Share this post on:

Ankoku Kishi Monogatari ~Yuusha wo Taosu Tameni Maou ni Shoukansaremashita~ 

Volume 1 

Bab 3 

[Alasan untuk bertarung]

 

Penerjemah : DarkSoul

Sudut Pandang Kuroki.

Dahulu kala, ada seorang Dewa laki-laki yang hidup di negeri yang diberkahi para Dewa, negeri Elios.

Meski Dewa laki-laki itu mempunyai kekuatan maha kuat bahkan diantara para dewa yang tinggal di Elios, Dewa itu buruk rupa.

Karena alasan inilah, Dewa itu masih jomblo walaupun Dewa-dewa lain sudah menikah.

Namun demikian, sang Dewa laki-laki itu menginginkan seorang istri, lalu dia merayu seorang Dewi yang belum menikah.

Tapi, tidak satu pun Dewi yang menaruh minat padanya.

Ditambah lagi, Dewa itu merayu para peri dan malaikat yang melayani Dewi-dewi itu. Tapi, mereka tidak menyukai Dewa buruk rupa dan parahnya lagi mereka meminta bantuan para Dewi yang mereka layani.

Para Dewi yang membenci Dewa buruk rupa itu, berniat untuk mengusirnya.

Dan Dewi yang pertama kali membuat pergerakan adalah Rena.

Para Dewi lalu membuat tuduhan palsu pada Raja para Dewa, Oudith, tentang Dewa laki-laki yang memaksa para peri dan malaikat untuk menjadi istrinya.

Setelah berkonsultasi dengan Dewa-dewa lain, Oudith memutuskan untuk mengusir Dewa laki-laki itu ke negeri kegelapan, Nargol.

Dewa laki-laki itu menangis. Karena Dewa laki-laki itu tidak pernah memaksa siapa pun.

Dewa laki-laki itu juga membuat permohonan pada Oudith.

Tapi, para Dewi bersatu untuk membuat-buat bukti yang mana membuat Dewa laki-laki itu berada dalam situasi tidak menguntungkan, ditambah lagi keputusan yang sudah dibuat tidak dapat dibatalkan.

Dewa itu tidak bisa melakukan apa-apa selain mengikuti keputusannya.

Pada saat itu, Dewa tersebut membuat permintaan pada Oudith. Dia akan mematuhi permintaan mereka jika dia bisa mendapatkan beberapa helai rambut Rena, Dewi yang tercantik di antara Dewi-dewi lain.

Oudith mengabulkan permintaan itu dan menegoisasikannya dengan Rena.

Pada akhirnya, bahkan Rena pun dengan enggan harus memberikan beberapa helai rambutnya.

Dewa itu kemudian pergi ke negeri Nargol.

Di negeri itu, Dewa tersebut membuat keputusan, kalau tidak ada seorang pun yang ingin menjadi istrinya, maka dia akan membuatnya sendiri.

Setelah beberapa percobaan, Dewa itu berhasil membuat seorang Dewi dengan Rena sebagai bibitnya.

Tapi, Dewi itu merupakan sebuah eksistensi yang bisa kau sebut sebagai tiruan Rena.

Rena yang menyadari fakta bahwa Dewa itu telah membuat tiruannya, marah, dia memohon pada Oudith untuk memberikan perintah mengirim tiruan Dewi itu kembali padanya.

Setelah Oudith mendiskusikan masalah ini dengan Dewa lain, mereka memutuskan untuk meminta Dewa itu mengembalikan tiruan Dewi itu pada Rena.

Dewa laki-laki itu tidak menuruti permintaanya.

Dia mendirikan sebuah penghalang mengelilingi Nargol untuk menunjukkan ketetapan hatinya bahwa dia akan menolak permintaan mereka, sampai akhir.

Rena membuat permohonan pada Para Dewa untuk menumpas Dewa laki-laki itu.

Tapi, itu terlalu berlebihan.

Dewa laki-laki itu kuat, tidak ada orang selain Oudith yang mampu melawannya, bahkan di antara para Dewa sekali pun.

Tapi, Oudith tidak bisa begitu saja meninggalkan Elios, negeri para Dewa.

Dewa-dewa lain juga tidak ingin bertarung dengan Dewa laki-laki itu, gagallah Rena.

Tidak menerima keputusan itu, Rena lalu mengirim bala tentaranya dan Pahlawan-pahlawan manusia ke Nargol.

Itulah awal mula pertarungannya.

Dewa laki-laki yang tidak patuh pada permintaan para Dewa dipanggil sebagai Raja Iblis.

Raja Iblis itu adalah Modes.

Pasukan Modes dan Rena bertarung dengan sengit.

Hasilnya adalah pasukan Modes menang.

Pada akhirnya, Rena, yang tidak bisa memikirkan cara lain untuk meraih kemenangan, meminta bantuan Dewi Casa, yang memiliki kekuatan meramal.

Casa meramal bahwa Rena bisa menang melawan Modes jika dia memanggil Pahlawan dari Dunia Roh.

Rena kemudian memanggil mahluk yang bisa mengalahkan Modes dari Dunia Roh.

Dan mahluk itu adalah Pahlawan cahaya, Reiji, dan rekan-rekannya.

Pada awalnya, Modes tidak menyadari ramalan ini.

Sampai sang Pahlawan, Reiji dan rekan-rekannya menembus garis pertahanannya satu demi satu, dengan kecepatan yang mengerikan.

Modes tercengang dengan keberadaan Pahlawan dan rekan-rekannya, dan menyadari adanya sebuah ramalan.

Modes mungkin akan dikalahkan jika dia melawan Pahlawan tersebut, sesuai dengan ramalannya.

Maka dari itu, Modes mencari cara untuk melawan Pahlawan itu.

Jadi, dia mengumpulkan banyak informasi.

Seperti Rena yang memohon pada Casa, dan mendapatkan ramalannya, Modes juga mendapat ramalan dari Casa kemudian mengetahui sebuah kebenaran bahwa eksistensi yang mampu menghentikan Pahlawan adalah orang lain yang dipanggil dari Dunia Roh.

Tak lama berselang, Modes mencuri teknik pemanggilan yang sejatinya digunakan oleh Rena dan memanggil eksistensi yang dapat menghentikan Pahlawan.

Eksistensi yang dipanggil tersebut adalah aku.

Ini adalah ringkasan dari Cerita Modes.

Kalau Modes dikalahkan, eksistensi Mona mungkin akan dihapuskan. Itulah satu-satunya sesuatu yang ingin Modes hindari dengan segenap kekuatannya.

Modes menceritakan cerita itu padaku sambil terisak-isak.

Ngomong-ngomong, jika mengikuti cerita Modes, jalan kembali tidak dituliskan pada teknik pemanggilan yang dia curi dari Rena.

Dengan kata lain, tidak ada acara untuk mengembalikanku atau aku yang belum menemukannya.

Singkatnya, aku bisa berasumsi bahwa bahkan pihak Reiji pun tidak bermaksud untuk mengirim kami kembali.

Aku tidak merasakan kebohongan pada ucapan Modes.

Lebih pentingnya lagi, masih lebih baik ketimbang ancaman seperti “Kau tak akan kukembalikan kecuali kau melakukan apa yang kuminta!”.

Jika semuanya berjalan sesuai dengan cerita Modes, mengapa Reiji dan yang lainnya bertarung?

Tapi, aku tak akan menemukan jawabannya meskipun aku pikirkan ini sekarang.

Aku pergi ke halaman kastil Modes.

Sepertinya halaman ini didirikan mirip seperti tempat tinggal Modes di Elios dulu.

Kastil ini tidak terlalu megah karena di desain untuk membuat orang merasa nyaman.

Sepertinya hanya ada beberapa orang yang boleh memasuki halaman ini, termasuk Modes dan Mona.

Aku mendengar rincian kejadian-kejadiannya, sampai situasi sekarang ini dari Modes yang sedang duduk di kursi berbentuk lingkaran.

Sepertinya sesuatu yang disiapkan oleh Mona di hadapanku adalah secangkir teh.

Karena aroma aneh dari teh ini melayang-layang ke sekitar.

Aku mencoba untuk menyeruputnya, rasa pahit sedikitnya sangat mantap.

Aku berpikir apa yang harus aku lakukan setelah ini.

Haruskah aku bertarung kembali dengan Reiji?

Aku merasa seolah aku sedang bermimpi.

Jika aku bertarung melawannya, sepertinya Modes akan membuatkanku Dewi lain.

Kendati rasanya tidak mudah untuk membuat Dewi lain, sepertinya oke-oke saja untuk menambahkan satu Dewi.

Itu adalah usul yang menarik.

Karena, aku tidak pernah punya kesempatan dekat-dekat dengan gadis, sampai sekarang.

Malahan mereka menghindariku seakan-akan aku ini orang yang menjijikkan.

Aku mengingat kembali masa laluku

Awalnya, ada gadis yang berbicara biasa denganku, entah karena alasan apa tiba-tiba mulai menjauh dariku.

Nampaknya secara tidak sadar aku menatap tubuh gadis-gadis manis.

Shirone adalah orang yang memberitahuku tentang ini. Ku kesampingkan kebiasaan biasa itu, tampaknya mataku tanpa sadar menatap tubuh gadis-gadis yang mengenakan rok mini.

Bahkan ketika Shirone mengatakan itu, aku tidak bisa melakukan apa-apa karena itu adalah naluriahku, kan…

Ditambah lagi, aku dikutuk dengan takdir menjadi seorang anak laki-laki yang mesum, selamanya.

Pokoknya, aku merasa sangat-sangat sedih ketika aku memikirkan hal semacam itu.

Mari berhenti berpikir hal-hal seperti itu…

Terlebih lagi, aku bahkan melihat sosok Dewi Rena.

Dia hampir mirip Mona, terlepas dari perbedaan tipis di antara mereka.

Dewi selanjutnya yang akan dibuat mungkin akan secantik Mona kan.

Tidak mungkin dia tidak mempesona kalau aku saja tertarik padanya.

Dan yang paling penting, dia akan memberikan cintanya dengan sepenuh hati padaku, hanya padaku.

Aku bukanlah orang yang tampan.

Tapi tetap saja, aku juga ingin menggoda gadis-gadis manis.

Tidak perlu banyak-banyak seperti Reiji, aku mau-mau saja saja dengan satu gadis.

Dunia ini mungkin akan terasa jauh lebih menyenangkan jika aku bisa mendapatkan satu gadis yang sangat imut.

Tapi…

Demi alasan itu, aku harus menang melawan Reiji.

Jujur saja, aku rasa aku tidak bisa menang melawannya.

Faktanya, aku pernah bertarung dengan Reiji, dulu-dulu kala.

Itu adalah pertarungan yang tidak menarik.

Mungkin baru saja terjadi belakangan ini, Reiji yang tertarik mempelajari Kendo saat dia masih SMP melawan semua anggota Kendo sekolah.

Aku salah satu musuhnya.

Aku tanpa belas kasih, dikalahkan oleh Reiji.

Bukan berarti aku merasa sekuat itu.

Tapi, tak kusangka aku akan dikalahkan semudah itu.

Itu sangat mengejutkanku.

Awalnya, gerakannya berbeda. Aku berpikir “Mengapa dia bisa menggerakkan tubuhnya seperti itu meskipun umur kami sama?”

Aku masih mengingat perkataan Shirone yang menyaksikan pertarungan itu, bahkan sekarang masih terngiang di kepalaku.

“Kuroki tidak bisa menang melawan Reiji-kun. Jadi tidak apa-apa”

Meskipun Shirone berkata begitu untuk menghiburku, aku merasa sangat menyedihkan ketika mendengar itu.

Sejujurnya, aku bahkan ingin berhenti latihan Kendo saat itu.

Tapi, entah kenapa aku terus ikut Kendo sampai sekarang.

Mungkin aku menjadi sedikit lebih kuat, tapi Reiji bahkan mungkin telah menjadi lebih kuat dariku.

Ngomong-ngomong, aku benar-benar tidak bisa menolak permintaan Modes.

Mungkin aku akan mati jika kami menggunakan pedang beneran.

Meskipun hadiahnya sangat menarik, tidak ada gunanya jika aku mati.

Dari awal saja, aku tidak punya kewajiban bertarung demi Modes.

Tapi, ada sesuatu yang menarik perhatianku, jauh di lubuk hatiku.

Sesuatu yang menarik hatiku yang paling dalam, sesuatu itu agak jemu.

Dan, Modes akhirnya mendapatkan seorang istri bernama Mona.

Entah kenapa, aku tidak bisa mengabaikan mereka.

“Tolong, Kuroki-dono!! Aku tidak punya pilihan lain selain mengandalkanmu”

Modes menggenggam tanganku dengan air matanya yang menetes-netes.

Aku tidak bisa melakukan apa-apa selain tertawa kecil.

“…Maafkan aku, tolong beri aku waktu sebentar…”

Share this post on:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments