Share this post on:

Reboot

Penerjemah: DarkSouls

Dia dan keempat perwira lainnya berdiri tegak sempurna, melihat perwira militer Republik meninggalkan kotak kaca dan menyambut presiden Federasi. Mereka semua masih muda, masih remaja, tetapi mengenakan seragam biru-baja dengan keakraban dan kedewasaan yang jauh melampaui usianya. Melihat seragam hitam dan rambut perak setengah cat kemerahan Alba ramping itu, wakil kaptennya berbisik curiga:

“Hei …. Kau yakin itu dia? Dia keknya … berbeda dari yang aku bayangkan.”

“Artinya dia sama-sama melalui banyak hal. Seperti kita.”

Kawannya hanya bergumam, “Jangan bercanda,” sambil tersenyum, menatap penasaran perwira itu. Sudah lama wakil kapten itu mengenakan seragam Federasi, tetapi dia masih tidak terbiasa. Melihat dirinya dan orang-orang lain mengenakannya serasa tidak wajar. Tak melanggar garis tertib mereka, tiga orang lainnya mulai berbisik pula.

“Dia dipanggil apa sekarang, Reina Berdarah? Itu menyeramkan banget. Tidak cocok sama sekali padanya.”

“Hei, pikirmu dia bakal langsung mengenali kita?”

“Hmm …. Keknya bagus kalau iya, tapi bakal lucu banget kalau tidak langsung tahu.”

Selagi mereka bicara, gadis itu tampaknya telah menyelesaikan urusan dengan presiden yang mengisyarakatkan Lena untuk menghadap mereka. Ketiganya segera menahan lidah, wajah mereka netral, ekspresinya serius, barangkali hasil pelatihan di militer Federasi. Atau mungkin bagian prank yang hendak mereka lancarkan.

Mengklik tumit dan memberi hormat, menyambut presiden dan gadis yang akan menjadi komandan mereka kedua kalinya.

Gadis itu balas memberi hormat dengan cara yang entah bagaimana berbeda dari cara lazimnya Federasi kemudian membuka mulut bicara, tatapannya masih agak kaku dan berat.

“Kolonel Vladilena Milizé dari Angkatan Bersenjata Republik. Senang bertemu kalian.”

Ooooooh, dia tak mengenal kita.

Kelompok itu saling menatap geli, selayaknya anak-anak yang leluconnya berhasil. Lalu dia membuka mulut dan berbicara sebagai kapten mewakili kelimanya.

“Ini bukan kali pertama kita bertemu. Biarpun, aku rasa ini pertama kalinya kita bertemu secara langsung.”

Sang kapten tersenyum, mata Lena membelalak kaget dan terperangah.

“Lama tak bertemu, Handler One.”

Share this post on:
Subscribe
Notify of
guest
2 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
fadhli wafi

Novel yang bagus sekali, semoga kalian bisa menerjemahkan lanjutannya