Share this post on:

Barisan Valkyrie

Penerjemah: DarkSoul

Langit di garis depan disembunyikan awan tipis Eintagsfliege, perak menakutkan yang memanjang sejauh mata memandang.

“Ada pasukan Löwe lain yang mendatangi kita, diperkirakan seukuran batalion …! Satu peleton juga menghampiri!”

Radio nirkabel skuadron ramai pembaruan status panik. Pertempurannya sejauh ini telah mengalahkan 30 persen pasukan mereka, lalu berita tentang masalah Löwe menandakan kematian untuk Kompi ke-12 dari Resimen ke-141 dari Divisi ke-177 Lapis Baja Republik Federal Giad, yang semakin dipukul mundur setiap saatnya.

“Empat puluh lima detik sampai kontak! Ya Allah …!”

“Cih …. Mereka masih banyak yang berdatangan …?!”

Eugene yang memiliki kemampuan manuver tempur hebat, mengerang dari kokpit ganda Vánagandr-nya. Rambutnya perak dan matanya berdarah Celena murni. Walaupun dia mengenakan kacamata, wajahnya masih muda bagi orang berusia tujuh belas tahun.

Melawan Federasi, Legion menggunakan taktik kejam—satu unit menjauh dari pertempuran dan menyelinap pergi untuk memanggil bantuan. Tak lama lagi, satu unit itu akan menjadi banyak, kemudian kawanan yang baru dibentuk itu akan bergabung kembali ke kekacauan. Vánagandr  Feldreß generasi ketiga Republik Federasi Giad mampu menyaingi Löwe soal dominasi perang darat. Unit lebih inferior takkan punya peluang melawannya.

“Sial, brigade artileri sedang apa?! Mana tembakan perlindungannya?!”

Dia sempat mendengar komandan kompi yang duduk di kursi belakang sebagai penembak, menyumpah-nyumpah di radio. Karena langkah berat Vánagandr kaki delapan, gema turet tanknya dan pekik paket energinya, mustahil untuk mendengar apa pun atau bercakap-cakap dalam kokpit, bahkan dari jarak dekat pun. Tentu saja sang Komandan tahu ini. Bermandikan kegelapan yang tercipta oleh pengerahan Eintagsfliege tanpa henti, radar dan sensornya mati, mustahil pula menunjuk lokasi musuh dengan penglihatan.

Pertempuran melawan Legion selalu dimulai dari serangan satu sisi.

Dilengkapi lapis baja eksoskeleton retak-retak dan senapan mesin berat 12,8 mm, infanteri lapis baja berhadapan dengan Grauwolf tipe Dragoon tetapi akhirnya dihancurkan bersama parit yang mereka gali. Di sisi lain, unit pendukung mereka, sejumlah Vánagandr, dilengkapi lapis baja komposit tebal serta meriam 120 mm yang kekuatannya tak tertandingi. Tetapi kurangnya mobilitas membuatnya hancur pula.

Legion adalah mesin-mesin yang dirancang khusus untuk membunuh, dan refleks manusia tidak menyetarai kecepatan reaksinya. Vánagandr sangatlah lemah soal akselerasi; biarpun soal kecepatan jelajah inheren masih bisa menyamai pasukan Legion, perkara kemampuan gerak komprehensif macam akselerasi, pengereman, atau perputaran, kekuatannya jauh di belakang.

“Jangan gentar! Sekalipun kau menghindarinya, bukan berarti mereka akan melepaskanmu!”

“Maju sini, dasar bongkahan logam menyebalkan! Akan sangat terhormat bisa melindungi rekan-rekanku, dengar?!”

“Sial, mana mungkin aku mati di sini! Aku menolak diambil mereka …!”

Para tentara infanteri berusaha mengabaikan kematian mereka yang akan datang, melempari iblis mekanik yang menghampiri dengan kata kasar dan peluru selagi jeritan mimpi buruk menghantui gelombang radio. Eugene menggertakkan gigi ketika suara-suara itu yang hendak mencengkeram nasib mereka bahkan dalam pertarungan, bergema di telinganya.

Biiiiippp. Permintaan bala bantuan mereka yang telah disiarkan sejak awal pertarungan akhirnya dijawab, sesuai isyarat bunyi bip. Dan tatkala itulah terjadi.

Beberapa selongsong melayang di udara, menembus cahaya biru-pucat bulan dan kegelapan malam seolah-olah ia kain kasa tipis belaka. Selongsongnya mendarat di bagian atas garis pertahanan Legion dengan akurasi mengejutkan, beberapa selongsong meledak dan ada yang melepaskan pancuran eksplosif lebih kecil kepada mereka. Bombardirnya terkonsentrasi sempurna, kehilangan formasi kipas infanteri lapis baja dan cuma mendarat di Legion yang berada lebih jauh.

Bombardirnya tidak lain adalah prestasi manusia super. Jenis-jenis tipe Pengintai berlapis baja tipis—Ameise—telah dibungkam seluruhnya. Grauwolf dibersihkan oleh rentetan roket yang ditembakkan di belakang mereka. Legion ringan barangkali kekuatan tempurnya dikurangkan, tapi tipe Tank Löwe membelokkan meriam-meriamnya, tak terluka … hingga mereka merosot ke tanah beberapa saat kemudian, sesudah menahan peluru-peluru tembus perisai1 di sisi rangkanya.

Ketika raungan tembakan meriam memekakkan tanpa henti menuju Löwe dan awan debu serta keributannya mulai sunyi, Eugene akhirnya dapat mendengar dari jauh, bergema layaknya guntur nan jauh. Dengan kecepatan awal 1600 meter per detik, kecepatan yang jauh melebihi suara, tembakan meriam sudah dahulu berimbas sebelum mendengar suaranya. Dampaknya diikuti suara tajam, berat, khas lempengan logam yang saling bertabrakan.

“Peluru 88 mm …?!”

“Ugh, jangan-jangan …!”

Tembakannya menerjang Legion lewat langit gelap bagai laba-laba yang melompat rakus tuk mencaplok serangga di tanah. Mendarat di atas Löwe di tengah formasi musuh, menusukkan empat penggerak elektromagnetik di kakinya ke punggung Löwe. Löwe itu kejang-kejang dan gemetar hebat.

Dia memiliki empat kaki bersendi lincah dan lapis baja putih murni, warna tulang dipoles. Dua lengan penggenggam, masing-masing dilengkapi sepasang bilah berfrekuensi tinggi dan jangkar kawat yang sekarang terlipat seperti chelicerae2 laba-laba, dan di punggngnya terdapat lengan pemegang senapan laras halus 88 mm. Penggerak 57 mm di ujung masing-masing empat kakinya menyilaukan warna perak cemerlang.

Mesinnya diberkahi keindahan dingin nan ganas yang sesuai dengan nama Valkyrienya, tetapi seiring dengan kesannya, Valkyrie3 tersebut membangkitkan citra mengerikan mayat kerangka yang berkeliaran di medan perang mencari-cari kepalanya yang hilang.

“Reginleif …”

Erangan yang bocor dari komunikasi nirkabel dalam terdengar ibarat ucapan ketakutan di hadapan musuh alih-alih ucapan yang dikatakan kepada sekutu yang datang memberi bantuan cadangan.

Reginleif XM2. Mesin berkebalikan Vánagandr, memiliki lapis baja komposit berat yang mempunyai kemampuan pertahanan absolut serta meriam 120 mm yang mencakup kekuatan penetrasi maksimum. Hasil ledakan Reginleif bertentangan langsung dengan bobotnya, dan akuator linier kuat juga teramat efisien memberikan mobilitas tinggi pada generasi ketiga akhir Feldreß ini.

Sebab telah menekan kemampuan manuvernya, Reginleif mengorbankan pertahanan dan daya tembak, hipermobilitasnya bahkan merusak tubuh penumpang. Mesin tempur mobilitas tinggi generasi ketiga hasil rancangan hampir sinting. Didasarkan dari mesin mereka: drone-drone jahat buatan Republik di sisi lain wilayah Legion.

Legion tak punya ciri-ciri kehidupan dan belas kasih apalagi tak merasa sedih untuk rekan-rekan mereka yang gugur. Mereka tidak takut mati. Löwe-nya dengan cepat mengubah tujuan utama, bersiap-siap menembak Reginleif yang terperangkap dalam puing-puing unit pendamping.

Melompat menjauh dari bahaya di detik-detik terakhir, Reginleif itu menembaki Löwe terpisah dan akhirnya roboh beberapa saat kemudian. Turetnya yang berbobot beberapa ton, meledak mengikuti amunisi di dalamnya, membumbung tinggi ke udara. Unit tempur meledak terbang dalam selimut nyala bola api, Tindakan pencegahan untuk melindungi data sensitif dari tangan musuh.

Reginleif bergegas menyerbu, melesat menembus api merah-hitam, sekaligus hujan puing logam mematikan. Menutup celah lima puluh meter antara tipe Tank sekejap mata, dia melompat pendek menuju Löwe tepat sembari merotasi turetnya, menyemprotkan sisi rentan Löwe dengan peluru tembus lapis baja meriam 88 mm ketika saling berinterseksi. Tanpa jeda, tembakannya menghancurkan sekelompok Grauwolf yang menyerbu memegang bilah frekuensi tinggi, kemudian melompat maju menghadapi Löwe satu lawan satu.

Ya, seorang diri.

Hanya satu unit, tetapi satu unit itu saja menghancurkan sekelompok Legion lapis baja yang sebagian besarnya masih utuh. bilah frekuensi tinggi mendesing, penggeraknya mengeluarkan baut-baut listrik ungu, dan meriam 88 mm-nya mengguncang medan perang dengan raungannya, mengikis bongkahan-bongkahan besi menjadi sekadar besi tua.

Aksi ini bukan bukti kemampuan mesinnya. Namun, pilotnya yang dipuji—dulu dikenal sebagai Prosesor ketika mereka menggunakan drone kejam—dan kemampuan merekalah yang membedakannya.

Rasio kematian antara Reginleif dan Löwe signifikannya tidak lebih tinggi ketimbang Vánagandr dan Löwe, malah faktanya, rasio kematian Reginleif lebih tinggi. Kenyataannya, tatkala unit-unit uji Reginleif dikerahkan selama tahap percobaannya, hanya satu kompi yang bertahan dan sisanya dimusnahkan—dan kompi yang dipimpin mereka itu menghabisi seluruh pasukan musuh.

Tentara mengamuk yang pernah diselamatkan dari kedalaman neraka oleh Federasi kembali berjalan menuju neraka lagi atas kehendak sendiri. Mereka tak takut pergi menuju medan perang melawan Legion, tak goyah di hadapan kematian yang menunggu. Terus-menerus menghindar, mereka mengendarai Reginleif yang banyak menghabisi nyawa pilot mereka, dan memburu Legion dengan tenang mustahilnya. Menentang luasnya Legion dengan menyerang secara langsung, menghancurkan mereka bersama keganasan tak terkendali dan koordinasi cermat.

Sang gila.

Bayangan muncul, melekat di salah satu kaki panjang Reginleif. Reginleif mengangkat kakiinya lalu ditampik—kemudian dicungkil dengan salah satu penggeraknya, menusuk kepalanya.

Bayangan itu adalah ranjau swagerak antitank. Eugene tahu itu tetapi masih gemetar ketakutan ketika melihatnya. Apakah Prosesor sungguhan sanggup mengetahui di saat-saat singkat kalau pasukan itu bukan kawan yang meminta bantuan? Ataukah mungkin dia tak peduli pasukan kawan atau bukan dan bertindak melindungi dirinya?

Reginleif mengguncang kaki, seakan-akan berusaha menyingkirkan sepotong sampah, dan sosok humanoid yang dengan jelas menempel di kakinya dilempar dan menabrak Löwe. Sumbunya terpicu, dan meledak, hulu ledak tinggi besi hitam legam antitank memakan bagian atas lapis baja tipe Tank.

Api berkedip-kedip menerangi lapis baja putih Reginleif, sepintas mengekspos Tanda Pribadi. Kerangka tanpa kepala yang membawa sekop—tanda menakutkan dari Pencabut Nyawa, Prosesor terkeji dan terburuk.

Tanda Pribadi teragung di antara mereka. Karena semua unit pendampingnya sudah mati di operasi militer pertama, dia sendiri mengalahkan seluruh pasukan musuh.

Namanya adalah—

Mata Eugene melebar ketika menyadari kapten kompi yang duduk kursi penembak belakangnya meludah pahit.

Nama orang-orang yang terlahir dari kedengkian Republik, murka karena kekejaman dan dipoles oleh kezaliman Republik. Nama senjata-senjata pembantai berbentuk manusia yang tidak berbeda dari Legion.

“86 … monster-monster Republik …!”

Pada dasarnya, senjata lapis baja—entah tipe tapak rantai atau berjalan—berkurang secara signifikan bila tak dioperasikan di luar situasi pertempuran. Shin duduk di kabin Unit tempur Uji Coba skuadron kendaraan transport berat khusus milik Biro Penelitian Teknologi Tingkat Lanjut, Undertaker-lah yang mengendarai Reginleif-nya.

Dia mengenakan setelan penerbangan baju biru baja militer Federasi, juga lambang nasional berbentuk elang kepala dua dan lencana pangkat letnan dua. Syal biru mudanya yang dia kenakan sejatinya melanggar peraturan militer, tetapi semua orang tak menghiraukannya selama tidak dia pakai dalam acara-acara resmi.

Dia merogoh ke bawah syalnya dan melepaskan Perangkat RAID di leher ketika menerima panggilan Resonansi Sensorik dari kru pemeliharaan di kompartemen kotak penyimpanan belakang.

“Letnan Dua Nouzen.”

“Nirkabelnya masih aktif, Kopral.”

Nozeun mendengar si Korpal mendeccak lidah dari Resonansi dan pengeras suara.

“Benar juga, sial. Aku tidak terbiasa dengan Para-RAID ini dibanding radio. Mengapa mereka mesti menggunakan unit kita untuk menguji barang ini padahal sudah punya mesin gila itu …? Omong-omong. Perihal pengisian ulang amunisimu, tak keberatan dengan setengah bahan peledak dan peluru tembus perisai, kan?”

Mayoritas skuadron Nordlicht terdiri dari tentara wilayah tempur Vargus lama dan tidak secara resmi ada dalam daftar tentara. Ketika Federasi masih Kekaisaran, Vargus adalah budak kelas tentara yang ditempatkan di wilayah pertempuran di ujung perbatasan Kekaisaran sebagai pertahanan jikalau keadaan darurat terjadi. Generasi kehidupan di medan perang membuat mereka kasar dan tegar, dan rezim saat ini mempekerjakan mereka sebagai tentara bayaran, membuat kedisiplinan mereka agak longgar. Setidaknya, mereka menghormati para perwira.

“Ya, tak apa.”

“Dan juga, kita kehabisan bilah. Juggernaut-nya semakin sedikit, dan cuma kau yang menggunakan senjata gila itu, Letnan Dua. Lain kali kau menghadapi serangan mendadak, bantu aku dan jangan mengayunkan tuh bilah-bilah kek pembunuh berantai sinting, oke?”

Menyebut mesin ini Juggernaut—nama drone sama yang digunakan Republik—alih-alih nama resmi, XM2 Reginleif adalah karakteristik lain skuadron Nordlicht. Bulan lalu, setelah mereka dikerahkan menghadapi serangan mendadak, separuh skuadron—termasuk kaptennya—mati dalam pertempuran, menyisakan Shin sebagai perwira paling senior dan menjadi kapten barunya. Dia menyebut Reginleif Juggernaut, dan semua orang tampaknya sudah terbiasa oleh itu.

Mereka semua rupanya setuju-setuju saja bahwa nama itu jauh lebih cocok ketimbang Valkyrie. Dibanding nama pembawa keselamatan, nama dewa aneh pengamuk jauh lebih cocok buat binatang buas metalik yang dengan kejamnya melahap para operator penguji selama pengembangan dan setelahnya setengah skuadron.

Sejauh terminologi militer, karena kecenderungan ekstrim Juggernaut yang suka memilih pengendaranya sendiri membuat skuadron Nordlicht di ambang kehancuran dan belum menerima kekuatan manusia baru, belum lagi telah direorganisasi semenjak pembentukan pertamanya.

“Tidak apa. Legion akan segera mundur.”

“Huh? Oh, benar juga …. Itu, uh, sesuatu milikmu. Aku tidak betul-betul paham cara kerjanya, Letnan Dua, tapi pasti berguna.”

Menutup hubungan tanpa kata-kata kagum di akhir atau gumam pribadi, kopralnya mematikan Para-RAID dengan suara ketakutan. Shin melepas Perangkat RAID, cincin logam yang fungsinya serupa, tetapi jauh lebih halus dan canggih, sampai bisa menjadi mikrofon tenggorokan.

Sekalipun Shin pikir barangnya tak jauh berbeda dari kerah, suara yang kedengarannya lebih tua dan melebih-lebihkan berbicara dari kursi pengemudi. Jenis suara yang Shin seorang tahu di medan perang, meskipun suaranya seolah dari satu atau dua abad yang lalu.

“Kerja bagus, Shinei.”

“… Frederica. Kau menyelinap lagi.”

Seorang gadis kecil berumur sekitar sepuluh tahun se dang bersandar di kursi, menghadapnya. Anggota tubuhnya ramping, sosok mungil dan kurus, wajah bagai boneka menatap Shin dari bawah topi militernya. Mata baru permata berwarna merah Pyrope, serta rambut panjang hitam Onyx-nya menjuntai sampai lutut, menabrak seragam biru bajanya.

Gadis nakal yang dia kenal selama enam bulan terakhir—sejak sebelum dia mendaftar dalam unit uji coba—membusungkan dada bangga.

“Kau berusaha tak mengikutkanku dengan berbaur sama kru-kru pemeliharaan itu sia-sia, khawatirnya begitu. Karena mereka agak panik di pemeriksaan terakhir, aku punya banyak kesempatan untuk menyelinap masuk.”

“… Korporal. Kita perlu bicara sedikit ketika kembali ke pangkalan.”

“Letnan Dua …?! Tidak, dengarkan aku di sini! Kami beneran kewalahan sama pekerjaan kali ini …”

Berkata demikian kepada korporal lalu menutup saluran nirkabel, Shin menghela napas dan menatap mata Frederica, merah seperti miliknya.

“Sudah kubilang, kau tak perlu mengikuti kami saat menghadapi serangan mendadak. Kerjakan tugasmu baik-baik, Maskot.”

“Kau berani banget atau keterlaluan bodoh berbicara seperti itu padaku padahal aku yang mengkomandoi. Terlebih lagi, kau tak berhak berbicara tentang menjalankan tugas dengan benar. Seseorang yang dianggap komandan, entah sekecil apa pun kompinya, tidak semata-mata meninggalkan unit pendampingnya di belakang dan menyerbu medan perang. Hobi melompat ke medan tanpa bantuan itu kebiasaan burukmu. Kukasih tahu, Bernholdt mengeluhkanmu.”

Sersan ini, anggota paling senior di skuadron dan seorang pemuda di masa-masa keemasannya, mengangkat bahu. Angkat bahu diam itu artinya walau tak senang sarannya diabaikan, dia tidak punya komplain menurut sudut pandang strategis. Bernholdt telah mengakui keputusan Shin masuk akal, jadi Shin tidak lebih jauh membahas masalah ini.

“Salah mereka tak mengikutiku. Misal aku diam berdiri dan menunggu mereka mengejar, maka mengendarai alat pertahanan bergerak tidak ada gunanya.”

Prosesor yang ditinggalkan tetap diam dan tersenyum kecut terhadap kata-katanya. Sementara itu, Frederica mengerutkan kening.

“Alat pertahanan bergerak, katamu. Memang, pas untukmu. Akan tetapi, aku tidak bisa membiarkannya. Mengoperasikan taktik semacam itu dengan anggapan lini pertahanan pertama telah diterobos.”

Seseorang harus menempatkan unit infanteri di garis depan dan menahan unit-unit lapis baja, lalu mobilitas dan daya tembak superior berada di garis belakang. Strategi defensif ini membuat mereka dapat menghabisi musuh setiap kali menembus garis depan. Dikarenakan Legion melancarkan serangan hebat satu bulan terakhir dan membuat kedua belah pihak seimbang, Federasi menggunakan strategi defensif ini untuk meminimalkan kerugian.

“Meskipun sejenak bisa mengulur waktu, perbedaan mencolok kemampuan reproduksi pasukan kita jelas pada akhirnya akan menggagalkan strategi ini. Dan kala itu terjadi, kau akan menjadi apa di garis depan sana?”

Menurut Shin, semua perkataan ini sudah sangat terlambat. Tidak mencemaskannya sedikit pun, lantas dia hanya duduk di kursinya. Apakah berarti bagi pasukan di garis depan ketika negeri ini jatuh? Apa penting bagi mereka?

Frederica condong maju untuk menatap mata Shin, wajahnya terlihat tidak senang.

“Kau dengar, Shinei? Gemar bertingkah sembrono sampai masuk ke situasi berbahaya itu agak merepotkan. Kau tidak memedulikan dirimu sendiri? Ingatlah bahwa kau bukan lagi tentara Sektor 86 Republik, melainkan Federasi—Hiyaaa?!”

Dia menjerit nyaring. Shin menarik topi militer Frederica sampai ke bawah hidung agar dia terbungkam. Mengabaikan jerit paniknya, dia bersandar di sandaran keras kursinya kemudian menutup mata.

Legion dalam jumlah besar telah menyerbu mereka, mereka menerima lebih banyak permintaan bantuan hingga tak terhitung banyaknya. Shin punya pengalaman bertarung satu atau dua malam berturut-turut dan berniat menikmati setiap tidur siang yang dapat dia nikmati.

Sementara itu, Frederica, masih ditutupi topinya.

“Uuuuh, tidak bisa kulepaskan; ga mau lepas—Bernholdt, tolong akuuuu.”

“Boleh. Tapi pas kubantu, tolong tenanglah. Semua orang, termasuk letnan dua, telah bertarung berhari-hari. Ada juga yang belum tidur, tahu?”

“Begitu …. Maaf.”

Sekilas merasa tatapan mengarah kepadanya, Shin menyerahkan diri ke tidur singkat. Bahkan dalam tidurnya, dia bisa mendengar tangisan dan ratapan para hantu, tidak pernah hilang sekali pun ketika mereka menjelajahi tanah di barat.

FOB 15 berfungsi sebagai pangkalan garis depan Divisi Lapis Baja ke-177 dan sebagai garis pertahanan kedua front barat Republik Federal Giad. Lokasi pangkalan Resimen4 ke-141. Artinya karena sejumlah besar perwira dan Feldreß menempati pangkalan ini, kafetarianya sangat luas.

Eugene membawa nampan di tangan satunya melalui kafetaria besar, menjelajahi daerah kafetaria berusaha mencari orang yang dicarinya. Karena dibangun kembali setiap kali garis depan bergeser, kafetarianya cukup sederhana dan tanpa dekorasi. Sekiranya masih sepuluh tahun lalu sebelum revolusi, tatkala Giad masih Kekaisaran dan bukan Federasi, tak salah lagi potret lalim masa lalu akan digantung di tempat ini. Tetapi sebaliknya, kebijakan nasional Federasi adalah, Berjuanglah menjadi keadilan yang dibanggakan dunia, alhasil bendera silangnya menghiasi dinding.

“Hmm. Apabila kau mencari perwira skuadron Nordlicht, aku yakin melihat mereka di sana.”

“Terima kasih.”

“Berusaha memahami dan menerima pendatang baru itu sikap mengagumkan, Letnan Dua. Bagaimanapun, orang-orang 86 lebih sulit menanganinya daripada kebanyakan orang.”

Kapten ini yang tampaknya mantan bangsawan berdarah Safira, melontarkan senyum lebar ke Eugene. Eugene merespon dengan senyum samar-samarnya dan menerobos masuk ke kerumunan orang yang memenuhi ruangan. Kata-kata kapten benar, tetapi Eugene masih menemukan 86 lain selain Shin—bukan berarti 86 lain dia dapati—aneh dan menakutkan. Semisal dia memanggilnya dengan normal, mungkin berbicara bersama mereka dan memahami kepribadiannya, barangkali dia mengira mereka orang-orang baik, tapi …

Federasi adalah negara heterogen. Pangkalan militernya penuh orang-orang dari semua lapisan masyarakat, tetapi banyak perbedaan perihal usia para prajurit, pria atau wanita muda di akhir masa remajanya paling menonjol di antara kerumunan. Eugene adalah salah satunya, seorang periwra muda yang lulus dari akademi militer khusus. Dia bagian sistem di mana setelah mengenyam pendidikan menengah minimal, dia diangkat menjadi letnan dua5. Kemudian dia mulai masa militernya secara bertahap mendapatkan pendidikan tinggi wajib sebelum masuk tentara.

Sistem ini dipasang Federasi sebagai upaya terakhir untuk memastikan bahwa akan selalu ada perwira, bahkan setelah sepuluh tahun lamanya lelah berperang melawan Legion. Akan tetapi, memang jelas punya manfaat membuka jalan bagi anak-anak keluarga kelas menengah untuk menjadi perwira, dan itu pun sepenuhnya bersifat sukarela. Tidak peduli seburuk apa keadaan perang, pemerintahan Federasi tidak pernah memaksa warga sipil untuk mendaftar.

Cuma jenis sampah terendah yang bakal memaksa orang lain untuk bertarung demi mereka.

Federasi bukanlah Kekaisaran atau negara di barat itu.

Demikianlah, teman sekamar dan rekannya di akademi perwira khusus menyebutkan bahwa ini juga karena pasukan wajib militer darurat tak efisien di zaman ini, dan di medan perang seperti ini, perang yang menuntut para tentaranya memiliki pengetahuan dan keterampilan teknis tuk mengoperasikan persenjataan.

“… hei, orang-orang Nordlicht itu ngapain di sini?”

“Unit kita memanggil mereka untuk bala bantuan kemarin, ingat tidak? Pencabut Nyawa itu dan kerangka tanpa kepalanya …. Mereka membuatku merinding.”

“Dengar-dengar mereka gila-gilaan menghancurkan jumlah unit di bulan pertama mereka di sini …. Baik musuh atau kawan.”

“Maksudku, wah, dia betulan duduk dalam benda itu, ya? Informasi-informasi tentang Prosesor itu bukan rumor belaka, ya?”

“Hentikan, bung. Kalau ngomong begitu, apa bedanya kau dengan orang-orang brengsek di Republik sana? Federasi mulia kita tak ada hubungannya sama kekejaman semacam itu.”

“Kau tidak salah. Jayalah elang berkepala dua.”

Percakapan antara kedua perwira itu—dari pasukan infanteri lapis baja, dinilai dari fisik mereka—ironisnya telah membantu Eugene mencapai tujuannya. Di ujung meja panjang salah satu sudut ruangan, Eugene menemukan orang yang dicarinya. Dia duduk di seberang seorang gadis kecil berpakaian seragam lengkap. Pemuda yang mengenakan blazer standar militer berkantung ganda ini sedang menyiapkan sarapan.

Merka berdua punya rambut dan mata merah, masing-masingnya dari Onyx dan Pyripe, mereka kelihatan mirip sepasang saudara kandung yang hanya dipisahkan umur beberapa tahun.

Penampilan anggun mereka tanda-tanda dari kebangsawanan Kekaisaran lama, wajah mereka pun mirip. Eugene pernah dengar pemuda itu tidak punya keluarga lagi.

Mungkin alasan tempat duduk mereka di sudut sangat kosong dibanding sisik kafetaria lain yang macet adalah karena warna mereka. Bangsawan tua memprioritaskan homogenitas ras dan membenci darah campuran, jadi warga sipil kelas menengah membenci keturunan para penguasa. Biasanya, Onyx dan Pyropes adalah dari kelas penguasa, namun bairpun seseorang memiliki darah dari dua keluarga bangsawan berbeda, jikalau keluarga-keluarga itu punya darah berbeda, orang itu akan dijauhi oleh kaum bangsawan.

Alasan masuk akal lain isolasi mereka adalah. Boleh jadi seluruh unit mereka merasakan hal sama seperti semua orang lain tentang asal-usul reputasi mereka.

Garpu menyodok sudut nampan, si gadis muda berbicara, suaranya seperti kicauan burung kenari.

“… Shinei. Apa mungkin kau suka makan jamur?”

“Tidak juga. Tapi tak perlu memaksa memakannya kalau tidak mau, tahu.”

“Itu benar, tapinya … meninggalkan makanan di piringku itu tidak sopan sama orang-orang yang sudah menyiapkannya, kan?”

“Yaudah makan jamurnya.”

“Nn …”

Biarpun bilang begitu, Shin masih memindahkan jamur mentega dari nampan gadis itu ke nampannya, menyisakan satu jamur kecil untuknya. Dari luar dia kelihatan dingin, tapi sifatnya adalah seorang kakak baik hati.

“Lama tak bertemu, Shin.”

Shin berbalik dan mata merah darahnya menghadap Eugene, setelah beberapa saat, dia berkedip.

“Eugene. Kau ditugaskan ke pangkalan ini?”

“Dari bulan kemarin.”

Setelah meminta izin, dia duduk di sebelah si gadis. Mata merah Shin tertuju padanya.

“Kemarin kau sangat membantu. Tanda Pribadi kerangka itu—itu kau, kan?”

Shin tampak termenung lama.

“Um …. Maaf, kau unti mana?”

Biarpaun baru terjadi kemarin, Shin tak ingat menyelamatkan hidupnya.

“Ahahaha, kau cukup aktif di luar sana, bukan?”

Dengan gelisah melihat kedua pemuda, Frederica bertanya:

“Kenalanmu?”

“Dia teman satu timku di akademi perwira khusus.”

“Sekalipun kami sudah kenal lama sebelum waktu itu, sih. Kami berdua mengajukan diri ke divisi lapis baja, satu kamar selama pelatihan, membuat tim, bahkan mempilot unit yang sama selama pelatihan Vánagandr.”

Frederica mengalihkan pandangan tak nyaman.

“Oh …. Kedengarannya … agak disayangkan … untukmu …”

Eugune condong maju antusias, matanya bersinar.

“Oh, jadi kau tahu? Orang ini selalu diam dan blak-blakan, kau takkan tahu isi pikirannya.”

“Memang, kau benar. Dia tidak pernah memalingkan matanya dari buku-bukunya ketika orang-orang mencoba berbicara padanya, dan seumpama dia hilang minat dengan yang orang lain bicarakan, dia cuma mengangguk sebagai ganti tanggapan verbal. Dia takkan mengabaikan seseorang speenuhnya kalau cocok.”

“Dia normalnya sangat jauh sampai-sampai kau menganggapnya makhluk tanpa perasaan, terus mendadak dia melakukan hal gila sebelum bahkan kau sempat bereaksi. Kau tahu kegagalan total legendaris Shin?”

“Ohoho? Beri tahu.”

“Dia coba-coba membuat Vánagandr melompat di latih tanding selama latihan manuver tempur. Dia langsung didiskualifikasi karena cara mempilotnya berisiko.”

Itu empat bulan lalu, di akhir pelatihan dasar akademi perwira khusus tiga bulan mereka. Dengan sendirinya, kemampuan pilotnya mengesankan, tetapi memaksa Vánagandr—yang beratnya sampai lima puluh ton ketika pertempuran terjadi—melompat bukanlah tujuan unit itu diciptakan, belum lagi risiko cedera pada pilot di dalam. Eugene yang menjadi penembak Shin kala itu, memukul kepalanya keras-keras di sandaran kepalanya, mengalami secara langsung kalau melihat bintang bukan ungkapan semata.

Shin secara inheren tak sesuai dengan pilot Vánagandrs. Rasanya aneh menentang keselamatan lapis baja komposit padat dan kekuatan turet 120 mm karena terlalu berat, namun insiden inilah yang membuat Shin pindah ke Unit Uji Coba ke-1028 …. Membuat Eugene sekarang ini merasa kesepian.

Meski nama baiknya sedang difitnah tepat di depan muka, Shin terlihat tak peeduli dari percakapan dan semata-mata menyesap kopi. Tidak kelihatan bersenang-senang sama sekali. Bertukar ekspresi kesal, Frederica dan Eugene sesaat kemudian tertawa terbahak-bahak.”

“Letnan Dua Eugene Rantz, dari Kompi ke-18. Senang bertemu denganmu.”

“Frederica Rosenfort. Senang berkenalan denganmu …. Nah, kalau begitu.”

Menghabiskan secangkir kopi miliknya sendiri, diisi krim dan gula (walau Shin sudah menyabet semangkuk gula setelah Frederica memasukkan empat sendok ke kopinya), Frederica bangkit berdiri dari tempat duduk.

“Aku tak bermaksud menjadi orang ketiga dari sepasang teman lama di tengah reuninya. Aku pergi dulu.”

Sambil mengangkat nampan yang diperuntukkan orang dewasa dan masih kebesaran untuk sosok mungilnya, dia dengan lincah menjelajahi lautan orang-orang dan langkah cepatnya berlari pergi. Melihatnya pergi, Eugene membahas masalah sulit yang seharusnya tak dibahas. Lagipula, gadis semusa itu kelihatan asing di pangkalan militer.

“… jadi itu Maskot skuadronmu?”

“Ya.”

Tradisi dari masa-masa pemerintahan Kekaisaran yang skuadron tegakkan sampai hari ini, sebagai tindakan pencegahan untuk menjaga agar tentara wajib militer tak lari dari tugas. Mereka akan memperkenalkan seorang gadis muda—usianya sekitaran seorang adik perempuan atau putri prajurit—ke skuadron, menaunginya dan memberinya makan, sambil berusaha membentuk keluarga darurat. Harapannya adalah agar para tentara akan terinspirasi untuk terus berjuang, bahkan sampai mati, semuanya demi melindungi putri tercinta mereka.

“Bagimanapun, kami seperti sekelompok tentara bayaran semestinya. Kurasa bisa dibilang dia seorang sandera, sesuai kejadian awalnya.”

Mereka tidak seperti kelompok tentara bayaran. Seperti itulah mereka. Contohnya, Shin adalah satu-sautnya personel militer terdaftar dalam pasukan penyelamat yang dikerahkan kemarin. Yang lainnya adalah Vargus, tipe tentara bayaran, dan sebagian besar perwira lainnya, termasuk komandan pasukan, telah dibunuh Legion.

“… itu buruk. Tidak kusangka mereka masih menggunakan Maskot di zaman dan hari ini, apalagi mengirimnya ke unit Vargus juga …”

“Dia memilih jalan ini.”

Eugene meringis mendengar pernyataan tanpa fakta Shin.

“Kau bilang begitu, tapi gadis sepertinya tidak punya alasan bertarung.”

Ketika mata merah Shin mendadak menatapnya, Eugene merasa sesuatu menyenggol hatinya. Seolah-olah ada jarak di antara mereka—Tidak, tatapan itu menyadarkannya kalau jarak itu dari awal sudah ada. Membuatnya merasa seakan mereka tidak berada di tempat sama. Ibaratnya ada sesuatu yang berdiri di tengah, memisahkan mereka.

Menyampingkan perasaan itu, Eugene berkata:

“Gadis sekecil itu harusnya tidak punya alasan bertarung. Dia mestinya tak punya apa-apa untuk dipertahankan. Tidak negara atau keluarga, bukan pula keadilan atau jalan hidup. Tapi tetap saja …. Mengapa dia harus bertarung? Itu kacau, bukan?”

Shin menutup mata sebentar, ibarat mencoba menyembunyikan ekspresinya. Ketika Shin buka lagi, sepasang matanya entah bagaimana masih serasa tertutup tenang, dan Eugene tidak lagi merasakan dinding di antara mereka.

“… ya, aku rasa begitu.”

Setelah pergi membuat secangkir kopi kedua, Shin pun membawakan satu cangkir untuk Eugene, dia menerima cangkir kertas seraya menuturkan terima kasih. Mereka menyebutnya kopi, tapi sebetulnya makanan pengganti buatan gandum dan sawi putih. Karena ruang lingkup Federasi dikepung Legion dan gangguan Eintagsfliege memblokir semua komunikasi, hubungan diplomatik atau perdagangan negara lain menjadi tidak mungkin, tidak ada yang dapat memastikan keberadaan satu sama lain. Dengan demikian, biji kopi yang tumbuh di bagian selatan dan tenggara benua, tak dapat diperoleh.

“Omong-omong, kau punya adik perempuan, kan?”
“Ah, ya. Dia sedikit lebih muda dari Frederica, sih.”

Tangannya menyentuh liontin yang tergantung di lehernya di bawah dasi seragam di samping kalung militernya.

“… kau tahu, orang tua kami sudah tiada. Dan aku mesti mencari nafkah kalau ingin mengirimnya ke sekolah bagus.”

Kejadiannya terjadi enam tahun lalu. Perang melawan Legion makin intens, dan mereka kudu evakuasi dari desa. Keereta evakuasi ke ibu kota kepenuhan untuk mereka berempat, dan orang tua mereka mendorong Eugene bersama adik perempuannya ke kompartemen, berharap setidaknya bisa menyalamatkan anak-anak mereka.

Itulah kali terakhir dia melihat mereka.

Karena tak sempat mengambil foto keluarga, adiknya yang waktu itu masih bayi, tidak ingat wajah orang tuanya.

“Dia saat ini sedang liburan musim panas dari SD-nya, dan aku pengen membawanya jalan-jalan pergi ke suatu tempat nanti pas libur. Pergi keluar kota mungkin sulit, tapi ke kebun binatang semestinya cukup gampang. Oh, aku bisa membawanya ke toserba di Sankt Jeder. Gadis-gadis suka nyari pakaian dan sepatu baru, kan? Ah, iya juga, mereka membuka kafe baru di toko departemen ibu kota.”

Shin tersenyum tipis, melihat Eugene menembakkan sejuta opsinya dalam waktu satu menit.

“Jadi kakak kayaknya susah.”

“Mau gantikan giliran kakak berikutnya? Aku sama sekali tak keberatan.”

“Maaf mengecewakan, tapi aku sudah mengurus pembuat onar.”

Dan setelah menyeringai ke Eugene, ekspresi Shin mengeras.

“Tapi misal masalahnya begitu, kau yakin jadi tentara? Peperangan tak berjalan baik sekarang, dan aku kira dalam waktu dekat takkan membaik.”

Kalau punya keluarga yang kau jaga sendirian …

Raut wajah Eugene berubah pada kata-kata tak terucapkan itu.

“Apa kau bilang begitu menurut pengalaman di medan perang lamamu?”

“… ya.”

Ketika mereka masih berada di akademi perwira khusus, Shin memberitahunya tentang itu. Salah satu program pelatihan adalah mengerahkan kadet ke pertempuran nyata. Dalam praktiknya, mereka dikirim berpatroli luar mengenakan seragam dan memegang senapan serbu, dilengkapi perlengkapan kuno. Tugas itu hanya untuk membiasakan mereka dengan medan perang dan membangun keberanian, tetapi entah karena nasib baik atau buruk, mereka diserang oleh Legion.

Eugene berhasil kembali sebab dia dipasangkan dengan Shin.

Ketika itulah dia bertanya. Kok bisa Shin tahu Legion akan bergerak …? Bagaimana dia bisa seterbiasa itu dengan medan perang? Di waktu yang sama, Shin kelihatan termenung sejenak lalu akhirnya menjawab. Dengan suara dingin tanpa perasaan, dia memberi tahu …

… masa lalunya.

Kisah bagaimana dia selamat dari hukuman kematian yang telah dijatuhi negerinya.

Akan tetapi, Eugene tidak pernah menanyakan tanda di lehernya—bekas luka amat mengerikan seakan-akan dia pernah dipenggal. Bekas luka perbuatan kejam, kejahatan murni menimpanya.

Eugene menyadari Shin merisaukannya sebab dia akrab dengan kengerian medan perang dan intensitasnya ketika melawan Legion. Itu membuatnya senang. Shin tak banyak omong, jarang peduli sama orang lain, dan bisa terlampau keras kepala, tapi dia bukan orang jahat. Biar masa lalu mengerikan di belakangnya, dia masih berteman dengan Alba …. Berdarah murni seperti Eugene.

“Tapi …. Yah, ya … kurasa.”

Dia menyesap kopinya dan meringis. Pahit. Dia lupa menaruh gula.

“Baru kemarin, sepuluh orang gugur di regu kami. Kami berhasil memperluas wilayah sedikit demi sedikit selama sepuluh tahun terakhir, bahkan tempat ini didirikan musim semi lalu di atas tanah yang kami raih kembali. Namun orang-orang sepanjang waktu masih mati.”

Tatkala Federasi masih Kekaisaran, wilayahnya membentang dari barat laut benua menuju wilayah utara-tengahnya, meluas ke barat dan timur. Negara adikuasa yang membanggakan daratan dan populasi terbesar di benua—kala itu merupakan negara militer.

 Tak lama seusai Federasi terbentuk, Legion mulai invasi terbalik tanah mereka, dan Vargus yang melindungi negaranya setia memenuhi peran mereka. Selagi wilayah tempur Federasi berkurang setengahnya, hal demikian memungkinkan wilayahnya terfokus pada produksi dan pengelolaan ibu kota—yang berfungsi sebagai inti negara—tak terancam.

Federasi telah mempertahankan sebagian besar kekuatan nasionalnya dan dapat memperoleh data tentang kinerja Legion dengan memeriksa beberapa spesimen sisa di laboratorium yang didanai Kekaisaran, selain pengetahuan tempur yang telah dikumpulkan selama sepuluh tahun memerangi Legion.

Didukung faktor-faktor ini, Federasi bergerak melawan Legion dan hanya mampu menyamai mereka, bahkan secara bertahap membuat kemajuan dan meraih kembali wilayah yang hilang. Keselamatan publik negara dan perluasan wilayahnya diperoleh dengan mengonsumsi kekuatan nasional Federasi serta kehidupan para prajuritnya. Legion yang beroperasi tanpa komponen rapuh dan berbahaya seperti pilot, dalam banyak segi telah melebihi senjata Federasi.

Terlebih lagi, Legion yang diciptakan dengan rentang hidup tak terubah telah ditetapkan pada prosesor sentralnya, berhasil sanggup mengatasi batasan tunggal ini dengan mengasimilasi jaringan saraf tentara mati—Shin menyebut para spesimen ini Domba Hitam—yang memungkinkan mereka membuat alot perang tiada akhir dan pembantaian buta ini tanpa ada yang mengontrolnya. Telah dikonfirmasi pula Legion aktif dalam perburuan kepala manusia, di mana mereka mencari manusia hidup untuk mengasimilasi jaringan saraf sebelum mereka degradasi. Artinya Federasilah, bukan Legion, yang tengah terancam.

“Dari yang aku lihat kemarin, regu-regu lain tak berbeda jauh. Aku hampir kaget Legion tidak menembus garis pertahanan kedua.”

“Para perwira komandan bilang korban sebanyak ini wajar gara-gara semuanya memburuk. Front barat adalah front terbesar dan terberat Federasi. Sektor Divisi Lapis Baja ke-177 adalah salah satu dari zona yang paling diperebutkan di front barat pula.”

Front pertama sampai keempat perbatasan utara, selatan, dan timur Federasi diberkahi medan pegunungan tinggi dan sungai besar. Medan-medan itu adalah benteng alami, mempermudah pertahanan garis depan di area-area itu. Satu-satunya front yang sukar dipertahankan adalah front barat yang dilingkupi dataran luas, sehingga susah mengalahkan musuh yang unggul jumlah. Front depan membentang empat ratus kilometer, dengan pasukan yang ditempatkan di sana jumlahnya empat kali lipat pasukan yang ditempatkan di masing-masing front lain.

“Wajar, ya …? Pengalamanku di medan perang negara ini cuma satu bulan, tapi kurasa jumlah korban segitu tak bisa diabaikan begitu saja. Kerugian Legion tak setara dengan kita. Mengingat kita masih bertahan, sudah terlalu banyak pasukan yang gugur.”

“Aku setuju. Rasanya kita tidak menang di sini. Para komandan barangkali terbiasa, tapi eselon atas militer semuanya mantan bangsawan. Bagi mereka, jumlah kematian rakyat jelata di medan perang hanyalah statistik berfluktuasi. Bagi mereka, tak berbeda dengan mengirim hewan ternak untuk disembelih.”

Kesadaran itu menghujam Eugene, dia mengerutkan bibir. Orang di depan matanya diperlakukan bagai hewan ternak oleh Republik dan sedari awal takkan dihitung korban.

“… maaf.”

“Hmm? Atas apa?”

Wajah Shin ragu, Eugene hanya melambaikan tangannya, mengabaikan topik pembicaraan. Sekiranya dia tak paham, maka tidak apa. Membangkitkan memori menyakitkan tiada faedahnya.

Tapi.

Seketika itulah Eugene ingin tahu. Misalkan itu yang betulan terjadi padanya, kenapa juga Shin kembali ke medan perang? Shin tak punya keluarga. Mereka semua direnggut oleh Republik yang seharusnya adalah tanah airnya, dia sendiri yang dibiarkan hidup. Dia bukan penduduk asli Federasi tan tak punya siapa-siapa untuk dilindungi dalam negeri ini, tak punya idealisme tuk dijunjung tinggi dengan mempertahankan tanah kelahirannya atau rekan-rekannya. Dengan pemerintah yang memberinya bantuan dan dukungan, dia bahkan tak perlu bekerja di sini untuk mendapat makanan atau tempat tinggal.

Jadi … kenapa?

“Umm … Shin.”

“Apa?”

“Yah … maksudku, aku bisa menanyakan yang kau tanyakan padaku tadi.”

Haruskah dia benar-benar bertanya? Eugene ragu-ragu terdiam. Mata merah Shin tiba-tiba teralih dari Eugene, tatapannya melotot ke arah lain. Dia melihat jauh, melewati dinding pertahanan tebal pangkalan, laksana melihat sesuatu di baliknya. Suasana di sekitarnya mendadak dingin, Eugene menahan lidahnya.

“A-apa …?”

Dan begitu dia ingin bertanya, Ada apa? Deru sirene peringatan membungkam kata-katanya.

Alarm ini mengartikan satelit pengintai swagerak tanpa awak yang dikerahkan di zona perang telah mendeteksi kehadiran Legion. Legion dikembangkan oleh Kekaisaran, Federasi sang suksessornya mengerahkan satelit-satelit pengintai ini sebagai satu-satunya mesin tanpa awak.

Pendidikan tinggi dimonopoli oleh para bangsawan yang menjadi inti kediktatoran, serta bangsawan lebih rendah.

Akan tetapi Federasi, menegaskan kelas menengah dan tak mampu menyetarai teknologi canggih luar biasa Kekaisaran. Pemimpin peneliti yang secara efektif menemukan kecerdasan buatan canggih Legion sudah meninggal bahkan sebelum perang pecah, Federasi gagal mengembangkan AI yang sepenuhnya independen dan sanggup menyamai Legion.

Sekalipun bisa, pemerintah dan warga sipil semuanya seppakat mereka takkan menggunakan taktik semacam itu. Berjuang mempertahankan negara serta saudara-saudara mereka adalah kewajiban dan hak rakyatnya, mereka takkan membiarkan mesin mengambilnya. Banyak orang pula sangat trauma dengan kemampuan mematikan mesin swagerak jahat—kenyataan mengerikan yang terpaksa dihadapi setiap harinya dalam hidup mereka.

Setelah hening tegang lama, mereka berdua berdiri di kafetaria dengan tegang dan bingung.

“Bajingan bodoh itu tidak pernah menyerah. Hari demi hari. Padahal para wanita itu takkan memerhatikan mereka, sial.

“Tipe Reproduksi otomatis disebut Weisel, artinya ratu lebah. Berarti Legion lainnya adalah lebah pekerja, secara teknis, mereka semua betina.”

“Jadi mereka datang untuk mengadili kita, para tentara pria Federasi, ya? Mereka ngotot banget sampai aku mau nangis.”

Selagi mereka menikmati candaan gelapnya, mereka meninggalkan kafetaria dan berpisah di lorong. Divisi Lapis Baja Eugene dan divisi penelitian Shin sementara waktu adalah bagian unit uji coba yang punya rantai komando serta hanggar berbeda.

“Sampai jumpa.”

“Ya.”

Tak berlebihan menyebut front barat Federasi sebagai rintangan, dengan zona berhutan sempit dan reruntuhan kota yang menjadi zona pertempuran. Area-area ini bakal menjadi titik fokus strategi untuk mengalahkan Löwe tipe tank, yang merupakan pasukan utama Legion, serta Dinosauria Tank Berat yang dikirim untuk menembus garis pertahanan.

Namun keputusan ini tak senantiasa menguntungkan Federasi. Bagi Vánagandr yang rangka besarnya sebesar Löwe, medan ini sangatlah sulit untuk bermanuver. Bila seseorang terputus dari koordinasi dengan unit pendampingnya, medan seperti ini bisa berakibat fatal jika terpojok oleh sekelompok tipe Grauwolf.

Mereka berada di hutan penuh pepohonan runjung6 dan pohon berdaun lebar asli front barat. Dikejar tipe Garuwolf yang hendak memotong unitnya dari empat arah, Eugene mendorong maju Vánagandr-nya. Hutan sunyi bergetar karena kekuatan unit lima puluh ton selagi sistem populasi mengerang kesakitan.

Legion menyapu Federasi layaknya gelombang pasang, entah malam atau siang. Penyerbuan mereka tidak teratur dan terputus-putus tanpa henti. Mereka mengulangi serangan ini, kukuh melelahkan stamina dan moral Federasi, dan tatkala pertempuran dimulai, pertempurannya akan berlanjut selama setengah bulan. Legion dapat mengerahkan strategi ini karena bukan manusia yang perlu satu tahun untuk bereproduksi, Reproduksi Otomatis yang berada jauh di dalam wilayah Legion—tipe Weisel, bisa menghasilkan unit baru secepat dan setak teratur asap hitam pekat yang mengepul dari ventilasinya.

Langit di atas medan perang diselimuti filamen perak dari awan-awan Eintagsfliege, membuat radar dan jalur data macet, bombardir Skorpion tipe Penembak Jarak Jauh menghujani para prajurit yang bercokol. Dalam hal kemampuan individu, infanteri lapis baja bukanlah tandingan Grauwolf, Vánagandr lumayan sama dengan Löwe, yang artinya Federasi harus menggunakan strategi terkoordinasi untuk mengungguli mereka. Namun Legion—sebagaimana nama jahatnya—punya keunggulan jumlah luar biasa, memungkinkan mereka mengatasi kelemahan kurangnya taktik canggih.

Kadang kala, Eugene berpikir. Apa kita akan kalah?

Kita—Federasi. Atau mungkin semua umat manusia. Bakal kalah oleh mesin pembunuh yang tak punya alasan berperang melawan mereka? Apakah mereka akan kehilangan kekuatan bertarung, dan suatu hari kelak kalah—

“Letnan Dua Rantz! Berhenti melamun! Kau mati mati?!”

Teriakan itu dilanjutkan tendangan dari kursi penembak, meyadarkan Eugene dari lamunnya. Layar radar penuh kerlip-kerlip merah Legion. Sistem informasi hampir tak bertahan aktif, memproyektikan informasi mengenai status pertempuran dari unit lain di layar holo.

Pertempurannya tidak berjalan baik. Unit lapis baja yang bertanggung jawab atas pertahanan dan ditempatkan di belakang garis pertahanan kedua nyaris berdiri di garis depan. Skuadron Nordlicht Shin dikerahkan di dekatnya. Mereka menyerang sisi-sisi Löwe yang bergerak maju, memukul mundur laju mereka dengan pertarungan jarak dekat tak membedakan kawan atau musuh. Di sisi lain, unit-unit lapis baja yang sampai sekarang mengepalai ofensif, memanfaatkan kesempatan ini untuk mengatur diri sendiri dan memulai serangan balik bekerja sama dengan skuadron Nordlicht.

Regu Shin akan selalu muncul di medan perang yang paling membutuhkannya, yang paling berbahaya pula. Ketika puing-puing Legion hancur berserakan di medan perang, pasukan kawan pun mati bagai lalat, mayat mati mereka menumpuk sampai menjadi gunung mayat.

Skuadron Nordlicht akan selalu terjun ke neraka terburuk yang bisa didatangi orang waras manapun, mereka akan melakukannya tanpa rasa takut. Eugene sadar orang-orang front mengejeknya dengan menyebut mereka iblis berwujud manusia atau bilang mereka meminum darah orang-orang mati sebagai gizinya. Kerangka tanpa kepala yang mengemban nama Valkyrie, penentu hidup-mati di medan perang, menerjang medan perang sekali lagi, terpikat aroma rekan-rekan mereka yang terbunuh.

Tiba-tiba, hening putih mengalir melalui semua layar optik dan jendela holo multiguna. Nilai di layarnya mengindikasikan perubahan kepadatan Eintagsfliege. Gangguan elektroniknya kian meningkat. Tepat sebelum suaranya sepenuhnya menenggelamkan seluruh komunikasi mereka—skuadron Nordlicht mulai mundur secepat kilat, suara seseorang berteriak-teriak di saluran terbuka yang hampir tidak disadari Eugene.

Sesuatu menghujan turun dari atas—kemudian meledak. Gelombang kejut merobek udara. Pada zaman ini, bahkan senapan lesu tanpa tolak balik7 menembakkan peluru yang bergerak lebih cepat dari kecepatan suara, deru ledakannya selalu datang terakhir.

Pancuran besi menyapu mereka. Resonansi Sensorik yang melintas via ketidaksadaran kolektif, tidak terpengaruh gangguan elektronik yang membungkam segala jenis komunkasi nirkabel.

“Kau tidak apa-apa, Shinei?”

“Ya.”

“Syukurlah …”

Tetapi seraya mengatakannya, suara Frederica bergetar.

“… tapi … aku punya kabar buruk.”

Melihat reruntuhan baja berasap abu-abu di bawah yang telah terkoyak hujan serpih buatan, Shin membuka mulut bicara.

“Frederica—tutup matamu.”

Sesaat Eugene membuka mata, dia mendapati tanaman hijau tergantung di atasnya. Oak hijau dan daun pepohonan membelai lembut di atas kepalanya. Pohon cemara dan pinus melempar bayangan hijau gelap. Zamrud dedaunan bercampur awan tipis Eintagsflieg, menangkap jejak sinar matahari dan membuat asapnya sedikit transparan. Hijau melukis kabut, warna-warni cerah musim panas hutan utara.

Merasakan rerumputan, lembab embun di pipinya memberi tahu dirinya tengah berbaring di tanah. Dia dapat melihat sosok abu-abu besar bangkai mekanik meyerupai hewan buas—Vánagandr-nya tercabik-cabik—sedang berjongkok tak jauh darinya.

Bayangan ramping berlutut di sampingnya. Eugene menajamkan mata untuk melihat siapa sosoknya.

“Shin.”

Tatapan darah Shin memandang rendah Eugene. Tatapan dingin dan tenteramnya tak pernah goyah, bahkan sampai seakrang. Jikalau Pencabut Nyawa ada, matanya tentu kelihatan seperti itu.

“Komandan …?”

“Dia mati.”

“Dan … aku …”

Dia dalam hati tahu tidak bisa diselamatkan lagi. Andaikata ada peluang untuk menyelamatkannya, Shin takkan cuma menatapnya seperti itu.

“Kau tidak mau tahu.”

“Beri tahu.”

Shin mendesah panjang bertekad.

“Segalanya di bawah perutmu hilang.”

Dia tahu dirinya tak cuma putus. Dia bisa membayangkan betapa buruknya dari darah di baju penerbangan biru baja Shin. Dia nampak ibarat mati-matian berjalan melalui sungai darah.

Sungguh … dia bukan orang jahat. Biar tak pantas, Eugene mendapati dirinya tersenyum. Meskipun tahu sudah tidak ada harapan, Shin masih menariknya keluar dari bangkai kendaraannya. Dan mengira dia sama sekali tidak merasakan sakit, Shin pasti sudah memberinya morfin juga.

Dia membuang obat penghilang rasa sakit untuk prajurit sekarat.

Tapi Eugene masih bersyukur Shin menariknya keluar dari Vánagandr. Dia tidak mau mati terjebak dalam kokpit tersegel, tersedak bau darah dan isi perutnya sendiri.

“Shin … aku mesti mengajukan permintaan terakhir.”

“Apa itu?”  

“Aku ingin kau mengambil liontinku. Aku memakainya tepat di bawah perlengkapanku …”

Mata Shin sedikit goyah ketika Eugene menyadari dia tidak lagi punya tangan untuk melakukannya. Melepas sarung tangan, mungkin tidak ingin mengotorinya, Shin mengulurkan tangan untuk mengambil liontinnya. Setelah ragu-ragu sejenak, dia meraih kerah jas penerbangan, jarinya menggenggam benda logam dingin. Perlahan-lahan memanas, menyerap panas tubuh Shin.

Ketika shin berdiri, menjualgn di atas Eugene bagaikan gagak hitam besar, Shin mengambil pistol dari sarung paha kanannya. Dia menarik penguncinya dan memasukkan peluru ke dalamnya. Pistol otomatis 99 mm. Senjata yang sama sekali tidak efektif melawan lapis baja Legion. Tangan Eugene mungkin akan kelewat terguncang untuk menyelesaikan tugasnya jika dia dalam posisi Shin, namun, entah moncong atau tatapan yang diarahkan padanya tak gentar sedikit pun. Tapi Eugene tahu sekarang tatapannya bukan tanpa emosi.

Lantas yang paling bisa dilakukan Eugene untuk membalasnya adalah mengumpulkan kekuatan terakhir dan memaksakan senyum.

“Maaf …. Terima kasih.”

Satu tembakan bergema di seluruh medan perang.

Frederica bilang Eugene masih hidup, tapi dia tidak menyuruh Shin menyeamatkannya. Maka situasinya sudah sangat jelas.

“Fido …”

Dia memanggil Scavenger setianya, lalu mengingat telah dia tinggalkan di wilayah Legion karena tidak bisa ikut membawanya, kemudian Shin menutup mulut. Begitu pertempuran ini berakhir, mayat Eugene akan ditemukan, dikirim kembali ke keluarganya, dikuburkan secara layak dan bermartabat. Barangkali sebelum jiwanya—atau sesuatu yang mirip-mirip, kalau ada—kembali ke kegelapan di ujung dunia.

Namun namanya, ekspresi terakhirnya, senyumnya, dan cerita-cerita keluarga yang seringkali dia bicarakan terukir dalam hati Shin. Sembari ratusan jiwa tak terhitung jumlahnya yang telah dia sertai sampai sekarang.

Itulah satu-satunya hal yang bisa dia perbuat.

Saat memutuskan salah satu dari dua kalung militer Eugene untuk laporan kematiannya, Shin mendengar langkah kaki mesin berat mendekat. Bukan Legion. Sistem daya dorong dan penyangganya bahkan membuat tipe Tank tidak bersuara sewaktu berjalan, selain itu, Shin akan tahu bila mana Legion menghampirinya.

Tidak lama setelahnya, dia melihat Vánagandr rusak mengemban lencana landak Kompi 18 mendatanginya melalui kabut zamrud.

Melihat Vánagandr hancur total dan mayat rekannya, juga prajurit muda yang mengabdi di unit lain, operator Vánagandr yang tersisa dari Kompi 18 menghentikan mesinnya.

Dia berdiri di sudut terabaikan pada medan perang berbahaya yang tidak tahu kapan Legion mungkin bisa menyerang. Dia bahkan tidak membawa senapan serbu untuk membela diri, tapi dari keanehan dan kecerobohan itu, postur diam si anak muda tampaknya tidak kelihatan terluka apa-apa.

Terbaring tersembunyi di dekat Vánagandr rusak adalah pemilik unit itu sendiri, Feldreß putih berkaki empat menunggu siap siaga. Operator itu menelan ludah gugup. Sebuah Reginleif. Kerangka tanpa kepala yang hanya muncul di medan perang dengan korban tak terhitung jumlahnya.

Pemuda itu tak mengaktifkan perangkat jemalanya, lantas mereka tidak bisa bicara lewat nirkabel. Komandan unit itu dengan hati-hati membuka kanopi belakang, kursi penembak. Tentara muda itu mengangkat alis, menatapnya. Operator itu mengerang kecil.

“Nouzen …!”

Mereka satu kelas saat di akademi perwira khusus. Dia salah satu rekrutan berbakat dalam program yang merekrut anak-anak yang dikeluarkan dari keluarga mereka agar jumlah mulut yang diberi makan berkurang. Nilai-nilainya ketika latihan tempur di atas rata-rata semua orang, namun dia digadaikan ke unit uji coba karena berkali-kali melanggar kedisiplinan dan perintah.

Rumornya dia dikirim ke beberapa unit pendisiplin yang dipenuhi tentara bayaran dari wilayah-wilayah tempur untuk menguji senjata bunuh diri.

Shin pun teman sekamar dan rekan Eugene Rantz, salah satu operator kelas mereka …. Dan operator itu menelan ludah gugup tatkala menyadari setengah mayat yang tergeletak di dekatnya adalah mayat Eugene juga.

“Pas banget. Bisa laporkan kematiannya gantikan aku?”

Menangkap kalung militer yang Shin lemparkan ke arahnya, si penembak bertanya:

“Kau menidurkannya?”

Dia sudah cukup tahu ceritanya dari pistol di tangan Shin dan genangan darah yang terciprat di semak-semak. Normalnya tugas dokter militer untuk memutuskan perawatan macam apa untuk yang terluka, namun luka perang sesuai namanya, kerap kali muncul situasi kala luka-lukanya sudah di luar perawatan medis. Kasus-kasus ketika orang-orang menyerah pada lukanya di perjalanan menuju rumah sakit, mengeluarkan mereka dari kesengsaraannya dipandang sebagai tindakan belas kasih.

Shin mengangguk. Wajah si penembak campur aduk, membuka bibirnya dan berterima kasih namun tentara lain, si operator, berteriak.

“Kenapa kau tidak menyelamatkannya?!”

Shin tidak menjawab. Mata merah berdarahnya cuma menatap dingin dan tenang.

“Kau tahu dia Eugene, kan? Dia bilang bertemu denganmu pagi ini sebelum kita kedapatan serangan mendadak. Jadi kau tahu itu dia, kan?! Kenapa kau tak datang menyelamatkannya?! Kau tak keberatan ikut campur pertarungan unit lain dan menghancurkan segalanya, kan?!”

Dari seluruh unit yang menyerang dengan alat bergeraknya, skuadron Nordlicht membanggakan jumlah pembunuhan terbanyak, wajar saja karena mereka menyerbu zona perang yang dihindari unit-unit lain.

Mereka sekuat itu, namun.

Mereka telah diselamatkan dan dilindungi Federasi. Tidak ada alasan untuk bertarung, akan tetapi!

“Kau mungkin mengutamakan membunuh rongsokan-rongsokan itu ketimbang menyelamatkannya, bukan?! Dasar 86 gila perang!”

86.

Itulah nama tanah kelahirannya, Republik San Magnolia memberikan nama itu sembari mendefinisikan mereka sebagai babi berbentuk manusia, sebelum Federasi menyelamatkan mereka. Nama kelima prajurit muda yang berhasil sampai tepian Federasi setelah dijatuhi hukuman mati di medan perang.

Shin terdiam.

Si penembak meraih bahu si operator, menghentikannya untuk berbicara lebih lanjut.

“Hentikan, Letnan Dua Marcel. Kau mau jadi sama mengerikannya dengan bajingan-bajingan Republik itu?”

Marcel terdiam mendengar peringatan si penembak. Dia tahu kekejaman Republik kepada warganya, 86, telah disebarkan di televisi nasional enam bulan lalu, di saat Shin dan kelompoknya ditemukan.

Dia sama sekali tak ingin menjadi Republik. Tapi …

Si penembak menunduk, tangannya masih mencengkeram bahu Marcel.

“Aku minta maaf atas kata-kata tak sopan Letnan Dua Marcel. Izinkan aku berterima kasih atas belas kasih yang kau berikan untuk Letnan Dua Rantz. Terima kasih. Dan aku minta maaf.”

“… tidak apa-apa.”

Melihat Shin yang hanya menggelengkan kepala, si penembak melanjutkan.

“Barangkali kau suka rela bergabung dengan militer Federasi untuk membalas budi karena kami menyelamatkanmu. Tapi kau tak wajib melakukannya.”

“…”

“Kami, Federasi, takkan pernah menyerah kepada Legion. Kami akan bertugas di medan perang, dan kami akan menjunjung tinggi rasa keadilan kami. Kami berjuang atas keinginan sendiri untuk mempertahankan keluarga, tanah air kami, rekan-rekan kami, dan idealisme negeri. Kami takkan memaksa anak-anak malang seperti kalian untuk bertarung demi kami …. Belum amat terlambat. Kali ini pensiunlah dari tentara dan hidup bahagia.”

Satu-satunya respon Shin hanyalah tatapan dingin.

Tetapi kali berikutnya, dia buang muka. Menjawab perwira atasan—walapun di unit lain—dengan kasarnya memalingkan punggung, suara dinginnya cuma mengatakan satu hal.

“Legion akan datang. Segera berkumpul dengan sisa pasukan.”

Duduk di kokpit Juggenaut-nya, Undertaker, Shin, mengamati jendela multi guna, mencoba melihat keadaan pertempuran. Kini, dia sudah menyingkirkan kematian Eugene di benaknya. Lima tahun di medan perang menjadikan karakter mesinnya seperti sifat kedua.

Tiba-tiba teringat dia mematikannya, Shin menyalakan Para-RAID, mengaktifkan Resonansi Sensoriknya. Dia takkan mempersoalkan tentara lain yang mencari nafkah dari peperangan semenjak Federasi masih Kekaisaran, namun sekurang-kurangnya, dia tidak ingin Frederica menyaksikan kematian orang yang dia kenal. Dia memperjelasnya dan berharap dia takkan melihatnya.

Seketika Shin menyalakan kembali Para-RAID-nya, Frederica mulai bicara. Dia mungkin menunggu sambungannya kembali.

“Shinei.”

“Status kita bagaimana?”

Tautan data sistem informasi terpadu masih terputus. Dia bisa merasakan posisi Legion sampai batas tertentu namun buta perihal penyintas unit kawan. Dia harus menyimpulkannya dari gerakan musuh tapi tidak terlalu mengenal medan Federasi untuk melakukannya, terlalu banyak unit-unit pendamping yang dikerahkan sampai sulit untuk menebak-nebak. Meminta seseorang mencarinya di medan perang bakal lebih cepat.

“Tidak menguntungkan. Pasukan utama kita mundur ke garis kedua untuk berkumpul kembali. Pemboman tadi sudah sepenuhnya melumpuhkan kita.”

“Punya informasi lebih rinci tentang kerugiannya?”

“Aku masih bisa melihat beberapa pemimpin skuadron, akan tetapi …. Kita berfungsi ganda sebagai kendaraan komando, sayangnya sebagian beesar tautan data tidak terhubung …”

Eintagsfliege dikerahkan menjadi beberapa lapisan, secara efektif membunuh tautan data mereka. Senjata antipesawat yang mereka kerahkan untuk menceraiberaikannya telah ditahan lajunya oleh tembakan Skorpion.

Ini sulit, pikir Shin, wajahnya tak tergoyahkan.

Potensi perang Federasi secara signifikan lebih besar daripada Republik. Setiap senjata yang mereka gunakan ke medan perang dibuat dengan baik. Mereka pun punya dukungan artileri dan tautan data, tapi … biar begitu, Legion jauh lebih kuat. Satu-satunya alasan Republik selamat selama sembilan tahun adalah karena kebanyakan pasukan Legion dikirim untuk memerangi Federasi. Atau boleh jadi semata-mata menganggap Republik sebagai tempat uji coba.

“—kita menerima pembaruan dari Divisi Markas Besar. Sewaktu kita memulai serangan balik, skuadron Nordlicht hendak menyerbu Legion dari samping. Berkumpul kembali di koordinat 27-39 lalu tetap siaga sampai perintah lebih lanjut …. Mereka mesti mengirim pengirim pesan untuk menyampaikan pesan ini. Penanganannya suram banget …”

“Diterima.”

Dia memutar arah gerak Undertaker dan berangkat. Tak lama setelahnya, Bernholdt bergabung kembali bersamanya, dan sesudahnya mereka diikuti dua peleton. Unit skuadron yang masih selamat berkumpul di sekeliling mereka dari penjuru medan perang, kerlip-kerlip biru yang menandai layar radar pelan=pelan bergerak mendatangi mereka. Dan kerlip biru dengan Nama Pribadi familier menghampirinya, terdengar suara yang sudah lama tak dia dengar di medan perang.

“Tidak setiap hari mereka mengumpulkan seluruh pasukan seperti ini. Apa, nih, semua Vánagandr sudah dihabisi?”

Wehrwolf.

Mengenai kode skuadron dan nomor mesin yang muncul di layar, Shin menjawab suara yang terhubung lewat Resonansi.

“Raiden …. Bagaimana bala bantuan di sisimu?”

“Sedih, tapi unit lapis baja standar kurang lebih disapu bersih …. Orang-orang tingkat atasnya meminta kita melakukan serangan balik, tapi aku tidak mengharapkan banyak bantuan dari pasukan utama, seperti biasa.”

“… bukannya kita mengandalkan bantuan mereka, sih.”

“Maksudnya, lagi-lagi kek gini, serangan balasan gagal dan pasukan terisolasi. Mereka menyuruh kita menyerang mereka, tapi keknya mereka malah ingin memotong garis depan menjadikan kita umpan.”

“Kurasa ketika mereka menyuruhmu keluar dari situasi buruk, semuanya sama di manapun kau berada.”

Sesama 86 saling berbicara, muncul dari stasiun mereka di sepanjang medan perang.

Nama-nama tak asing muncul di layar radar ketika berderak dari gangguan elektronik kuat. Melihat nama-nama itu, Shin mendesau. Bahkan seusai sampai di negeri ini, perang sama seperti biasa.

Saat mereka berkelana di luar medan perang yang telah mengklaim jiwa tak terhitung jumlahnya, mereka tak tahu yang menunggu adalah perang sama. Mereka tak menyangka akan kembali melangkah ke neraka yang sama.

Kala itu, seketika mereka berangkat menerjang kematian yang dikenal sebagai misi Pengintaian Khusus—

 

Catatan Kaki:

  1. Peluru penembus perisai (peluru PP) (bahasa Inggris: armor piercing bullet) digunakan untuk menembus target yang dilindungi oleh lapisan keras seperti baju tahan peluru, pelindung kendaraan, beton, tank, dll, tergantung dari kaliber senjata api. Peluru jenis ini terdiri dari baja keras, tungsten karbida, atau uranium yang dibungkus bahan yang lebih lunak seperti tembaga atau aluminium. Kaliber senjatanya bervariasi mulai dari pistol sampai tank. Sejak 1860-an hingga 1950-an, aplikasi utama proyektil penembus perisai adalah untuk mengalahkan perisai tebal yang digunakan oleh banyak kapal perang. Sejak 1920-an dan selanjutnya, senjata penembus perisai dibutuhkan untuk misi anti-tank. Peluru PP yang lebih kecil dari 20 mm biasanya dikenal sebagai “amunisi penembus perisai”, dan ditujuan untuk melawan sasaran berperisai tipis seperti perisai tubuh, kaca anti peluru dan kendaraan berperisai ringan. Peluru PP klasik saat ini jarang digunakan dalam pertempuran laut, karena kapal perang modern hanya memiliki sedikit atau tanpa perlindungan perisai. Teknologi baru juga telah menggantikan peluru PP klasik dalam peran anti-tank. Sebuah peluru penembus perisai harus menahan gelombang kejut saat menumbuk pelat perisai. Peluru yang dirancang untuk tujuan ini memiliki badan yang diperkuat dengan pucuk yang diperkeras dan tajam. Satu tambahan yang sering ditemui kemudian ialah penggunaan tudung atau cincin logam yang lebuh lunak yang dikenal sebagai tudung penembus, yang mengurangi gelombang kejut dari tumbukan untuk mencegah pecahnya peluru yang kaku sekaligus membantu kontak antara perisai sasaran dengan pucuk penembus untuk mencegah peluru memantul. Idealnya, tudung ini memiliki bentuk tumpul, sehingga perlu menggunakan tudung aerodinamis tipis untuk meningkatkan performa balistik. Peluru PP mungkin mengandung sedikit atau tanpa peledak. Beberapa peluru PP kaliber kecil memiliki pengisi inert atau pembakar sebagai pengganti peledak.
  2. Komponen utama dalam mulut laba-laba dan arthropoda terkait yang dalam bentuk taring, penjepit atau menusuk organ. Chelicerae adalah pasangan pertama pelengkap depan arakhnida tubuh. Beberapa arakhnida memiliki penjepit pada akhir dan laba-laba beberapa dapat menyuntikkan racun melalui mereka.
  3. Valkyrie adalah dewi dalam mitologi Nordik. Dilambangkan dalam kitab lama bahwa Valkyrie adalah manusia bersayap yang membawa tongkat. Valkyrie dianggap dewa karena bijak dan biasanya membantu para prajurit Nordik dalam peperangan. Mereka bertugas memanggil jiwa-jiwa orang-orang meninggal yang terpilih untuk dibawa ke Valhalla untuk dijadikan Einherjar yang nantinya akan membantu para dewa saat Ragnarok tiba.
  4. Resimen (di TNI disingkat Men) adalah pasukan tentara yang terdiri atas beberapa batalyon yang biasanya dikepalai oleh seorang perwira menengah.
  5. Di Indonesia juga bisa langsung dapat pangkat letnan dua, cara yang ga asing buat gua ya ini Lulusan D3 atau S1 dari umum yang berhasil lulus Pendidikan Pertama Perwira Prajurit Karier (Pa PK TNI) selama 7 bulan. Untuk pendidikan siswa di Akmil, Magelang dan siswi di Pusdik Kowad, Bandung. Mungkin ada cara lain?
  6. Tetumbuhan runjung atau konifer (Pinophyta atau Coniferae) adalah sekelompok tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) yang memiliki runjung (“cone”) sebagai organ pembawa biji. Kelompok ini sekarang ditempatkan sebagai divisi tersendiri setelah diketahui bahwa pemisahan Gymnospermae dan Angiospermae secara kladistik adalah polifiletik. Kurang lebih ada 550 spesies anggotanya, dengan bentuk berupa semak, perdu, atau pohon. Kebanyakan anggotanya memiliki tajuk berbentuk kerucut dan memiliki daun yang memanjang (lanset) atau berbentuk jarum (sehingga dikenal juga sebagai tumbuhan berdaun jarum). Bentuk daun semacam ini dianggap sebagai adaptasi terhadap habitat hampir semua anggotanya yang banyak dijumpai di wilayah bersuhu relatif sejuk, seperti sekeliling kutub (circumpolar) atau di dataran tinggi.
  7. Tolak balik atau Rekoil (bahasa Inggris: Recoil, sering juga disebut hentakan atau dalam bahasa Inggris: kickback) adalah hentakan yang disebabkan oleh senjata api ketika ditembakan. Menurut hukum ketiga Newton, rekoil akan mengarah ke arah belakang, atas, atau samping atau ketiganya yang berbanding terbalik dengan meluncurnya peluru ke arah depan senjata api. Kebanyakan senjata api kecil seperti pistol dan senapan akan menyalurkan rekoil ke tanah melalui pundak dan bahu dari penembaknya, sedangkan untuk senjata api yang lebih besar seperti meriam, rekoil disalurkan ke tanah melalui sebuah sistem dudukan (mounting system) dari meriam atau senjata api tersebut.
Share this post on:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments