melawan balik, maka harapanku terpenuhi…”

“Aku tahu kau pasti berkata begitu, karena alasan itulah aku membawamu…jika kau masih tidak ingin menghempiskan pemikiran itu, akan kupaksa kau keluar dari sini. Jadi pilih yang mana?”

Menatap Beatrice yang tingginya hampir setengah badannya, Subaru memaksanya untuk memilih. Begitulah, Subaru tidak benar-benar memberikannya pilihan. Meskipun Beatrice memilih untuk tetap tinggal, Subaru tetap akan membawanya dengan paksa. Seakan memahami niat Subaru, Beatrice mendesah nafas panjang.

“Kendati aku tidak bisa memilih tempatku mati, setidaknya aku harus memilih siapa yang membunuhku, kayaknya” tutur Beatrice.

“Bagaimana jika kita bicarakan itu ketika kita sampai di suatu tempat yang aman. Ayo pergi!”

Mendapati Beatrice yang bersedia mengikutinya, Subaru menggenggam tangannya dan mulai berlari. Tertinggal di belakang karena pakaiannya yang ribet, Beatrice kesulitan mengikuti Subaru dikarenakan langkahnya pendek. Mereka tidak secepat sebelumnya,

“Aaaargh, ayolah! Kubopong kau!”

Subaru mengangkatnya dan sekali lagi membopongnya.

Beatrice jauh lebih ringan dari kelihatannya. Subaru tidak tahu apakah ini karena dia merupakan seorang Roh, atau mungkin karena pertumbuhannya yang sudah terhenti.

“….Lepaskan aku dong”

“Kalau kau berlari dengan kecepatanmu yang tadi, Elsa akan langsung menangkap kita! Lebih cepat jika aku membopongmu! Lagi pula—!”

Walaupun Beatrice menolaknya, tangannya mencengkeram bagian depan jaket Subaru seakan sedang mencari sesuatu tuk dijadikan sebagai pegangan. Menyadarinya, Subaru terdiam, tidak menanggapi, komplain maupun mengomentari hal ini.

Sudah cukup, pikir Subaru.

“Ngomong-ngomong, sebelum Elsa muncul…kita harus mencari Petra dan Rem!” ucap Subaru

“Kupikir masih ada satu pelayan lagi di Mansion”

“Frederica…lebih baik kita tidak menemuinya sekarang…kupikir begitu…”

Diikuti dengan kata-kata terakhir Subaru, sambil menampik pelayan berambut pirang itu di pikirannya.

Beatrice mengerutkan alisnya karena reaksi Subaru, tapi tidak mengatakan apa-apa.

Saat ini, Subaru tidak ingin menemui Frederica. Saat dia memastikan bahwa kedua gadis itu aman, Subaru akan mencari Frederica dan memintai bantuannya.

Kalau apa yang dibayangkan Subaru itu benar, maka dia juga yakin akan hal itu—

※ ※ ※ ※ ※ ※ ※ ※ ※ ※ ※ ※ ※

—Petra berada di meja makan, terbaring di samping peralatan makanan.

Taplak meja putih yang diwarnai merah tua dengan Petra di tengahnya. Beberapa waktu telah berlalu, dan darah yang tumpah mulai menghitam, malah tambah membuat pemandangannya menjadi lebih mengerikan.

“Pet…ra…” panggil Subaru.

Dengan langkah yang goyah, Subaru pelan-pelan mendekati meja.

Yang terbaring di tengah-tengah adalah Petra. Terlihat ekspresi kesakitan dan ketakutan serta air mata beku di wajahnya yang cantik, matanya masih terbuka seakan-akan mencari sesuatu. Darah masih mengalir dari sudut bibirnya yang setengah terbuka, luka dalam terbuka di pinggangnya.

Pakaian pelayan yang mempercantik dan mempermanisnya, tampak bagaikan peri ketika dia berputar-putar mengelilingi Subaru—pakaian itu dipotong terbuka dari dada sampai perut bagaian bawah, sementara darah dan usus bersimbah ruah keluar dari perut gadis itu, membuat tubuhnya semakin ringan.

“——-ug”

Sesuatu naik di dalam tenggorokannya. Bukan muntahan, tapi tangisan.

Subaru merasa bagian dalam matanya terbakar, dan sebelum gejolak itu menjalar, Subaru menyentuh wajah Petra. Ekspresi Petra masih terpilin dan membeku karena ketakutan. Yang paling bisa Subaru lakukan hanyalah menutup matanya, Subaru melepaskan jaketnya dan menutupi tubuhnya.

Berapa kali Subaru gagal menyelamatkannya, dan terpaksa melakukan penebusan dosa ini?

Berapa kali Subaru tahu bahwa ini akan terjadi dan masih saja membiarkan anak ini mati?

Dan berapa kali gadis ini harus menderita sia-sia karena rasa sukanya pada Subaru?

“Maafkan aku…maafkan aku, maafkan aku…Petra…” mohon Subaru.

Bahkan ucapan maafnya terdengar hampa.

Tanpa seorang pun yang melindunginya, Petra bertemu dengan pembunuh tersembunyi di sini, dan tanpa ampun dibunuh sambil memanggil-manggil nama Subaru.

Hati Subaru mungkin hancur karena kesedihan. Tapi dirinya dipenuhi dengan amarah.

Jika kebencian bisa membunuh seseorang. Subaru pasti dapat membunuh Elsa jutaan kali sebelum kebenciannya mereda.

Sebanyak itulah dosa yang telah diperbuat Elsa. Dan Subaru akan membuatnya menyadarinya, tidak peduli apa pun yang terjadi.

“Maka dari itu, aku tidak boleh membiarkan perulangan ini berakhir begini…”

“Perulangan ini…?” tanya Beatrice

“Aku hanya bicara sendiri. Aku tidak ingin meninggalkan Petra seperti ini…tapi tidak ada yang bisa kita lakukan sekarang. Ayo kita cari Rem dulu. Kita bawa dia dan tinggalkan Mansionnya. Kau masih tidak bisa menggunakan Door Crossing?”

“Kalau ingin menggunakan itu, kita harus melewati Perpustakaan Terlarang, kurasa pintunya masih terbuka, kayaknya.”

“Begitu ya…”

Cara untuk mematikan Door Crossing itu cukup sederhana.

Pertama, buka semua pintu di Manison guna menghilangkan kemungkinan salah pintu sebanyak mungkin. Kemudian, biarkan pintu menuju Perpustakaan Terlarang terbuka, lalu cegah pintu-pintu potensial lainnya terhubung dengan ruangan itu.

Meskipun cuma satu buah tongkat yang ditinggalkan agar menjaga pintunya tetap terbuka, Beatrice tidak akan bisa memanggil Perpustakaan.

“Apa kau tahu tempat mana yang terhubung dengan Perpustakaan Terlarang sekarang?” tanya Subaru.

“Tentu saja, —sekarang ada di sisi barat, ruangan tamu lantai ketiga, kayaknya.” jawab Beatrice.

Kalau pintunya ada di sisi barat, maka masih ada beberapa jarak antara ruangan disebelah sana dan ruang makan di Bangunan Utama. Tapi karena pintunya sudah terbuka, berarti Elsa telah meninggalkan Perpustakaan Terlarang.

Dengan penciuman pembunuhnya, tidak akan memakan waktu lama sampai dia menemukan Subaru.

Tidak ada waktu lagi.

“Tidak ada waktu untuk panik sekarang. Ngomong-ngomong, ayo cepat cari Rem…”

Menyeka air mata yang menetes dari mata dengan punggung tangannya, Subaru melihat arah tujuannya. Rem tertidur di kamarnya, di kamar pelayan sisi Barat. Jika Elsa memulai pencariannya di sisi barat, maka dia seharusnya belum sampai di sana.

Tapi itu hanya masalah Elsa saja.

“Kemungkinan besar Frederica ada di sana…”

Mengingat betapa berharganya Rem bagi Subaru, Frederica pasti sudah membayangkan bahwa Subaru akan mencari Rem setelah kabur dari Elsa. Kalau begitu, boleh jadi Frederica sudah sampai disana duluan.

Melihat Subaru memegangi dagunya, Beatrice menyipitkan matanya.

“Aku penasaran…apa kau mencurigai pelayan itu, kayaknya?” tanya Beatrice

“Aku tidak ingin mencurigainya, tapi…”

Subaru menjawab pertanyaan Beatrice dengan anggukan lemah.

Serangan Elsa ke Mansion Roswaal—mungkin dikarenakan pernghianatan Frederica. Dari hal itulah, Subaru agak teryakini.

Inilah ketiga kalinya Subaru bertemu dengan Elsa di Mansion Roswaal.

Dua pertemuan terakhir adalah hari keenam dan keempat, keduanya sudah dilalui beberapa hari semenjak keberangkatan Subaru. Akan tetapi, kali ini, Subaru kembali lagi setelah dua hari berangkat, tetap saja Elsa masih muncul.

Setiap kalinya, Elsa muncul seakan-akan dia sudah menunggu kembalinya Subaru. Tentang bagaimana Elsa bisa melakukan hal itu, Subaru hanya bisa mencurigai keberadaan seorang informan.

“Pada hari yang sama ketika aku kembali ke Mansion, Elsa juga masuk ke dalam…kupikir perjalanan ke kabin gunung merupakan bagian dari pemicunya…tapi”

Subaru sudah menyangka dari awal bahwa Elsa bersembunyi di kabin gunung dan dituntun masuk ke Mansion oleh Frederica. Jadi ketika Subaru kembali ke Mansion, dia menanyai Frederica apakah dia akan “Pergi ke Kabin Gunung”. Tapi Subaru tidak menyadari sesuatu yang mencurigakan dari jawaban atau sikap penolakan Frederica, lalu Subaru menampik pemikirannya, berpikir bahwa dia pasti terlalu memikirkannya.

“Tapi ada lebih dari satu jalan yang bisa dilalui Frederica…bukannya aku bisa membaca pikirannya. Aku mungkin telah tertipu dan tidak menyadari itu” jelas Subaru.

Subaru berpikir bahwa dia telah mengindahkan kecurigaannya. Tapi sebaliknya, Frederica pasti merasa waspada dan bertindak lebih ekstra hati-hati.

Itulah kesalahan Subaru, dan hasilnya adalah melayangnya nyawa gadis ini, dua kali.

Kematian Petra sesungguhnya merupakan kesalahan Subaru, karena dia gagal membawanya kabur dari sini. Sama saja Subaru sendiri yang telah membunuhnya.

“Tapi…Petra menghormatimu…….!”

‘Kakak Frederica’, Subaru ingat Petra menganggap Frederica sebagai gurunya.

Bukankah sulit untuknya jika mengetahui bahwa Petra, yang sangat menghormatinya, dibunuh oleh seorang seorang wanita gila?

Apa yang dipikirkannya ketika dia ikut campur dalam masalah ini?

“Paling pentingnya lagi…adalah cara Elsa menonaktifkan Door Crossing Beatrice. Jujur saja, aku terkejut dia bisa melewatinya seakan sedang memainkan permainan anak-anak”

“Betty tidak menyangka sihirku bisa ditembus dengan mudah. Cara itu tidak bisa dipikirkan oleh orang biasa, kayaknya.”

“Soal hal yang tadi, aku mungkin sudah memikirkanya juga…tapi itulah masalahnya, waktu. Elsa tidak bisa memikirkannya kecuali dia mengenalmu dan mekanisme dibalik Door Crossing. Tidak mungkin Elsa bisa langsung menebaknya begitu saja. Jadi dia pasti sudah mempelajarinya dari orang dalam” kata Subaru.

“Kau sepertinya sangat mengenal wanita gila itu. Dimana kalian bertemu, kayaknya?”

“Dia memotong perutku di Ibu Kota…yaaa, itu adalah luka pertama yang kau sembuhkan, ingat?”

Mengingat-ingat kembali, dari awal Elsa adalah alasan Subaru memasuki Mansion Roswaal. “Ah”, Beatrice mengangguk mengerti.

Bagaimana pun juga, sekarang bukanlah waktunya mengingat masa-masa dulu.

“Ngomong-ngomong kita harus pergi ke ruangan Rem. Jika Frederica disana…bisakah aku mengandalkanmu?”

“Kau bahkan tidak bisa melindungi gadis yang kau cintai, kayaknya? Dicintai oleh pria seperti ini…aku merasa ngeri hanya dengan memikirkannya”

“Bila perasaan mampu memukul jatuh paus dari langit, akan kupukul sebanyak yang kau mau, tapi dunia tidak baik padaku tahu”

Terlepas dari komentar remehnya, Beatrice sepertinya menerima permintaan Subaru. Perdebatan ini mungkin karena pertimbangan Beatrice pada Subaru. Kemungkinan besar, dia melakukan ini untuk mengalihkan pikiran Subaru dari Petra.

Tidak seperti Subaru, yang tidak menyadari kesedihan Beatrice, dan bahkan sekarang tidak bisa memberikannya solusi apa pun, Beatrice jauh lebih pintar. Dan atas alasan itulah Subaru selalu mengandalkannya.

“Ayo pergi”

“Mmm, baiklah, kayaknya”

Tentu saja, Beatrice mengulurkan tangannya, dan tidak keberatan digendong ala Tuan Putri oleh Subaru. Mengangkat gadis kecil yang ringan itu, Subaru mulai berlari seperti yang dia lakukan sebelumnya.

Mulai mendekati sisi barat, Subaru mencoba yang terbaik untuk mengurangi suara langkah kakinya, walaupun dia tahu bahwa itu sia-sia saja. Nampaknya Elsa tidak datang ke sini dengan menaiki tangga lantai dua dan tiga. Dengan ragu-ragu menengok ke lorong, Subaru memeriksa apakah ada bayangan di ruangan tujuannya—

“————–”

Melihat satu sosok di luar ruangan, Subaru dengan cepat menundukkan kepalanya.

Melihat Beatrice diam-diam menatapnya, Subaru mengangguk, dan mengangkat kepalanya sekali lagi—tampaknya ada orang bertubuh tinggi yang bersandar di pintu.

Bahkan dari jauh pun, tidak salah lagi, kepala emas dan pakaian pelayan.

Orang itu Frederica. Seperti yang Subaru tebak, dia berdiri di luar kamar Rem, menunggu kedatangan Subaru.

“Apa yang harus kita lakukan…? Pura-pura tidak tahu apa yang terjadi dan menyapanya? Kalau dia belum bertemu dengan Elsa, dia mungkin belum tahu bahwa kita sedang dikejar olehnya…”

“Jika perkiraanmu benar, maka saat pelayan itu mengundang musuh ke dalam Mansion, dia pasti sudah tidak peduli lagi pada perasaan kita. Lagi pula, ketika terakhir kali kau berpisah dengan pelayan itu, kau memasuki Perpustakaan Terlarang, kayaknya. Saat kau keluar dari sana, kau sudah tidak punya dalih apa pun”

“Kalau begitu, kita serbu saja dari depan”

Senjata milik Frederica adalah—sepasang sarung tangan bergerigi. Di kedua tangannya dan kenyataan bahwa dia adalah kakak Garfiel, meskipun Subaru belum pernah melihatnya bertarung, dia sudah tahu seberapa kuat dirinya. Kesempatan menang dari serangan frontalnya hampir tidak ada.

“Akan langsung kulancarkan Shamac, dan jika kita berhasil mengejutkannya, kau serang dia dengan sihir jarak jauh oke…? Walaupun kita tidak bisa melawannya, menjauhkannya sudah bagus…”

“Itu terlalu lunak untuk seorang penghianat. Kau tidak bisa menghadapapi lawan yang ingin membunuhmu, jika kau tidak berniat untuk membunuhnya juga”

Mendengarkan ucapan dingin Beatrice, meski Subaru tahu bahwa dia benar, Subaru masih ragu-ragu untuk mengikuti sarannya. Sekalipun orang yang dibicarakan adalah seorang penghianat, dulu orang itu masih memperlakukan Subaru seperti teman. Selama Subaru masih mengingat waktu-waktu dulu, masalahnya tidak bisa sesederhana itu.

Biarpun, akibatnya sudah jelas, Frederica sangat bertanggung jawab atas kematian Petra.

“Beatrice. Akan kututupi penglihatannya dengan Shamac. Aku mengandalkanmu untuk menembakkannya dengan sihir atau apalah” suruh Subaru.

“Kau sadar kan, semuanya akan menyusahkan jika kau lunak-lunak padanya, kayaknya?”

“Masih ada sesuatu yang ingin kutanyakan padanya. Jangan berpikir berlebihan”

“Bukankah sudah sedikit terlambat?”, ekspresi Beatrice tampak ingin mengatakan itu, tapi, melihat Subaru menundukkan kepalanya, Beatrice menghembuskan nafas melalui lubang hidungnya dan tidak mengatakan apa pun.

Mengingatkan Subaru agar tidak memaksakannya, Subaru menghela nafas, lalu membuka tutup telapak tangannya. Tubuhnya masih sedikit kelelahan, tapi seharusnya Subaru masih bisa menembakkan satu Shamac lagi—-

“Tahan ya, tubuhku. —SHAMAC!”

Subaru menerjang Frederica di lorong, sebelum Frederica sempat berbalik, asap hitam keluar dari telapak tangan Subaru.

Tanpa gagal, mengisi ruang antara Subaru dan Frederica seperti yang dia lakukan di Perpustakaan. Tapi, saat dia menerjang, Subaru merasa kepalanya memberat karena kehabisan mana, Subaru jatuh berlutut dan roboh ke lantai.

Melangkah di belakangnya, Beatrice mengulurkan tangannya sembari merapalkan mantra di mulutnya, muncul lubang berongga di udara, dari lubang itu keluarlah tombak yang diselimuti api ungu pucat.

Ujungnya yang terbakar membuyarkan udara, tombak berkepala permata melayang ke udara, —mengabaikan komplain Subaru bahwa sihir itu tentunya mematikan, Beatrice melepaskan tombaknya menuju bayangan—

“Ada sesuatu yang janggal…” kata Beatrice.

Beatrice memiringkan kepalanya, menggumamkan sesuatu. Subaru tidak memahami reaksinya, tapi tombak itu berhenti di tengah udara, dan dengan jarinya yang diulurkan kembali, Beatrice membuat tombaknya bergerak ke kiri dan kanan.

Dengan gerakan sederhana itu, kegelapan dari Shamac Subaru buyar. Alasannya karena Beatrice sendiri merupakan pengguna sihir kegelapan, dan pengaruh Beatrice jauh lebih kuat dari Subaru.

Melihat hasil dari usahanya yang dengan mudah dapat dibuyarkan, Subaru melongo. Tapi prasangka Subaru langsung diindahkannya. Ketika Subaru tahu alasan Beatrice menghentikan serangannya.

“———”

Dengan lorong yang bersih dari bayang-bayang, Subaru menghampiri Frederica. Menyeret tubuh lelahnya, mana menghilang dari badannya, dengan kecepatan kura-kura, Subaru menghampiri kaki Frederica. Tidak perlu berhati-hati lagi. Frederica tidak bereaksi apa pun pada Subaru yang menghampirinya. Sama sekali tidak.

—Dia tak akan pernah bereaksi terhadap apa pun lagi.

“…Kenapa”

Frederica sudah mati, dia sedang berdiri di depan ruangan Rem.

Perutnya tertancap pisau-Kukri. Memindahkannya ke pintu. Di tangan tak bernyawanya terdapat sarung tangan. Sebagai bukti bahwa ada pertarungan yang intens, pakaiannya penuh dengan luka.

Tubuh Frederica sudah dingin, dan ekspresinya menunjukkan bahwa jiwanya sudah lama pergi. Wajahnya yang kaku menunjukkan kepahitan dan penyesalan, dari sanalah Subaru tahu bahwa Frederica mempertahankan pintunya sampai titik darah penghabisan. Yang artinya, Frederica telah bertarung sampai mati agar sang penyerang tidak memasuki ruangan ini.

Tidak ada alasan Frederica akan melakukan ini jika dialah orang yang menuntun sang pelakunya ke sini.

“Aku sangat-sangat mencurigaimu…kapan kau…”

Menutupi tangannya dengan telapak tangan, Subaru berusaha untuk menerima kenyataan di hadapannya. Frederica mati dengan luka-luka bekas pisau di tubuhnya. Karena Subaru telah melihatnya seperti ini, bagaimana bisa dia menuduhnya sebagai seorang informan dan penghianat?

Apakah ini hasil dari ketidakpercayaannya? Subaru sangat ingin menuduhnya, walau faktanya, Subaru hanya ingin dalih untuk mengurangi rasa bersalahnya sendiri.

Dia harus mengakuinya

“Aku salah…kan…” kata Subaru.

Frederica bukanlah penghianat.

Dia berjuang sampai mati, menjaga Rem sampai akhir. Dilihat dari dingin tubuhnya, dia mungkin sudah mati duluan sebelum Petra, di ruang makan.

Frederica tidak punya waktu untuk membimbing Elsa masuk ke dalam Perpustakaan Terlarang.

“…Rem”

Tengkorak mulutnya menganga.

Membuka pikirannya yang kacau, hal pertama yang terlintas dalam pikirannya adalah gadis cantik tertidur yang berada di dalam ruangan Frederica jaga.

Tubuh kaku Frederica memberat, menggesernya dari pintu adalah pekerjaan sulit. Subaru harus sangat berhati-hati agar tidak melukainya lagi. Meskipun jarinya tidak sesabar hatinya.

Tapi, perhatiannya pada Frederica terkhianati.

“???—-Akhirnya aku menemukanmu” teriak seseorang.

Di ujung lorong, terlihatlah sebuah bayangan hitam.

Elsa membungkuk rendah dengan rambut kepang Prancisnya yang melambai-lambai, menempelkan telapak tangannya di lantai, menatap mereka dengan mata penuh keinginan membunuh. Elsa menatap ke atas dan ke bawah, menatap Subaru seorang. Tidak membiarkan kesempatan ini terlewat begitu saja, bayangan Elsa menghilang dari koridor.

Serbuan tanpa suara itu tidak lain adalah “Kematian” yang mendekat.

“Kau sangat salah jika kau pikir kami dapat dibunuh semudah itu” imbuh Beatrice.

Tapi ada seseorang yang menghalangi serbuan Elsa.

Beatrice dengan santai mengangkat tangannya, ke tempat tombak kecubungnya melayang-layang, sasarannya terkunci pada Elsa.

Tombak yang telah dilepaskan seakan berteriak bahagia pada target baru yang harus dihancurkannya.

“Mainan itu sangat berbahaya untuk orang pendek seperti dirimu”

“Mau kau sebut mainan anak-anak atau tidak, tubuhmu akan menjadi bahan percobaanku” timpa Beatrice.

Elsa tersenyum di hadapan sihir jahat ini. Dan, seolah-olah untuk menghapus senyum itu dari wajahnya. Tombak kecubung Beatrice melesat terbang.

Kecepatan tombak itu melampaui es yang Emilia tembakkan. Sekali pun tombak itu hanya ada satu, tombak tersebut ditembakkan tepat ke arah lintasan Elsa saat dia berlari dengan momentum yang sama—- tapi, sambil membungkuk dengan dadanya yang hampir menempel di lantai, Elsa menghindari serangan demi serangan Beatrice.

“Sayang sekali. Sasaran dan kecepatanmu masih harus dilatih lagi”

Merasakan senjata itu menggores bagian belakang kepalanya, Elsa menggumam tanpa rasa takut selagi dia melemparkan Kukrinya ke arah Beatrice.

Kilau kusam pisau itu mendekati tubuh Beatrice, ingin membelah tubuhnya menjadi dua—

“Kaulah orang yang tidak menebak hal ini, Manusia”

Tepat sebelum itu terjadi Beatrice mengepalkan telapak tangannya yang terbuka, dan tombak kecubung tersebut membesar di ujung lorong dan meledak bagaikan balon yang pecah di belakang Elsa.

“—Ini!”

Serpihan tombak yang meledak itu, berubah menjadi tombak yang lebih kecil, mengelilingi Elsa dari segala arah.

Meskipun tombak-tombak itu kecil, tombak tersebut tidak lebih besar dari jari jempol Subaru. Ujung bilahnya yang tak terhitung mengambang di udara, semua ujungnya di arahkan pada Elsa.

Lalu,

“Inilah hukumanmu karena sudah memasuki Perpustakaan Terlarang Betty tanpa izin, —kusiksa kau dan kupotong-potong tubuhmu, ini akan menjadi akhir yang pas”

Menyatakan kaliamat tanpa belas kasih, Beatrice menembakkan tombang kecubungnya.

Share this post on:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments