Share this post on:

Jack of All Trades

Kristal

Penerjemah: Undead King Jar-Eel

Aku melewati sejumlah gang dan akhirnya tiba di penginapan. Aku rasa keparat-keparat itu tidak bisa menyusul. Mereka jelas tidak tangguh.

Bel berbunyi keras ketika aku membuka pintu depan dan masuk. Suara yang terdengar setelahnya familiar bagiku.”

“Oh, hari ini lebih awal.”

Wajah Maris muncul dari bawah meja.

“Ya, aku kembali. Dikejar-kejar beberapa petualang dalam perjalanan pulang.”

“Masih ada beberapa orang yang komplain? Serius, deh, orang-orang itu tidak layak dipanggil pria!”

“Haha. Yah, cuma ada beberapa.”

“Itu mengecewakan, sih ….”

Kami mengobrol sebentar hingga dia menyerahkan kunci kamar.

“Ah, Asagi. Hari ini minggu kedua. Kau mau apa?”

“Tentu saja diperpanjang.”

“Hahahaha. Maksudmu ingin tinggal di sini bersamaku?”

“Aku berminat, tapi sekali-kali pengen berkelana, begitu uangnya cukup.”

“Begitu, ya. Baiklah aku menyerah.”

Dia cekikikan. Aku tidak tahu bagaimana membalas kebaikannya. Bukan cuma dia. Russel, dan Kepala. Termasuk Gardo dan Ness.

Setelah membayar jumlah perpanjangan, kemudian aku kembali ke kamar dan rebahan di tempat tidur lalu mengeluarkan kartu status.

“Buka Status.”

Nama               : Asagi Kamiyashiro
Ras                  : Manusia
Job                  : Petualang (Peringkat G)
LVL                  : 15
HP                    : 218/218
MP                   : 86/86
STR                 : 71
VIT                 : 65
AGI                 : 228
DEX                 : 105
INT                 : 53
LUCK               : 11
Skills

Jack of all trades, master of none

Sihir

Tidak ada

Misi Saat ini

Tidak ada

Seluruh perlengkapan

Tubuh              : Baju zirah kulit

Tangan             : Sarung tangan kulit

Kaki                 : Tidak ada

Telapak kaki    : Sepatu Kulit

Senjata           : Pedang besi, pedang         pendek

Aksesoris        : Tidak ada

“Levelku naik …. AGI-ku menembus 200, ya …. Sampai bisa setinggi apa, ya? Walaupun aku tidak tahu rata-ratanya.”

Hanya bisa tertawa karena rusak sekali AGI-nya, tapi aku tidak bisa mengeluhkan kecepatan pertumbuhannya. Cepat akan segala sesuatu adalah trik hidup.

Menyimpan kartu status ke saku, mengambil baju ganti dan pergi ke pemandian umum. Penginapannya punya kamar mandi sendiri. Dan itu bagus bagiku. Aku suka mandi. Mandi lebih awal setelah kerja malam panjang rasanya terbaik ….

Baru saja membuka pakaian di ruang ganti, beberapa orang lain masuk. Setelah salam singkat, aku mandi dan melompat ke bak.

“Aaahhh … sungguh menyegarkan ….”

Tanpa sadar mendesau. Siapa yang tidak? Itu wajarlah. Seperti sebuah fenomena, pikirku.

Setelah menghangatkan diri aku segera keluar. Aku tidak biasa mandi lama-lama.

Kemudian berpakaian, makan malan dan pergi ke kasur. Aku benar-benar mulai terbiasa dengan kehidupan di sini, lantas aku meluangkan waktu sedikit sebelum tidur buat membayangkan kembali kejadian hari ini dan memikirkan masa depan.

Perburuan goblin hari ini berjalan lancar. Guild sepi karena Gardo tidak ada. Kalau saja dia selalu di sana. Ketiadaannya membuat semuanya menyebalkan. Kemungkinan besar mereka menyusun skema lagi di luar Guild. Lebih baik aku bersiap-siap.

Adapun kabar baiknya levelku naik. Bagus sekali. Aku ingin meraih level 20 sebelum menginjak peringkat F. Jadi sepertinya tidak ada pilihan lain selain memburu goblin lagi … kurasa aku pergi lebih awal. Lebih baik tidur dulu. Ya, begitu saja.

Menarik selimut sampai dagu dan menutup mata. Aaahh, teramat kontras dengan tidur di pepohonan … aku tidur dengan benar. Dua, tiga nafas dan kesadaranku hilang.


Perburuan goblin, lebih tepatnya pengumpulan tanaman herbal berjalan baik keesokan harinya. Menggali tanah di sekitar akar sehingga dapat membersihkan tanaman sebelum kumasukkan ke dalam tas. Selanjutnya memburu goblin sampai malam jatuh. Anehnya aku tak berpapasan dengan petualang mana pun. Aku bahkan menanyakan gadis Resepsi Guild sekali.

“Aaaaahh. Yah, akhir-akhir ini tidak banyak pendatang baru. Semua orang pergi ke gerbang barat dan menuju hutan bersama para serigala. Omong-omong, Asagi. Apa kau jauh-jauh ke dalam hutan lagi? Hmmmm?

Rupanya akulah satu-satunya Batu di sekitar sini. Agak kesepian tak punya teman seangkatan, tapi bukannya buat bertarung atau berkompetisi. Tapi enak saja rasanya bekerja dalam damai.

Selanjutnya beberapa hari berlalu dan lima belas misi sukses aku selesaikan dan peringkat naik ke F. Mereka menyebutnya, Obsidian. Aku lebih baik dari Batu, kurasa. Tapi menurutku mereka mesti mempertimbangkan nama yang lebih bagus lagi ….

Yah, ini budaya lama mereka jadi tidak berguna dipikirkan. Karena mereka tidak memikirkannya juga.

Levelku juga melebihi 20. Seolah upayaku terbayarkan, namun para pegawai Guild melotot. Pandangannya berkata, ‘Kau kelewatan karena orang-orang diam saja,’ tapi aku menahannya, sekarang aku lebih kuat. Jangan mengunci mata, jangan mencari-cari alasan, ramahlah. Cuma itu satu-satunya cara keluar dari sebagian besar hal buruk.

“Asagi. Tuan Asagi di sini?”

Karyawan Guild di sebelah Hadiah yang senantiasa membantu, memanggil-manggilku. Tetapi hadiah pengumpulan tanaman herbal sudah kuterima ….

“Ya, ada apa?”

“Tuan Asagi, sebab levelmu sudah sampai 20, peringkatmu sekarang naik ke E. Tolong serahkan kartu statusmu.”

“Hmmm? Tapi aku barusan naik ke peringkat F?”

“Tolong serahkan kartu statusmu.”

“Anu, aku baru saja naik peringkat F ….”

“Peringkat bisa naik melalui jumlah misi yang diselesaikan sekaligus perhitungan level. Sewaktu dirimu berusaha mengembangkan diri, aku mendiskusikannya dengan Master Guild dan telah diputuskan bahwa peringkatmu naik. Jadi tolong, berikan kartu statusmu.”

Ucapannya sedikit serasa kasar …. Tapi beneran nih, kalau tahu aku lebih giat meningkatkan level.

Dia nampak hendak meledak saja, aku cepat-cepat menyerahkan kartu. Dia menghilang ke ruang belakang sejenak dan kembali cepat.

“Tuan Asagi, sekarang kau peringkat E. Lazimnya dipanggil, ‘Kristal.’

“Terima kasih.”

Aku mengambil kartu kembali.

“Tolong jangan terlalu memaksakan diri. Kau hidup cuma sekali.”

“Kau baik sekali. Kau pun jaga diri, nona.”

“Terima kasih. Tapi namaku bukan nona. Aku punya nama sendiri, Fiona. Jadi tolong mulai dari sekarang panggil namaku.”

Perkenalannya blak-blakan amat. Sulit mencari tahu seakrab apa para petualang dengan para karyawan Guild.

“Okelah, Fiona. Semoga harimu menyenangkan.”

“Kau juga Asagi.”

Seusai mengatakannya matanya berkedip. Gadis ini, apa dia tertarik padaku?

Pemikiran tolol seketika meninggalkan Guild. Tapi tentu saja aku masih mewaspadai lingkungan sekitar. Terasa suam-suam janggal.

Share this post on:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments