Share this post on:

Jack of All Trades

Sambutan Hangat dan Intens

Penerjemah: Iron Golem

Aku menanyakan Russel banyak hal.

“Aku melihatmu bicara dengan Rado tadi, apa ada maslaah? Mereka berdua, mulutnya kasar dan …. Yah, para petualang yang kesampaian di sini. Tapi mereka tidak jahat.”

“Perjalanan mereka sedikit berat, tapi aku tahu sekarang kau sasaran perintahnya, jadi tidak apa.”

Mereka juga memberiku nama panggilan aneh, tapi bukan masalah besar … pikirku.

Ada hal-hal yang lebih penting.

“Pertama kalinya aku di kota ini, dan sudah bertanya-tanya apa ada tempat untuk tinggal.”

“Ahh, kalau begitu. Lurus saja mengikuti jalan ini dan belok di belokan kedua. Ada penginapan bagus di sana. Mungkin akan sedikit lebih akomodatif jika menyebut namaku.”

“Oh, apa kau terkenal di kota ini?”

“Tidak, dasar bego. Aku ini kapten penjaga.”

Itu namanya terkenal. Dia bahkan dengan bangganya menunjukkan lencana berbentuk bintang di dada. Aku rasa itu bukti bahwa dialah sang kapten. Kalau dipikir lagi, ternyata kapten yang terlebih dahulu membantuku …. Betapa diberkatinya diriku ….

“Jadi kau seorang kapten. Itu sangat mengesankan.

“Haha, kalau katamu begitu! Omong-omong, Asagi. Kau dari mana? Sulit menyebut normal seseorang yang berkeliaran di hutan sepertimu. Apa sesuatu terjadi?”

Mata Russel tertuju padaku. Harus jawab apa? Rasanya dia takkan percaya kalaupun aku bilang dari dunia lain. Jadi sedikit bersalah, lantas kuputuskan berbohong saja saat itu.

“Aku datang dari tempat sangat jauh. Dikejar-kejar goblin di tengah jalannya dan kehilangan seluruh barang bawaan … aku berlari saja tanpa berpikir dua kali dan berakhir di sebuah bukit.”

“Bukit di sekitar sana … maksudmu Bukit Kabut.”

Bukit Kabut?

Kau pasti melihat sebuah bukit yang mencuat di tengah-tengah dataran. Ada bukit di sana. Tempatnya aneh dan terselubung kabut di pagi harinya, walaupun tidak dingin. Aku tidak yakin ada bukit lain di sekitar sana?”

“Tidak, tepat di sana. Tanpa sadar aku sudah diselimuti kabut.”

“Haha, aku pun berpikir demikian. Pasti lama sekali berjalan ke sini. Kau harus beristrirahat hari ini.”

Seraya bilang begitu, Russel menyerahkan tas kain kecil. Aku menerimanya dan mendengar suara gemerincing. Apa nih … aku melihat dalamnya dan ternyata ada uang.

“Russel, aku tidak bisa menerima ini. Kau menyelamatkanku, bahkan memberikan pakaian ….”

“Asagi, dasar tolol. Akulah yang menyarankan penginapannya. Bagaimana kau beristrirahat tanpa sejumlah koin?”

“Tapi ….”

“Ah, jangan salah, ya? Aku tak memberikannya secara cuma-cuma. Itu pinjaman. Kau bisa cari lagi dan bayar padaku, oke? Kapan pun kau mau. Saat punya uang pas, kau hanya harus menyerahkannya.”

“Russel … terima kasih, atas semuanya.”

“Tidak apa-apa. Jangan sungkan. Kau juga mesti mendaftarkan diri sebagai petualang di sini. Sangat menguntungkan!”

Menurut Russel, profesi petualang adalah membunuh monster dan menjelajahi reruntuhan. Yah, sejujurnya aku sudah tahu itu. Nampaknya kau hanya perlu pergi ke guild dan mendaftarkan diri. Peringkat G dikenal sebagai Batu, kelayakannya adalah sedikit lebih kuat dari batu di tanah, kekuatan mungkin.

“Bisa juga jumlah mereka kebanyakan sampai-sampai dapat dibuang!”

Itu menurut Russel.

“Tapi tahukah kau, bahkan di antara petualang Batu kau dapat menemukan bebatuan berharga yang disebut Permata. Sedikit polesan batu-batu itu bisa menjadi perhiasan hebat. Aku berdoa semoga kau menjadi Batu semacam itu.”

Setelahnya punggungku ditepuk keras-keras. Nafas tersembur dari paru-paruku, namun efeknya diriku mendapat bayak semangat.

“Makasih, Russel. Aku mesti pergi sekarang.”

“Ah, pergilah!”

Melambaikan tangan padanya dan kemudian menuju penginapan.


Penginapan yang dia sarankan adalah Spring Wind Inn, penginapan dua lantai yang tampak mewah. Juga, ada sesuatu yang menarik mengusikku sementara, contohnya betul-betul bisa membaca tulisan surat. Bahkan berbicara dengan orang. Masuk saja ke telinga dan rasanya familiar seperti bahasa yang kau gunakan dalam waktu lama. Aku mempertanyakannya semenjak bisa bicara dengan Russel, tapi tidak ada jawaban dari pertanyaan tersebut. Aku rasa tidak ada gunanya mengkhawatirkan itu sekarang. Jadi tidak kukhawatirkan.

“Haaalloooo. Apa ada orang di sini?”

“Halooo. Apa kita punya pelanggan?”

Seorang wanita berbadan besar setengah baya muncul dari belakang. Berdiri di balik meja dan melihatku.

“Anu, aku datang dari rekomendasi Tuan Russel?”

“Oh, Russel, ya? Kalau begitu kami harus memperlakukanmu secara spesial!”

Wanita itu tersenyum ketika mendengar nama Russel. Jelas pengaruh namanya bukan main lagi.

“Aku Maris. Dan kau?”

“Namaku Asagi. Aku ingin tinggal selama satu minggu dari sekarang … apa uang ini cukup?”

Setelahnya, aku mengambil semua uang yang baru saja kupinjam dan menaruhnya di meja konter. Tidak sempat diperiksa baik-baik, tapi aku sekarang melihat ada koin perak dan tembaga. Pasti variasinya ada lebih banyak lagi. Russel itu ….

“Oh, ada kembalian kalau sebanyak ini mah. Bagus. Asagi, kau akan tinggal di lantai dua. Makanan akan disajikan saat sarapan, makan siang, dan makan malam. Ruang makannya di sebelah sana. Biaya makananmu gratis!”

“Serius? Ini satu minggu, berarti kau kehilangan dua puluh satu makanan!”

“Yah, kau tamu dari Russell, jadi kami mesti baik-baik denganmu. Kau akan makan bersama kami, pasti!”

Efek namanya luar biasa. Bagaimana caraku membalasnya ….

“Maka aku terima keramahtamahanmu …. Nona Maris. Aku akan tinggal sementara waktu.”

“Bagus sekali!”

Aku senang punya pemilik penginapan murah hati.

Setelah meninggalkan semua barang-barangku di kamar yang ditunjukkan, aku pergi ke Guild. Ngomong-ngomong, kamar di penginapan lebih besar dari kamar yang dulu aku tinggali.

Pergi ke jalan utama dan melihat-lihat seperti orang desa. Karena kotanya di dalam hutan, kebanyakan bangunan dibuat dari kayu. Ada sensasi relaksi sewaktu berjalan santai menyusuri jalan damai yang bangunan-bangunannya saling berhadapan.

Ada orang tua berteriak-teriak di depan kios buahnya. Seorang tukang daging muda melipat tangan seusai mengatur daging-daging di tokonya. Di tengah jalan, aku melihat toko senjata. Seorang laki-laki pasti menggetarkan hati pas melihatnya, tapi saat ini kutunda dulu. Pertama-tama harus menjadi petualang dahulu. Aku mengendalikan hasrat dan menuju Guild.

Mudah sekali menemukannya. Bangunan tersebut besar. Juga, ada banyak orang keluar masuk tanpa henti. Mereka pasti pertualang. Sebagian besar membawa pedang dan tombak.

Aku melewati gerbang yang terbuka dan di dalamnya terdapat beberapa konter bertanda: Pendaftaran, Misi, Hadiah, dan Pertanyaan/lain-lain. Di depan ada tangga menuju lantai dua dan ruang bawah tanah. Sebelah kiri ada bar. Meskipun siang hari bolong, pria wanita minum-minum dan berisik.

“Woi, lihat di sana. Bocah yang pakaiannya tidak tahu malu datang!”

“Hahaha, aku rasa mereka kelihatan baik!”

Dasar tukang sindir membosankan. Tentu saja mereka akan terus menggangguku …. Malah memburuk entah aku membalas mereka atau mengabaikannya. Skenario yang mudah ditebak.

“Ahh, aku baru saja tiba di kota ini. Aku ingin menjadi seorang petualang!”

Aku memasang wajah paruh waktuku.

“Eh? Oh, kau pasti si Kelinci Hitam!”

Apa-apaan?

“Hei, lihat! Kelinci Hitam yang terkenal jahat itu memberkahi kita kehadirannya!”

“Kelinci pengecut rambut hitam! Biarkan aku melihatnya!”

“Buwahahahahaha! Lihat saja dia! Bergaya sekali!”

Bermandikan ejekan. Ditunjuk-tunjuk jari. Orang-orang mabuk beneran periang.

Tapi sepertinya aku juga tidak terlalu diterima di sini.

Share this post on:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments