Share this post on:

Ditolak + Ditolak + Ditolak

CH 84.png

Penerjemah: DaffaSouls

――Bergetar, bergetar, tanah bergetar di bawah kakinya.

Kehilangan pijakan yang semestinya berada di sana, Subaru seolah-olah merasa jatuh dari tempat tinggi.

Kenyataannya, Subaru hanya berdiri membeku di tengah-tengah ruangan, melotot dengan mata membeliak. Sebenarnya Subaru tidak merasakan sensasi tersebut, hanya terkejut terhadap pengakuan Roswaal.

“Tempat…di luar…jangkauanku…?”

“Kau sudah punya jawabannya, kan? Ketika dua hal penting secara bersamaan dihadapkan mara bahaya, orang itu mesti memilih salah satu. Pilih satu yang lebih penting, dan biarkan yang satunya. Dengan begini, setelah melepaskan semuanya selain hal yang penting bagimu, kau akan menjadi mahluk sempurna yang dirimu pilih.”

“Omong kosong macam apa itu!!? Mahluk sempurna!? Yang aku lihat adalah orang tolol yang dirajam luka, terjebak sendirian di gurun antah-berantah yang tertiup angin!”

“Dan kau masih menyimpan hal berhargamu di tempat yang penuh kesenangan, tempat keindahan dan kemurnian tak tersentuh. Dibanding penderitaanmu, hal itu lebih penting, kan?”

Roswaal, yang sudah agak tenang, menanyai pertanyaan ini, namun Subaru tidak menjawab.

Bukan karena dia dibujuk, atau tidak tahu mesti berkata apa.

Tetapi hanya karena emosinya meletus besar-besaran membuat Subaru tidak dapat merajut kata. ――Tidak pernah dia kewalahan sampai membuatnya terbungkam.

Apakah tragedi di Mansion merupakan hasil dari kesetiaan tak masuk akal terhadap logika tidak jelas ini serta Kitab yang dinubuatkan seenaknya?

TLN: Hayoluuhhh, gua yakin pasti bingung, simak baik-baik aja.

Frederica, Petra, dan Beatrice, benarkah mereka mati sebab alasan egois? Menyempurnakan eksistensi Subaru――sungguh tujuan menggelikan sampai-sampai gadis-gadis itu kehilangan nyawa mereka, dikhianati oleh tuan yang mereka percayai?

“Roswaal… kau ini … benar-benar …sinting…?”

“…Nampaknya begitu. Sudah lama aku jadi sinting. Sejak empat ratus tahun lalu tatkala aku terpesona oleh mata itu, aku senantiasa sinting”

“Empat, ratus…?”

Tidak mampu menelan kata-kata yang baru saja disemburkan kepadanya, Subaru hanya dapat membeokan kembali ke wajah Roswaal walau ekspresinya bingung parah.

Lagi-lagi, empat ratus tahun lalu――tapi terlampau tidak wajar bila mendengarnya langsung dari bibir Roswaal. Badut itu tidak tahu apa yang terjadi empat ratus tahun lalu. Namun, caranya mengucap tutur barusan seakan-akan dia sudah hidup dari empat ratus tahun lalu, sampai masa kini――

“Natsuki Subaru-kun”

Selagi mata Subaru goyah karena linglung, terdengar suara dekat yang memanggil namanya.

Menghadap ke arah sumber suara, ternyata Roswaal, dia beranjak bangun dari kasur. Melihat sosok tingginya berdiri tegap sampai hembusan nafasnya mendorong Subaru ke belakang dengan terengah-engah――sayangnya kerah Subaru tertangkap, tidak bisa kabur. Ditarik lebih dekat sampai dahi mereka saling bersentuhan.

“Kau menganggapku orang sarap. Oh aku tentu sangat menyetujuinya. Tidak salah lagi, aku memang gila. Tanpa kewarasan. Sedari dulu sekali, hatiku diklaim oleh diriku sendiri”

“Ah, hha…”

“Tapi kenapa kau tida~k? Kau semestinya seperti diriku, tidak, bahkan lebih gila dariku. Tanpa kegilaan itu, kau sama sekali tidak punya kekuatan. Karena tempat yang kau perjuangkan jauh lebih tinggi dariku. Demi jalan sepi yang tak seorang pun dapat memahami, yang kau perlukan bukanlah hati manusia. Tapi hati baja, hati tak tergeming――salahkah aku?”

“Aa, gh…h, hentikan!”

Sepatah demi patah kata meresap ke dalam benaknya selagi suara Roswaal menariknya ke kedalaman jurang nan gelap. Subaru menggelengkan kepala, mencoba menghilangkan sensasi itu, mendorong dada Roswaal.

Menepuk-nepuk tubuhnya dengan jemari selagi melangkah mundur, Subaru tidak dapat menyembunyikan suaranya yang gemetaran, dia menggertak.

“Apa pun yang terjadi, mau bagaimana nantinya, rencanamu sudah hancur tatkala aku kehilangan kualifikasi! Perangkap-perangkap yang kau tempatkan di Mansion, semuanya hanyalah pengorbanan sia-sia dan tak berarti! Mana kala kau sudah memahaminya, lantas hentikanlah kebodohanmu!”

“Aku tidak menerimanya. ――Melihat tekadmu yang setengah-setengah, aku mcqueen yaqueen kevitallannya. Kau tidak perlu menjadi manusia. Akan kudesak dirimu, memaksamu agar terus bergantung pada Emilia-sama sehingga kemanusiaanmu hilang. Pada saat yang sama pula, akan kupastikan Emilia-sama terjerumus ke dalam cinta dan ketidakberdayaan dan pada akhirnya mengandalkanmu semata. Dengan kalian berdua yang saling memerlukan satu sama lain, aku akan memilih jalan untuk dirimu yang semaput. Itulah satu-satunya cara mewujudkan tujuanku”

“Apa…apa gunanya itu…!? Mau berapa kali kau memojokkanku, semua itu takkan mengembalikan kualifikasinya! Silahkan patahkan semua tekadku, ingatlah keinginanmu takkan pernah terwujud!”

“Kau yang lebih tahu akan apa yang kau percayai”

Teriakan Subaru bertemu dengan suara beku Rooswal.

Satu, gedebuk berat dalam dadanya terjadi karena memahami kata-kata Roswaal. Sebenarnya, sederhana saja.

Sebagaimana yang dia pikirkan――semisal Subaru betul, betul bertobat dan meminta bantuan Echidna, wanita itu pasti akan mengulurkan tangannya lagi. Sekiranya Subaru sungguh-sungguh tersesat, putus asa dan puas cuma dengan melangkah maju, pilihan ini masihlah tersedia. Dan sebab itulah.

“Jika itu berarti kau akan kembali padanya, Echidna akan dengan senang mengembalikan kualifikasimu. Mengingat sifatnya, itu wajar. Kurang lebih sebanyak itulah yang aku ketahui”

“…….”

“Jangan sombong, Natsuki Subaru. Bukan kau seo~rang yang memahami Echidna”

Diimbuh dengan cara bicara yang sama sekali bukan Rooswal, caranya berbicara dipenuhi kebencian serta kedengkian.

Terperangah oleh kehebatan kebenciannya, tubuh Subaru mematung. Dan hanya ketika dia mencerna kata-kata itulah, bocah itu baru menyadari tujuan Rooswal.

“Alasan kau begitu terobsesi dengan pembebasan Sanctuary adalah…karena harapan Echidna?”

“……”

“Dia mendesainnya sehingga Ujian Makam akan mengarah pada Pembebasan Sanctuary … dan menyelesaikan persoalan ini akan mengembalikan sejumlah ingatannya, begitukah rencanamu?”

“…Dalam hidupnya, Echidna senantiasa bertanya-tanya bagaimana akhir tempat ini ketika dia meninggal. Soal akhir itu, dia meninggalkan mekanisme Makam, dan di tempat itu, jiwanya bersemayam. Tapi dari seluruh empat ratus tahun ini, akhir yang dia harapkan tidak kunjung terwujud”

Empat ratus tahun sejak Penghalang Sanctuary didirikan, tidak pernah rusak sekali pun.

Keinginan Echidna adalah menyaksikan sang akhir, tak pernah terjadi. Mampukah keinginan Rooswal menunjukkan akhir itu pada Echidna agar jiwanya tenang?

Ide itu sendiri di luar pemikiran Subaru. Mirisnya dia tidak pernah mempercayai hantu di bumi, namun di dunia ini, Subaru berinteraksi dengan Echidna dan Penyihir-Penyihir lain. Tidak terpikir olehnya dia menghabiskan waktu bersama mereka-mereka yang menyisakan penyesalan dalam dunia ini, barangkali Subaru berkenan menghapuskan penyesalan mereka, hanya sebatas rasa terima kasih.

Namun hidup sepenuhnya untuk tujuan itu dan mengabaikan kehidupan orang lain sangatlah tidak masuk akal.

“Sama sekali bukan hal yang sama. Rooswal, kita dapat menemukan cara lain untuk menenangkan jwia Echidna. Aku berjanji, akan memastikan hal itu. ――Karena itulah batalkan serangan Mansion.”

“Aku menolak. Aku akan memenuhi keinginan dan dambaan Echidna. Aku melakukan yang selayaknya dilakukan. Menghancurkan yang sepatutnya dihancurkan, kulukai dirimu, kalau perlu kukotori tanganku.”

“Berhenti menyeret orang lain menuju kepuasan dirimu sendiri! Seumpama ada sesuatu yang ingin kau beritahu padanya, tarik keluar dia dan kasih tahu sendiri! Bukannya mengorbankan orang yang berniat menyusun masa depan, dan seorang gadis yang mengurung dirinya sendiri karena berhenti percaya pada masa depan!”

Frederica, Petra dan Beatrice tidak lagi perlu mengorbankan diri mereka demi rencana ini.

Dan mustahil Subaru menerima alasan egois Roswaal ini, teurtama ketika benar-benar mengabaikan kehidupan gadis-gadis itu dan ditata khusus untuk merintangi Subaru.

“Aku menolak. Satu-satunya penawaran yang aku dengar adalah, Akan kulakukan kehendak Roswaal. Selain itu kutolak. Pengorbanan mereka adalah hal penting.”

“Persetanlah. Aku akan mengekspos semua rencanamu dan tunggulah konsekuensinya.”

“Lebih tepatnya, kau mesti berpikir sebelum bertindak. Apa manfaatnya melakukan hal itu? Membeberkan kesalahanku di depan umum takkan mengubah situasi Sanctuary. Emilia-sama akan kehilangan pendukungnya pada Pemilu, dan hubungan antara penduduk dan pengungsi tambah memburuk. Kau pikir bagaimana bisa Emilia-sama menyelesaikan Ujian saat ada perkara besar tepat di depan matanya? Sudah berapa kali kau melihat Emilia-sama hancur berantakan?”

“K-ketika Garfiel mengetahui Frederica … bahwa kakaknya dikorbankan demi rencanamu, tidak mungkin dia…”

Kalau itu tempatmu menaruh harapan, maka buta sudah dirimu. Garfiel takkan bergegas keluar dari Sanctuary utnuk membantu Frederica. Sekilas bayangkan apa yang terjadi pada Sanctuary saat dia pergi akan melumpukannya dengan rasa takut, begitu menyedihkan, bodohnya Garfiel. Pemikiran sempit, besar kepala, semata-mata mengandalkan kekuatan fisik. Kendati kepalanya setengah cerdas, dia tahu apa yang akan menimpa Sanctuary tanpa dirinya. Karena itulah, kau takkan pernah memanfaatkannya. ――Sebab anak itu terlalu patetis untuk melindungi sisi lemah nan rapuh dunia ini.”

Seorang anak patetis, deskripsi yang menusuk dada Subaru.

Penjelasan yang persis sama ketika mereka mengutarakannya pada Subaru yang hendak bunuh diri di pesta teh. Tampaknya Roswaal merasakan hal yang sama pada Garfiel. Tidak menyadari hal ini, atau barangkali tidak terlalu mengetahuinya, Garfiel tetap dengan sepenuh hati bertekad mewujudkan tujuannya.

“Garfiel tak akan memihak padamu. Dan aku tidak berniat menghentikan rencanaku. Yang harus kau lakukan adakah karatkan hatimu, poles kemudian sempurnakan. Hanya itu saja. Terima ini, Natsuki Subaru.

――Terima bahwasanya kematian orang lain selain Emilia-sama tidak berarti apa-apa.”

“Bacot! Aku tak akan pernah menjadi seperti itu! Tak akan…Tak akan menjadi sebagaimana dirimu menjadi! Bukan itu pemikiran manusia waras!”

“…………”

“Aku ini manusia. Seberapa besar kekuatan acak, tidak jelas, yang diberikan, seberapa parah penyiksaan dan penderitaan, akan kutahan, dan itu tidak akan berubah. ――Aku adalah manusia. Sekali manusia tetap manusia.”

Mengutarakannya pada Roswaal yang terdiam, Subaru mundur dari tubuh lawan bicaranya yang menjulang tinggi. Kedipan emosi rumit melintas sekilas dalam paras serius Roswaal, tetapi dia mengangkat bahu.

“Ya~~h, mau bagaimana pun. Selama peluangmu tidak terbatas, maka diriku pula. Kali ini, aku menyerah untuk meyakinkan~mu. Kuserahkan pada diriku yang lainnya.”

“Kali ini tidak berhasil…sama saja dengan kali berikut dan berikutnya juga, aku takkan menerima permintaanmu. Aku takkan pernah menjadi dirimu.”

“Pergi dari sini. Nyawa ini tidak lagi punya makna.”

Kembali ke tempat tidur dan menarik seprai, Roswaal meninggalkan Subaru setelah mengucapkan kata barusan dan memalingkan perhatiannya. Memejamkan mata seolah hendak tidur, dengan kata lain menutup pembicaraan lebih lanjut.

Melihat ini, Subaru membuka mulutnya, tetapi tak ada kata yang terimbuh.

“――――”

Tanpa memecah kesunyian, Subaru meninggalkan ruangan, merasa kalah.


Keluar dari kediaman Roswaal, Subaru kelayapan bermandikan sinar rembulan.

“――Mesti apa nih?”

Menggumamkan pertanyaan yang tampaknya tidak terjawab, menyuarakan kata-kata yang berulang-ulang kali muncul di kepalanya, jawaban Subaru adalah gema senyap.

Pertanyaannya tidak mencapai seorang pun, entah berantah menghilang ke mana hanya parau yang tersisa di tenggorokannya.

Maksudnya, dia tersemat.

Kini dia tidak akan dibantu Roswaal maupun Echidna.

Bekerja sama dengan Echidna secara langsung tidaklah mungkin, dan gotong royong bersama Roswaal secara batiniah mustahil.

Subaru mengerti betul kemungkinan ini.

Bahwasanya barangkali Elsa adalah pegawai Roswaal dan penyerangan di Mansion adalah demi mendesak Emilia――tepatnya Subaru, menuju Ujian.

Seakan-akan Elsa sudah tahu persis kapan Subaru tiba di Mansion. Dan kemudian matilah si informan, Frederica, digabungkan denga pengetahuan Elsa tentang jalan tersembunyi lagi Perpustakaan Terlarang. Semua halnya dipertimbangkan, tersangka yang belum diselidiki adalah Ram dan Roswaal.

Akan tetapi, pengabdian Ram kepada Roswaal sampai membuatnya mematuhi apa pun perintah si badut. ――Namun, Subaru selalu menyampingkan kemungkinan ini dari kepalanya, bukan karena dia tidak ingin benar, tetapi karena dia pikir itu tidaklah mungkin.

“Kalau Roswaal adalah pegawai Elsa, maka…”

Ketika Lambang Emilia dicuri pada hari Subaru dipanggil ke dunia ini, apakah itu disuruh Roswaal juga?

Jika tulisan-tulisan dalma Kitab telah meramalkan kehadiran Subaru, eksistensi Wewenang Return by Death, dan kebenaran itu akan sangat diperlukan demi kemenangan Emilia, maka kekacauan hari itu agar Subaru menjadi sekutu faksi Emilia.

Upaya edannya pada hari itu, tiga kematian dia rasakan semata-mata demi menyelamatkan Emilia, dan senyum gadis itu ketika Subaru bertanya namanya, apakah semua itu sudah direncanakan Roswaal?

“Andai semuanya mengikuti ramalam ini…maka keberadaan Rem yang terrenggut, Sanctuary yang terperangkap…semua ini sesuai rencana seseorang……?

Kalau begitu, semua perjuangan mati-matian Subaru merupakan salah satu rencana yang disusun seseorang.

Apakah meninggalkan segalanya selain Emilia betul-betul satu-satunya cara untuk menyelesaikan persoalan ini? Karena semua jalan telah ditutup, benarkah ada pilihan lain?

“Aku ini bodoh, ya? Tidak…aku yang berlaku bodoh. Ini adalah jenis pemikiran sempit Roswaal…misal aku membiarkan semuanya, lantas aku……”

Kitab tidaklah absolut. Tidak ada orang yang lebih mengerti hal ini ketimbang Subaru, dia secara pribadi telah menuliskan sesuatu pada Kitab ramalan Betelgeguse. Kitab petunjuk masa depan tidak sekuat itu. Malahan, setiap kali ada sesuatu yang menyimpang dari ayat yang tertulis, Roswaal menyerah pada dunia dan menaruh harapan pada dirinya yang lain――

“――Huh?”

Barusan Subaru merasa seakan memukul sesuatu yang janggal. Selagi berspekulasi tentang Kitab Roswaal dan berhati-hati membahas berbagai peristiwa secara berurutan, Subaru merasa ada yang salah. Tapi tidak tahu mana yang salah.

“Ada apa nih…err…ada yang ganjil. Tapi, apa yang ganjil…!?”

Seolah-olah diberi teka-teki yang mustahil dipecahkan, Subaru mencari-cari cahaya di balik kabut tebal. Kitab Roswaal. Bertindak sesuai apa yang dituliskan. Kitab Beatrice. Kitab Kultus Penyihir. Berhentinya ramalan baru setelah pemikiknya mati. Halmaan kosong. Hasilnya mengikuti ramalam. Hasil yang tidak mengikuti ramalan――masa yang tengah berlangsung ini menyimpang dari nubuat Kitab.

“Masih belum ketemu. ――Satu langkah lagi, tapi tidak bisa kucapai…”

Meskipun rasanya dia sedang memegang semua potongan teka-teki itu, semua potongan tersebut selalu akan tersebar sebelum membentuk gambar. Itu adalah tarikan yang tidak dapat dia abaikan. Setiap kali Subaru terjebak, dengan mengumpulkan petunjuk yang lebih kecil dan disusun jadi jawaban, barulah ketemu jalan keluarnya.

Kali ini berbeda. Kalau saja dia bisa merakit fragmennya satu per satu――

“――Subaru?”

“Hmm?”

Panggilan namanya menarik keluar kesadaran Subaru dari kekalutan pikiran.

Melepaskan diri dari permukaan air, dia mendapati dirinya berdiri dalam kegelapan dibalut sinar bulan, kemudian melihat Emilia yang menatapnya dengan rambut perak berkilau yang melambai-lambai.

Tidak kuasa menahan keterkejutan dari pertemuan tak terikar ini, membuat dada Subaru tertusuk rasa sakit, Subaru mengangkat tangan, lalu…

“Oh, Emilia……tan. Kau lagi apa di luar sini? Sudah tengah malam, tahu?”

“Kau juga, Subaru. Kalau kau terjaga sampai semalam ini, nanti tinggimu tidak naik-naik.”

“Pikirku…baru saja melewati pubertas, jadi aku teramat tidak mencemaskan hal itu…”

Emilia mendatangkan topik yang agak tidak penting, sebagaimana biasa. Kembali tenang berkat jawaban Emilia, Subaru langsung menghampiri Emilia. Mereka berada di tengah-tengah Sanctuary, di semacam alun-alun. Emilia bersandar pada batu berlumut dari air mancur yang kering, rambut peraknya melayang tertiup angin malam ketika melihat Subaru di sampingnya.

Menatap pesona melankolisnya, mata kecubung mengirimkan denyut nadi manis dan pedih ke jantung Subaru yang melemah.

“Aku tidak bisa tidur, jadi aku berkeliaran di luar … Subaru bagaimana?”

“…Nah, aku juga sama. Aku tipe orang yang tidak bisa tidur jika kau mencuri bantalku, Otto juga mendengkur sangat keras.”

“Aku sangatttttt terkejut kau mengetahui hal-hal semacam itu, Subaru.”

Emilia cekikikan, menempel bibirnya dengan tangan. Melihatnya dari samping, Subaru teringat bahwa ini adalah pertama kalinya mereka bertemu setelah Return by Death malam ini. Di tempat yang tidak dikenali Subaru, tindakan orang biasanya mengikuti pola. Yang artinya, malam Emilia menantang Ujian Pertama, Emilia selalu datang ke sini untuk berjalan-jalan, tidak bisa tidur.

Diundang ke pesta teh, dibantai Garfiel yang termakan amarah, menguak identitas sejati Lewes, dan mengetahui agenda gelap Roswaal――Selagi Subaru sibuk dengan semua itu, Emilia juga berubah.

“…Kau kelihatan buruk, Subaru.”

“Mn, begitulah. Padahal tidak sih.”

“Hmmm, pembohong. Andai kau Subaru yang biasanya, kau akan lebih…eksentrik?”

“Sudah lama tidak mendengar orang mengatakan eksentrik…”

Sudah lama mereka tidak berbincang-bincang seperti ini, pikir Subaru ketika pipinya melembut karena lega. Lihat, gak? Emilia menunjuk pipi Subaru sembari tersenyum.

“Tuh, kau tersenyum juga. Selalu berusaha tersenyum ketika berada di depanku, Subaru, kau tidak bisa melakukannya sekarang.”

“――――”

“Apa kau tersakiti…? Kalau kau mengkhawatirkan sesuatu … jikalau kau mengatakannya padaku, akan aku dengarkan.”

Melemaskan pipinya yang tadinya tegang dan menuturkan kata-kata iba, Subaru habis-habisan berusaha menahan kumpulan air yang menggenang di balik matanya.

Kata-katanya yang lembut, penuh kasih sayang meresap ke seluruh tubuh Subaru.

Dikelilingi dari semua sisi, tak berdaya dan tertahan, ketika bahkan sinar harapan terakhir memudar, ia hampir ingin berpegangan tangan pada tangan tercintanya yang ditawarkan dengan kasih.

Keyakinannya yang goyah, tidak mampu melangkah maju walau baru saja membulatkan tekad, kedua perasaan itu menyedihkan lagi frustasi.

“Itu…masalahku sendiri. Tidak bisa kubagikan padamu.”

“…………”

“Dibandingkan aku, masalahmu sudah banyak, kan? Dirimu setelah Ujian…apa kau sekarang sungguh baik-baik saja?”

“Mn, aku membuatmu risau. Itu mengganggumu, ya? Maaf. Aku rasa baru saja menghadapi masalah yang mentalku tidak sanggup menerimanya.”

Subaru mengalihkan muka, berusaha mengubah topik pembicaraan, sedangkan Emilia membalasnya dengan senyum lunak.

Dia kembali bersandar pada air mancur di belakangnya, menatap langit malam seakan-akan mengalihkan perhatiannya sendiri.

“Beneran…aku belum siap sama sekali. Sudah sampai sejauh ini berkat melarikan diri dari banyak hal yang tidak perlu aku hadapi, tapi…”

“Aku tidak tahu bagian mana yang buruk dari hal itu…Apa salahnya kabur dari sesuatu yang tidak kau sukai? Apakah menghadapi hal-hal yang tidak menyenangkan sepanjang waktu berarti sewaktu-waktu kau mesti menyelesaikannya? Dan siapa pula yang bilang perlu menyelesaikannya? Bila kau kabur dan memilih jalan lain, lalu mengambil jalan itu-itu juga…itukah yang disalahkan orang padamu?”

“Subaru……?”

Mendengar semua kata-kata itu terlontar dari lidah Subaru selagi dirinya mengoceh-oceh, Emilia mengerutkan alis. Tapna menyadari kebingungannya, Subaru terus saja lanjut ngomong.

“Echidna, yang menciptakan Ujian ini, Roswaal yang memang sengaja menarik kita ke sini, serta Garfiel yang selalu saja menghalang-halangi, semua orang bertingkah egois. Kau bebas menuruti keinginanmu tapi mengapa menyeret kami ke dalamnya? Lalu kalian mengkritik kami karena tidak memenuhi harapan kalian … Apa sih yang kalian inginkan dari kami!?”

“――――”

Kepalaku akan meledak karena kehabisan akal. Lagi dan lagi dan lagi dan lagi masalah terus saja menumpuk …… Dan terparahnya, semuanya adalah salahku? Jangan membuatku tertawa. Jangan membuatku tertawa, Jangan――”

Sebagaimana kepeningannya sebab emosi yang berkecamuk ditambah amarah tak masuk akal――

――Telapak tangan lembut melilit bagian belakang kepalanya, seolah merasa tubuhnya ditarik ke bawah. Merasakan kepalanya jatuh ke dalam kelembutan di hadapannya, Subaru berhenti bernafas.

Sentuhan panas namun lembut menyelubungi wajah Subaru.

Melalui kehangatannya, dia mendengar detak jantung, kesadarannya yang abu-abu mulai menyadari apa yang terjadi――sadar dia sedang dipeluk payudara Emilia.

“Aa, aah――?”

“Santai saja. Sekarang tenanglah. Santai, dan dengarkan suara hatiku.”

“――Nn.”

“Biarkan dirimu mengikuti ritme yang stabil, pelan-pelan tarik nafas, dan hembuskan…ulangi terus. Pas tenang, tepuk punggungku. Sampai saat itu, kita bisa tetap seperti ini.”

Bulu kuduknya menggelitik senang sambil mendengar bisikan di telinganya, nafas Subaru semakin cepat. Kekagetan emosinya yang tak tertembus meledak-ledak, digantikan oleh siksaan dari semua darah di tubuhnya yang mendidih.

Bagaimana bisa jadi seperti ini? Subaru mendengarkan detak jantung Emilia yang tenang, ironisnya detak jantungnya sendiri hampir-hampir melompat keluar dari dada.

Tetapi detak jantungnya yang panik pun secara alami mengikuti ritme nafas Emilia selagi telapak tangannya dengan lembut membelai bagian belakang kepalanya. Mematuhi bisikan Emilia, Subaru menghela nafas dalam-dalam, menghembuskannya, dan mengulanginya lagi sampai paru-paru serta jantungnya kembali normal.

Pelan-pelan, dia menepuk punggung Emilia. Tangan gadis yang berada di kepala bocah itu menjauh setelah diberi sinyal ini, Subaru bangun, menahan keengganannya untuk berpisah.

“Sekarang sudah tenang?”

“…Begitulah.”

Menghadapi mata ungunya yang berkilat-kilat, Subaru menghembuskan nafas lirih. Mendengar tanggapannya, “Alhamdulillah,” senyum lega tumbuh di wajah Emilia. Berusaha agar terlihat tidak tersipu malu, Subaru menggelengkan kepala.

“Maaf tadi aku kelepasan…Aku benar-benar tidak ingin menyulitkanmu seperti ini.”

“Aku sama sekali tidak merasa disulitkan.”

“Tapi, kau pastinya telah melalui lebih banyak rintangan dari pada aku…tidak bisa dipertanyakan lagi. Kalau bisa, aku harus menyelamatkanmu dari semua hal ini……Itulah pemikiranku.”

“Subaru…”

Dia selalu saja menunjukkan sisi kerennya di depan Emilia.

Kenyataannya, dia manusia memalukan, lemah, sombong, tidak berguna, dan berusaha keras agar dapat terus berada di sampingnya.

“Tidak ada yang berjalan lancar…bahkan aku pun…baru saja berbicara dengan Roswaal. Mengenai cara untuk membebaskan Sanctuary tanpa mentutaskan Ujian.”

“Huh?”

Kenyataannya, lebik baik andai kata aku menggantikamu … namun kini, aku tidak bisa melakukannya lagi. Jadi paling tidak mesti mencari jalan pintas terbaiknya, sayangnya itu pun tidak berhasil. Anu … apa yang harus kulakukan…maaf, aku tidak berguna……”

“Subaru――”

Subaru menundukkan kepala. Meskipun menerima begitu banyak peluang untuk mengulang kembali kejadian lewat Return by Death, dia masihlah gagal mencari satu solusi. Seberapa gobloknya itu?

Coba saja dia sedikit lebih berusaha, dia mampu mencegah dunia tragis yang dia saksikan dalam Ujian Kedua.

Dan sampailah saat ini, pastinya ada sesuatu yang dapat Subaru lakukan dalam situasi mencekam ini――

“Biarpun begitu, aku akan mencari jalan. Akan kupastikan dirimu tak terluka atau menderita lagi. Jadi kumohon, percayalah padaku…”

“……Subaru.” Panggil Emilia.

“Ya?”

Emilia menatap Subaru dengan mata berlinang air.

Menatap kembali mata yang berkaca-kaca itu, dalam hati Subaru yang terombang-ambing, laki-laki itu menguatkan kebulatan hatinya, memastikan bagian paling integral takkan pernah goyah.

Dia akan mempertahankan Emilia, melampaui Sanctuary, menyelamatkan Mansion, dan memulihkan segalanya.

Sekalipun tidak kelihatan sesamar harapan pun di depan sana, tentunya, dia akan――

“Aku senang kau merasa seperti ini. Sungguh deh. ――Tapi, aku tidak bisa menerima kebaikan ini.”

Tapi, keteguhan hati yang baru saja Subaru tempa, oleh bibir gadis itu yang diselimuti keyakinan, tertolak mentah-mentah.

Share this post on:
Subscribe
Notify of
guest
4 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
player ep ep

“Alhamdulillah” xD

Deyopra

Baca dari 40-84 udah susah mengimajinasikan

Vazeciel

Alhamdulillah woakwowk, emang ga salah milih waifu solehah XD

Galih

“Semua perjuangan mati-matian subaru merupakan salah satu rencana yg disusun seseorang” Ya betul, semua ini karangan penulis novel wahai subaru.. akhirnya kau sadar hahaha