Share this post on:

Ankoku Kishi Monogatari ~Yuusha wo Taosu Tameni Maou ni Shoukansaremashita~ 

Volume 1

Bab 12 

[Bertemu Dengan Seorang Mesum]

 

Penerjemah : DarkSoul

Sudut Pandang Ksatria Kegelapan, Kuroki

Para pelanggan tengah mengobrol di dalam bar yang terletak di kota luar Republik Suci Lenaria.

Dari penampilannya, mereka mungkin orang-orang dari batalion tentara.

Lebih tepatnya, para bajingan.

Aku menelinga percakapan mereka dengan seksama.

“Woi, kau tahu tidak, sepertinya pahlawan Reiji gagal membunuh Raja Iblis!”

“Aku juga mendengarnya. Setahuku, bukankah dia sedang diambang kematian karena terluka parah”

“Kekuatan yang sedahsyat itu. Tidak kusangka pahlawan-sama akan dikalahkan. Memang benar sih, penaklukan Raja Iblis kelewat berat untuk manusia fana, benar?!”

“Benarkan, bahkan pahlawan terkuat bukanlah tandingan Raja Iblis…”

“Tidak, dengar-dengar orang yang mengalahkan pahlawan bukanlah Raja Iblis”

“APA!! BENERAN?!!”

“Ya, kudengar dia dikalahkan oleh Raja Kegelapan, bawahan Raja Iblis”

“Hoo~, ini pertama kalinya aku mendengar Raja Iblis memiliki bawahan sekuat itu”

“Ya, tapi kekalahannya memberikan masalah besar”

“Masalah?”

“Raja iblis, entah kenapa, sampai sekarang tidak keluar-keluar Nargol. Akan tetapi, orang ini sepertinya berbeda”

“APA!! Maksudmu Ksatria Kegelapan itu akan datang menyerang kita?”

“Untuk saat ini aku tidak yakin. Tapi, tampaknya para iblis semakin aktif setelah mendapati pahlawan terluka. Ada rumor yang mengatakan bahwa Ksatria Kegelapan telah menyerang berbagai tempat dengan memimpin sekelompok iblis”

“Jadi Ksatria Kegelapan lagi mengejar pahlawan … Dunia ini mengerikan …”

Aku tidak minum liquor1, hanya duduk di kursi terdekat, mendengarkan percakapan mereka.

Rumor yang dibicarakan sepenuhnya tidak benar.

Aku sama sekali tidak berniat menyerang mereka. Dari awal, Modes juga tidak punya niat untuk menghancurkan ras manusia. Kurang lebih begitulah yang aku dengar darinya

Aku melihat para pelanggan yang meneguk liquor mereka.

Liquor yang ada dalam cangkir kayu terbuat dari gandum yang difermentasi dan disebut ale.

Minuman itu sama seperti bir2 di duniaku dulu.

Kendati aku sendiri tidak pernah minum bir atau ale3, kurasa ale mungkin tidak semanis bir.

Ngomong-ngomong, dunia ini tidak memiliki kulkas.

Jadinya ale tidak sedingin yang biasanya.

Meski demikian, aku berhasil mendengar desas-desus tentang Reiji.

Reiji dan kawan-kawannya memang hebat. Telah berhasil membuat markas besar mereka di kota ini.

“Diehart-dono.”

Aku mendengar suara dari bawah kursi. Ada tikus di bawah sana.

Nut selesai mengumpulkan informasi di kuil Rena yang terletak tepat di pusat Republik Suci Lenaria.

“Selamat datang kembali, Nut. Haruskah kembali ke markas kita?”

Sudut Pandang Ksatria Kegelapan, Kuroki.

Aku akan kembali ke gubuk Dozumi bersama dengan Nut.

Dozumi tidak tinggal di tempat ini lagi.

Dia sudah meninggalkan negeri ini.

Tidak, bukan hanya Dozumi.

Nampaknya anggota pasukan tentara juga hilang

Mungkin karena mereka takut pembalasan dendam Reiji.

“Diehart-sama. Begitulah situasi kuil saat ini”

Aku mendengar situasi kuil dari Nut.

Menurut Nut, kuil tersebut dibangun oleh para kurcaci.

Nyatanya para kurcaci cukup cakap soal membangun sesuatu.

Tak luput, para ksatria yang menjaga kuil juga diseleksi dengan ketat dari para pasukan elit, jadi keamanannya juga terjamin.

Tapi, masalahnya adalah alarm sihir yang dipasang di berbagai tempat di kuil yang jumlahnya lebih banyak daripada jumlah kepala ksatria penjaga.

Perangkat alarm yang dibuat oleh para kurcaci ini, mampu melihat sihir tembus pandang atau sesuatu yang mirip semacam itu.

Karena itulah aku yakin ada kemungkinan besar bahwa Reiji dan yang lainnya ada di kuil ini.

Sulit menyusup ke dalam kuil Rena karena garis pertahanannya terlampau kuat, jadi aku menunggu kepulangan Nut.

“Aku bisa dengan mudah masuk ke kuil sendirian…”

Nut mengatakannya dengan nada menyesal.

Mungkin alarmnya tidak berbunyi untuk hewan berukuran kecil yang masuk ke sana. Karena itulah, Nut, yang memiliki tubuh kecil, dapat dengan mudah memasuki kuil tanpa ketahuan.

Tidak masalah jika aku bisa menggunakan sihir perubahan, tapi sayangnya, tidak bisa kugunakan.

“Tidak apa-apa, terima kasih sudah membawakanku informasi. Itu sungguh-sungguh sangat menyelamatkanku, tahu …”

Nut tidak bisa menggunakan sihir, tetapi pengetahuannya luar biasa. Aku diberitahu bahwa atasannya adalah sang mantan Dewa Pengetahuan.

Tapi, kelebihan Nut adalah kemampuan mencari infromasi dan menyusup. Dengar-dengar dia bahkan pernah menyusup ke Elios untuk mengirim pesan ke teman-teman Modes.

Tanpa Nut yang menemaniku sepanjang perjalanan, aku mungkin tidak bisa sampai sejauh ini dengan damai.

Aku harus mengucapkan rasa terima kasih kepada Modes karena mengirimkan bawahan yang luar biasa seperti Nut sebagai pemanduku.

Dan dia benar-benar membawakan informasi tentang kuil.

“Menyusup rasanya sedikit menyulitkan, benar?”

Aku mendesah.

“Err~, Diehart-sama. Jadi tetap tidak bisa walau dibekali informasi yang saya dengar selama penyusupan?”

Tanya Nut.

“Tentu saja, aku mengetahui banyak hal dari informasimu barusan …”

Tapi, kalau hanya segini aku tidak akan menyusup.

Dari awal saja, alasan aku datang ke sini bukan untuk mengumpulkan informasi sebagai musuh mereka.

Juga tidak menentukan apakah informasi yang dikumpulkan akan berguna bagiku.

Aku harus mengumpulkan informasi lain seperti jenis perlengkapan yang digunakan atau kekuatan militer mereka jika ingin mengumpulkan informasi sebagai musuh mereka.

Mungkin, Nut salah mengartikan bahwa tujuanku datang ke tempat ini adalah untuk memberikan serangan terakhir kepada sang pahlawan.

Informasi yang dikumpulkan oleh Nut sangat penting jika ingin mengambil langkah semacam itu.

Karena Nut tidak tahu maksudku, informasi yang dia bawa tidak selalu informasi yang aku inginkan.

“Maaf. Aku ingin melihat mereka dengan mata kepalaku sendiri”

Aku menolak tawaran Nut.

“Saya mengerti…”

Suara Nut terdengar suram, mungkin dia menganggap aku tidak mempercayainya.

“Lebih baik. Ayo kita makan”

Kami meninggalkan gubuk, mantan kediaman Dozumi.

Ketika kami meninggalkan gubuk, kami memijakkan kaki kami dengan kuat di tanah yang tandus.

Berbeda dibandingkan dengan wilayah di dalam benteng. Tidak ada trotoar batu di kota luar.

Sekarang adalah hari kedua aku sampai di kota Lenaria ini.

Mungkin karena aku berjalan keluar di sore hari, aroma hidangan melayang keluar dari kedai-kedai. Makan bubur sereal mungkin enak.

Ada banyak orang yang pergi ke kedai.

Tapi, makan makanan kota luar itu berbahaya karena persoalan kebersihannya.

Yah, karena tidak ada kesetaraan dalam hukum, walaupun tidak langsung mati, mungkin ada beberapa tanaman beracun yang ditambahkan di dalam makanan tersebut.

Itu sebabnya aku tidak makan apa pun di kedai.

Jika kau ingin tahu apa yang kulakukan di bar, maka jawabanku adalah mengumpulkan informasi.

Nut dan aku memutuskan makan di dalam benteng.

Kami memasuki kota melalui gerbang utama selagi aku mengenakan mantel bayangan.

Aku menggunakan sihir tak terlihat yang menyembunyikan wajahku. Sihir tak terlihat adalah sihir yang menipu akal sehat mahluk hidup. Setelah merapalkan sihir ini, bahkan orang di sebelah si perapal tidak akan menyadari kehadirannya.

Namun, tampaknya orang-orang dengan kemampuan deteksi tertentu dapat dengan mudah melihatnya.

Bagian dalam benteng itu bersih dan indah, benar-benar berbeda dari kota luar yang sampah saja sampai berserakan dimana-mana.

Aku pergi menuju toko roti yang kutemukan kemarin.

Ada dua jenis roti, yang pertama dibuat dengan topping gandum hitam yaitu roti hitam, dan yang satunya dengan gandum putih berkualitas yaitu roti putih.

Roti yang dibuat dengan gandum berkualitas tidak kalah dengan roti yang dibuat di Jepang.

Meskipun kota itu berbeda, tercium aroma roti penuh madu lezat ini.

Apakah roti itu dibuat di kota ini?

Setelah berjalan sebentar, tujuan kami adalah tempat yang ramai.

Ketika aku mencoba mengintip celah antar gerombolan manusia, dua baris ksatria berbaju zirah sedang berjalan, sambil memasang mata.

“Itu Ksatria Kuil. Apa yang para ksatria itu lakukan di sana?”

Di Lenosc, Republik Suci Lenaria, satu-satunya orang yang bisa memberi perintah kepada para kesatria adalah Kepala Kuil.

Dengan demikian, pekerjaan ksatria menjaga keamanan di jalan besar dan melindungi seluruh kuil.

Nut tidak pernah mengatakan bahwa mereka akan berjalan di tengah-tengah kota dengan baju zirah seperti itu.

Dua gadis berjalan di belakang ksatria itu.

Mereka berdua cantik.

Wanita pertama adalah definisi dari seorang putri yang dibesarkan dengan baik. Rambutnya yang berwarna cerah sama mengesankan dengan tatapan penuh ambisinya.

Wanita yang berjalan di belakangnya agak pendek dengan rambutnya diikat seperti sebuah gelungan di atas kepalanya. Hanya saja wajahnya seperti memakai topeng noh. Mereka berdua saling mengobrol, wanita di depan menampakkan berbagai macam ekspresi, tapi wanita di belakangnya menanggapi dengan seminimal mungkin. (Rambut si cewek pendek mirip kek Saber FSN)

Bahkan dari jauh pun, aku menebak mereka berdua mengenakan pakaian kelas satu. Sepertinya mereka cukup kaya.

Rupanya para ksatria yang berjalan di depan dan di belakang mereka adalah pengawalnya.

Aku penasaran siapa mereka?

“Diehart-sama. Dia adalah putri yang meledak”

Nut menunjuk pada wanita yang berjalan di depan.

Putri Yang Meledak!?”

Putri yang meledak, nama panggilan yang aneh. Nut hasil untuk memberikan penjelasan setelah memikirkan hal itu untuk kedua.

“Suatu kala, putri itu memukul pria yang menyantetnya dengan sihir. Pada saat itu, kekuatan sihir putri itu tanpa pandang bulu menghancurkan banyak sekali bangunan, dan dengan demikian, dia mendapat julukan Putri Yang Meledak

“Haaah…”

Aku mendesah konyol setelah mendengar penjelasan Nut.

Dan sekarang, para ksatria ini diberi tugas oleh kuil untuk tidak membiarkan siapa pun mendekati Putri Yang Meledak.

Ternyata kalian bukan pengawal? Ingin kuberteriak seperti itu.

Keempat ksatria itu seperti seorang pendamping yang mengelilingi dua wanita cantik dari jarak dekat.

“Selain itu, Putri Yang Meledak di sana adalah adik perempuan pahlawan”

Aku tercengang terhadap kata-kata Nut.

Adik perempuan pahlawan itu!? Dengan kata lain, dia adalah adik perempuan Reiji.

Aku terkejut karena dia adalah adik perempuan Reiji, tapi lebih terkejutnya lagi hanya satu orang yang dipanggil di kastil Raja Iblis.

Apa tujuan mereka dengan memanggil orang sebanyak itu?

Kutanyakan hal itu dalam benakku.

Ketika aku dipanggil, aku sendirian.

Walau aku sedikit kesal, itu hanya kebetulan saja.

Haruskah aku mendekat dan menguping pembicaraan mereka?

Aku memfokuskan telingaku.

Tetap tidak bisa mendengar apa-apa.

Aku, yang menjadi superman di dunia ini, tidak dapat mendengar percakapan mereka. Saat aku memfokuskan telingaku, aku bahkan bisa mendengar suara yang datang dari jauh.

Tapi, aku betul-betul tidak bisa mendengar percakapan mereka.

Ayo buntuti. Diputuskan sudah rencanaku selanjutnya.

“Maaf Nut, maukah kau menunggu sebentar di sini?”

“Oke”

Nut turun dari pundakku.

Seharusnya tidak apa-apa biarpun aku memanggil mereka secara langsung, sebisa mungkin aku tidak ingin keberadaanku diketahui Shirone.

Aku menggabungkan sihir tak terlihat dengan Jubah Bayangan.

Mereka berdua berjalan menuju toko roti tujuanku.

Aku menguntit mereka pada jarak yang cukup aman.

Saat aku sedikit lebih dekat dengan mereka.

Aku baru bisa mendengar suara mereka.

Tatkala aku berpikir ingin lebih dekat dengan mereka.

Aku mulai mendengar suara mereka secara normal saat aku cukup dekat dengan mereka.

“Dengarkan aku Kaya, roti yang mereka jual di toko roti ini rasanya sangat enak, tahu~”

Itu suara adik perempuan Reiji.

“Tunggu sebentar!! Ojousama!!”

“Ada apa, Kaya?”

Dia jarang menghentikannya.

Persis saat itu.

Aku langsung melenturkan tubuhku ke belakang.

Tepat setelahnya, sesuatu super cepat melintas di tempat kepalaku berada sebelumnya, tepat beberapa saat yang lalu.

Tendangan berputar.

Wanita di belakang adik perempuan Reiji menerjang ke arahku dan melepaskan tendangan memutar.

Selain itu, meskipun punggungnya menghadapku, tendangannya mengarah ke daguku dengan ketepatan yang mengerikan.

Aku mungkin sudah tamat jika terlambat bereaksi.

Dan, aku mungkin pingsan jika rahangku tertendang.

Menggunakan momentum tendangannya, dia memutar tubuhnya lalu menyerangku dengan tumitnya.

Saya tidak bisa melihat bagian dalam roknya.

Aku menghindari tumit itu dengan berguling ke samping.

Trotoar batu tempat tumitnya mendarat hancur dan menciptakan retakan yang menjalar dengan trotoar yang hancur sebagai pusatnya.

Dia mengejarku.

Serangannya tajam, mungkin karena dia terburu-buru, keseimbangannya sedikit terganggu.

Aku serta-merta menangkap tendangannya dan melemparnya.

Sial. Pikirku.

Kalau begini, kepalanya akan menabrak trotoar terlebih dahulu.

Jadi, aku mengikuti momentumnya agar dia jatuh dengan pantatnya terlebih dahulu dengan melingkarkan lenganku di punggungnya.

“ARGH!!”

Wanita itu mengerang.

Tetap saja sakit kendati kau jatuh dengan pantatmu yang mendarat dahulu.

“A-aku minta maaf!!”

Aku tidak sengaja meminta maaf padanya.

DarkSoul Note: GUOBLOKKK ngapa minta maap

“KAYA!! APA YANG KAU LAKUKAN PADA KAYA!!”

Adik Reiji menggeram padaku.

Tapi, dia kepeleset. Alhasil dia jatuh.

Jika dia jatuh seperti itu, mungkin kepalanya akan menubruk trotoar duluan.

“AWAS!! “

Spontan aku menangkap tubuhnya.

FUNYU.

Ada sensasi lembut yang dirasakan telapak tanganku.

“APA YANG KAU LAKUKAN!!! “

Sepertinya aku tidak sengaja memegang payudaranya saat menangkapnya.

“DASAR MESUM!!”

Wajahku tertampar keras.

Karena tanganku tidak terpisah dari dadanya. Aku menerima tamparannya langsung.

Pada saat itu, tudungku terbuka.

“CELAKA!!”

Aku segera meninggalkan tempat itu sambil menutupi wajahku.

Para ksatria yang menyadari apa yang baru saja terjadi, bergegas menghampiriku.

Aku masuk ke bayangan jalan setelah memukul pingsan salah satu ksatria.

Aku yakin sudah kabur cukup jauh. Saat memperhatikan sekelilingku, sepertinya aku sudah berada di gubuk kota luar.

Baru saat itu aku menarik napas.

Aku mengingat kembali gerakannya. Gerakannya mirip teknik kenpo.

Mungkin kempo yang berasal dari bumi.

Dia juga orang yang dipanggil. Apa lagi, gerakannya tampak terlatih.

Lebih pentingnya lagi.

“Aku gagal….”

Gumamku.

Kedepannya mungkin akan lebih sulit lagi untuk menggali informasi.

Sekarang apa yang harus kulakukan?

“Diehart-sama ~. Apa anda baik-baik saja~?”

Nut berlari mendatangiku.

Lalu, aku teringat kejadian sebelumnya ketika melihat Nut.

Haruskah aku mengatakan yang sebenarnya?

Kalau Nut, dia dapat dengan mudah mengumpulkan informasi yang diperlukan.

Kami kurang lebih merupakan musuh pahlawan.

Bagaimana merubah pemikiran Nut jika dia tahu bahwa aku tidak ingin melawan para pahlawan?

Tapi, pada saat ini, aku tidak punya pilihan lain.

Aku menimbang-nimbang beberapa hal.

Kemudian, menatap telapak tangan kiriku.

“Rasanya lembut …”

Share this post on:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments